Anda di halaman 1dari 11

SNI 19-6447-2000

METODE
PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF
DAFTAR ISI

Daftar isi

1. Ruang Lingkup

2. Acuan

3. Pengertian

4. Hal-Hal Yang Diuji Pada Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif

5. Ketentuan Umum

6. Metode Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif

7. Jumlah Pengujian Terhadap Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif

8. Pencatatan Hasil Pengujian

Lampiran A Daftar Istilah

Lampiran B Tabel Contoh Pencatatan Hasil Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif
Metode pengujian kinerja instalasi pengolah lumpur aktif

1. Ruang Lingkup

Standar ini meliputi item yang diperiksa dan metode-metode yang berhubungan
dengan kinerja tangki aerasi, tangki presipitasi dan lainnya dari standar pengolahan
lumpur aktif. Digunakan untuk memisahkan benda tersuspensi dan benda terlarut
yang sukar mengendap menjadi hasil olahan lumpur yang mudah mengendap, dengan
pencampuran air buangan dan lumpur aktif yang merupakan agregat mikro organik
aerobik melalui absorpsi bio-kimia; oksidasi atau asimilasi.

2. Acuan

1. JIS B 7512- Steel Tape Measures


2. JIS B 7522- Textile Measuring Tapes
3. JIS B 8530- Glossary of Terms for Pollution Control Equipment
4. JIS K 0094- Sampling Methods for Industrial Water and Industrial Waste Water
5. JIS K 0102- Testing Methods for Industrial Waste Water
6. JIS R 2572- Testing Methods for Water Content of High Aluminious Plastic
Refractories and Fireclay Plastic Refractories
7. JIS R 3505- Volumetric Glassware
8. JIS Z 8761- Method of Flow Measurement by Float Type Area Flowmeters
9. JIS Z 8762- Measurement of Fluid Flow by Means of Orifice Plates and Nozzles
10. JIS Z 8763- Measurement of Fluid Flow by Means of Venturi Tubes
11. JIS Z 8764- Method of Flow Measurement by Electromagnetic Flow meters
12. JIS Z 8765- Method of Flow Measurement by Turbine Meters
13. JIS K 0102 metode pengujian Timah
14. SNI 06-2413-1991 metode pengujian pH
15. SNI 06-2503-1991 metode pengujian Residu Tersuspensi
16. SNI 06-2504-1991 metode pengujian Nilai KOB
17. SNI 06-2479-1991 metode pengujian Nilai COD
18. SNI 06-2484-1991 metode pengujian Ion Amonium
19. SNI 06-2480-1991 metode pengujian Ion Nitrit
20. SNI 06-2483-1991 metode pengujian Ion Nitrat
21. SNI 06-2466-1991 metode pengujian Nitrogen Organik
22. SNI OG-2524-1991 metode pengujian Ion Fosfat
23. SNI 06-2466-1991 metode pengujian Cadmium
24. SNI OG-2523-1991 metode pengujian Besi

