Anda di halaman 1dari 6

UNILEVER SKIN FACTORY PT Unilever merupakan salah satu pabrik perusahaan yang memproduksi kebutuhan masyarakat Indonesia.

PT Unilever Tbk memiliki enam pabrik di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi dan dua pabrik di kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur dengan kantor pusat di Jakarta. Produk-produk perseroan berjumlah sekitar 32 brand utama dan 700 SKU, dipasarkan melalui jaringan yang melibatkan sekitar 370 distributor independen yang menjangkau ratusan ribu toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Produk-produk tersebut didistribusikan melalui pusat distribusi milik personal, gudang tambahan, depot dan fasilitas distribusi lainnya. Salah satu pabrik yang dikunjungi dalam kegiatan ekskursi kali ini adalah Skin Care Factory . Pabrik ini terletak di jalan Jababeka 5, Cikarang, Jawa Barat. Pabrik ini merupakan pabrik yang memproduksi aneka produk kecantikan kulit, serta produk untuk kesehatan kulit, serta produk perawatan wajah. Pabrik ini sendiri baru saja berdiri sekitar 2 tahun yang lalu. Sebelumnya, pabrik yang memproduksi produk perawatan kulit berada di Surabaya. Di Pabrik ini proses produksi dilakukan selama 24 jam tanpa henti. Dimana pembagian kerjanya terbagi menjadi 3 shift pekerja. Semua proses produksi dilakukan secara otomatis, mulai dari proses pemasakan cairan, pewadahan sampai packaging dilakukan secara otomatis. Tenaga-tenaga manusia juga dibutuhkan, namun mayoritas proses produksi dikerjakan dengan bantuan mesin. Pada perjalanan ekskursi kali ini, sebagian dari

rombongan mahasiswa berkesempatan untuk mengunjungi production hall, dimana tempat semua proses produksi dilakukan. Dari sisi manajemen lingkungan, di pabrik ini juga sudah tersedia unit Waste Water Treatment Plant untuk mengolah limbah cair sisa pabrik. Di pabrik ini, proses yang

digunakan dalam WWTP merupakan pengolahan biologis dan kimia yaitu menggunakan sistem SBR (sequence batch reactor) untuk proses pengolahan biologis. Proses pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi beban effluent yang merupakan influent pada WWTP pusat sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh WWTP pusat yaitu WWTP Jababeka. Semua limbah dari setiap pabrik akan masuk dan diolah kembali di WWTP Jababeka. Oleh karena itu limbah dari pabrik harus memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan, bila kualitas influentnya melebihi standar maka pabrik tersebut akan dikenakan biaya tambahan.

Proses yang ada di WWTP hampir sama dengan proses WWTP yang pada umumnya, yang membedakan hanyalah pada proses berlangsungnya dan kapasitas saja. Limbah yang paling dominan di WWTP ini adalah limbah busa/foam, mengingat banyak bahan-bahan kimia jenis detergen yang digunakan pada proses produksi. Hal yang membedakan dengan pengolahan limbah cair adalah kandungan influent limbah yang akan diolah. Lumpur yang dihasilkan juga berbeda, lumpur yang biasa dihasilkan pada proses pengolahan limbah cair lainnya berwarna coklat atau hitam namun lumpur yang dihasilkan oleh pengolahan limbah cair di pabrik Skin Unilever ini berwarna putih kekuningan. Selain warna, bau dari limbah yang dihasilkan juga berbeda dengan air limbah pada WWTP untuk limbah domestik. Limbah yang dihasilkan berbau seperti detergen. Perlu diketahui, bahwa pabrik Unilever Skin ini telah mendapatkan sertifikasi dari dalam negeri dan beberapa sertifikasi standar internasional, di antaranya adalah ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu), ISO 18001 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja) ,dan ISO 14001(Sistem Manajemen Lingkungan), serta sertifikasi CPKB (Cara Produksi yang Baik). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pabrik ini melakukan pengolahan limbah cair sendiri di area pabrik. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan 2 jenis pengolahan, yaitu pengolahan kimia dan pengolahan biologis. Berdasarkan paparan pihak Unilever pada saat ekskursi, sumber air limbah terbesar dari pabrik ini berasal dari area produksi yaitu CIP yang merupakan air sisa pencucian peralatan produksi bekas pakai yang dicuci menggunakan air panas. 1. Influent Tank Pertama, influent dari seluruh kegiatan pabrik masuk ke influent tank yang memiliki kapasitas 100 m3. 2. Bak Ekualisasi Pada bak ekualisasi ini dilakukan pH adjustment yang berguna untuk menyesuaikan nilai pH dari timbulan limbah cair yang masuk ke bak influent. Seperti yang diketahui, sebagian besar limbah cair yang diolah pada pengolahan ini mengandung deterjen yang biasanya memiliki pH cukup tinggi (basa). 3. Anaerobic Reactor Berdasarkan penjelasan pihak Unilever, pengolahan menggunakan unit ini memiliki beberapa kekurangan dan disebutkan bahwa unit ini tidak cocok untuk pengolahan air

