Anda di halaman 1dari 4

Dodi Fazari, AMK

RSUD SALATIGA
Tugas 8 Diagnostik Invasif Jantung
Soal
1. Sebutkan macam-macam tindakan diagnostik invasif !
a. Angiografi koroner
Angiografi koroner adalah tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis
(Judkins) atau arteri brachialis (Sones) yang didorong sampai ke aorta assendens dan
diarahkan ke arteri koronaria yang dituju dengan bantuan fluoroskopi. Diagnostik invasif
kardiovaskuler adalah suatu tindakan pemeriksaan diagnosik untuk menentukan diagnosa
secara invasif pada kelainan jantung dan pembuluh darah. Dikatakan invasif, karena
tindakan ini memasukkan selang/tube kecil (kateter) ke dalam jantung, melalui pembuluh
darah baik vena atau arteri. Oleh karena itu biasa disebut juga pemeriksaan kateterisasi
jantung.
Kateterisasi jantung adalah suatu pemeriksaan jantung dengan memasukkan kateter ke
dalam sistem kardiovaskular untuk memeriksa keadaan anatomi dan fungsi jantung.
Angiografi koroner atau penyuntikan bahan kontras ke dalam arteri koronaria merupakan
tindakan yang paling sering digunakan untuk menentukan lokasi, luas dan keparahan
sumbatan dalam arteri koronaria. Price dan Wilson (2005) menyebutkan bahwa angiografi
koroner dapat memberikan informasi tentang lokasi lesi atau sumbatan pada koroner, derajat
obstruksi, adanya sirkulasi kolateral, luasnya gangguan jaringan pada area distal koroner
yang tersumbat dan jenis morfologi lesi.
1) Macam Kateterisasi Jantung
Menurut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) pemeriksaan kateterisasi jantung
terbagi atas:
a) Kateterisasi jantung kanan (untuk kelainan pada jantung kanan), misalnya Stenosis
Pulmonal.
b) Kateterisasi jantung kiri(untuk kelainan pada jantung kiri), misalnya penyakit
jantung koroner, koartasio aorta.
c) Kateterisasi jantung kanan dan kiri (untuk kelainan jantung kanan dan kiri),
misalnya Tetralogi Of Fallot, transposisi arteri besar.
Lebih lanjut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) menyebutkan bahwa
pemeriksaan kateterisasi menurut pada intinya terbagi atas 2 tindakan yaitu angiogram
dan penyadapan.
a) Angiogram/angiography Yaitu memasukkan media/zat kontras ke dalam suatu
rongga (ruang jantung/pembuluh darah), untuk meyakinkan suatu anatomi/aliran
darah, kemudian merekam/mendokumentasikannya ke dalam film/CD/video
sebagai data.
b) Penyadapan Yaitu tindakan menyadap/merekam/mendokumentasikan tekanan,
kandungan oksigen, sistem listrik jantung, tanpa menggunakanmedia kontras.
2) Indikasi kateterisasi jantung
Secara umum dilakukan untuk beberapa kondisi yaitu :
a) Penyakit jantung koroner yang jelas/didiagnosis.
b) Sakit dada (angina pektoris) yang belum jelas penyebabnya.
c) Angina pektoris yang tidak stabil/bertambah.
d) Infark miokard yang tidak berespon dengan obat-obatan.
e) Gagal jantung kongestif.
f) Gambaran EKG abnormal (injuri, iskemik, infark), usia 50 tahun ke atas,
asimtomatik.
g) Treadmill test positif.
h) Evaluasi bypass koroner.
i) Abnormal irama (bradi/takhikardia).
j) Kelainan katub jantung.
k) Kelainan jantung bawaan.
l) Kelainan pembuluh perifer.
3) Kontra indikasi
Adapun kontra indikasi dalam pemeriksaan kateterisasi jantung tidak ada yang mutlak,
hanya bergantung pada kondisi saat itu, yaitu ibu hamil dengan usia kehamilan kurang
dari 3 bulan, infeksi, gagal jantung yang tidak terkontrol dan alergi berat terhadap zat
kontras (mungkin menjadi mutlak).
4) Komplikasi
Berdasarkan Turkish Society of Cardiology (2007), komplikasi yang ditemukan dibagi
menjadi komplikasi mayor dan komplikasi minor.
a) Komplikasi mayor/utama
Komplikasi utama meliputi reoklusi akut, miokard infark baru, pendarahan hebat di
selangkangan kaki, tamponade jantung akibat pecah atau robeknya dinding arteri
koroner atau jantung ruang dan kematian.
b) Komplikasi minor
Komplikasi minor PCA antara lain oklusi cabang pembuluh koroner,
ventrikel/atrium aritmia, bradikardi, hipotensi, perdarahan, arteri trombus, emboli
koroner. Komplikasi minor lain adalahkehilangan darah yang parah dan
membutuhkan transfusi, iskemia pada ekstremitas tempat penusukan femoral
sheath, penurunan fungsi 14 ginjal karena media kontras, emboli sistemik dan
hematoma di selangkangan, hematoma retroperitoneal, pseudoaneurisma, fistula
AV.
Komplikasi yang timbul pasca angiografi koroner melalui arteri arteri femoral
dipengaruhi oleh strategi untuk mengurangi komplikasi vaskuler yang terkait dengan
