Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak kecil manusia sudah mulai membedakan emosi yang satu dari
yang lain, karena perbedaan tanggapan orang tua terhadap berbagai perasaan
dan tingkah laku. Kemampuan untuk membedakan antara bermacam-macam
hal, seperti barang kepunyaan sendiri dan kepunyaan teman, suara dan wajah
orang, dengan perlahan-lahan bertambah sejalan dengan perkembangan
manusia mulai dari masa kanak-kanak ke masa remaja dan masa dewasa.
Kemampuan untuk membedakan antara bermacam-macam hal yang dijumpai
semakin tajam dan teliti, berlangsung terus dalam hidup, sehingga manusia
makin dapat membedakan antara perasaan sendiri dengan perasaan orang lain.
Emosi merupakan bagian terpenting dalam sisi kejiwaan manusia dan tidak
akan lepas dari totalitas itu sendiri.
Di era modern ini manusia dituntut untuk bisa mengejar kecepatan
perkembangan disegala bidang. Desakan pekerjaan yang seringkali
membebani sudah dianggap wajar. Oleh karena itulah manusia yang
merupakan makhluk dengan beragam emosi seringkali menerima beban
berlebih dalam lingkungan pekerjaan, keluarga, maupun masyarakat yang
pada akhirnya membuat seseorang mengalami masalah atau gangguan pada
emosi atau perasaan mereka. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan
membahas tentang gangguan perasaan atau biasa disebut dengan
gangguan mood, apa saja macam, ciri-ciri, faktor penyebab dan cara
menanganinya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar penulis mendapatkan pengetahuan dan memberikan informasi
tentang masalah psikososial Gangguan Mood (Mood Disorder).
1.2.2 Tujuan Khusus
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dalam masalah psikososial
Gangguan Mood (Mood Disorder), mahasiswa diharapkan mampu :

1|Page
1. Mengetahui dan memahami penyebab yang mendasari timbulnya
masalah psikososial Gangguan Mood (Mood Disorder).
2. Mengetahui dan memahami terapi dan pencegahan yang dilakukan pada
masalah psikososial Gangguan Mood (Mood Disorder).

1.3 Rumusan Masalah


Dari masalah yang ada dapat di rumuskan masalah antara lain:
1. Apa penyebab yang mendasari timbulnya masalah psikososial Gangguan
Mood (Mood Disorder)?
2. Apa terapi dan pencegahan yang dilakukan pada masalah psikososial
Gangguan Mood (Mood Disorder)?

1.4 Manfaat
Mendapat pengetahuan serta dapat menerapkan apa yang telah
didapatkan dalam perkuliahan dengan kasus yang nyata dalam melaksanakan
asuahan keperawatan sebagai pertimbangan dalam pembuatan makalah.

2|Page
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan hati (mood disorder) disebut juga gangguan afektif.
Pengertian mood atau suasana hati mengacu pada emosi yang berlaman lama
mencakup peranana murung maupun kegembiraan. Disebut gangguan mood
karena terjadi ketidaknormalan dalam suasana hati yaitu berupa kemurungan
hebat (depresi) atau kegairahan atau kegembiraan yang abnormal.
Dalam hidup semua manusia memiliki perasaan yang berbeda-beda
dalam setiap harinya. Perasaan itu terkadang sedih, senang, marah, dan lain
sebagainya yang biasanya berlangsung sementara. Perasaan tersebut sering
disebut dengan mood. Mood merupakan perpanjangan dari emosi yang
berlangsung selama beberapa waktu, kadang-kadang beberapa jam, beberapa
hari, atau bahkan, dalam beberapa kasus depresi beberapa bulan.Mood yang
dialami dalam kehidupan manusia ini sedikit banyak akan berpengaruh kuat
terhadap cara mereka dalam berinteraksi (Meier, 2000: 8-9).
Mood adalah kondisi perasaan yang terus ada dan mewarnai kehidupan
psikologis kita. Perasaan sedih atau depresi bukanlah yang abnormal dalam
konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun, orang dengan
gangguan mood atau yang sering dikenali sebagai gangguan perasaan biasanya
terlarut dalam suasana perasaannya dalam jangka waktu yang cukup lama
sehingga mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi
tanggung jawab secara normal. Mereka yang mengalami gangguan mood ini
akan mengalami perubahan mood yang ekstrem, bagaikan roller coaster
emosional dengan ketinggian yang membuat pusing dan turunan yang bukan
kepalang ketika dunia disekitarnya tetap stabil (Nevid, 2003: 229).
Orang dengan gangguan mood (mood disorder) adalah orang yang
mengalami gangguan mood yang luar biasa parah atau berlangsung lama dan
mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung
jawab secara normal. Sejumlah orang mengalami depresi berat bahkan ketika
semua hal tampak berjalan lancar, atau saat mereka menghadapi peristiwa
yang sedikit membuat kesal yang dapat diterima dengan mudah oleh orang

