TINJAUAN PUSTAKA
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan
korban manusia dan/atau kerugian harta benda (UU RI No. 22 Tahun 2009). Kecelakaan
terjadi jika salah satu unsur lalu lintas tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
1. Luka ringan (Slight Injury) adalah korban kecelakaan lalu lintas yang tidak mengalami
luka atau keadaan yang membahayakan jiwa korban, dan korban tidak memerlukan
pertolongan atau perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Luka ringan tersebut meliputi:
2. Luka berat (Serious Injury) adalah korban kecelakaan dengan kondisi membahayakan jiwa
korban dan memerlukan pertolongan atau perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Luka
a. Luka bakar pada badan korban dengan luas sama atau lebih dari 25%.
b. Luka yang menyebabkan penderita menurun kondisinya, seperti luka yang terjadi pada
c. Patah tulang anggota badan dengan komplikasi, dan disertai oleh rasa sakit dan
dalam, seperti: dada, perut, usus, kantung kemih, ginjal, limpa, hati, tulang belakang,
dan leher.
3. Meninggal dunia (Fatal Injury) adalah keadaan di mana korban kecelakaan lalu lintas
mengalami kematian secara fisik. Korban meninggal dunia akibat tabrakan di jalan adalah
korban kecelakaan lalu lintas yang meninggal di lokasi kejadian, atau meninggal di rumah
kendaraan saat kecelakaan, kendaraan terlibat kecelakaan, waktu kecelakaan (hari dan jam),
cuaca saat kecelakaan terjadi, lokasi kecelakaan, tipe tabrakan, jenis kendaraan dan penyebab
tabrakan/jenis kecelakaan, tingkat kecelakaan, dan jenis kendaraan yang terlibat. Klasifikasi
kecelakaan yang dipakai PT. Jasa Marga (Persero) dalam Aldian Satiagraha (2009) adalah :
membahayakan jiwa dan tidak memerlukan pertolongan lebih lanjut dari rumah sakit.
Adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban mengalami luka- luka yang
rumah sakit.
4. Berdasarkan waktu kecelakaan, jenis kecelakaan ini ditetapkan menurut satu periode
waktu tertentu.
a) Lokasi jalan lurus 1 lajur, 2 lajur maupun 1 lajur searah atau berlawanan arah
b) Tikungan jalan
c) Persimpangan jalan
oleh pengelola jalan yaitu golongan I, golongan IIa, dan golongan IIb dengan jenis-jenis
kendaraan seperti : sedan, jeep, pick up, mini bus, bus sedang, bus besar 2 as, bus besar >
3 as, truk kecil, truk besar 2 as, truk besar > 3 as, truk trailer dan truk gandeng.
7. Berdasarkan cuaca saat kejadian kecelakaan, menurut cuaca diklasifikasikan atas cerah,
8. Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa tabrakan, yaitu
depan-depan, depan-belakang, tabrakan sudut, tabrakan sisi, lepas kontrol, tabrak lari,
lintas menjadi :
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana keduanya
saling beradu muka dari arah yang berlawanan, yaitu bagian depan kendaraan yang satu
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian depan
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian depan
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian
Adalah jenis tabrakan antara kendaraan yang tengah melaju dan pejalan kaki yang
f) Tabrakan sendiri
Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju mengalami kecelakaan
g) Tabrakan beruntun
terjadinya kecelakaan yang melibatkan lebih dari dua kendaraan secara beruntun.
Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak obyek tetap
dijalan.
