Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Kasus

Tn. D usia 70 tahun, di rawat di ruang Psikogeriatrik sejak 2 minggu yang lalu. Tn.
D mengalami gangguan memori dan orientasi. Pada saat perawat bertemu dengan
Tn. D untuk berbincang-bincang Tn. D selalu lupa nama perawat, dan nama
ruangan tempat tinggalnya. Pasien tidak mampu melakukan hitungan sederhana.
Tn. D sering lupa kamar/ tempat tidurnya sendiri, sering mengulang cerita yang
sama tentang pekerjaannya di masa muda, dan lupa mandi. Tn. D juga mudah marah
dan sering tersinggung. Hasil pengkajian didapatkan data kuku pasien tampak
kotor, badan berbau tidak sedap, gigi tidak lengkap, tampak adanya caries pada gigi,
mulut pasien bau dan pasien tampak bingung. Pasien berjalan dengan lambat dan
menggunakan tongkat, skala kekuatan otot 3. Saat ini pasien mengkonsumsi obat
antidepresan. Hasil pemeriksaan MMSE (pendidikan terakhir SMA) : 11 (dengan
rentang 0-30). Perawat mempersiapkan tindakan asuhan keperawatan untuk Tn. D
sesuai diagnosis keperawatan jiwa yang didapatkan perawat

B. Tujuan Analisis Kasus

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan perbedaan antara mood, emosi


dan afek pada kasus
2. Mahasiswa dapat mengetahui rentang respon pada kasus
3. Mahasiswa dapat mengetahui tipe gangguan alam perasaan pada kasus
4. Mahasiswa dapat mengetahui faktor predisposisi dan presipitasi gangguan
alam perasaan pada kasus
5. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala gangguan mood depresi pada
kasus
6. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan klien pada kasus dan
klien dengan defisit perawatan diri pada kasus.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mood dan Afek

Mood adalah tekanan perasaan yang jelas dan menetap, yang dirasakan
secara mendalam, dan mempengaruhi persepsi dan perilaku seseorang terhadap
dunia sekitarnya. Emosi adalah pengalaman sadar, kompleks dan meliputi unsur
perasaan, yang mengikuti keadaan-keadaan psikologis dan mental yang muncul
serta penyesuaian batiniah dan mengekspresikan dirinya dalam tingkah laku
yang nampak. Afek merupakan peristiwa psikis dapat diartikan sebagai rasa
ketegangan hebat dan kuat, yang timbul dengan tiba-tiba.

Berikut ini perbedaan mood, emosi, dan afek adalah :

Afeksi: nada perasaan (bagaimana kita merasakan sesuatu), hanya dirasakan di


'dalam' namun tidak melibatkan aspek biologis. Akan tetapi dapat menimbulkan
ingconruency (ketidaksebidangan).

Emosi: suasana hati (respon yang terjadi setelah merasakan sesuatu),


melibatkan aspek biologis dan durasi kemunculannya pendek/singkat.

Mood: ini juga sama merupakan suasana hati (respon yang terjadi setelah
merasakan), melibatkan aspek biologis dan durasi terjadinya biasanya
panjang/lama, bisa dalam hitungan hari, bulan hingga tahun).

Analisis kasus :

Dalam kasus dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami mood yang


iritabel karena pasien mudah sekali marah dan tersinggung. Pasien juga
memiliki afek yang sesuai (appropriate affect) karena pada pasien memiliki
kondisi dimana irama emosional harmonis dengan gagasan, pikiran, atau
pembicaraan yang menyertai.

