TINJAUAN PUSTAKA
5
6
pengendaranya. Kendaraan harus siap pakai, oleh karena itu kendaraan harus
dipelihara dengan baik sehingga semua bagian mobil berfungsi dengan baik, seperti
mesin, rem kemudi, ban, lampu, kaca spion dan sabuk pengaman. Kendaraan dapat
menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan sebagaimana
mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknis yang tidak laik jalan ataupun
penggunaannya tidak sesuai ketentuan (Bina Marga, 2011). Faktor-faktor
kendaraan yang beresiko menimbulkan kecelakaan lalu lintas adalah:
a. Rem Blong
Rem merupakan komponen dari kendaraan yang berfungsi untuk memperlambat
laju atau memberhentikan kendaraan. Kendaraaan memiliki dua rem, yaitu rem
depan dan rem belakang. Rem depan lebih efektif dibandingkan rem belakang
bahkan pada jalan dengan permukaan yang licin. Teknik pengereman yang baik
adalah menggunakan kedua rem untuk memberhentikan atau mengurangi
kecepatan, lalu menurunkan transmisi kendaraan. Jarak terlalu dekat juga
mempengaruhi pengereman, jika pengendara kurang memperhatikan jarak
minimal dengan kendaraan di depan dan kecepatan kendaraannya maka jarak
pandang henti akan berkurang dan dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas
(Marsaid, 2013).
b. Ban Pecah
Ban pecah terjadi ketika pengendara sedang berkendara dengan kecepatan
tinggi, kondisi ban yang sudah tipis serta kondisi jalan yang kurang kondusif.
Kendaraan yang mengalami pecah ban akan menjadi sulit dikendalikan sehingga
beresiko tinggi terjadi kecelakaan. Selain itu, ban yang pecah mendadak pada
saat kendaraan melaju dapat menimbulkan kecelakaan beruntun, karena
kendaraan berhenti secara tiba-tiba tanpa memberi aba-aba agar kendaraan
dibelakangnya dapat menjaga jarak.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada ban yaitu tekanan ban dan kerusakan
ban. Kendala pada ban meliputi kurangnya tekanan udara dan ban pecah.
Kurangnya tekanan udara adalah kondisi dimana tekanan ban berkurang
walaupun sudah di pompa. Sedangkan ban pecah adalah kerusakan ban secara
tiba-tiba yang dapat disebabkan oleh ban yang tertusuk oleh paku, batu tajam
atau benda lainnya yang dapat melubangi ban. Tekanan ban harus diperhatikan
12
utama jauh digunakan ketika berada pada jalanan sepi. Lampu utama dekat
dan jauh berwarna putih atau kuning, lampu harus dapat menerangi jalan
sekurang-kurangnya 40 meter ke depan untuk lampu utama dekat dan
sekurang-kurangnya 100 meter ke depan untuk lampu utama jauh.
2) Lampu indikator/sein
Lampu ini wajib dimiliki setian kendaraan yang letaknya sepasang di depan
kendaraan dan sepasang lagi dibelakang sepeda motor. Fungsinya adalah
sebagai penunjuk arah untuk memberitahu arah tujuan kita kepada
pengendara dibelakang kita atau kendaraan di depan kita, selain itu juga dapat
digunakan ketika akan berpindah jalur. Lampu ini berwarna putih atau kuning
tua dan berkelip-kelip, harus dapat dilihat pada malam hari maupun siang
hari.
3) Lampu rem
Lampu rem berfungsi untuk memberitahu pengendara lain di belakang agar
mengurangi kecepatan dan sebagai tanda bahwa kendaraan mengurangi laju
kecepatannya. Lampu ini harus berwarna merah terang tetapi tidak
menyilaukan pengendara dibelakangnya.
e. Kelebihan muatan
Kelebihan muatan adalah merupakan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai
dengan ketentuan tata tertib muatan (Bina Marga, 2011). Berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No.55 tahun 2012 tentang kendaraan, pendistribusian barang dan
jasa kendaraan bermotor diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu, truk
merupakan pendistribusian barang. Bus, mobil dan sepeda motor merupakan
jasa pendistribusian manusia. Besarnya kebutuhan jasa angkutan publik untuk
pendistribusian barang dan jasa ini mendorong pertumbuhan kendaraan
bermotor untuk angkutan semakin besar pula. Membawa muatan barang yang
melebihi kapasitas beresiko menganggu kenyamanan dalam berkendara baik
bagi pengendara maupun orang lain yang juga melintas.