Kehilangan Kontrol
Lalu lintas ditimbulkan oleh adanya pergerakan dari alat-alat angkutan karena adanya
kecelakaan identik dengan unsur-unsur pembentuk lalu lintas yaitu pemakai jalan, kendaraan,
jalan, dan lingkungan. Kecelakaan dapat timbul jika salah satu dari unsur tersebut tidak
berperan sebagaimana mestinya. Masalah kecelakaan di jalan tol tidak terlepas dari unsur
pokok pembentuk lalu lintas yaitu manusia sebagai pengemudi, jalan beserta lingkungannya,
dan unsur kendaraan. Ketiga unsur tersebut dalam sistem lalu lintas yang ada harus tumbuh
dan berkembang secara seimbang karena apabila salah satu unsur ketinggalan dalam
ketidakseimbangan yang pada akhirnya menjadi penyebab timbulnya kecelakaan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa suatu kejadian kecelakaan terjadi akibat dari salah satu faktor atau
kombinasi dua faktor penyebab kecelakaan atau lebih. Oder dan Spicer (1976) dalam
Pujiastutie (2006), menyatakan bahwa kecelakaan lalu lintas dapat diakibatkan dari situasi –
dengan peran penting pengemudi untuk melakukan tindakan mengelak/ menghindar sesuatu.
Jadi melaksanakan tindakan menghindar dari rintangan, mungkin atau tidak mungkin
faktor yang terdiri dari faktor manusia, kendaraan, jalan dan lingkungan. Interaksi faktor
Faktor Jalan
dan
Lingkungan
Faktor Faktor
Kendaraan Pengemudi
Menurut analisis data statistik baik di Indonesia maupun di luar negeri, penyebab
kecelakaan lalu lintas yang terbesar adalah faktor pengemudi. Mengemudi merupakan
pekerjaan yang kompleks sehingga memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu. Pada
saat yang sama, pengemudi harus menghadapi kendaraan dengan berbagai peralatannya dan
menerima pengaruh atau rangsangan dari keadaan sekelilingnya. Kelancaran dan keselamatan
dalam berkendara tergantung pada kesiapan dan keterampilan pengemudi dalam menjalankan
kendaraannya. Faktor manusia sebagai pengemudi kendaraan sangat berperan penting dalam
kendaraaan. Hal ini merupakan penyebab utama timbulnya kecelakaan lalu lintas. Beberapa
faktor pengemudi yang cenderung menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas
a. Pengemudi mabuk (drunk driver); adalah keadaan di mana pengemudi hilang kesadaran
d. Pengemudi lelah (fatiqued or overly tired driver); adalah keadaan di mana pengemudi
e. Pengemudi tidak mempunyai jarak pandang yang cukup; adalah keadaan di mana
pengemudi dengan jarak antara kendaraannya dengan kendaraan di depannya kurang dari
dan sebagainya.
mencapai tujuan dengan cepat, selamat dan hemat, serta menunjang nilai aman dan nyaman.
Dalam kaitannya dengan keselamatan umum, kendaraan yang digunakan di jalan raya
seharusnya sudah mendapatkan sertifikasi layak jalan yang dikeluarkan oleh dinas terkait
kendaraan cukup tinggi, sehingga diperlukan ketegasan dari aparat penegak hukum untuk
menindak pelanggaran akan hal tersebut. Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab
kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat
kondisi teknisnya yang tidak laik jalan ataupun penggunaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan. Yang dimaksud dengan kondisi teknis yang tidak laik jalan misalnya seperti rem
blong, mesin yang tiba-tiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, lampu
a. Ban; kondisi ban sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sebelum
masuk pintu tol, pengemudi harus memeriksa kondisi ban dan tekanan udara pada ban.
Ban yang gundul serta tekanan ban yang berlebihan pada ban kendaraan dapat
menyebabkan ban mudah pecah. Apabila ban mudah pecah, maka kendaraan tersebut akan
b. Alat kendali kendaraan; yang termasuk alat-alat kendali kendaraan adalah rem, kopling,
dan kemudi. Sebelum memasuki jalan tol, pengemudi harus memeriksa keadaan rem,
kopling, dan kemudi. Kondisi rem dan kopling yang sudah tipis, atau minyak rem yang
sudah habis, serta keadaan kemudi yang tidak seimbang dapat mengakibatkan kendaraan
c. Lampu kendaraan; lampu kendaraan merupakan faktor yang sangat penting, terutama bila
kendaraan dioperasikan malam hari. Lampu kendaraan sebagai alat penerangan berfungsi
Semua lampu yang berada di kendaraan harus dipastikan berfungsi dengan baik. Bila
lampu kendaraan tidak menyala, maka pengemudi tidak dapat melihat keadaan jalan
dengan jelas atau kendaraannya tidak dapat dilihat oleh kendaraan lain. Keberadaan
d. Dimensi Kendaraan; dimensi kendaraan terdiri dari berat, ukuran, dan daya kendaraan.
