Anda di halaman 1dari 7

JURNAL RISET KESEHATAN

POLTEKKES DEPKES BANDUNG


Volume 11 No 2

“PERBEDAAN WAKTU OPERASIONAL AERATOR LUMPUR AKTIF


TERHADAP KADAR BOD, DO, SVI LIMBAH CAIR INDUSTRI SUSU”
Raditieas, Rizcar Maulana1*), Tati Ruhmawati, Yosephina Ardiani, Teguh Budi1
1*)
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Bandung, email:
rizcarmaul@gmail.com

ABSTRAK

Industri Susu merupakan industri yang memproduksi susu olahan siap minum, dan dari
proses produksi tersebut menghasilkan limbah cair yang perlu diolah. Biological
Oxygen Demand (BOD) adalah parameter yang dapat menyebabkan masalah bagi
lingkungan dan lumpur aktif adalah pengolahan yang paling efektif. Dissolved Oxygen
(DO) dan Sludge Volume Index (SVI) merupakan parameter yang dijadikan acuan
untuk menilai keadaan lumpur aktif. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui perbedaan
waktu operasional aerator dengan lumpur aktif selama 21 jam, 22 jam, 23 jam dan 24
jam terhadap kadar BOD, DO, dan angka SVI limbah cair industri susu. Penelitian ini
merupakan eksperimen semu dengan jumlah sampel sebanyak 40 buah dari 5 kali
pengulangan. Sampel diambil dengan metode grab sampling pada influent dan effluent
bak lumpur aktif. Hasil uji Kruskall Wallis data Parameter BOD, P value 0,162 > α
(0,05); hasil uji One Way ANOVA Angka SVI, P value 0,482 > α (0,05); hasil uji One
Way ANOVA Kadar DO, P value 0,719 > α (0,05), dari hasil statistik, disimpulkan tidak
ada hubungan antara perlakuan terhadap parameter yang diperiksa. Penurunan
tertinggi parameter BOD persentase 98,73%, 24 jam waktu operasional; Penurunan
tertinggi parameter SVI persentase 81,30%, 24 jam waktu operasional; Kenaikan
tertinggi parameter DO persentase 75,86%, 23 jam waktu operasional.

Kata kunci : limbah cair industri susu, BOD, DO, SVI, waktu kontak aerator,
lumpur aktif

ABSTRACT

Milk Factory is an industry that produces ready to drink milk, and from the production
generates liquid waste that needs to be processed. Biological Oxygen Demand (BOD)
is a parameter that can cause problems for the environment and activated sludge is the
most effective treatment to eliminate that parameter. Dissolved Oxygen (DO) and
Sludge Volume Index (SVI) is a parameter used as a reference to assess the state of
activated sludge. The purpose of this study was to determine the differences in the
operational time of aerators with activated sludge for 21 hours, 22 hours, 23 hours and
24 hours on decreasing BOD, and SVI, as well as DO levels of milk industry liquid
waste. This study is experimental type with a total sample of 40 pieces out of 5
repetitions. Samples were taken by grab sampling method on influent and effluent of
activated sludge tank. Kruskall Wallis test results on BOD parameter data, P value
0,162 > α (0,05); One Way ANOVA test results on SVI rate, P value 0,482 > α (0,05);
One Way ANOVA test results on DO Level, P value 0,719 > α (0,05), and from these
statistical test, it can be concluded that there is no difference between the treatment
given and the parameters examined. The highest reduction of BOD is 98,73%, 24
hours operational time; The highest reduction of SVI is 81,30%, 24 hours operational
time; The highest increase of DO is 75,86%, 23 hours operational time.

Key words : milk industry liquid waste, BOD, DO, SVI, operational time of aerators,
activated sludge