limbah industry. Karena berdasarkan karakternya yang sensitif terhadap lemak dan TSS, unit pengolahan ini akan bekerja lebih optimal jika digunakan pada pengolahan limbah cair domestik. Hal ini dapat dibuktikan dari efisiensi unit ini yang hanya berkisar sebesar 15 %. Sedangkan, bila digunakan pada pengolahan air limbah domestik, efisiensinya bisa mencapai 60%. 4. Chemical Treatment (Pengolahan Kimia) Pada pengolahan ini dilakukan beberapa penambahan bahan kimia, antara lain : Demulsifier Koagulan NaOH Flokulan Proses kimia dilakukan dengan DAF (Dissolved Air Flotation). Dalam pengoperasian DAF, pembentukan gelembung udara melalui pelepasan air bertekanan memegang peranan penting. Tiga tahap terjadinya kontak gelembung-padatan dalam flotasi udara terlarut. Pertama pelekatan (adhesion) gelembung ke fasa padat, kedua terperangkapnya gelembung dalam struktur flok dibarengi dengan pergerakan gelembung ke atas, dan ketiga terjadi adsorpsi dan absorpsi gelembung udara dalam struktur flok sehingga terbentuk struktur flok yang mengapung ke permukaan. DAF yang digunakan pada pengolahan air limbah di pabrik ini terdiri atas 3 lapisan, dimana lapisan atas merupakan padatan, lapisan tengah merupakan air,dan yang terakhir berada pada lapisan bawah yaitu sedimen. Untuk menghilangkan solid yang ada pada lapisan atas, maka dilakukan penyapuan menggunakan scrapper. DAF dipilih dengan alasan jenis ini lebih tahan terhadap fluktuasi sehingga akan tetap bekerja optimal bila sewaktu-waktu terjadi fluktuasi debit. 5. Clear Water Tank 6. Pengolahan Biologis Pengoalahan biologis pada WWTP pabrik ini menggunakan lumpur aktif (activated sludge) dengan tipe CSAS/ SBR (Sequencing Batch Reaktor). Sequencing Batch Reaktor (SBR) adalah proses lumpur aktif dirancang untuk beroperasi pada kondisi non-stabil. SBR beroperasi dalam mode batch utuh dengan aerasi dan penyelesaian lumpur baik yang terjadi dalam tangki yang sama. Perbedaan utama antara SBR dan sistem lumpur aktif aliran-menerus konvensional, adalah bahwa tangki SBR melaksanakan fungsi pemerataan aerasi dan sedimentasi di urutan waktu dalam urutan

ruang konvensional sistem aliran-kontinu. Selain itu, sistem SBR dapat dirancang dengan kemampuan untuk mengolah berbagai macam fluktuasi debit sedangkan sistem kontinu adalah didasarkan pada debit influen tetap. Dengan demikian, ada tingkat fleksibilitas berhubungan dengan kerja dalam urutan ruang. Pabrik ini memiliki 4 unit SBR dengan masing-masing reactor memiliki kapasitas sebesar 50 m3. Periode pengosongan bak untuk kontrol dan pencucian dilakukan per 6 minggu. Pada reaktor ini dilakukan seeding dengan berat sekitar 500 kg. Perlu diketahui, bahwa rasio antara BOD : COD yang dihasilkan adalah 0,4. Dan CSAS atau SBR ini merupakan unit terakhir pada pengolahan air limbah di pabrik ini yang menghasilkan effluent terakhir untuk dioalh kembali di WWTP pusat yang berada di bawah wewenang Jababeka Infrastructure.