Semakin besar dimensi kendaraan maka akan semakin lambat akselerasi yang dapat
Faktor jalan merupakan satu komponen dari sistem transportasi darat yang merupakan
tempat kegiatan transportasi berlangsung. Kondisi jalan dapat menjadi faktor yang
Faktor kondisi permukaan jalan yang dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan
• Kerusakan pada permukaan jalan, misalnya terdapat lubang yang tidak dikenali pengemudi.
• Konstruksi jalan yang tidak sempurna, misalnya posisi permukaan bahu jalan terlalu rendah
keselamatan dan kenyamanan sangat erat kaitannya dengan aspek kelicinan dan kecepatan.
Dengan kata lain, kondisi yang demikian dari permukaan jalan dapat menambah tingkat
resiko kecelakaan lalu lintas. Kelicinan dapat terjadi karena berkurangnya koefisien gesekan
yang bisa ditimbulkan terutama oleh cuaca serta kotoran lumpur dan tumpahan minyak.
terlalu besar pada tikungan, terlalu sempitnya pandangan bebas bagi pengemudi, dan lain
sebagainya.
Kondisi geometrik jalan merupakan ukuran dari suatu jalan beserta bagian-bagiannya
yang disesuaikan dengan sifat-sifat lalu lintas. Pendekatan hubungan geometrik jalan dengan
bagian-bagiannya terhadap masalah kecepatan dan keamanan meliputi lebar jalur, lebar bahu,
Peranan dan fungsi jalan sangat dipengaruhi oleh keadaan dan kondisi tata guna lahan
sisi jalan. Karakteristik prasarana jalan akan mempengaruhi intensitas dan kualitas
kecelakaan lalu lintas, maka dalam pembangunan setiap jaringan jalan harus disesuaikan
dengan pola tingkah laku dan kebiasaan pemakai jalan. Untuk memenuhi jalan yang sesuai
dengan pola tingkah laku dan kebiasaan pemakai jalan, maka jalan harus dirancang,
keputusan.
Pengaruh lingkungan terhadap pengemudi pada jalan bebas hambatan akan terasa pada
kecepatan kendaraan yang lewat di sepanjang jalan tersebut. Pertimbangan cuaca yang tidak
menguntungkan serta kondisi jalan dapat mempengaruhi kecelakaan lalu lintas, akan tetapi
Tuntutan ini bervariasi tergantung dari tempat dan waktu, karena lingkungan jalan akan
berubah terhadap waktu dan tempat. Untuk memelihara kesiagaan secara tetap selama
mengemudi hampir jarang terjadi, adakalanya pada saat tertentu berada pada tahap kesiagaan
Kondisi ideal adalah ketika pengemudi dapat menjamin keselarasan antara tahap kesiagaan
Kendaraan yang tidak berhenti pada tempat yang sudah disediakan dapat
menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Benda-benda asing juga dapat menyebabkan kecelakaan
Asap tebal yang terdapat di jalan, baik asap kendaraan maupun asap lingkungan
kecelakaan lalu lintas. Asap tebal dapat menghalangi pandangan pengemudi, sehingga tidak
dapat melihat jalan maupun kendaraan lain yang berada di depannya. Bagaimanapun
pengemudi dan pejalan kaki merupakan faktor terbesar dalam kecelakaan lalu lintas para
dengan kekurangan geometrik. Faktor lingkungan dapat berupa pengaruh cuaca yang tidak
Angka kecelakaan adalah besaran yang menunjukkan jumlah kecelakaan per 100 juta
Pignataro (1973) dalam Widyasih (2003). Banyak indikator angka kecelakaan yang telah
Angka kecelakaan lalu lintas per km adalah jumlah kecelakaan per km. Dengan
menggunakan rumus :
×
= ..................................................................................(2.2)
× × ×
R = Angka kecelakaan pada bagian jalan raya (Kecelakaan per 100 juta-km kend)
×
= ×
..........................................................................................(2.3)
dengan :
Angka kecelakaan digunakan untuk mengukur tingkat kecelakaan pada satu satuan
ruas jalan. Dengan kata lain angka kecelakaan disebut juga dengan tingkat kecelakaan.