3|Page
lain. Sebagian lainnya mengalami perubahan mood yang ekstrem. Mereka
bagaikan menaiki roller coaster emosional dengan ketinggian yang membuat
pusing dan turunan yang sangat curam ketika dunia di sekitar mereka tetap
stabil.

2.2 Macam-macam Gangguan Mood


Ada beberapa jenis dalam gangguan mood yang terjadi pada manusia
ini umunya digolongkan sesuai dengan tingkat berapa lamanya gangguan ini
terjadi, yaitu :
1. Episode Manik (Manic Episode) atau periode maniak
Gangguan ini biasanya muncul secara tiba-tiba, selama satu periode
manik orang tersebut mengalami elevasi atau ekspansi mood yang tiba-tiba
dan merasakan euforia, kegembiraan, optimisme yang tidak biasa. Orang
tersebut tampak seperti memiliki energi yang tidak terbatas dan menjadi
sangat suka bergaul meskipun sampai pada titik dimana ia menjdi sangat
menuntut dan memaksa kepada orang lain. Orang yang mengalami sebuah
episode atau fase manik akan merasa bersemangat dan memperolok orang
lain, dengan memberikan lelucon yang keterlaluan, dan cenderung
memperlihatkan penilaian yang buruk serta menjadi argumentatif. Orang yang
mengalami gangguan ini bisa saja bersifat sangat dermawan dan melakukan
kontribusi sumbangan yang sulit mereka penuhi atau memberikan suatu
barang yang mahal. Mereka tidak dapat duduk tenang atau tidur nyanyak.
Mereka hampir selalu menunjukan berkurangnya kebutuhan untuk tidur.
Mereka selalu bangun lebih awal dan merasa cukup beristirahat serta penuh
tenaga. Terkadang mereka tidak tidur selama bebrapa hari dan tidak merasa
lelah sedikitpun. Meski mereka terlihat mempunyai simpanan energi yang
melimpah, mereka tidak bisa mengorganisir tindakan secara kontstruktif. Rasa
girang mereka menggangu kemampuan mereka untuk bekerja dan untuk
berhubungan normal dengan lainnya.
Orang yang berada dalam sebuah episod manik umunya mengalami
perasaan self-estreem yang yang tinggi berkisar dari self-confidence yang
ekstreem hingga terjadi delusi total akan kebesaran diri sendriri. Perhatina
mereka mudah dialihkan oleh stimulus yang tidak relevan, seperti suara detak