dengan optimal, harmonisasi rambu dan marka yang tidak baik dapat menyebabkan
kecelakaan lalu lintas (Djunaidi, 2017). Berikut adalah uraian mengenai faktor jalan
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara:
a. Jalan berlubang
Menurut Bustan (2007) yang dikutip oleh Marsaid (2013) jalan berlubang adalah
kondisi dimana permukaan jalan tidak rata akibat adanya cekungan ke dalam
yang memiliki kedalaman dan diameter yang tidak berpola, ini disebabkan
sistem pelapisan yang kurang sempurna. Banyak jalan berlubang yang memiliki
diameter serta kedalaman yang cukup besar, hal ini sangat beresiko
menyebabkan sepeda motor kehilangan keseimbangan ketika melewatinya. Jika
pengendara kutang terampil menguasai keadaan, sepeda motor dapat oleng dan
terjatuh. Tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat kecelakaan karena jalan
berlubang cukup parah bergantung pada model kecelakaan dan lubang yang ada.
b. Jalan rusak
Jalan rusak adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak mulus yang disebabkan
karena jalan belum diaspal, jalan yang terdapat bebatuan, kerikil atau material
lain yang berada di permukaan jalan yang mengganggu ketika berkendara, dan
jalan aspal yang sudah mengalami kerusakan. Jalan yang rusak dapat
mengurangi kontrol dalam berkendara dan mengganggu keseimbangan
pengendara, untuk itu pengendara sebaiknya mengurangi kecepatannya ketika
melewati jalan dengan kondisi rusak (Dephub, 2006).
c. Jalan licin
Permukaan jalan yang licin dapat disebabkan oleh air hujan, namun ada juga
yang disebabkan oleh faktor lain seperti tumpahan minyak, lumpur, ataupun
tanah yang basah karena tersiram air hujan. Jika ditelaah lebih mendalam
kecelakaan yang disebabkan jalan yang basah/licin sebenarnya tidak berdiri
sendiri, hal ini berhubungan dengan beberapa faktor penyebab lainnya
contohnya faktor pengendara dan kondisi kendaraan terutama performa ban. Ban
yang permukaannya sudah halus atau tipis ketika bertemu dengan jalan yang
licin tidak akan menimbulkan gaya gesek antara ban dan jalan, sehingga beresiko
tinggi terpeleset (Kartika, 2009).
15
d. Tanpa marka/rambu
Jalan yang tidak memiliki marka jalan dan rambu lalu lintas sangat berpotensi
menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Marka
dan rambu jalan ini berguna untuk membantu pengaturan arus lalu lintas dan
memberitahu pengendara mengenai kondisi jalan dan peraturan di suatu jalan
(Kezia, 2012). Selain itu, marka dan rambu lalu lintas juga harus berfungsi dan
berkondisi baik agar pengendara dapat melihat dan mematuhi rambu dan marka
jalan di lingkungannya berkendara.
e. Tikungan tajam
Jalan yang memiliki tikungan tajam adalah jalan yang memiliki kemiringan
sudut belokan kurang dari atau lebih dari 180o. Untuk melewati kondisi jalan
tersebut dibutuhkan keterampilan dan teknis khusus dalam berkendara agar tidak
hilangnya kendali pada kendaraan yang berakibat jatuh dan menyebabkan
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Jika kendaraan akan membelok sebaiknya
mengurangi laju kendaraan agar dapat berhati-hati (Kartika, 2009).
f. Tanjakan dan turunan
Sudut pandang pada tanjakan dan turunan yang tajam dapat menipu pemgemudi,
sehingga tanjakan adalah salah satu tempat rawan kecelakaan (Kezia, 2012).
Pada jalan-jalan tanjakan dan turunan, seringkali kendaraan – kendaraan berat
yang bergerak dengan kecepatan di bawah kecepatan rencana menjadi
penghalang kendaraan lain yang bergerak dengan kecepatan diatas kecepatan
rencana, jenis kendaran yang sering menjadi penghalang adalah jenis truk.
Kendaraan dengan kecepatan di atas kecepatan rencana juga seringkali
menimbulkan kecelakaan bagi pengendara baik yang sedang melalui tanjakan
maupun turunan jalan.
Menurut Maggie dan Tummala (2001) yang dikutip oleh Setiawan (2016),
mengatakan bahwa untuk mengoptimalkan penggunaan metode Analytic Hierarchy
Process (AHP) perlu seleksi awal dari kriteria yang telah ditentukan untuk
memastikan tingkat kepentingan dari kriteria.