3. Pengertian
Pada standar ini, pengertian yang dipakai mengacu pada JIS B 8530, TIS K 0102, dan
ketentuan di bawah ini:

1) MLSS adalah Campuran residu tersuspensi dalam lumpur cair di dalam tangki
aerasi pengolahan lumpur aktif;
2) MLVSS adalah Residu terurai dalam lumpur cair di dalam tangki aerasi pengolah
lumpur aktif;
3) Laju Pengendapan Lumpur Aktif (SV30), adalah prosentase relatif antara volume
dari endapan lumpur yang terbentuk setelah lumpur aktif didiamkan di dalam
gelas ukur berkapasitas 1 liter selama 30 menit, dinyatakan dalam persen
terhadap volume lumpur cair;
4) MLDO adalah Campuran Oksigen terlarut dalam lumpur cair di dalam tangki
aerasi pengolahan lumpur aktif;
5) Laju Penggunaan Oksigen adalah Konsentrasi oksigen terlarut (mg O/liter), per
satuan waktu (jam), dari lumpur cair di dalam tangki aerasi pengolahan lumpur
aktif;
6) Koefisien Laju Penggunaan Oksigen adalah Laju penggunaan oksigen terlarut
per unit konsentrasi (mg/liter) dari MLSS dalam tangki aerasi pengolahan lumpur
aktif;
7) Lumpur Resirkulasi adalah Penambahan endapan lumpur cair yang telah
diendapkan dalam tangki pengendapan, ke dalam tangki aerasi;
8) Laju Lumpur Resirkulasi adalah Perbandingan relatif antara debit lumpur
resirkulasi cair dengan debit air, yang dinyatakan dalam prosentase;
9) Faktor Pengali Gas Umpan adalah Faktor pengali debit udara atau gas yang
mengandung oksigen yang dialirkan ke dalam tangki aerasi pengolahan lumpur
aktif relatif, terhadap debit air limbah yang masuk;
10) Beban KOB adalah Persyaratan umum beban KOB-MLSS atau beban volumetrik
KOB;
11) Beban KOB-MLSS adalah Massa BOD yang mengalir masuk per unit massa (kg)
dalam tangki aerasi pengolah lumpur aktif (kg/hari);
12) Beban Volumetrik KOB adalah Massa aliran KOB yang masuk per volume efektif
(m) tangki aerasi pengolah lumpur aktif;
13) Usia Lumpur adalah Massa MLSS (kg) dalam tangki aerasi per unit massa
(kg/hari) dari zat padat tersuspensi yang mengalir ke dalam pengolahan lumpur
aktif;
14) Indeks Volumetrik Licnbah (SVI - sludge volumetric index) adalah Volume 1
gr MLSS yang dinyatakan dalam unit (ml) untuk lumpur cair yang telah didiamkan
selama 30 menit dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif;
15) Beban Permukaan adalah Debit air limbah yang masuk ke dalam pengolahan
lumpur aktif per luas permukaan yang efektif pada tangki pengendapan.

4. Hal-Hal Yang Diuji Pada Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif


Hal-hal yang perlu diuji pada instalasi pengolahan lumpur aktif harus yang dipilih
sesuai dengan rincian di bawah ini :
1) Suhu air limbah pada inlet dan air olahan pada outlet instalasi pengolahan lumpur
aktif;
2) Debit air limbah pada inlet dan air olahan pada outlet instalasi pengolahan lumpur
aktif;
3) Debit lumpur resirkulasi cair pada instalasi pengolahan lumpur aktif;
4) Debit udara atau gas yang mengandung oksigen untuk aerasi pada tangki aerasi
instalasi pengolahan lumpur aktif;
5) Kualitas air pada air limbah di inlet dan air olahan pada outlet instalasi
pengolahan lumpur aktif;
6) Keadaan lumpur cair dan lumpur resirkulasi cair pada tangki aerasi
instalasi pengolahan lumpur aktif;
7) Laju lumpur resirkulasi pada instalasi pengolahan lumpur aktif;
8) Faktor pengali penambahan gas umpan pada instalasi instalasi pengolahan
lumpur aktif;
9) Beban KOB pada instalasi pengolahan lumpur aktif;
10) Umur lumpur pada instalasi pengolahan lumpur aktif;
11) Koefisien laju penggunaan oksigen pada instalasi pengolahan lumpur aktif;
12) Indeks volumetrik lumpur (SVI) pada instalasi pengolahan lumpur aktif;
13) Beban permukaan pada instalasi pengolahan lumpur aktif;
14) Jumlah penggunaan daya pada instalasi pengolahan lumpur aktif;
15) Jumlah lumpur yang timbul dari instalasi pengolahan lumpur aktif.

5. Ketentuan Umum
Pengujian masing-masing bagian terdapat pada bagian 3 di atas harus
dilaksanakan pada saat pengolah lumpur aktif, aliran air limbah yang masuk dan air
limbah olahan telah stabil.
Apabila ada yang pengolahan yang terputus-putus, maka pengujian harus
dilaksanakan minimal lebih lama dari satu periode.