4|Page
jarum jam, mereka cenderun mengambil tugas lebih dari yang mampu mereka
kerjakan. Pada kasus yang parah mereka bisa mengalami gangguan berfikir
sama seperti orang yang mengidap skizofrenia.mereka dapat mengalami
halusinasi atau delusi yang sangat parah, contohnya mereka memiliki
hubungan khusus dengan Tuhan.
2. Gangguan Depresi
Depresi adaah suatu kondisi yang lbih dari suatu keadaan atau perasaan
sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas yang rutin biasa, hilang
minat dan semangat, malas berativitas dan gangguan pola tidur. Depresi ini
merupakan faktor utama penyebab bunuh diri. Ciri-ciri orang yang mengalami
depresi, yaitu:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berukurang
c. Mempunyai gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan tentang masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu, insomnia atau hipersomia yang hampir setiap hari.
g. Nafsu makan berkurang sehingga menyebabkan penurunsn berat badan
yang signifikan.
1) Depresi Ringan, diidentikan dengan depresi minor yang merupakan
perasaan melankolis yang berlangsung sebentar dan disebabkan oleh
sebuah kejadian yang tragis dan mengandung ancaman, atau
kehilangan sesuatu yang penting dalam kehidupan si penderita. Orang
yang mengalami depresi ringan setidaknya memiliki 2 dari gejala
lainnya dan 2-3 dari gelaja utama.
2) Depresi sedang, dialami oleh penderita selama 2 minggu dan orang
yang sedang mengalami depresi ini mengalami kesulitan untuk
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.
Orang yang mengalami depresi ini setidaknya memiliki 2-3 gejala
utama dan 3-4 dari gejala utama.
3) Depresi mayor, adalah kemurungan yang dalam dan menyebar luas.
Perasaan murung ini mampu menyedot semangat serta energi pada si
penderita. Orang yang memiliki depresi mayor ini biasanya cenderung
5|Page
untuk melakukan bunuh diri, serta dampak dari depresi ini sering kali
memunculkan paranoid, halusinasi pendengaran dan akhirnya menjadi
gila. Dalam episode depresi mayor, seseorang akan cenderung
mengalami salah satu diantara mood depresi (merasa sedih, putus asa,
dan terpuruk) atau kehilangan minat/rasa senang dalam semua atau
semua aktivitas adalam periode paling sedikit yaitu 2 minggu. Orang
yang mengalami gangguan depresi mayor ini memiliki selera makan
yang buruk, kehilangan atau bertambah berat badaan yang mencolok,
memiliki masalah tidur atau tidur terlalu banyak, dan menjadi gelisah
secara fisik atau menujukan melambatnya aktivitas motorik mereka.
Gangguan depresi mayor adalah tipe yang paling umum dari gangguan
mood yang dapat didiagnosa dengan perkiraan 10% hingga 25% untuk
wanita dan 5 hingga 12% untuk pria. Pria cenderung mengalihkan
pikiran mereka saat depresi sementara wanita cenderung lebih
memperbesar depresi dengan merenungkan perasaan mereka dan
penyebabnya. Depresi mayor yang lebih parah biasanya desertai
dengan ciri psikosis (disertai dengan penyakit yang timbul dalam
tubuhnya).
3. Gangguan Distimik atau Distimia
Gangguan distimik merupakan gangguan mood yang berpola depresi
ringan namun kronis yang disebabkan oleh suatu perkembangan kronis yang
bermula pada masa anak-anak atau masa remaja.formulasi dari diagnostik dari
tipe kesedihan yang kronis disebut “neurosis depresi” atau “kepribadian
depresi”. Orang yang mengalami gangguan distimik merasakan “spirit yang
buruk” atau “keterpurukan” sepanjang waktu namun mereka tidak mengalami
depresi yang sangat parah seperti orang yang mengalami gangguan depresi
mayor. Sementara gangguan depresi mayor cenderung parah dan terbatas
waktunya, gangguan distimik relatif ringan dan kronis, biasanya berlangsung
selama beberapa tahun. Perasaan depresi dan kesulitan bersosial terus ada
bahkan setelah orang tersebut menampakkan kesembuhan. Gangguan distimik
lebih umum terjadi pada wanita daripada pria. Gejala-gejala orang yang
mengalami gangguan distimik, meliputi :