135
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Volume 11 No 2

PENDAHULUAN bak lumpur aktif yang hanya


dioperasikan selama 20 jam,
Prospek industri susu yang semakin sedangkan proses aerasi dalam waktu
menjanjikan, berdampak pada operasional 24 hingga 48 jam memiliki
peningkatan volume limbah cair yang pengaruh penurunan nilai BOD paling
dihasilkan. Sumber utama limbah cair tinggi yaitu sebesar 85%, dan
industri susu adalah dari produk yang meningkatkan kualitas lumpur aktif[3].
hilang selama operasi pencucian[1]. Permasalahan atas mesin aerator
Instalasi Pengolahan Air Limbah yang mekanik pada proses Instalasi
digunakan memiliki proses pengolahan Pengolahan Air Limbah kontinu yang
utama dengan bantuan mikroorganisme hanya dioperasikan selama 20 jam
yang sangat cocok dalam mengurai dalam sehari, membuat peneliti tertarik
cemaran yang terdapat pada limbah untuk mengetahui pengaruh lama
cair. Pengolahan limbah menggunakan waktu pengoperasian mesin aerator
bantuan mikroorganisme cukup efektif mekanik dalam bak aerasi lumpur aktif
tetapi memiliki tantangan dalam hal pada variasi waktu 21 jam, 22 jam, 23
perawatannya, dari hasil pemeriksaan jam, dan 24 jam terhadap kadar BOD,
yang dilakukan terdapat hasil proses DO, dan Angka SVI limbah cair di
pengolahan limbah (effluent) yang Industri Susu. Penelitian ini orisinal
belum memenuhi baku mutu, dengan karena dilakukan pada lingkup industri
kadar BOD sebesar 56,43ppm. susu, dan dengan meninjau 3
Dilakukan peninjauan pada proses parameter (BOD, DO, dan Angka SVI)
bak aerasi lumpur aktif sebagai salah setelah diperlakukan dengan
satu proses yang memiliki spesifikasi perbedaan waktu operasional mesin
reduksi angka cemaran paling tinggi. aerator mekanik.
Bak lumpur aktif dilengkapi dengan
perangkat aerator permukaan yang METODA
dioperasikan selama 20 jam, dan
limbah produksi terus masuk secara Rancangan penelitian ini adalah
kontinu dari bak penampungan awal, eksperimen dengan desain penelitian
hal ini menimbulkan permasalahan pre-post test without control. Sampel
fluktuasi-nya kadar BOD pada effluent, yang digunakan berasal dari influent
selain itu juga menyebabkan dan effluent bak lumpur aktif di IPAL
berkurangnya oksigen terlarut dan PT. Industri Susu Alam Murni. Mesin
penggumpalan lumpur. Nilai Dissolved aerasi yang terdapat dalam bak lumpur
Oxygen (DO) saat pengoperasian aktif ditunjukan pada gambar 1, dengan
aerator menyala sebesar 8,1 ppm, dan tipe aerator permukaan, dan kecepatan
saat dimatikan selama 30 menit dan 60 rotasi 1800 RPM.
menit secara berturut-turut sebesar 6,1
ppm dan 1,4 ppm. Kandungan oksigen
terlarut yang baik tidak boleh kurang
dari 1,7 ppm[2]. Selain itu, peninjauan
keadaan lumpur melalui nilai Sludge
Volume Index (SVI) sebesar 3281 mL/g
dengan standar nilai SVI 100-150,
dengan pertimbangan semakin tinggi
SVI maka semakin lumpur tidak [13]
Gambar 1. Mesin Aerator Mekanik
memenuhi syarat[2].
Kadar oksigen terlarut dan nilai SVI
Ditempatkan pada tengah bak
berkaitan dengan kinerja
lumpur aktif yang memiliki dimensi 11m
mikroorganisme dalam mengurai bahan
x 15m x 4m, yang dalam penelitian ini
organik, dan keadaan dua parameter
akan dioperasikan selama 21 jam, 22
dipengaruhi oleh proses aerasi pada

136
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Volume 11 No 2

jam, 23 jam, dan 24 jam[4]. Setelah HASIL PENELITIAN


diberikan 4 perlakuan tersebut, akan
dilakukan pemeriksaan atau 100
pengukuran untuk parameter BOD, DO,
90
dan Angka SVI dengan banyak