2
B. Rentang Respon

Rentang respons gangguan alam perasaan mulai dari respon adaptif sampai
respon maladaptif adalah sebagai berikut :

Rentang respon gangguan alam perasaan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Reaksi Reaksi Mania /


Responsif kehilangan Supresi kehialngan Depresi
yang wajar yang awajar

 Responsif adalah respons emosional individu yang terbuka dan sadar akan
perasaannya. Pada rentang ini, individu dapat berpartisipasi dengan dunia
eksternal dan internal.
 Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami
oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini, individu
menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya
bersedih, berfokus pada diri sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari.
Reaksi kehilangan tersebut tidak berlangsung lama.
 Supresi merupakan tahap awal respon emosional yang maladaptif individu
menyangkal, menekan, atau menginternalisasi semua askep perasaanya
terhadap lingkungan.

3
 Reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan
memanjang, tetapi tidak tampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi
berduka yang memanjang ini dapat terjadi beberapa tahun.
 Mania/Depresi merupakan respons emosional yang berat dan dapat dikenal
melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial.
 Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah
tersinggung dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa
peningkatan kegiatan, banyak bicara, ide-ide meloncat, senda gurau, tertawa
berlebihan, penyimpangan sosial.
 Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.

Analisis kasus :

Pada kasus pasien termasuk dalam rentang respon maladaftif yaitu pada
mania/depresi ditandai dengan mudah marah dan sering tersinggung. Karena
pada mania itu adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
adanya alam perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang
mudah tersinggung dan terangsang.

C. Tipe Gangguan Alam Perasaan


Secara garis besar, tipe gangguan dapat diklasifikasikan menjadi mood
episode, depressive disorder, dan bipolar disorders (5).
1. Mood Episode
a. Mayor depressive
Pada tipe ini, terdapat 5 atau lebih gejala-gejala yang ditampilkan selama
periode 2 minggu dan menampilkan perubahan fungsi sebelumnya. Adapun
tanda-tanda secara lengkap adalah:
• Perasaan depresif lebih banyak dalam sehari, hampir setiap hari
yang diindikasikan berdasarkan data subjektif atau hasil observasi.
• Menurunnya secara nyata minat terhadap kesenangan, hampir
semua aktivitas dalam sehari atau hampir setiap hari.

4
• Kehilangan berat badan yang berarti meskipun tidak diet.
• Kesulitan tidur (insomnia) atau tidur yang berlebihan
(hypersomnia).
• Terjadi peningkatan aktivitas psikomotor atau perlambatan motorik
hampir setiap hari.
• Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
• Perasaan-perasaan tidak berharga atau berlebihan atau perasaan
berdosa yang berlebihan hampir setiap hari.
• Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau
perasaan keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan
yang berpotensi untuk mengakibatkan cedera.
• Terus - menerus berpikir tentang kematian, berulangnya ide-ide
untuk bunuh diri tanpa perencanaan yang jelas atau percobaan bunuh diri
dengan perencanaan unnuk pelaksanaan bunuh dirinya.
b. Manik episode
Episode manik ditandai dengan periode gangguan yang nyata dan
peningkatan secara menetap meluap-luap atau mood yang mudah
terangsang (irritable) selama 1 minggu (atau beberapa periode saat di rumah
sakit juga penting).
Selama periode gangguan, 3 atau lebih gejala-gejala berikut telah menetap
dan telah nampak dalam tingkat yang berarti:
• Melambungnya harga diri atau Grandiosity
• Menurunnya kebutuhan untuk tidur
• Lebih banyak bicara dibanding biasanya atau adanya dorongan yang
kuat untuk bicara
• Ide yang meloncat (fligh of ideas) atau pengalaman subjektif bahwa
ia berpikir meloncat,
• Perhatian yang mudah teralih (distractibility),
• Peningkatan dalam perilaku yang bertujuan atau agitasi psikomotor,
• Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan
yang berpotensi untuk mengakibatkan cedera,