Tingkat kecelakaan yang paling umum dinyatakan dengan jumlah kecelakaan lalu lintas di
suatu lokasi atau ruas jalan per jumlah total panjang perjalanan yang dilakukan oleh semua
jumlah kecelakaan per 100 juta kendaraan-km panjang perjalanan (100JKKP) dalam 1 tahun.
Tingkat kefatalan adalah keadaan atau kondisi korban akibat dari adanya kecelakaan
dimana kondisi korban mengalami luka ringan, luka berat, dan meninggal. PT Jasa Marga
membagi tingkat kefatalan menjadi beberapa tipe sangat ringan yaitu korban kecelakaan tidak
mengalami luka apapun, ringan dimana korban mengalami luka ringan, berat korban
kecelakaan mengalami luka berat dan fatal jika korban kecelakaan meninggal dunia.
Lokasi rawan kecelakaan adalah suatu lokasi dimana angka kecelakaan tinggi dengan
kejadian kecelakaan berulang dalam suatu ruang dan rentang waktu yang relatif sama yang
adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan
potensi keceakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah rawan kecelakaan ini dapat
diidentifikasi pada lokasi jalan tertentu (black spot) maupun pada ruas jalan tertentu (black
site). Kriteria umum yang dapat digunakan untuk menentukan black spot dan black site
(Dewanti, 1996) :
a. Blackspot adalah Jumlah kecelakaan selama periode tertentu melebihi suatu nilai tertentu,
tingkat kecelakaan atau accident rate (per-kendaraan) untuk suatu periode tertentu melebihi
b. Blacksite adalah Jumlah kecelakaan melebihi suatu nilai tertentu, jumlah kecelakaan per-
km melebihi suatu nilai tertentu, dan tingkat kecelakaan atau jumlah kecelakaan per-
Pada daerah perkotaan, lokasi rawan kecelakaan yang dianggap sebagai blackspot
berupa persimpangan atau segmen ruas jalan sepanjang 100-300 meter untuk jalan perkotaan,
sedangkan untuk jalan antar kota adalah ruas jalan sepanjang 1 km (Pd-T-09-2004-B,2004).
Kriteria umum lainnya yang dapat digunakan untuk menentukan black spot adalah :
3. Kecelakaan terjadi dalam ruang dan rentang waktu yang relatif sama.
5. Tingkat kecelakaan melebihi nilai kritis yang diturunkan dari analisis data tersedia.
Jotin Khisty dan Kent Lall (1989) menyatakan bahwa ada 7 metode dalam mengidentifikasi
1. Metode Frekuensi
banyaknya kecelakaan. Suatu nilai kritis dapat ditetapkan untuk pemilihan tempat, seperti 10
atau lebih per tahun (yang meliputi semua jenis kecelakaan). Jalan raya yang panjangnya
2500 mil (sekitar 4000 km) atau kurang umumnya dapat menggunakan metode ini.
lalu lintas) dan dinyatakan sebagai “kecelakaan per juta kendaraan untuk persimpangan” atau
“kecelakaan per juta kendaraan – mil perjalanan” untuk bagian jalan raya. Tempatnya
kemudian diperingkat dalam urutan tingkat kecelakaan yang menurun. Sistem jalan raya yang
panjangnya 10.000 mil atau kurang dapat menggunakan metode ini. Untuk tempat-tempat
titik :
) . . .
Rsp = ..........................................................................(2.6)
) .
) . . .