Persentase Penurunan Kadar BOD


pengulangan sebanyak 5 kali untuk 80
masing-masing perlakuan sehingga 70
sampel berjumlah 40.
Prosedur penelitian ini, untuk 60
parameter BOD akan dilakukan 50
pengambilan sampel dititik influent dan 40
Effluent bak lumpur aktif selanjutnya
dianalisa menggunakan metode 30
titrimetri (yodometri), sedangkan untuk 20
parameter SVI akan dilakukan 10
pengambilan sampel pada bak lumpur
aktif secara langsung dan dilakukan 0
1 2 3 4 5
pengukuran menggunakan corong
Replikasi
inhoff, dan untuk parameter DO akan
dilakukan pemeriksaan secara
21 Jam 22 Jam 23 Jam 24 Jam
langsung pada bak lumpur aktif
sebelum dan setelah diberi perlakuan Gambar 2. Persentase penurunan Kadar BOD
serta mempertimbangkan kadar tiap pengulangan
salinitas lumpur dan ketinggian area
menggunakan alat DIGITAL OXYGEN Pada gambar 2, dapat dilihat
METER Model DO-5510 buatan MRC fluktuasi dari masing-masing
Lab. persentase penurunan Kadar BOD
Pengolahan data dilakukan dengan setelah diberikan perlakuan, pada
menghitung persentase penyisihan perlakuan 24 jam waktu kontak, dapat
kadar atau angka pada setiap terlihat tinggi batang histogram yang
parameter sebelum dan setelah cukup linear yang dapat diartikan
dilakukan perlakuan, dengan rumus persentase penurunan kadar BOD
sebagai berikut: untuk perlakuan 24 jam adalah yang
paling tinggi dan konstan (dalam
jangkauan 90%), sedangkan jika
ditinjau dari batang histogram untuk
perlakuan 21 jam terjadi fluktuasi yang
Setelah dilakukan perhitungan cukup signifikan dengan turunnya
persentase penyisihan, kemudian data Persentase Penurunan Kadar BOD
dianalisis dengan uji statistik yaitu yang menandakan proses aerasi pada
ANOVA One Way untuk data waktu kontak 21 jam masih memiliki
berdistribusi normal, dan Kruskall kemungkinan untuk menyebabkan
Wallis untuk data yang tidak fluktuasi nilai effluent limbah cair.
berdistribusi normal untuk mengetahui
perbedaan dari masing-masing
parameter yang diperiksa dengan
perlakuan waktu operasional aerator
mekanik 21 jam, 22 jam, 23 jam, dan
24 jam.

137
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Volume 11 No 2

90 proses aerasi dengan waktu kontak 21


Persentase Penurunan Angka SVI jam, 22 jam, 23 jam, dan 24 jam
80
70
memiliki pengaruh cukup besar dalam
60
meningkatkan kadar DO pada bak
lumpur aktif.
50
Penentuan ada tidaknya perbedaan
40
pada waktu operasional mesin aerator
30
mekanik terhadap Kadar BOD, DO dan
20
Angka SVI limbah cair di PT. Industri
10
Susu Alam Murni adalah dengan
0 analisis mengguanakan uji ANOVA
1 2 3 4 5
One Way (jika distribusi data normal)
Replikasi
dan uji Kruskall Wallis (jika distribusi
data tidak normal), dan hasil dari
21 Jam 22 Jam 23 Jam 24 Jam
masing-masing parameter adalah
Gambar 3. Persentase penurunan Angka SVI sebagai berikut,
1. Hasil uji Kruskall Wallis data
Berdasarkan gambar 3 yang berisi Parameter BOD, P value 0,162 >
persentase penurunan angka SVI, α (0,05);
diketahui ragam persentase penurunan 2. Hasil uji One Way ANOVA Angka
angka SVI dari masing-masing SVI, P value 0,482 > α (0,05);
perlakuan. Dari perlakuan 1 (21 jam 3. Hasil uji One Way ANOVA Kadar
waktu kontak); 2 (22 jam waktu kontak); DO, P value 0,719 > α (0,05)
dan 3 (23 jam waktu kontak) memiliki dengan kaidah pengambilan
kecenderungan persentase penurunan keputusan:
angka SVI yang sedang dengan Ho : “Tidak ada pengaruh perbedaan
kisaran persentase penurunan antara waktu operasional aerator mekanik
28% hingga 70%. Sedangkan, untuk pada bak aerasi lumpur aktif
perlakuan 4 (24 jam waktu kontak) terhadap kadar BOD, DO, dan
memiliki hasil persentase yang fluktuatif Angka SVI limbah cair Industri
tetapi dalam titik tertinggi dengan Susu”
kisaran antara 30% hingga 85%. Ha : “Ada pengaruh perbedaan waktu
operasional aerator mekanik pada
bak aerasi lumpur aktif terhadap
80
kadar BOD, DO, dan Angka SVI
Persentase Kenaikan Kadar