6. Metode Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif


6.1. Metode Pengukuran Suhu Air Limbah dan Air Olahan
Suhu air limbah dan air-olahan diukur pada titik pengukuran masing-masing sesuai
dengan metode pengujian Suhu Air sesuai SNI 06-2413-199.
6.2. Metode Pengukuran Debit Air Limbah dan Air Olahan
Debit air limbah clan air olahan diukur sesuai dengan rincian butir 8. Pengukuran
Debit JIS K 0094, JIS Z 8761, JIS Z 8762, JIS Z 8763, JIS Z 8764, atau JIS Z 8765
6.3. Metode Pengukuran Debit Lumpur Resirkulasi
Debit lumpur resirkulasi cair diukur sesuai dengan rincian butir 8. Pengukuran Debit
JIS K 0094, JIS Z 8761, JIS Z 8762, JIS Z 8763, JIS Z 8764, atau JIS Z 8765.
6.4. Metode Pengukuran Debit Udara Atau Gas Yang Mengandung Oksigen
Debit udara atau gas yang mengandung oksigen diukur sesuai dengan JIS Z 8761,
JIS Z 8762, atau .1IS Z 8763.
6.5. Metode Pengujian Kualitas Air Pada Air Limbah dan Air Olahan
Kualitas air limbah dan air olahan diuji sesuai dengan metode pengujian pH (SNI 06-
2413-1991), Residu Tersuspensi (SNI 06-2503-1991), Nilai KOB (SNI 06-2504-
1991), Nilai COD (SNI 06-2479-1991), Ion Amonium (SNI 06-2484-1991), Ion Nitrit
(SNI 06-2480-1991), lon Nitrat (SNI 06-2483-1991), Nitrogen Organik (SNI 06-2466-
1991), Ion Fosfat (SNI 06-2524-1991), Timah (JIS K 0102), Cadmium (SNI 06-2466-
1991), dan Besi (SNI 06-2523-1991).
6.6. Metode Pengujian Keadaan Lumpur Cair pada Tangki Aerasi dan Lumpur
Resirkulasi.
Keadaan di dalam tangki aerasi pengolah lumpur aktif, MLSS, laju pengendapan
limbah olahan (SV30), MLDO, laju penggunaan oksigen, dan sebagainya, harus diukur.
Posisi pengukuran disesuaikan dengan ukuran tangki aerasi, tipe aerasi, kemampuan
aerasi, inlet air limbah, outlet air limbah yang telah diolah, dan sebagainya,
diambil posisi horisontal yang sesuai, dan pada masing-masing posisi
ditempatkan dua atau tiga titik ke arah vertikal seperti di permukaan, lapisan tengah,
lapisan dalam, clan sebagainya. Contoh air dapat diambil dari tipe Heyroth, tipe
pompa, dsb. Pada tipe pompa, karena contoh air di permukaan sulit diambil, maka
bila diperlukan contoh air permukaan, air tersebut boleh diambil dengan
menggunakan gayung atau alat lain yang sejenis.
MLDO diukur tepat pada titik pengukuran di dalam tangki dengan metode pengujian
Oksigen Terlarut sesuai dengan SNI 06-2425-1991.
Untuk lumpur resirkulasi, MLSS, MLVSS, dan SV3O, diukur berdasarkan :
6.6.1 MLSS ; Mengukur MLSS sesuai dengan Residu Tersuspensi (SNI 06-2413-1991).
6.6.2 MLVSS ; Mengukur MLVSS sesuai dengan Residu Terurai ( SNI-06-2413-1991).
6.6.3 Laju Pengendapan Lumpur Aktif (SV3°) ; Untuk laju pengendapan lumpur aktif
(SV30), ambil lumpur aktif cair dicampur dengan lumpur diam sebanyak 1 Liter ke
dalam gelas ukur 1 liter ( JIS R 3505 ), diamkan,selama 30 menit, setelah itu segera
lihat jumlah endapan (a ml), dan hitung berdasarkan rumus di bawah ini :

SV30 = (a / 1000) x 100 = a/ 10

Dimana :
SV30 : adalah laju pengendapan Lumpur Aktif (%)
A : adalah jumlah endapan setelah didiamkan selama 30 menit (ml)