7. Belt Press

Lumpur yang dihasilkan dari unit-unit pengolahan ini dimasukkan ke dalam belt press untuk dipipihkan dan siap dibawa ke pabrik semen untuk dijadikan bahan bakar

Berdasarkan penjelasan yang diberikan pihak Unilever, influent air limbah yang masuk ke pengolahan memiliki nilai COD yang sangat tinggi, yaitu 30000 ppm. Dengan adanya pengolahan yang dilakukan di area pabrik, nilai COD tersebut dapat diturunkan hingga angka 100 ppm. Hal ini merupakan suatu keuntungan mengingat batas COD yang diperbolehkan untuk masuk ke pengolahan pada WWTP Jababeka maksimal adalah 800 ppm. Pihak Unilever sendiri sebenarnya tengah dalam masa riset untuk merencanakan penggunaan heat exchanger yang bertujuan mengubah temeperatur air. Dengan

menggunakan heat exchanger ini, akan dapat menghemat energy yang selama ini digunakan untuk mengkonversi suhu air, mengingat sebagian besar limbah yang dihasilkan berasal dari air panas sehingga harus diturunkan terlebih dahulu suhunya.
30 o C Proses RO BPW

Heat Exchanger Effluent tank 70 o C Waste tank

Pengelolaan Sampah Selain melakukan pengolahan limbah cair, pabrik Unilever Skin juga melakukan pengolahan dan pengelolaan sampah baik itu sampah non B3 maupun sampah B3. 1. Sampah Non B3 Timbulan sampah non B3 pada pabrik ini bersumber dari beberapa kegiatan, seperti : Packing RMS (Raw Material Storage) yang menghasilkan kardus-kardus yang tidak terpakai. Kantor Proses produksi Taman

Khusus untuk sampah yang dihasilkan dari RMS, karena kualitasnya masih cukup baik, kardus-kardus ini didaur ulang kembali. Proses daur ulang ini sendiri bekerja sama dengan MAP. Beberapa kardus yang masih layak pakai dapat digunakan kembali. Berikut ini adalah timbulan sampah per harinya yang dihasilkan dari pabrik ini. Sumber Timbulan Jumlah Timbulan (kg/hari) 762 365 440 3841 147 yang tercatat per harinya hingga Area packing Kantor Proses produksi RMS Taman Data ini merupakan jumlah timbulan sampah non B3 kuarter I tahun 2011. 2. Limbah B3 Timbulan limbah B3 yang dihasilkan oleh pabrik ini sudah tentu dalam jumlah yang besar, mengingat banyaknya bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi produk perawatan kulit seperti yang dihasilkan di pabrik ini. Sumber timbulan limbah B3 tersebut berasal dari beberapa area kegiatan, di antaranya : Liquid reject : 670 kg/hari

Laboratorium (bahan kimia untuk penelitian) : 1 kg/hari Engineering waste (air aki) Lumpur dari WWTP : 5 kg/hari : 5000 kg/hari

Untuk timbulan limbah dari lumpur WWTP, jumlah timbulan maksimum sudah ditetapkan oleh Jababeka Infrastructure yaitu 5000 kg/hari untuk dapat masuk ke

pengolahan limbah pusat di Jababeka. Berikut ini merupakan skema alir limbah B3 di pabrik Unilever Skin ini.

TPS B3 Liquid reject Lab Eng. waste Liquid 10.000 kg Sludge 50.000 kg

Waste

WWTP Sludge

Anda mungkin juga menyukai