70
limbah cair Industri Susu”
60
50
40
Dari hasil uji statistik ketiga
parameter, dikarenakan nilai p value
DO

30
20
lebih besar dari α (0,05) atau derajat
10
kesalahan 5%, maka Ho diterima dan
0 Ha ditolak, sehingga tidak terdapat
1 2 3 4 5 perbedaan antara waktu operasional
Replikasi mesin aerator mekanik terhadap
keadaan parameter BOD, DO, dan
21 Jam 22 Jam 23 Jam 24 Jam Angka SVI pada limbah cair PT.
Industri Susu Alam Murni. Tetapi,
Gambar 4. Persentase kenaikan Kadar DO terdapat reduksi yang cukup besar
dengan dilakukannya waktu
Grafik histogram Gambar 4 dapat operasional mesin aerator mekanik
dilihat besaran persentase kenaikan tersebut yaitu Penurunan tertinggi
kadar DO pada setelah perlakuan parameter BOD pada perlakuan 24 jam
cukup fluktuatif. Hal ini dapat diartikan waktu operasional dengan persentase

138
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Volume 11 No 2

98,73%; Penurunan tertinggi parameter menunjukan adanya peningkatan laju


SVI pada perlakuan 24 jam waktu penguraian bahan cemaran dalam
operasional dengan persentase proses pengolahan limbah cair.
81,30%; Kenaikan tertinggi parameter Penurunan kadar BOD menandakan
DO pada perlakuan 23 jam waktu meningkatnya kualitas hasil proses
operasional dengan persentase pengolahan air limbah kearah yang
75,86%. lebih baik.

PEMBAHASAN 2. Pengaruh Perbedaan Waktu


Operasional Aerator Mekanik Pada Bak
1. Pengaruh Perbedaan Waktu Aerasi Lumpur Aktif terhadap Angka
Operasional Aerator Mekanik Pada Bak SVI
Aerasi Lumpur Aktif terhadap Kadar Sludge Volume Index adalah ukuran
BOD umum yang digunakan untuk
PT. ISAM menggunakan lumpur aktif mengetahui kualitas lumpur. Dalam
sebagai salah satu media untuk proses proses pengolahan air limbah, lumpur
pengolahan limbah cair produksinya. dengan kualitas baik umumnya akan
Proses pada Instalasi Pengolahan Air menghasilkan limbah yang memenuhi
Limbah di PT. ISAM telah dilakukan nilai baku mutu. SVI
sejak tahun 2001, yang menunjukan mempertimbangkan konsentrasi
proses pengolahan limbah cair telah padatan larutan tersuspensi padat
berlangsung lama, dan menunjukan (MLSS) dan volume yang digunakan
adanya kemungkinan penurunan sejumlah lumpur tertentu. Secara
efektifitas reduksi bahan cemaran pada umum, kualitas lumpur yang baik
setiap proses IPAL tersebut, hal ini memiliki SVI dalam kisaran 50-150
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan mL/gram[2]. Semakin tinggi SVI,
awal oleh peneliti untuk parameter BOD semakin lambat lumpur mengendap.
pada effluent limbah cair tidak Jika lumpur mengendap terlalu lambat,
memenuhi baku mutu. ini dapat menyebabkan hilangnya
Dari analisis grafik histogram pada padatan tersuspensi di atas bendung
gambar 2, memiliki makna bahwa penjernih. Jika SVI mengendap terlalu
semakin lama waktu operasional mesin cepat, dan SVI <50 ini bisa disebabkan
aerator mekanik, semakin baik pula pin floc, yang umumnya (tetapi tidak
effluent limbah cair yang dihasilkan. selalu) disebabkan oleh lumpur tua[4][9].
Semakin lama waktu aerasi yang Hal ini sangat berkaitan dengan alur
diberikan pada air limbah maka nilai proses regenerasi lumpur aktif, dan
BOD5 & COD dari air limbah tersebut juga proses aerasi. Proses aerasi pada
semakin kecil, penurunan paling besar bak lumpur aktif berfungsi selain untuk
terjadi pada waktu aerasi 72 jam[3]. mensuplai oksigen untuk
Penurunan nilai BOD5 & COD mikroorganisme pengurai juga sebagai
mengidentifikasikan kualitas limbah salah satu meningkatkan percepatan
tersebut lebih baik sehingga akan akan dalam pembelahan diri bakteri[7], tetapi
berdampak positif bagi kualitas jika ditinjau kembali pada hasil
lingkungan perairan jika limbah tersebut pemeriksaan sampel setelah perlakuan
dilepas ke lingkungan[5][6]. dengan angka SVI terendah yaitu
Dalam kajian berkaitan dengan 387,34 (Perlakuan 4, 24 jam waktu
parameter BOD, data hasil operasional), masih dikategorikan
pemeriksaan dan persentase belum memenuhi standard (Angka SVI
penurunan menunjukan adanya 150[2]), hal ini mengindikasikan adanya
pengaruh yang cukup dalam menjamin permasalahan selain dari waktu
terpenuhinya kebutuhan oksigen bagi operasional mesin aerator, yaitu
mikroorganisme dalam melakukan permasalahan dari karakteristik
penguraian bahan organik, dan hal ini