5
• Pada saat episode manik dimulai penampilan klien menjadi
meningkat, tidak rapi, lebih cepat secara fisik dalam intelektual dan
emosional.
• klien menjadi meningkat dalam aktivitas (retless) dan agresif.
• Aspek id terlihat berlebihan dan aspek super ego cenderung
dilanggar.
• klien berpikir dengan demikian ia menjadi mudah teralih
perhatiannya (distractibility). Hal ini menyebabkan adanya ide yang
meloncat-loncat (Fight of ideas).
• Mood klien menjadi gembira yang berlebihan (euphoria) dan
berganti menjadi exaltation (gembira berlebihan yang disertai hiperaktivitas
motoric) dan akhirnya mencapai puncaknya menjadi gelisah dan sangat
gaduh.
• klien dalam keadaan ini tidur dan makan sangat sedikit, kehilangan
berat badan yang sangat cepat ia dapat memukul apa saja apabila dicegah
menjadi marah.
c. Tipe lainnya (other)
Tipe lain dari episode mood meliputi mixed episode dan hypomanic episode
pada mixed episode, kriterianya merupakan perpaduan antara manik
episode dan mayor depressive episode, Sedangkan pada Hypomanik
episode secara jelas menunjukkan meningkatnya mood yang berbeda dari
mood non depresif yang biasa tetapi tidak dikelompokkan sebagai episode
manik.
2. Depressive disorders
a. Mayor Depressive Disorders, Dapat berupa episode berulang atau episode
tunggal. Hal ini dapat juga memiliki gambaran khusus seperti adanya
penampilan diam melamun (catatonic) atau melankolik atau menyertai
kejadian postpartum. Klien yang mengalami mayor depressive berbicara
menjadi lambat, berhenti bicara, cemas dan klien menjadi menyalahkan diri
sendiri. Pada tipe episode depresif gerakan klien menjadi lambat, lambat
untuk duduk di kursi, kaku, suara mengerang yang sedih dan lebih banyak
duduk dilantai atau tempat tidur. Klien secara langsung bersikap agresif ke

6
dalam dirinya sendiri dan kadang-kadang menyalahkan diri sendiri,
perasaan berdosa, dan bersalah di dunianya. Kesengsaraan sangat
mendalam selanjutnya setelah periode ini klien dapat mencoba bunuh diri.
b. Dysthymic disorder, Dikenal dengan Depresi Neurosis, yang ditandai
dengan mood yang terdepresi dalam sebagain besar hari. Dua atau lebih
gejala depresi berikut dapat ditampilkan, menurun nafsu makan, kelelahan
yang sangat, susah tidur atau tidur berlebihan, harga diri rendah, kesulitan
konsentrasi atau kesulitan membuat keputusan dan perasaan putus harapan.
3. Bipolar Disorders
a) Bipolar Disorders, klien dengan tipe bipolar mendemonstrasikan
kekuatan, meluap-luap dan menggambarkan siklus irama mood. Bentuk
yang ditemukan dalam tipe gangguan mental ini adalah kapanpun
mengalami keadaan meluap-luap selama waktu satu mingu atau satu bulan.
Kejadian tersebut bersifat lambat tetapi secara bertahap meningkat dalam
emosi dan aktivitas sampai klimaks menjadi gaduh gelisah, selanjutnya
terjadi penurunan secara lambat dalam aktivitasnya menuju kearah perilaku
normal lagi, selanjutnya klien akan memulai siklus hypoaktivitas disertai
depresi.
b) Cyclothymic Disorders, Individu dengan kelainan ini cenderung untuk
mengalami irama mood diantara keriangan dan depresif.
Analisis Kasus:
Berdasarkan kasus dari tipe gangguan alam perasaan klien mengalami
mayor depressive dengan gejala terjadi perlambatan motorik hampir setiap
hari, didalam kasus pasien dalam gerakannya menjadi lambat. Kemudian
berkurangnya kemampuan berpikir dan berkonsentrasi seperti didalam
kasus klien sering mudah lupa, tidak mampu melakukan hitungan sederhana
dan dalam berbincang-bincang pasien selalu mengulang cerita yang sama.
D. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah atau


mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini mencakup
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayanan masyarakat terhadap hal hal yang berkaitan dengan kesehatan,

7
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi,
dan sebagainya.