6.6.4 MLDO ; Untuk MLDO Oksigen Terlarut (SNI 06-2424-1991).


6.6.5 Laju Penggunaan Oksigeri ; Dari penyimpanan MLDO, laju penggunaan oksigen dapat
diperoleh dari limbah olahan berdasarkan ketentuan di bawah ini :
1) Peralatan
(1) Botol bertutup asah dengan kapasitas ± 3 liter.
(2) Botol bersaluran di bawah dengan kapasitas ± 3 liter, dengan 5 lubang
saluran.
(3) Peralatan Difusi Gas ; Alat yang didalamnya terdapat piring difusi gas yang
kecil, piring berlubang atau bola berlubang dengan ukuran yang sesuai (agar
dapat dimasukkan ke dalam botol bersaluran bawah ) yang diletakkan di
ujung tabung gelas yang berdiameter ± 7,5 mm.
(4) Botol Persiapan; Botol kaca dengan tutup asah yang berkapasitas ± 250
ml.

2) Cara Pengerjaan
(1) Masukkan 3 liter lumpur cair dari tangki aerasi ke dalam botol bertutup
asah
(2) Biarkan selama 10 - 20 menit untuk proses pengendapan.
(3) Masukkan cairan supernatant ke dalarn botol bersaluran di bawah
dengan menggunakan siphon.
(4) aerasi selama 5 - 10 menit dengan menggunakan alat difusi gas
sehingga jumlah oksigen terlarut menjadi 5 mg/liter atau lebih.
(5) Tambahkan lumpur yang sebelumnya telah diendapkan sambil diaduk-aduk
agar tercampur merata,
(6) isikan campuran bersamaan ke dalam botol yang telah disiapkan dari
botol yang bercabang saluran 5 dan tutup rapat untuk dipergunakan
sebagai bahan yang akan dperiksa.
(7) kocok botol sampel sesekali agar bahan-bahan yang terdapat di
dalamnya tidak mengendap.
(8) Ukur MLDO pada masing-masing botol dilakukan pada waktu tertentu,
misalnya setelah 0, 3, 5, 10, 15, sampai 20 menit.
(9) buat grafik penurunan MLDO dari sampel yang telah diambil dengan MLDO
(mg/liter) sebagai ordinat dan waktu sebagai absis, sehingga jumlah
penggunaan oksigen (mg/liter) per unit waktu (jam) dalam tangki aerasi
dapat diketahui.
Catatan : Apabila MLDO dalam lumpur tidak kurang dari 5 mg/liter, maka
pengujian dapat segera dilakukan.

6.7 Metode Pengukuran Laju Lumpur Resirkulasi


Laju lumpur resirkulasi dapat diperoleh dari debit lumpur resirkulasi dan debit air
limbah yang masuk, sesuai dengan rumus sebagai berikut:

R1 = (a1 / b2) x 100

dimana :
R1 : adalah laju lumpur resirkulasi (%)
a1 : adalah debit lumpur resirkulasi (m3/jam)
b2 : adalah debit air limbah yang masuk (m3/jam)

6.8 Metode Pengukuran Faktor Perkalian Gas Umpan


Faktor perkalian gas dapat diperoleh dari debit udara atau gas yang mengandung
oksigen yang ditambahkan ke dalam tangki aerasi clan debit air limbah yang masuk,
sesuai dengan rumus sebagai berikut:

R2 = a2 / b2

dimana :
R2 : adalah faktor perkalian gas
a2 : adalah debit udara (m3/jam)
b2 : adalah debit air limbah yang masuk (m3/jam)

6.9 Metode Pengukuran Beban


6.9.1 Beban KOB-MLSS. Beban KOB-MLSS dapat diperoleh dari konsentrasi KOB pada
aliran-masuk air, debit air yang mengalir masuk, konsentrasi MLSS di dalam tangki
aerasi dan volume efektif dari tangki aerasi, sesuai dengan rumus berikut :

L1 = (a3 x Q) / (b3 x V)

dimana :
L1 : adalah beban BOD-MLSS [kg BOD/(kg MLSS.hari)]
a3 : adalah konsentrasi BOD pada aliran-masuk air (mg/liter)
b3 : adalah konsentrasi MLSS di dalam tangki aerasi (mg/liter)
Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m 3/hari)
V : adalah volume efektif tangki aerasi (m 3 )

Volume efektif tangki acrasi dapat diperoleh dengan cara pengukuran dengan alat
ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau disesuaikan dengan
gambar rancang bangun.