kateterisasi jantung melalui identifikasi faktor risiko yang terkait dan pelaksanaan
strategi pengurangan risiko. Antara ahli jantung dan perawat memainkan peran penting
dalam pengenalan dini dan pengelolaan komplikasi ini. Mengidentifikasi faktor-faktor
risiko individu pasien merupakan aspek penting dari perawatan selama kateterisasi
jantung. Hal-hal yang dapat meningkatkan risiko untuk pengembangan komplikasi
vaskular pasca kateterisasi jantung yaitu usia (yakni usia lebih dari 70 tahun), jenis
kelamin perempuan, sangat kurus atau gemuk tidak sehat, adanya penyakit pembuluh
darah perifer, hipertensi (PA-PSRS, 2007).
5) Teknik Anestesi
Umumnya tindakan kateterisasi menggunakan anestesi lokal, karena kita perlu kerja
sama dengan pasien saat tindakan berlangsung, tetapi pada bayi atau anak yang tidak
stabil/biru dan berpotensi terjadi kegawatan biasanya digunakan anestesi umum
(Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe, 2001).
6) Teknik Memasukkan Kateter
Rokhaeni, Purnamasari dan Rahayoe (2001) menyebutkan bahwa teknik memasukkan
kateter PCA ada 2 cara yaitu :
a) Perkutan atau percutaneous, seperti teknik memasang infus.
b) Cutdown atau vena seksi, yaitu membuat sayatan pada otot dan mencari pembuluh
darah kemudian melokalisasinya dan membuat tusukan pada pembuluh darah
tersebut untuk memasukkan kateter.
Teknik yang sering digunakan adalah cara perkutan karena komplikasi dari teknik ini
sangat kecil dan mudah untuk mengerjakannya.
Prosedur tindakan ini secara umum adalah :
1) Dilakukan pembiusan lokal pada bagian tubuh (dipergelangan tangan, lengan atau lipat
paha).
2) Selang kecil (sheat) akan dimasukkan ke pembuluh darah arteri di pergelangan/lengan
atau ke paha melalui bantuan jarum.
3) Selang kecil (kateter) akan dimasukkan melalui sheat  tersebut menuju pada pembuluh
darah arteri jantung secara perlahan. Setelah kateter sampai di masing-masing muara
pembuluh darah koroner, akan disuntikkan zat kontras dan beberapa  gambar akan
diambil melalui X-ray dan monitor akan menghasilkan tampilan kondisi seluruh
pembuluh darah koroner anda.
4) Pada akhir tindakan ini, kateter akan ditarik keluar, dan luka akan ditutup  dengan
penutup khusus untuk menghentikan perdarahan.
5) Setelah tindakan selesai maka akan dilakukan observasi beberapa jam, kemudian
dipulangkan atau dirawat bila diperlukan.
b. Percutaneus Coronary Intervention (PCI) / angioplasti koroner
Tindakan ini bertujuan untuk membuka kembali arteri koroner yang mengalami penyempitan
dengan menggunakan balon atau stent (ring) melalui kateter yang dimasukkan ke dalam
arteri melalui tusukan kecil di kulit.Tindakan PCI dilakukan di ruang kateterisasi jantung
dengan menggunakan bantuan sinar-X. Selama prosedur tindakan dilakukan, pasien tetap
dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi karena menggunakan pembiusan lokal.
Lokasi penusukan pembuluh darah arteri umumnya adalah pada paha dan lengan sebelah
kanan atau kiri. Kemudian balon atau stent (ring) akan dikembangkan pada area dimana
terdapat penyempitan arteri koroner. Tindakan ini dilakukan dalam waktu kurang lebih 1-2
jam.
Persiapan Pasien Pre Tindakan
Rokhaeni, Purnamasari dan Rahayoe (2001) menyebutkan bahwa persiapan terencana yang
dilakukan pada pasien sebelum dilakukan PCI adalah
1) Persiapan fisik
a) Puasa (makanan) kurang lebih 4-6 jam sebelum tindakan.
b) Bebaskan area penusukan (cukur rambut pada area tersebut).
c) Obat-obatan dilanjutkan sesuai instruksi dokter.
d) Hasil pemeriksaan penunjang dibawakan: laboratorium (Hb, CT, BT, Ureum,
Kreatinin, HbSAg, AIDS), test treadmill, X-ray, Echokardiogram, EKG lengkap.
e) Nilai tanda-tanda vital saat itu.
f) Test Allen (untuk kateterisasi melalui arteri radialis).
g) Cek sirkulasi darah perifer (arteri femoralis, poplitea, dorsalis pedis) untuk
kateterisasi melalaui arteri femoralis.
2) Persiapan Administrasi
a) Surat ijin tindakan/inform concent.
b) Surat pernyataan pembayaran (keuangan).
3) Persiapan Mental
Pemberian pendidikan kesehatan tentang prosedur kateterisasi jantung (apa, bagaimana,
tujuan, manfaat, komplikasi dan prosedur kerja).
c. Biopsi Jantung
Tindakan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan jantung untuk
kemudian diamati menggunakan mikroskop. Kateter yang digunakan untuk biopsi jantung
dilengkapi dengan capit khusus untuk mengambil jaringan jantung. Kateter ini biasanya
dimasukkan melalui pembuluh darah vena di dekat leher atau di daerah lipatan paha. 