Presipitasi gangguan alam perasaan adalah keadaan emosional yang


berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi hidup
seseorang.

Analisis Kasus :

Dikasus dikatakan bahwa pasien tidak mampu melakukan hitungan


sederhana, sering menceritakan tentang pekerjaannya dan lupa mandi. Dari hasil
pengkajian kesehatan didapatkan bahwa kuku pasien kotor, badan berbau tidak
sedap, gigi tidak lengkap, tampak adanya carries pada gigi, mulut pasien bau dan
nampak bingung. Pasien juga mudah marah dan sering tersinggung.

E. Tanda Gejala Gangguan Mood

Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara
spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Gejala-gejala depresi ini bisa
kita lihat dari tiga segi, yaitu dari segi fisik, psikis, dan sosial.

a. Gejala Fisik

1) Gangguan pola tidur

2) Menurunnya tingkat aktifitas

3) Menurunnya efisiensi kerja

4) Menurunnya produktivitas kerja

5) Mudah merasa letih dan sakit

b.Gejala Psikis

1) kehilangan iangan rasa percaya diri

2) Sensitif

3) Merasa diri tidak berguna

8
4) Perasaan bersalah

5) Perasaan terbebani

c. Gejala Sosial

Lingkungan akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut


pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri. sensitif,
mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada
masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan, atau bawahan. Masalah ini tidak
hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder,
malu, cemas jika berada diantara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk
berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap
terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada
kesempatan.

Seseorang dengan mood yang terdepresi (yaitu depresi) merasakan


hilangnya energi-energi dan minat. perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi
hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Tanda
dan gejala lain dari gangguan mood adalah perubahan tingkat aktivitas,
kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi vegetatif (seperti tidur, nafsu
makan, aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut
hampir selalu menyebabkan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan (Kaplan,
2010: 792).

Analisa Kasus :

Pada kasus Tn.D usia 70 tahun terlihat ada tanda dan gejala depresi dan
gangguan mood karena pasien mengalami penurunan kognitif terlihat dari tidak
bisa melakukan hitungan sederhana dan penurunan memori jangka panjang
maupun jangka pendek. Pasien juga mengalami gejala psikis yaitu mudah
marah dan tersinggung. Pasien tidak bisa melakukan fungsi vegetatifnya
terutama mandi

9
F. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama: Tn. D
Umur: 70 tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: -
Status Perkawinan: -
Alamat: -
Agama: -
2. Alasan Masuk: -
3. Keluhan utama: -
4. Pemeriksaan Fisik: Kuku pasien kotor, badan berbau tidak sedap,
gigi tidak lengkap, tampak adanya caries pada gigi, dan mulut
pasien bau, pasien berjalan dengan lambat menggunakan tongkat.
5. Psikososial: -
6. Status Mental
a. Penampilan: Kuku kotor, badan berbau tidak sedap, gigi tidak
lengkap, tampak adanya caries pada gigi, dan mulut pasien bau,
pasien berjalan dengan lambat menggunakan tongkat, dan pasien
tampak bingung
b. Pembicaraan: Pasien sering mengulang cerita yang sama tentang
pekerjaannya di masa muda
c. Aktivitas Motorik: -
d. Alam perasaan: Muda marah dan sering tersinggung
e. Afek: Marah
f. Interaksi selama wawancara : Kooperatif
g. Persepsi: -
h. Proses pikir: Arus pikir: perseverasi, Isi pikir: -, Bentuk pikir:
realistic