139
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Volume 11 No 2

mikroorganisme dalam lumpur aktif kotak dan cara kerja mesin aerator
tersebut. yang lebih cocok untuk bak silinder
Perbandingkan keadaan morfologi akan menyebabkan adanya bagian
mikroorganisme pada kedua gambar dead point pada setiap ujung dari bak.
berikut, Adanya dead point pada bak lumpur
aktif akan menyebabkan timbulnya
foaming dan hal ini dapat mempercepat
proses sludge bulking pada lumpur aktif
sehingga efisiensi proses akan
menurun[8][12], seperti pada gambar
berikut,
(a) Mikroorganisme bentuk bulat berfilamen
(b) Mikroorganisme bentuk tak beraturan
dengan filamen
(c) Pembesaran Asli 100x
Gambar 5. Morfologi Mikroorganisme dalam
[9]
Lumpur Aktif Optimum

[13]
Gambar 7. Flow Works Aerator

3. Pengaruh Perbedaan Waktu


Operasional Aerator Mekanik Pada Bak
Aerasi Lumpur Aktif terhadap Kadar DO
Gambar 6. Morfologi Mikroorganisme Lumpur
Aktif PT. ISAM Pengukuran kadar DO pada bak
lumpur aktif di IPAL PT. ISAM untuk
Dari gambar 5 dapat dilihat morfologi mengetahui keadaan parameter Kadar
dari mikroorganisme dalam lumpur DO sebelum dan setelah diperlakukan,
aktif yang memiliki kerapatan baik dan keadaan lumpur aktif dengan kadar DO
aktif dalam melakukan penguraian, dalam jenjang 1.7 hingga 6.5
sedangkan dari gambar 6 diatas dapat merupakan titik aman bagi
dilihat komposisi bakteri yang terpisah- mikroorganisme dalam lumpur aktif
pisah dan terdapat lembar filamen yang pada saat proses pengolahan limbah
cukup besar pada penampang cair berlangsung[2], dan oksigen terlarut
morfologi mikroorganisme pada lumpur dalam sangat dipengaruhi oleh
aktif, yang mengindikasikan terdapat keadaan suhu pada bak pada saat
masalah pada lumpur aktif tersebut proses[11].
yang menyebabkan lumpur sukar Dari hasil pengukuran diketahui
mengendap dan artinya lumpur dalam bahwa keadaan suhu dari masing-
kondisi kurang baik (bulking). Kondisi masing perlakuan mengalami fluktuasi
bulking pada lumpur aktif dapat yang cukup besar, kecuali untuk
disebabkan juga oleh tingginya kadar perlakuan 24 jam waktu operasional
bahan cemaran organik pada limbah yang memiliki kisaran suhu 24,5oC
cair yang memasuki proses lumpur aktif hingga 25.0 oC, hal ini bisa terjadi
atau meningkatnya volume limbah cair karena suhu merupakan komponen
yang memasuki proses lumpur aktif alam yang mudah terpengaruhi oleh
sehingga pertumbuhan mikroorganisme cuaca, tekanan atmosfer, dan keadaan
berfilamen meningkat secara pesat, sekitar lingkungan itu sendiri.
penyebab lainnya adalah terjadinya Sebelum melakukan
aerasi yang tidak mencukup atau tidak pengukuran menggunakan alat DO
merata[4][8]. Selain itu, bentuk bak Meter, diperlukan data salinitas lumpur
lumpur aktif pada IPAL PT. ISAM yang aktif, dan ketinggian letak dari IPAL di