d. Pemeriksaan Elektrofisiologi jantung


Adalah tindakan invasif minimal untuk menilai sistem konduksi listrik di jantung, baik
aktivitas listrik maupun jalur konduksinya. Apabila gangguan irama disebabkan oleh
kelainan jaringan, elektrofisiologi dapat menghancurkan jaringan tersebut dengan
menggunakan gelombang radio (ablasi radiofrekuensi), atau menggunakan alat pendingin
(krioablasi). Teknik elektrofisiologi mendengarkan sinyal listrik yang mengukur aktivitas
listrik pada jantung untuk memahami kondisi jantung. Elektrofisiologi digunakan untuk
pemeriksaan dan mengobati penyakit jantung terutama aritmia. Prosedur membutuhkan
perawatan, sehingga disarankan untuk beristirahat dan diawasi terlebih dahulu di rumah sakit
untuk beberapa jam sebelum diizinkan pulang. Pemeriksaan elektrofisiologi jantung juga
mampu mengenali penyakit lain seperti penyumbatan jantung dan lainnya. Elektrofisiologi
berfungsi untuk mengetahui penyebab atau asal dari mana aritmia pasien muncul.
Pemeriksaan ini juga digunakan juga untuk mengetahui apakah pengobatan pasien sudah
tepat untuk mengatasi aritmianya.
Pemeriksaan elektrofisiologi jantung dilakukan pada orang-orang yang mengalami
gejala atau tanda-tanda aritmia. Penyakit jantung aritmia disebabkan oleh
gangguan impuls jantung maupun gangguan penghantaran listrik jantung. Hal ini dapat
terjadi bila sel saraf khusus yang ada pada jantung yang bertugas menghasilkan dan
menghantarkan listrik tersebut tidak bekerja dengan baik. Aritmia juga dapat terjadi bila
bagian lain dari jantung menghasilkan sinyal listrik yang abnormal. Pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk menentukan jenis implan cardioverter defibrillator (ICD).