Rse = .......................................................................... (2.7)
) .
dengan :
Metode laju frekuensi biasanya diterapkan dengan terlebih dahulu memilih sejumlah
besar sampel tempat dengan kecelakaan tinggi yang didasarkan pada kriteria “jumlah
kecelakaan” (yakni, metode frekuensi) yang dari sini tingkat kecelakaan dihitungnya. Suatu
prosedur modifikasi ialah dengan memetakan frekuensi kecelakaan pada sumbu mendatar dan
tingkat kecelakaan pada sumbu tegak. Dengan demikian, setiap kecelakaan dapat
tempat tertentu itu sangat lebih tinggi daripada laju rata-rata yang ditentukan sebelumnya
untuk tempat-tempat dengan karakteristik yang serupa, yang didasarkan pada distribusi
Poisson. laju kritis, yang didasarkan pada tingkat kecelakaan rata-rata berskala sistem untuk
dengan :
Rc = tingkat kecelakaan kritis untuk suatu titik (kecelakaan/10^6 kend) atau ruas
(kecelakaan/10^6 kend-mil)
Ra = tingkat kecelakaan rerata untuk suatu titik dengan karakteristik serupa atau
M = juta kendaraan yang melewati titik atau juga kendaraan-mil perjalanan dalam
kecelakaan tinggi. Keparahan kecelakaan dikelaskan oleh National Safety Council (AS) dan
Salah satu dari banyak metode keparahan menggunakan faktor hanya kerusakan harta benda
dicurigai. Data mentah setiap faktor diikonversi menjadi nilai petunjuk menggunakan grafik.
Sebagian besar didasarkan pada pembandingan kegagalan jalan yang ada dengan
standar keselamatan dan desain. Contoh-contoh fitur berbahaya demikian adalah jembatan
sempit, kemiringan sisi jalan yang terjal, lajur atau bahu yang sempit, jembatan layang tak
Pada dasarnya seluruh proses terjadinya kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi 3
1. Tahap Pra-Kecelakaan, yaitu keadaan sebelum sesuatu kecelakaan lalu lintas terjadi.
2. Tahap Kecelakaan, yaitu keadaan pada saat kecelakaan lalu lintas terjadi.
komprehensip yang harus mencakup setiap tahapan dalam proses terjadinya kecelakaan
tersebut. Pada dasarnya konsep yang bersifat komprehensip ini harus mengandung 3 prinsip,
yaitu :
a. Prinsip pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas (terkait dengan tahapan pra-
kecelakaan)
b. Prinsip pengurangan resiko kecelakaan lalu lintas (terkait dengan tahapan saat
terjadinya kecelakaan)
c. Prinsip penolongan korban kecelakaan lalu lintas (terkait dengan tahapan purna-
kecelakaan)
a. Penangangan lokasi rawan kecelakaan sangat tergantung pada akurasi data kecelakaan,
karenanya data yang dipergunakan untuk upaya ini harus bersumber pada instansi resmi.
b. Penangangan harus dapat mengurangi angka dan korban kecelakaan semaksimal mungkin
kecelakaan dilakukan melalui rekayasa jalan, rekayasa lalu lintas dan manajemen lalu
lintas.
Secara garis besar usaha peningkatan keselamatan lalu lintas dapat dikelompokkan
a. Aspek Rekayasa
b. Aspek Pendidikan
d. Aspek Pengelolaan
Aspek rekayasa lalu lintas untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dapat
ditekankan pada:
rawan terhadap kecelakaan, seperti marka jalan, rambu-rambu, alat pengatur lalu lintas,
b. Perbaikan terhadap peraturan lalu lintas yang diberlakukan pada ruas-ruas jalan tertentu
yang rawan terhadap kecelakaan lalu lintas, seperti batas kecepatan dan dilarang menyiap.
pengguna jalan dapat diperbaiki dengan cara memperbaiki pendidikan dan pengendalian.
