Anda di halaman 1dari 25

Laporan kasus Tuberkulosis paru

Risa muthmainah I4061171014

PEMBIMBING : dr. Indria Fajrianita, Sp.Rad


Tuberkulosis

 TB Paru Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular


yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
 Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden
TBC. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India,
Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan. Jumlah kasus baru TB
di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017.
 Diagnosis merupakan ujung tombak penatalaksanaan
tuberkulosis (TB). Diagnosis yang akurat akan diikuti oleh
penatalaksanaan yang tepat. Penatalaksanaan yang tepat ini
secara bermakna menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
akibat TB serta mencegah penularan angka TB.
Patogenesis – TB PRIMER

▰ Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan


bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu yang
disebut sarang primer
▰ Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut
diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional).
▰ Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai
berikut :
▻ Sembuh sempurna
▻ Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas
▻ Menyebar dengan cara Perkontinuitatum, bronkogen,
hematogen dan limfogen.
Patogenesis – TB Sekunder

▰ Tuberkulosis postprimer biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun.


▰ Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang
umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior.
▰ Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil
yang mengalami hal berikut :
▻ Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
▻ Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses
penyembuhan dengan pembentukan jaringan fibrosis.
▻ Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju
(jaringan kaseosa).
▻ Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut
tuberkuloma.
Klasifikasi Tuberkulosis Paru

▰Berdasarkan hasil Pemeriksaan


BTA : Berdasarkan Tipe penderita
1. Tuberkulosis Paru BTA Positif
1. Kasus baru
2. Tuberkulosis Paru BTA Negatif
2. Kambuh (Relaps)
3. Tuberkulosis Ekstra Paru
3. Pindahan (Transfer In) :
▻ TB Ekstra Paru Ringan 4. Pengobatan setelah lalai
▻ TB Ekstra Paru Berat 5. Gagal
.
Diagnosis TB paru

▰ Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala


respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
▰ Gejala respiratorik: batuk lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, sesak nafas,
nyeri dada.
▰ Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita
terdiagnosis pada saat medical check up. Batuk yang pertama terjadi karena
iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke
luar.
▰ Gejala sistemik: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun.
Diagnosis TB paru

▰ Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis. Foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut:

▻ Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.


▻ Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT.
▻ Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan
penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi
pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis
atau aspergiloma)
8
Pemeriksaan radiologis pada TB Paru

Pemeriksaan Radiologik
▰ Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa
foto lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto top-lordotik,
oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis
dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk
(multiform).
▰ Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan atau nodular di segmen apikal dan posterior
lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah,kaviti,
terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular,bayangan bercak milier, efusi pleura unilateral
(umumnya) atau bilateral (jarang).
Gambaran Lymph node TB (gangliopulmonary TB)

Ghon complex yang mengalami


kalsifikasi. Terdapat kalsifikasi multipel
pada parenchymal foci di lingula dan
kalsifikasi dari kelenjar getah bening
pada hilus kiri.
Gambaran Lymph node TB (gangliopulmonary TB)

Limfadenopati hilus pada


foto thorax seorang anak
(A). Pada foto thorax AP
didapatkan multilobulated
mass dari kelenjar limfe
yang terproyeksi di batas
kanan jantung (panah
pendek) dan didapatkan
kompresi dari bronkus
internedius (panah
panjang). (B) pada foto
torax lateral terdapat
massa padat berbentuk
oval yang menunjukkan
adanya massa pada
limfadenopati hilus.
Gambaran tuberkuloma

Tuberkuloma. (A)
Tampak large partially
calcified tuberculoma
pada paru kanan atas.(B)
Tuberculoma besar di
lobus inferior kiri dengan
beberapa satelit
Gambaran TB milier

Foto polos thorax


menunjukkan terdapat
nodul difus berukuran 2-3
mm yang tersebar merata
di kedua lapang paru
Gambaran TB Paru Aktif Pada Rontgen Thoraks

Tampak infiltrate dengan


kavitas pada lobus superior
paru bilateral => tuberculosis
pulmonal aktif
Gambaran TB Aktif

Tampak kavitas bilateral


pada kedua lapang paru
dengan konsolidasi di
sekelilingnya. Tampak
pula gambaran air fluid
level di dalam kavitas.
Gambaran fibrosis pasca TB

Fibrosis dan scarring.


Terdapat gambaran densitas
yang linier dan panjang
disertai kavitas dan multipel.
Hilus kanan dan kiri tertarik ke
superior oleh bagian paru
yang mengalami fibrosis
Klasifikasi Tuberkulosis Sekunder
Klasifikasi TB berdasarkan American
Tuberculosis Association:
1. Tuberkulosis minimal: sarang tidak melebihi
daerah yang dibatasi oleh garis median,apeks,
dan iga 2 depan. Atau sarang soliter dimana saja
tanpa adanya kavitas.
2. Tuberkulosis lanjut sedang: luas sarang bersifat
bercak tidak melebihi satu paru, jika terdapat
kavitas, uk < 4 cm, atau konsolidasi homogeny
yang tidak melebihi satu lobus.
3. Tuberkulosis sangat lanjut: ukuran sarang
melebihi satu paru atau bila ada lubang-lubang,
maka diameter lubang ukuran kavitas > 4cm.
Pengobatan TB paru
PENYAJIAN KASUS

Identitas Pasien

▰ Nama : Ny. N
▰ Usia : 33 Tahun
▰ Jenis Kelamin : Perempuan
▰ Tanggal pemeriksaan : 2 Oktober 2019
Anamnesis

▰ Keluhan utama : Batuk


▰ Riwayat penyakit sekarang :
▻ Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 3 bulan yang
lalu, batuk kadang berdahak berwarna putih disertai darah,
batuk dirasakan hilang timbul, demam (-), sesak nafas (-),
Penurunan berat badan (+) selama 2 bulan terakhir, nafsu
makan menurun, sering berikeringat malam (+).
PEMERIKSAAN FISIK

▰ Status generalis ▰ Paru:


Keadaan umum: TSS • Inspeksi: Pergerakan hemitoraks kanan dan kiri
Kesadaran : compos mentis simetris

Vital sign : • Palpasi : fremitus vocal dan taktil hemitoraks


kanan dan kiri simetris
▻ Tekanan Darah : 120/70
mmHg • Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

▻ Denyut Nadi : 88 x/menit, regular, lemah • Auskultasi : vesikuler, rhonki -


/+, wheezing -/-
▻ Frekuensi Napas : 20 x/menit
▻ Temperatur : 36.5 OC
▻ Saturasi O2 : 99%
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Inspirasi Cukup
• Deviasi Trakea (-)
• Tampak fibroinfiltrat di suprahiler bilateral
terutama sinistra
• Kedua diafragma licin, tak mendatar
• Cor, CTR<0,5
• Sistema tulang yang tervisualisasi intak
• Kesan:
▻ Sugestif tb pulmo aktif
▻ Cor dalam batas normal
DIAGNOSIS & TATALAKSANA

▰ Diagnosis ▰ Tatalaksana
▻ TB Paru kasus baru ▻ OAT kategori 1

24
Kesimpulan

▰ Perempuan 33 tahun mengeluhkan batuk sejak 3 bulan yang


lalu, batuk kadang berdahak berwarna putih disertai darah.
Pada pemeriksaan penunjang radiologi didapatkan
gambaran radiologi fibroinfiltrat di suprahiler bilateral
terutama sinistra. Sehingga pasien didiagnosa TB paru dan
diberikan tatalaksana berupa OAT kategori 1.

Anda mungkin juga menyukai