10
i. Tingkat Kesadaran: Kwantitatif: Compos mentis, Kwalitatif :
Tidak berubah
j. Orientasi: Terganggu waktu, tempat, dan orang
k. Memori: Gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya
ingat jangka pendek dan gangguan ingat saat ini
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien tidak mampu berhitung
sederhana
m. Kemampuan Penilaian: -
n. Daya tilik diri: -
o. Kebutuhan Persiapan Pulang : -
p. Mekanisme Koping: -
q. Masalah Psikososial dan Lingkungan : -
r. Pengetahuan: -
b) Diagnosa
1. Diagnosa : Defisit perawatan diri: Mandi
Faktor yang berhubungan: Gangguan persepsi, memori dan
orientasi
Outcome: Perawatan diri: mandi
Masuk dan keluar kamar mandi, mandi dengan bersiram, mencuci
wajah, mencuci badan bagian atas dan bawah, membersihkan area
perineum, mengeringkan badan
Intervensi: Manajemen demensia: memandikan
 Personalisasi mandi sesuai dengan preferensi mandi pasien
yang biasa dan atau tradisi budaya
 Berikan alasan untuk mandi
 Berikan waktu untuk perawatan dengan cara yang tidak
terburu-buru
 Berespon sesuai persepsi terhadap pasien
 Berikan arahan yang singkat dan sederhana
 Pastikan privasi dan keamanan
 Gunakan pendekatan yang fleksibel dengan menyediakan
pilihan dan kontrol atas waktu dan jenis aktivitas mandi

11
2. Diagnosa: Pengabaian diri
Batasan karakteristik: hygiene personal tidak adekuat
Faktor yang berhubungan: Gangguan psikotik
Outcome: Status perawatan diri, Perawatan diri: kebersihan mulut,
perawatan diri: mandi
Mempertahankan kebersihan diri, mempertahankan kebersihan
mulut, mendapatkan perawatan gigi secara regular.
Intervensi: Pemeliharaan kesehatan mulut, bantuan perawatan diri
Fasilitasi pasien untuk menggosok gigi dengan tepat, monitor
kebersihan kuku, dukung orangtua dan keluarga berpartisipasi,
monitor kebutuhan pasien, bantu pasien menerima kebutuhan,
berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan
sendiri dengan dibantu minimal, ciptakan rutinitas aktivitas
perawatan diri
3. Diagnosa: Kerusakan memori
Batasan karakteristik: mudah lupa, ketidakmampuan mengingat
informasi
Outcome: Memori
Mengingat informasi yang baru dan yang lama secara akurat
Intervensi: Latihan memori, Implementasikan teknik mengingat
yang tepat, beri latihan orientasi, sediakan pengingat.

12
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari kasus di dapatkan bahwa pasien mengalami mood yang iritabel dan
dalam rentang respon yang maladaptif karena pasien mudah sekali marah dan
tersinggung. Pasien juga memiliki afek yang sesuai (appropriate affect).
Tipe gangguan alam perasaan yang klien alami yaitu mayor depressive
dengan gejala terjadi perlambatan motorik hampir setiap hari, didalam kasus
pasien dalam gerakannya menjadi lambat.
Klien terlihat ada tanda dan gejala depresi dan gangguan mood karena
pasien mengalami penurunan kognitif terlihat dari tidak bisa melakukan
hitungan sederhana dan penurunan memori jangka panjang maupun jangka
pendek. Pasien juga mengalami gejala psikis yaitu mudah marah dan
tersinggung. Pasien tidak bisa melakukan fungsi vegetatifnya terutama mandi.
Diagnosa yang diangkat berdasarkan kasus yaitu ada defisit perawatan diri:
mandi, pengabaian diri, dan kerusakan memori.
B. Saran
Semoga makalah ini bisa dijadikan literature dalam keperawatan jiwa dan
si pembaca di harapkan dapat menambahkan literature untuk melengkapi
makalah ini

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawitasari, Johana E. 2012. Psikologi Terapan-Melintas Batas Disiplin


Ilmu. Jakarta, Erlangga.
2. Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta : CV ANDI OFFSET.
3. Purwaningsih , dkk 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha
Medika.
4. Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 2010. Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri,
Tangerang: Binarupa Aksara.
5. Yosef, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

14

Anda mungkin juga menyukai