Pengguna jalan harus dididik, bagaiman bertingkah laku di jalan yang dapat memberikan
kenyamanan bagi pengguna jalan yang lain yang tidak berbahaya baik kepada orang lain
maupun diri sendiri. Untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM) yang bersangkutan
memadai. Pendidikan dapat juga diberikan pada sekolah mengemudi untuk memberikan
kesadaran berlalu lintas yang baik, dan informasi-informasi pada sekolah serta dari media
ketat. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa penerapan, antara lain sebagai berikut:
a. Pembatasan kecepatan.
d. Penindakan dengan sanksi hukum bagi pelanggar lalu lintas yang menyangkut
keamanan dan keselamatan, sebagai pengguna jalan wajib mematuhi peraturan dan
undang-undang lalu lintas. Salah satu tugas kepolisian adalah untuk mengelola dan
menangani masalah kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Kepolisian akan berusaha
untuk mengetahui semua kecelakaan lalu lintas yang terjadi setiap harinya, dengan
II.7 Jalan
Menurut UU RI No. 38 Tahun 2004 , jalan adalah prasarana transportasi darat yang
meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
a. Ruang manfaat jalan adalah suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan
terdiri atas badan jalan, saluran tepi serta ambang pengamannya. Badan jalan meliputi
jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dengan bahu jalan, termasuk jalur pejalan
kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian yang paling luar dari ruang manfaat jalan
menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik jalan
antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang.
c. Ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang milik jalan yang
pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas, dan
a. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
b. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan pelayanan
a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani dengan ciri perjalanan jarak
jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan
masuk dibatasi.
c. Jalan lokal merupakan jalan umum yamg berfungsi melayani angkutan setempat dengan
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional serta
jalan tol.
b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dan sistem
d. Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar
dikelompokkan atas :
a. Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus yang
penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang
milik jalan, paling sedikit 2 lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median.
c. Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu-lintas jarak sedang dengan
pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar
d. Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2
Jalan bebas hambatan didefenisikan sebagai jalan untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara penuh, baik merupakan jalan terbagi ataupun tak terbagi.
Segmen jalan bebas hambatan didefenisikan sebagai suatu panjang jalan bebas hambatan,
diantara dan tak terpengaruh oleh simpang susun dengan jalur penghubung, ke luar dan
masuk dan yang mempunyai karakteristik rencana geometrik dan arus lalu lintas yang serupa
jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Tol adalah sejumlah uang tertentu
keadilan, yang dapat dicapai dengan membina jaringan jalan yang dananya berasal dari
pengguna jalan serta meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi guna menunjang
perkembangannya.
1) Jalan tol merupakan lintas alternatif dari ruas jalan umum yang ada.
2) Jalan tol mempunyai tingkat pelayanan keamanan dan kenyamanan yang lebih tinggi dari
jalan umum yang ada dan dapat melayani arus lalu lintas jarak jauh dengan mobilitas
tinggi.
3) Jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas antarkota didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 80 km per jam, dan untuk jalan tol di wilayah perkotaan didesain
4) Jalan tol didesain untuk mampu menahan muatan sumbu terberat paling rendah 8 ton.
5) Setiap ruas tol harus dilakukan pemagaran dan dilengkapi dengan fasilitas penyeberangan
6) Pada tempat-tempat yang dapat membahayakan pengguna jalan tol, harus diberi bangunan
pengaman yang mempunyai kekuatan dan struktur yang dapat menyerap energi benturan
kendaraan.
7) Setiap jalan tol wajib dilengkapi dengan aturan perintah dan larangan yang dinyatakan
dengan rambu lalu lintas, marka jalan dan/atau alat pemberi isyarat lalu lintas.
a. Tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau dengan prasarana
transportasi lainnya.
b. Jumlah jalan masuk dan jalan keluar ke dan dari jalan tol dibatasi secara efisien dan
semua jalan masuk dan jalan keluar harus terkendali secara penuh.
f. Lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dipergunakan sebagai jalur lalu lintas
9) Pada setiap jalan tol harus tersedia sarana komunikasi, sarana deteksi pengamanan lain
yang memungkinkan pertolongan dengan segera sampai ke tempat kejadian, serta upaya
10) Pada jalan tol antarkota harus tersedia tempat istirahat dan pelayanan untuk pengguna
jalan tol, disediakan paling sedikit satu untuk setiap jarak 50 km pada setiap jurusan.