6.9.2 Beban BOD-Volumetrik, Beban BOD-Volumetrik dapat diperoleh dari konsentrasi


BOD pada aliran-air masuk, debit air yang masuk, dan volume efektif dari tangki
aerasi, sesuai rumus berikut:

L 2 = (a3 X Q) / (1000 X V)

dimana :
L2 : adalah beban KOB-Volumetric [kg KOB/(m;.hari)]
a3 : adalah konsentrasi KOB pada aliran- air masuk (mg/liter)
Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m 3 /hari)
V : adalah volume efektif tangki aerasi (m)

Volume efektif tangki aerasi dapat diperoleh dengan cara pengukuran dengan alat
ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau disesuaikan dengan gambar
rancanga bangun.

6.10 Metode Pengukuran Usia Lumpur


Usia lumpur dapat ditentukan dari konsentrasi MLSS di tangki aerasi, volume efektif
tangki aerasi, konsentrasi residu tersuspensi dalam air yang masuk, dan debit air
yang masuk, sesuai rumus berikut :

T = (b3xV) / (cxQ)

dimana :
T : adalah usia lumpur (hari)
b3 : adalah konsentrasi MLSS di dalam tangki aerasi (mg/liter)
c : adalah konsentrasi residu tersuspensi dalam air yang masuk (mg/liter)
Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m3/hari)
V : adalah volume efektif tangki aerasi (m3)

Volume efektif tangki aerasi dapat diperoleh dengan cara pengukuran dengan alat
ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau disesuaikan dengan
gambar rancang bangun.
6.11 Metode Pengukuran Koefisien Laju Penggunaan Oksigen
Koefisien Laju Penggunaan Oksigen dapat diperoleh dari laju penggunaan oksigen
dan konsentrasi MLSS dari contoh yang sama, sesuai dengan rumus berikut :

U1 = (a4 x 1000) / b4

dimana :
U1 : adalah koefisien laju penggunaan oksigen [mg O/(g MLSS.jam)]
a4 : adalah laju penggunaan oksigen [mg O/(I.jam)]
b4 : adalah konsentrasi MLSS (mg/liter)

6.12 Metode Pengujian Indeks Voltunetrik Lumpur


Indeks volumetrik lumpur dapat diperoleh dari laju pengendapan dari lumpur yang
telah diolah (SV,.) dan konsentrasi MLSS contoh yang sama, sesuai dengan
rumus berikut :
SVI = (a5 x 1000) / b4

dimana :
SVI : adalah indeks lumpur volumetrik (ml/g)
a5 : adalah laju pengendapan lumpur olahan ml/L
b4 : adalah konsentrasi MLSS (mg/liter)

6.13 Metode Pengukuran Beban Permukaan


Beban permukaan dapat diperoleh dari debit air yang masuk instalasi pengolahan
lumpur, dan luas permukaan efektif dari tangki pengendapan, sesuai dengan rumus
berikut :

U2 = Q / S

dimana :
U2 : adalah beban luas permukaan air [m3/(m2 .hari)]
Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m3/hari)
S : adalah luas pemukaan efektif tangki pengendapan (m3)

Luas permukaan efektif tangki pengendapan dapat diperoleh dengan cara


pengukuran dengan alat ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau
disesuaikan dengan gambar rancang bangun.

6.14 Metode Pengukuran Penggunaan Daya Dari Pengolah Lumpur Aktif


Jumlah daya yang dipergunakan oleh pengolah lumpur aktif dapat diperoleh dengan
menggunakan dinamometer terpadu dari sumber daya seluruh perlengkapan tersebut.
6.15 Metode Pengujian Jumlah Lumpur Yang Dihasilkan Dari Pengolah lumpur aktif
Jumlah lumpur yang dihasilkan dari pengolah lumpur aktif dapat diperoleh dengan
cara mengukur volume lumpur yang ada dalarn tangki penyimpanan, dengan
mengukur laju kadar air dari lumpur sesuai JIS R 2572.

7. Jumlah Pengujian Terhadap Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif


Dari sejumlah pengujian yang dilakukan pada setiap item, sedikitnya dilakukan
tiga kali pengujian dalam satu hari dengan selang waktu yang cocok pada
saat pengoperasian. Apabila ditemukan suatu ketidak-tepatan, jumlah pengujian
harus ditambah sedemikian rupa sehingga kandungan sebenarnya dari perubahan
tersebut dapat dipastikan.