6|Page
a. Perasaan depresi selama beberapa hari, paling sedikit 2 tahun atau 1 tahun
pada masa anka-anak atua remaja.
b. Selama depresi paling tidak ada 2 hal berikut yang hadir, yaitu tidak nafsu
makan atau berlebihan makan, insomnia atau hipersomnia, lemah atau
keletihan, self-esteem (rasa harga diri) rendah, daya konsentrasi rendah
atau sulit membuat keputusan, perasaan putus asa.
c. Selama 2 tahun atau lebih mengalammi gangguan orang itu tanpa gejala-
gejala selama 2 bulan.
d. Tidak ada episode manik yang terjadi dan kriteria siklotimia tidak
ditemukan.
e. Gejala-gejala ini tidak disebabkan oleh efek psikologis langsung dari
kondisi obat atau medis.
f. Signifikasi klinis distress (hendaya) atau ketidaksempurnaan dalam
fungsi.
Sebagian orang yang mengalami gangguan distimik dan depresi mayor
dalam waktu yang bersamaan disebut dengan istilah “depresi ganda (double
depression)”. Orang yang mengalami gangguan depresi ganda umunya
mengalami episode depresi yang lebih parah daripada orang yang menngalami
depresi mayor saja. Awalnya gangguan distimiklah yang berkembang,
mungkin pada usia yang lebih muda dan satu episode depresi yang berat atua
lebih akan muncul kemudian. Durasi rata-rata episode pertama adalah 4-9
bulan bila tidak mengalami penanganan.
4. Gangguan Perubahan Mood (Bipolar)
Gangguan bipolar adalah gangguan yang ditandai dengan adanya
perubahan mood antara rasa girang yang ekstreem dengan depresi yang parah.
Fitur pengidentifikasi kunci untuk bipolar adalah kecenderungan episode-
episode manik yang bergantian dengan episode-episode depresif yang berjalan
seperti lintasan roller coaster tak berujung, naik turun dari puncak
kegembiraan yang meluap-lupa kedasar keputus asaan yang mendalam.
Episode manik biasanya bertahan beberapa minggu hingga bulan umumnya
berdurasi singkat dan berakhir secaar tiba-tiba daripada episode depresi
mayor. DSM embedakan 2 tipe umum dari bipolar, yaitu gangguan bipoar
I dan ganguan bipolar II. Pada gangguan bipolar I, umunya seseorang
7|Page
mengalami perubahan mood antara rasa girang dan depresi dengan diselingi
periode antara mood yang normal. Sedangkan pada gangguan bipolar II
diasumsikan denan suatu bentuk maniak yang lebih ringan. Pada gangguan
bipolar II seseorang akan mengalami satu atau lebih episode-episode depresi
mayor dan paling tidak satu episode hipomanik. Namun orang tersebut tidak
pernah mengalami episode manik secara penuh. Selama fase-fase mania atau
hipomania, seorang pasien pasti akan menyangkal bahwa dirinya sedang
bermasalah. Gejala-gejala yang tergolong gangguan bipolar II, sebagai
berikut:
a. Kemunculan (memiliki riwayat pernah mengalami) sebuah episode
depresif berat atau lebih.
b. Kemunculan (memiliki riwayat pernah mengalami) paling tidak satu
episode hipomania.
c. Tidak ada riwayat epidode manik penuh atau episode campuran.
d. Gejala-gejala suasana perasaan bukan karena skizofrenia atau menjadi
gejala yang menutupi gangguan lain seperti skizofrenia.
e. Gejala-gejala titdak disebabkan oleh efekk-efek fisiologis dan subtansi
tertentu atau kondisi medis secara umum.
f. Distress atau hendaya dalam fungsi signifikan secara klinis.
5. Gangguan Siklotimik,
Gangguan siklotimik merupakan gangguan perasaan kronis (paling
sedikit 2 tahun), yang dicirikan oleh pergantian peningkatan suasana perasaan
dan tingkat depresi yang tidak sampai pada tingkat parah seperti episode
manik atau depresi mayor. Cyclothymia berasal dari bahasa Yunani, kyklon
yang berarti lingkaran dan thymos berarti spirit. Gangguan siklotimik bermula
pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa selama bertahun-
bertahun.penderita umumnya dianggap moody. Tetapi menurut definisinya
keadaan-keadaan suasana perasaan yang fluktuatif secara kronis itu cukup
substansial hingga mengganggu fungsi. Selain itu penderita siklotimik perlu
mendapat penanganan karena beresiko tinggi untuk mengembangkan
gangguan bipolar I atau II yang lebih berat.