2. Apakah edukasi yang diberikan pasca tindakan diagnostik invasif?


Usai dilakukan tindakan diagnostik invasif atau kateterisasi jantung, pasien perlu menjalani
rawat inap untuk membantu pemulihan. Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung pada
jenis prosedur kateterisasi jantung yang dijalani dan kondisi pasien secara keseluruhan. Awal-
awal setelah katerisasi jantung dilakukan, gerakan pasien perlu dibatasi, terutama pada bagian
yang dimasukkan kateter. Umumnya, pasien baru diperbolehkan bergerak lebih bebas setelah 6
jam.
Untuk membantu proses pembuangan zat kontras dari dalam tubuh, pasien disarankan
untuk memperbanyak minum air putih. Pasien diperbolehkan pulang ke rumah setelah
dipastikan dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Setelah pulang, pasien tetap
diharuskan untuk beristirahat dan tidak menjalani aktivitas berat selama 2–5 hari. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan pada lokasi kateter dimasukkan. Jika pasien
menjalani kateterisasi jantung untuk tindakan pengobatan, seperti ablasi jaringan jantung atau
angioplasti, waktu penyembuhan dapat berlangsung lebih lama. Jika pasien menjalani biopsi
jaringan jantung atau angiografi, dokter akan menjelaskan hasilnya beberapa hari setelah
pemeriksaan selesai dilakukan.
Perawatan pasien pasca tindakan angiografi koroner adalah sebagai berikut :
a. Observasi keluhan pasien.
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 15 menit selama 1 jam dan 30 menit selama 2 jam
sampai stabil.
c. Observasi perdarahan dengan melakukan tindakan:
1) Mengevaluasi area bekas tusukan femoral sheath.
2) Gunakan penekanan dengan bantal pasir.
3) Immobilisasi ekstremitas pada daerah tusukan selama 8-12 jam post tindakan.
4) Libatkan keluarga/pasien untuk mengamati daerah tusukan, mungkin terjadi
perdarahan.
d. Observasi tanda-tanda dan efek samping zat kontras yaitu
Observasi tanda-tanda alergi kontras seperti : gatal-gatal, menggigil, mual dan muntah.
e. Observasi tanda hipotensi dan perubahan tanda vital.
f. Pemberian cairan/volume peroral/parenteral.
g. Ukur cairan yang masuk dan keluar.
h. Observasi tanda-tanda infeksi meliputi:
1) Observasi daerah luka dari sesuatu yang tidak aseptik/septik.
2) Selalu menjaga kesterilan area penusukan.
3) Observasi adanya perubahan warna, suhu pada luka tusukan.
i. Observasi tanda-tanda gangguan sirkulasi ke perifer seperti
1) Palpasi arteri poplitea, dorsalis pedis, pada sisi arteri yang kita lakukan penusukan
seiap 15 menit (1 jam), 30 menit (2 jam) antara kanan dan kiri dibandingkan.
2) Bila terjadi gangguan(nadi lemah/tak teraba), beritahu dokter biasanya diberikan obat
antikoagulan bolus atau bisa dilanjutkan dengan pemberian terus menerus(kontinyu).
17
3) Observasi kehangatan daerah ekstremitas kanan dan kiri kemudian dibandingkan

Anda mungkin juga menyukai