8. Pencatatan Hasil Pengujian


Hasil yang diperoleh dari pengujian dengan metode yang disebut di atas harus
disusun dalam bentuk baku sebagai berikut :
(Contoh pencatatan dapat dilihat pada tabel terlampir).
1) Tanggal dan waktu pengujian
2) Kondisi cuaca
3) Kondisi objek yang diuji
(1) Jenis air limbah yang diuji
(2) Jenis dan ukuran pengolah lumpur aktif
(3) Keadaan peralatan pengolah lumpur aktif
(4) Posisi dan jumlah titik pengujian
4) Keadaan air limbah dan air limbah olahan di inlet dan outlet
(1) Debit air limbah
(2) Temperatur air limbah
(3) Kualitas air limbah
(4) Debit air olahan
(5) Suhu air olahan
(6) Kualitas air olahan
5) Kondisi lumpur cair di tangki aerasi
Keadaan lumpur cair di tangki aerasi
6) Kondisi lumpur cair resirkulasi
(1) Debit lumpur cair resirkulasi
(2) Keadaan lumpur cair resirkulasi
7) Kondisi pengolahan air limbah
Laju pemindahan komponen olahan
8) Jumlah daya yang dipergunakan
9) Kondisi lumpur yang dihasilkan
Jumlah lumpur yang dihasilkan
10) Lain-lain
(1) Laju lumpur resirkulasi
(2) Jumlah gas umpan
(3) Faktor pengali gas umpan
(4) Beban BOD-MLSS
(5) Beban volumetrik BOD
(6) Usia Lumpur
(7) Koefisien laju kebutuhan oksigen
(8) Indeks volumetrik lumpur
(9) Beban permukaan
Lampiran A

Daftar Istilah

MLSS : Campuran Cairan dengan residu tesuspensi

MLVSS : Campuran Cairan dengan Residu terurai

MLDO : Campuran cairan dengan oksigen terlarut

Supernatant : Cairan yang berada di atas endapan

Inlet : Tempat aliran masuk

Outlet : Tempat aliran keluar


Lampiran B

Tabel. Contoh Pencatatan Hasil Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif

Nama peralatan :
Tanggal pengujian :
Nama petugas penguji :
Kondisi cuaca :
Cuaca kemarin temperatur udara °C
Cuaca hari ini temperatur udara °C
Kondisi objek yang diuji Jenis air limbah
Jenis dan ukuran peralatan pengolah lumpur aktif
(panjang x lebar x tinggi atau diameter x tinggi : mm)
Keadaan peralatan yang digunakan
Posisi dan jumlah titik pengujian

Satuan Spesifikasi Hasil Uji Ket.


1 2 3
Waktu Pengujian
°
Temperatur air C
Jumlah air limbah m3/jam
Air Ph -
Limbah Zat padat mg/liter
Kualitas air
BOD mg/liter
COD Mn mg/liter
°
Temperatur air C
Jumlah air olahan m3/jam
Air
pH -
Limbah
Zat padat mg/liter
Olahan Kualitas air
BOD mg/liter
COD Mn mg/liter
Campuran lumpur dan SV 30 %
cairan dalam tangki aerasi MLSS mg/liter
laju aliran m3/jam
Lumpur resirkulasi
MLSS mg/liter
Zat padat %
Tingkat Pemindahan
tersuspensi
Komponen objek olahan
BOD %
Jumlah daya terpakai kWh
Laju kg/jam
Lumpur yang Dihasilkan
Kandungan air %
Lumpur resirkulasi %
Gas Umpan m3/jam
Faktor pengali Gas Umpan (standard 0°C,
101 kPa (760 mmHg)
Beban BOD-MLSS kg/kg/hari
Beban BOD-volumetrik kg/m3/hari
Usia Lumpur hari
Tingkat koefisien Oksigen terkonsunnsi mg/g/jam
Indeks lumpur volumetrik ml/g
Beban permukaan m3/m2/jam

Anda mungkin juga menyukai