8|Page
2.3 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Gangguan Mood
Terdapat beberapa factor yang bisa menyebabkan gangguan perasaan
atau biasa disebut dengan gangguan mood, faktor-faktor tersebut ialah:
1. Faktor-faktor biologis
Dalam kaitannya dengan gangguan mood adalah dalam studi keluarga,
para peneliti melihat adanya prevaliansi gangguan tertentu pada anggota-
anggota keluarga keluarga tingkat-pertama dari orang-orang yang diketahui
memiliki gangguan. Factor-faktor biologis juga terbagi menjadi beberapa
bentuk, antara lain:
a. Predisposisi Genetis
b. Fungsi Neotransmiter yang terganggu
c. Abnormalitas pada bagian otak yang mengatur kondisi mood
d. Keterlibatan sistem endokrin yang memungkinkan dalam kondisi mood
2. Faktor-faktor sosial lingkungan
Faktor-faktor sosial lingkungan berupa peristiwa hidup yang penuh tekanan,
seperti kehilangan seseorang yang dicintai atau lama menganggur.. Faktor
yang paling menonjol antara lain adalah hubungan perkawinan, gender, dan
dukungan sosial.
3. Faktor-faktor behavioral
Faktor-faktor behavioral berupa kurangnya reinforcement dan interaksi yang
negative dengan orang lain yang menghasilkan penolakan.
4. Faktor-faktor emosional dan kognitif
Faktor-faktor emosional dan kognitif yang dimasud adalah sebagai berikut:
1) Dalam psikoanalisis klasik, kemarahan diarahkan ke dalam
2) Kesulitan emosional dalam melakukan coping atas kehilangan orang yang
dikasihi
3) Kurangnya makna atau tujuan dalam kehidupan
4) Cara berpikir yang bias atau terdistorsi secara negative, atau suatu gaya
atribusional yang cenderung depresi
5. Faktor Psikologis
Dalam mengulas kontribusi genetic terhadap penyebab depresi dapat
dinyatakan bahwa 60%-80% penyebab depresi dapat diatribusikan pada

9|Page
pengalaman-penagalaman psikologis. Selain itu pengalaman itu bersifat unik
untuk masing-masing individu.
a. Peristiwa Kehidupan yang Stressful
Peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan
orang-orang yang divintai, putusnuya hubungan romantic, lamanya hidup
menganggur, sakit fisik, masalah dalam pernikahan dan hubungan,
kesulitan ekonomi, dan lain sebagainya ini dapat meningkatkan resiko
berkembangnya gangguan mood atau kambuhnya sebuah gangguan mood,
terutama depresi mayor. Dan pada orang-orang dengan depresi mayor ini
sering kali kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah interpersonal dengan teman, teman kerja atau
supervisor.
b. Teori Humanistic
Menurut teori ini, seseornag menjadi depresi saat mereka tidak
dapat mengisi keberadaan mereka dengan makna dan tidak dapat membuat
pilihan-pilihan autentik yang menghasilkan self-fulfillment. Kemudian
dunia dianggap sebagai tempat yang menjemukan (Nevid, 2003: 240-243).
c. Learned Helplessness
Learned helplessness merupakan kedaan diri yang selalu membuat
atribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stress dalam
kehidupannya (baik sesuai kenyataan maupun tidak).
d. Negative Cognitive Styles
Negative cognitive styles adalah kesalahan berfikir yang
difokuskan secara negative pada tiga hal, yaitu dirinya sendiri, dunian
terdekatnya, dan masa depannya. Di mana menurut Beck, penderita
depresi memandang yang terburuk dari segala hal. Bagi mereka,
kemunduran terkevil sekalipun merupakan bencana besar.

2.4 Penanganan Gangguan Mood


Ada beberapa ha yang dapat dilakujan untuk menangani seseorang
yang mengalami gangguan mood, beberapa diantaranya adalah :
1. Pengobatan

10 | P a g e
Pemberian anti depresan dapat membantu mengontrol gejala dan
mempertahankan fungsi neurotransmitte. Ada 3 tipe anti depresan yang sering
digunakan, yaitu :
a. Trisiklik (Tofranil, Elavil)
Trisiklik merupakan obat yang digunakan secara luas dalam
menangani depresi. Obat-obat anti depresan ini membutuhkan waktu 2-8
minggu. Sehingga selama itu pasien merasa keadaannya lebih buruk dan
mengembangkan sejumlah efek samping seperti pandangan kabur, mulut
kering, konstipasi, kesulitan buang air kecil, mengantuk, berat badan
bertambah dan mungkin menyebabkan disfungsi seksual. Untuk alasan
inilah 40% diantara pasien-pasien ini berhenti minum obat, karena
menganggap pengobatan justru lebih buruk daripada penyakitnya sendiri.
sekalipun demikian, dengan pengelolaan yang baik efek samping ini akan
menghilang. Trisiklik mengurangi depresi kira-kira 50% pasien
diandingkan dengan kira0kira 25%-30% yang minum pil plasebo. Isu lain
yang harus dipertimbangkan oleh para kklinisi adalah bahwa trisiklik
bersifat mematikan bila digunakan dengan dosis yang berlebihan. Dengan
demikian obat ini harus diresepkan denganhati-hati, trutama untuk pasien
yang menunjukan kecenderungan bunuh diri.
b. Monamine Oxidase Inhibitors (MAO)
Bekerja dengan cara yang berbeda, MAO memblokir enzim MAO
yang berfungsi mem-break down (memogokkan) neurotransmitter seperti
neropinefrin dan serotonin. Inhibitor MAO tampaknya lebih efektif
dibandingkan dengan trisiklik dengan efek samping yang lebih sedikit.
Terapi inhibitor MAO jarang digunakan karena memiliki 2 konsekuensi
yang serius yaitu makan makanan dan minum minuman yang mengandung
tiramin seperti keju, anggur merah, atau bir dapat mengakibatkan episode-
episode hipertensi berat dan kadang-kadang kematian. Selain itu, banyak
obat lain yang sering diminum sehari-hari seperti obat flu berbahaya
bahkan fatal apabila berinteraksi dengan inhibitor MAO. Untuk itulah
MAO diresepkan apabila trisiklik tidak efektif.
c. Selective Serotogenic Reuptake Ihibitors (SSRI)