19
• Konsistensi Logis
Penggunaan pada prinsip ini yaitu proses Hierarki Analitik memasukkan baik
aspek kualitatif maupun kuantitatif suatu pemikiran, aspek kualitatif untuk
mendefinisikan persoalan dan hierarkinya, sedangkan aspek kuantitatif untuk
mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat.
20
Adapun abstraksi susunan hirarki keputusan pada metode AHP, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.2.
Level 1 Fokus
dengan:
AG = rata-rata geometrik
n = jumlah responden
Ai = penilaian oleh responden ke-i
𝑛
𝑊𝑖 = √(𝑎𝑖1 × 𝑎𝑖2 × 𝑎𝑖3, … × 𝑎𝑖𝑛)................................... (2.4)
Matrik yang diperoleh merupakan Eigen Vector yang juga merupakan bobot
kriteria. Bobot kriteria atau Eigen Vector adalah (Xj), seperti pada Rumus 2.5.
24
𝑊𝑖
𝑋𝑗 = (∑ 𝑊𝑖)................................................... (2.5)
dengan nilai Eigen Vector terbesar (λmaks), seperti pada Rumus 2.6.
𝑎1 𝑥11 … 𝑥1𝑛
𝑋= … ( … … … )....................................... (2.9)
𝑎𝑚 𝑥𝑚1 … 𝑥𝑚𝑛
dengan:
- a1 (i = 1, 2, 3, …, m) adalah alternatif-alternatif yang mungkin
- xj (j = 1, 2, 3, …, n) adalah atribut dimana performansi alternatif diukur
- xij adalah performansi alternatif ai dengan acuan atribut xj
𝑥𝑖𝑗
𝑟𝑖𝑗 = ................................................... (2.10)
√∑𝑚
𝑖=1 𝑥𝑖𝑗
2
dengan:
- i = 1,2,3,...,m; dan j = 1,2,...,n
- rij adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi R.
26
dengan:
- vij adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot V
- wij adalah bobot dari kriteria ke-j
- rij adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi R
dengan:
- J = {j = 1,2,3, …,n dan J merupakan himpunan kriteria keuntungan (benefit
criteria)}
- J’ = {j = 1,2,3, …,n dan J’ merupakan himpunan kriteria biaya (cost
criteria)}
- vij adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot V
- 𝑣+
𝑗 (𝑗 = 1, 2, 3, … , 𝑛) adalah elemen matriks solusi ideal positif
- 𝑣−
𝑗 (𝑗 = 1, 2, 3, … , 𝑛) adalah elemen matriks solusi ideal negatif
27
5. Menghitung Separasi (Jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi
ideal positif dan matriks solusi ideal negatif).
S+ adalah jarak alternatif dari solusi ideal positif diperlihatkan pada Rumus
2.14.
2
𝑆𝑖+ = √∑𝑛𝑗=1(𝑣𝑖𝑗 − 𝑣𝑗+ ) ........................................... (2.14)
S- adalah jarak alternatif dari solusi ideal negatif diperlihatkan pada Rumus
2.15.
2
𝑆𝑖− = √∑𝑛𝑗=1(𝑣𝑖𝑗 − 𝑣𝑗− ) ........................................... (2.15)
dengan:
- i = 1, 2, 3, ..., m.
- vij adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot V
- 𝑣+
𝑗 adalah elemen matriks solusi ideal positif
- 𝑣−
𝑗 adalah elemen matriks solusi ideal negative
𝑆−
𝑐𝑖 + = 𝑆 −+𝑆
𝑖
+ , 0 ≤ 𝑐𝑖
+
≤ 1...................................... (2.16)
𝑖 𝑖
dengan :
- i = 1, 2, 3, ..., m
- c+ adalah kedekatan relatif dari setiap alternatif terhadap solusi ideal
positif, Si+ adalah jarak antara alternatif ke-i dari solusi ideal positif dan Si-
adalah jarak antara alternatif ke-i dari solusi ideal negative
5. Rinaldy Bagus Kajian Faktor – Faktor Metode Cut Berdasarkan hasil analisis
Rajasa (2017) Penyebab Kecelakaan Off Point menggunakan metode Cut Off Point
Lalu Lintas Di Kota Metode ANP terdapat kriteria yang dianggap
Bandung kurang berpengaruh dalam
penyebab kecelakaan lalu lintas
yaitu faktor lingkungan. Dari hasil
analisis menggunakan metode ANP
didapat pembobotan kriteria yaitu
manusia (63,1%), kendaraan
(20,1%) dan jalan (16,8%).