a. Jalur lalu lintas diperuntukkan bagi arus lalu lintas pengguna jalan tol.
b. Lajur lalu lintas sebelah kanan hanya diperuntukkan bagi kendaraan yang bergerak lebih
cepat dari kendaraan yang berada di sebelah kirinya, sesuai dengan batas-batas yang
ditetapkan.
a. Digunakan sebagai jalur pemisah arus lalu lintas kendaraan yang bergerak berlawanan
arah.
c. Tidak digunakan oleh kendaraan untuk memotong atau melintas median kecuali dalam
keadaan darurat.
b. Pada saat melakukan transaksi di gerbang tol, pengguna jalan tol wajib menghentikan
Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, pasal 43 adalah : (1) memperlancar lalu
lintas di daerah yang telah berkembang; (2) meningkatkan hasil guna dan daya guna
pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi; (3)
Manfaat yang didapat : (1) Pembangunan jalan tol akan berpengaruh pada
aksesibilitas orang dan barang. (3) Pengguna jalan tol akan mendapatkan keuntungan berupa
penghematan biaya operasi kendaraan (BOK) dan waktu dibanding apabila melewati jalan
non tol. (4) Badan usaha mendapatkan pengembalian investasi melalui pendapatan tol yang
Atas dasar manfaat peningkatan mobilitas dan aksesibilitas orang dan barang, akan
sejalan dengan peningkatan penggunaan jalan tol, kendalanya adalah terjadinya kecelakaan.
Jalan Tol Belmera adalah satu-satunya jalan tol di Medan Propinsi Sumatera Utara
yang merupakan bagian dari jaringan jalan umum yang dibuat dengan maksud untuk
meningkatkan pemerataan dan efisiensi biaya operasional dan waktu tempuh. Panjang jalan
Tol Belmera adalah 34,068 km. Jalan tol ini mengitari sisi sebelah Timur Pusat Kota Medan.
Jalan ini memiliki 6 pintu masuk-keluar yaitu di Belawan, Mabar, Tanjung Mulia, Bandar
Selamat, Amplas dan Tanjung Morawa. Jalan tol ini dirancang untuk kecepatan rencana
seragam (uniform speed) yaitu 80 km/jam. Tipe jalan tol ini adalah 4 lajur 2 arah terbagi,
lebar lajur jalan tol ini adalah 2 x 3,60 meter. Kedua jalur tol ini dipisahkan oleh median
selebar 1,0 m. Sedangkan lebar bahu luar 2 x 2,5 m dan bahu dalam 2 x 0,75 m.
Uri Hermariza (2008) dalam skripsinya menganalisa lokasi rawan kecelakaan (black
spot). Uri menggunakan metode frekuensi dan metode Upper Control Limit (UCL) dalam
kilometer. Suatu ruas akan diidentifikasi sebagai lokasi titik rawan apabila pada ruas tersebut
terjadi kecelakaan dalam frekuensi yang lebih tinggi dari nilai kritis yang telah ditentukan
mengidentifikasi lokasi rawan kecelakaan (black spot). Metode jumlah adalah metode
identifikasi lokasi rawan kecelakaan yang paling sederhana. Metode ini adalah dengan
membuat daftar lokasi rawan kecelakaan yang disusun berdasarkan frekuensi atau jumlah
Melur Widyasih (2003) dalam skripsinya menganalisa black spot dengan metode
tingkat kecelakaan digabungkan dengan metode statistika (metode Rank Spearman). Caranya
yaitu dengan cara membandingkan angka kecelakaan dengan indeks kecelakaan kritis. Black
spot dapat ditentukan jika angka kecelakaan lebih besar dari indeks kecelakaan kritis. Melur
juga menganalisa faktor penyebab kecelakaan. Melur menggunakan metode Uji Signifikansi
untuk menganalisa faktor penyebab kecelakaan dan mendapatkan hasil bahwa pengemudi
kecelakaan berdasarkan lokasi kecelakaan, jenis tabrakan, penyebab kecelakaan, posisi lajur
tabrakan, dan tingkat kefatalan dan menganalisa pengaruh geometrik jalan terhadap