11 | P a g e
SSRI ini spesifik memblokir reuptake serotonin pra-sinaptik. Ini
secara temporer menaikkan level serotonin dibagian reseptornya. Obat
yang paling terkenal dikelompok ini adalah fluoksetin (Prozac). Efek
samping Prozac adalah agitasi fisik, disfungsi seksual, hasrat seksual yang
menurun (yang tampak sangat menonjol), insomnia dan masalah
pencernaan. Namun efek samping ini nampaknya tidak terlalu
mengganggu kebanyakan pasien dibandingkan dengan trisiklik, kecuali
mungkin dengan kaitan disfungsi seksual.
d. Lithium
Lithium merupakan salah satu jenis garam yang tersedia di alam.
Efek samping lithium secara potensial lebih serius dibandingkan dengan
antidepresan lainnya. dosisnya harus diatur secara hati-hati untuk
mencegah keracunan dan penurunan fungsi tiroid, yang mengintensifkan
gejala kekurangan energi yang terkait dengan depresi. Penambahan berat
badan yang substansial juga sering terjadi, tetapi lithium memiliki
keunggulan yang membedakannya dengan antidepresan lainnya yaitu
sering efektif mencegah dan menangani episode-episode manik. Untuk
alasan ini lithium sering dirujuk sebagai obat penstabil suasana perasaan.
Lithium merupakan pilihan yang tepat untuk menangani gangguan bipolar.
2. Terapi Kognitif-Behavioral
Dalam terapi ini pasien diajari untuk menalaah secara cermat proses
berfikir mereka saat mereka depresi dan untuk menengarai kesalahan-
kesalahan depresif dalam berpikir. Pasien diajari bahwa kesalahan dalam
berfikir dapat menyebabkan depresi secara langsung. Penanganannya
melibatkan tindakan mengoreksi kesalahan-kesalahan berfikir dan
menggantinya dengan pemikiran dan penilaian yang kurang menyebabkan
depresi mungkin lebih ralistis. Selain itu selama proses terapi, skema-skema
kognitif negatif (cara yang khas untuk memandang dunia) yang memicu
kesalahan kognitif tertentu, tapi dalam kehidupan sehari-hari. Intinya terapi
kognitif memiliki pendekatan penanganan yang melibatkan pengidentifikasian
dan pengubahan gaya berfikir negatif yang menghubugjan dengan gangguan
psikologis seperti depresi keceasan serta menggantikan pikiran-pikiran itu
dengan berbagia kekuatan dan keyakinan yang positif dan pada akhirnya akan
12 | P a g e
menjadi perilaku yang adaptif dan menjadi mekanisme pertahanan (coping
style).
3. Psikoterapi Interpersonal (IPT/Interpersonal Psychoteraphy)
IPT ini memiliki pendekatan penanganan yang lebih baru yang
menekankan pada resolusi berbagai masalah dan stresor interpersonal seperti
misalnya perselisihan pembagian peran dan konflik perkawinan dan lain-lain.
Setelah diidentifikasi perselisihan yang terjadi langkah selanjutnya adalaha
mencari penyelesaiannya. Pertama terapis membantu pasien menetapkan tahap
perselisihannya, baru kemudian mencari penyelesaiannya dengan :
a. Tahap negosiasi, membuat negosiasi ulang.
b. Tahap jalan buntu
c. Tahap resolusi
4. ECT (Elektrokonvulsif dan Simulasi Magnetik Transkranial/ TMS)
Penangan biologis untuk menangani depresi berat dan kronis yang
melibatkan peran impuls-impuls listrik melalui otak untuk memproduksi
seizure. Alasan efektifitasnya tidak diketahui. Dalam pengadministrasiannya,
pasien diberi obat bius untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dan deberi
obat perileks otot untuk mencegah terjadinya kerusakan tulang akibat
konvulsi selama seizure (kejang-kejang). Kejutan listrik diadministrasikan
secara langsung melalui otak selama kurang dari satu detik, yang
mengakibatkan seizure dan konvulsi singkat yang biasanya berlangsung
selama beberapa menit. Dalam praktiknya penanganan pengadiministrasian
sekali setiap selang sehari untuk total penanganan 6-110 kali (lebih sedikit jika
suasana perasaan pasien sudah normal kembali). Yang mengherankan, efek
terapi ini sangat sedikit dan pada umumnya terbatas dalam bentuk hilang
ingatan dan kebingunan dalam jangka pendek yang menghilang setelah satu
sampai dua minggu, meskipun sebagian pasien mungkin mengalami masalah
ingatan dalam jangka panjang. Sedangkan TMS (Transcrantial Magnetic
Simulation) bekerja dengan cara menempatkan sebuah gulungan magnetic
diatas kepala untuk membangkitkan denyut elektroagnetik yang dialokasikan
dengan benar. Dalam penangan ini anestesi tidak dibutuhkan karena efek
sampingnya biasanya terbatas dalam bentuk sakit kepala. TMS dan ECT ini
sama-sama efektif untuk pasien-pasien dengan depresi berat atau depresi
13 | P a g e
psikotikyang resisten dengan penanganan (belum menunjukan respons
terhadap obat atau penangan psikologis).
2.5 Tipe Gangguan Alam Perasaan
1. Mood Episode : mayor depressive episode, manic episode dll.
2. Depressive Disorders : mayor depressive disorders, dysthymic disorders
3. Bipolar Disorders : bipolar disorders, cyclothymic disorders.
2.6 Gejala Gangguan Mood Depresi
1. kemurungan, kesedihan, kelesuan, hilangnya gairah hidup, tidak ada
semangat, merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna
dan putus asa.
2. gejala penyerta : sulit konsentrasi dan daya ingat menurun, nafsu makan dan
berat badan menurun, ganggua tidur disertai mimpi-mimpi yang tidak
menyenangkan, agitasi /retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan,
hilangnya perasaan senang, meninggalkan hobi, kreatifitas dan produktifitas
menurun, gangguan seksual, pikiran tentang kematian dan bunuh diri. salah
satu gejala dari gangguan depresi adaalah bunuh diri, sebanyak 40% penderita
depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan hanya lebih kurang 15% saja
yang sukses melakukannya. angka bunuh diri pada remaja AS dalam satu
tahun antara 1,7-5,9% dan untuk selama hidup antara 3,0-7,1%. diperkirakan
12% dari kematian pada kelompok anak dan remaja di AS disebabkan karena
bunuh diri. Di Indonesia kasus bunuh diri pada anak belum diketahui
persentasenya.