140
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Volume 11 No 2

PT. ISAM, hal ini perlu dilakukan untuk Aeration Tank. Amerika Serikat:
dapat menjamin validitas dan United States Patent; 1984.
keakuratan data hasil pengukuran. 5. Hadinafta, Riyan. 2009. Analisis
Letak PT. ISAM berada di area Ujung Kebutuhan Oksigen Untuk
Berung – Gede Bade, Kota Bandung Dekomposisi Bahan Organik di
yang merupakan kawasan industri pada Lapisan Dasar Perairan Estuari
daerah landai dengan ketinggian 666 Sungai Cisadane, Tangerang.
DPL[12]. Keadaan salinitas lumpur aktif Bogor: Institut Pertanian Bogor
di IPAL PT. ISAM, memiliki kadar 0.38- 6. Komala, Puti Sri., dkk. 2009.
0.39[4], setelah dilakukan input data Pengaruh Aerasi Terhadap
ketinggian dan salinitas sampel yang Bioreaktor Membran Eksternal
akan diperiksa, perlu dilakukan kalibrasi Untuk Biodegradasi Zat Warna
alat sebelum melakukan pengukuran Azo. Bandung: Institut Teknologi
lumpur aktif. Bandung
7. Richard I, et al. 2012. Journal
KESIMPULAN (Water Pollution Control
Federation), Vol. 41, No. 7 (Jul.,
Tidak terdapat perbedaan antara 1969), pp. 1285-1291 in The
waktu operasional mesin aerator Sludge Volume Index: What Is
mekanik (21 Jam, 22 Jam, 23 Jam, 24 It?.Carolina Utara: Universitas
Jam) terhadap keadaan parameter Carolina Utara
BOD, DO, dan Angka SVI pada limbah 8. Said, Nusa Idaman. 2002.
cair Industri Susu. Tetapi jika dilihat dari Pengolahan Air Limbah Domestik
hasil pemeriksaan, dengan perlakuan Dengan Proses Lumpur Aktif
yang dilakukan dapat menghasilkan Yang Diisi Dengan Media Bioball.
keadaan yang lebih baik atas Jakarta: Jurnal Air Indonesia
parameter yang diperiksa. Edisi Vol. BPPT
Saran penelitian lanjutan yang 9. David Jenkins et al. 2017. Manual
berkaitan adalah melakukan pilot On The Causes and Control of
project untuk meneliti pengaruh besar Activated Sludge Bulking,
nozzle pada mesin aerator terhadap Foaming, and Other Solids
penurunan parameter cemaran dalam Separation Problems, 3rd Edition.
limbah cair industri susu, dan membuat Boca Raton: Finlandia
bak stabilisasi Return Sludge sebagai 10. Eddy, Karden dan Sontang
usaha perbaikan lumpur aktif. Manik. Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Cetakan ke- 3.Jakarta;
DAFTAR RUJUKAN Djambatan; 2009.
11. Srikandi, Fardiaz. Polusi Air &
1. Wagini, R., dkk., 2002. Udara. Penerbit KANISIUS.
Pengolahan Limbah Cair Industri Yogyakarta; 1992.
Susu.Yogyakarta: Universitas 12. BPS Kota Bandung. Tinggi
Gadjah Mada Wilayah di Atas Permukaan Laut
2. Ningtyas, Rahayu. 2015. (DPL) Menurut Kecamatan di
Pengolahan Air Limbah dengan Kota Bandung (Diperbaharui 18
Proses Lumpur Aktif. Bandung: Juli 2018, Diunduh 18 April 2019).
Institut Teknologi Bandung Available from:
3. Arsawan, Made., dkk. 2007. https://bandungkota.bps.go.id/
Pemanfaatan Metode Aerasi 13. -----. 2013. Aqua Jet: Surface
Dalam Pengolahan Limbah Mechanical Aerator Bulletin.
Berminyak. Denpasar: Illinois: Aqua-Aerobics Systems
Universitas Udayana
4. Suzuki et al. Method Of Improving E-mail: rizcarmaul@gmail.com
The SVI Of Mixed Liquor In

141

Anda mungkin juga menyukai