2.7 Contoh Kasus Gangguan Mood


Seorang perempuan pegawai administrasi berusia 38 tahun, telah
menderita depresi singkat yang muncul berulang kali sejak ia berusia 13 tahun.
Terakhir, ia merasa terganggu oleh serangan menangis di tempat kerjanya,
terkadang muncul secara sangat tiba-tiba sehingga ia tidak punya cukup waktu
untuk lari ke toilet demi menyembunyikan tangisnya dari orang lain. Ia
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi saat bekerja dan merasa kurang
mendapat kepuasan dari pekerjaan yang sebelumnya sangat ia nikmati. Ia
menyimpan perasaan pesimistis dan rasa marah yang parah, yang akhir-akhir

14 | P a g e
ini telah menjadi semaki n parah karena berat badannya bertambah dan ia
mengabaikan perawatan terhadap diabetes yang diidapny.
Ia merasa bersalah terhadap kemungkinan bahwa ia sedang membunuh
dirinya sendiri secara pelahan-lahan dengan tidak menjaga kesehatannya
secara lebih baik. Ia terkadang merasa pantas untuk mati. Ia merasa terganggu
oleh rasa kantuk yang berlebihan selama satu setengah tahun terakhir, dan
SIM-nya telah ditahan karena kecelakaan di bulan kemarin. Ia tertidur saat
menyetir sehingga mengakibatkan mobilnya menabrak kotak telepon umum.

Hampir tiap pagi ia bangun dengan rasa pusing dan merasa “tidak

bersemangat”, serta tetap mengantuk sepanjang hari. Ia tidak pernah memiliki

pacar tetap, dan hidup tenteram dengan ibunya, tanpa ada teman dekat di luar
keluarganya. Selama wawancara, ia berulang kali menangis dan menjawab
pertanyaan dengan nada suara yang lambat, sambil terus menerus melihat ke
bawah.

15 | P a g e
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gangguan mood atau bad mood adalah gangguan pada emosi, dimana
emosi seseorang dapat berada dalam kondisi kesedihan yang sangat ekstrim
atau disebut juga kondisi depresif atau bisa juga emosinya berada pada kondisi
senang atua bersemangat yang ekstrim dan mudah terstimulus yang disebut
dengan kondisi mania.
Macam-macam gangguan mood yaitu episode manik, gangguan
depresi (yang terbagi menjadi 3 meliputi depresi ringan, depresi sedang dan
depresi berat), gangguan distimik, gangguan perubahan mood (bipolar) dan
gangguan siklotimik.
Faktor-faktor penyebab gangguan mood yaitu faktor biologis, faktor
sosial lingkungan, faktor behavioral,dan faktor emosional dan kognitif. Cara
mengobati gangguan mood dilakukan dengan berbagai cara yaitu memverikan
pengobatan dengan obat anti depresan berupa trisiklik, MAO (Monamine
Oxidase Inhibitors), Selective Serotogenic Reuptake Ihibitors (SSRI) dan
lithium, selain memberikan pengobatan dengan terapi kognitif-behavioral,
terapi interpersonal dan ECT (Elektrokonvulsif dan Simulasi Magnetik
Transkranial/ TMS).

3.2 Saran
Kehidupan terkadang naik turun. Kebanyakan orang merasa senang
apabila memperoleh nilai tinggi, promosi, atau perhatian dari orang yang
diidamkan. Kebanyakan orang merasa sedih atau depresi bila ditolak oleh
seseorang, gagal dalam ujian, atau mengalami kesulitan keuangan. Merupakan
sesuatu yang normal dan tepat untuk merasa senang terhadap kejadian
yangmenggembirakan. Juga sama normal dan tepatnya untuk merasa depresi
karena kejadian yang menyedihkan. Bahkan akan menjadi abnormal bila
seseorang tidak depresi saat menghadapi kesulitan hidup.
Bayak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinnya gangguan
mood (mood disorder) mulai terapi psikologis sampai dengan terapi fisik. Hal

16 | P a g e
yang paling penting sebenarnya bukan pengobatannya tapi pencegahannya
yang harus ditanamkan oleh tenaga kesehatan khususnya pada pasien dengan
kecendrungan mengalami gangguan mood (mood disorder).

17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Davidson, Gerald C., 2006, Psikoloogi Abnormal, Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada

Durand, V. Mark, 2006, Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Jacoby, David B., 2009, Pustaka Kesehatan Populer, PT Bhuana Ilmu Populer

Kaplan, Harold L., dkk, 1997, Sinopsis Psikiatri Jilid 2, Jakarta: Binarupa Aksara

Maslim, Rusdi, 2003, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya

Meier, Paul, dkk, 2000, Mengendalikan Mood Anda, Yogyakarta: Yayasan Andi

Nevid, Jeffrey S., dkk, 2003, Psikologi Abnormal, Jakarta: Erlangga

Panggabean, L. (2003). Pengembangan Kesehatan Perkotaan ditinjau dari Aspek


Psikososial. (makalah). Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat DepKes. Rs. Tidak
dipublikasikan

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai