Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab tunggal terbesar
kematian di negara maju dan di negara berkembang. Menurut statistik dunia,
ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit
kardiovaskular dan 45% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung
koroner (WHO, 2013).
Pada tahun 2004, diperkirakan 17,1 juta orang meninggal karena PJK.
Angka ini merupakan 29% dari penyebab kematian global dengan perincian
7,2 juta meninggal karena PJK dan sekitar 5,7 juta orang meninggal karena
stroke (Kulick, 2011).
Sedangkan Kemenkes RI menyatakan bahwa pada tahun 2008
diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit
kardiovaskular. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60
tahun. Kematian dini yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular berkisar
sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di
negara berpenghasilan rendah (Riskesdas, 2013).
Menurut data register Unit ICU surgikal dewasa di Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita kasus CABG tahun 2016 terdapat kasus
CABG sebanyak 748 orang dari 1510 kasus yang dioperasi. Sedangkan pada
bulan Januari 2017 terdapat kasus CABG sebanyak 57 orang. Dari data
tersebut diperkirakan angka kasus CABG tiap bulannya akan terjadi
peningkatan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengangkat judul studi kasus
ini yaitu ASUHAN KEPERAWATAN PASCA OPERASI CORONARY
ARTERI BYPASS GRAFT (CABG) DI RUMAH SAKIT JANTUNG DAN
PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA.

1
1.2 Tujuan Studi Kasus
1.2.1. Untuk mengetahui dan memahami konsep Coronary Arteri Bypass
Graft (CABG).
1.2.2. Untuk mengetahui dan memahami konsep pasca operasi pada pasein
dengan Coronary Arteri Bypass Graft (CABG).
1.2.3. Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan pasca operasi Coronary Arteri Bypass Graft (CABG).

1.3 Manfaat Studi Kasus


1.3.1 Bagi penulis
Dapat lebih memahami tentang konsep dan praktik asuhan keperawatan
pada pasien dengan pasca operasi Coronary Arteri Bypass Graft
(CABG).
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi tambahan referensi dalam pembelajaran mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan pasca operasi Coronary Arteri
Bypass Graft (CABG).

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Coronary Artery Bypass Graft (CABG)


2.1.1 Definisi CABG
CABG adalah operasi jantung untuk revaskularisasi aliran arteri koroner
dengan pembuluh pintas baru yaitu arteri atau vena yang diambil dari kaki,
lengan dan dada pasien pembuluh darah tersebut disambungkan ke pembuluh
darah yang mengalami sumbatan sehingga aliran darah kembali normal dan
miokard kembali mendapat suplai oksigen yang adekuat (Smeltzer & Bare,
2008).
CABG merupakan prosedur revaskularisasi untuk memperbaiki dan
meningkatkan aliran darah ke jantung yang dilakukan untuk mengurangi
angina pada pasien yang telah gagal terapi medis dengan obat atau angioplasty
(PTCI) (Kulick & Shiel, 2011).

2.1.2 Tujuan
Tujuan CABG adalah untuk revaskularisasi aliran arteri koroner akibat adanya
penyempitan atau sumbatan ke otot jantung (Arif Muttaqin, 2010).

2.1.3 Indikasi
Menurut Arif Muttaqin (2009), pasien penyakit jantung koroner yang
dianjurkan untuk bedah CABG adalah pasien yang hasil kateterisasi jantung
ditemukan adanya:
1. Penyempitan >50% dari left main disease atau left mainquivelant yaitu
penyempitan menyerupai left main arteri misalnya ada penyempitan bagian
proximal dari arteri anterior desenden dan arteri circumflex.
2. Penderita dengan three vessel disease yaitu tiga arteri koroner semuanya
mengalami penyempitan bermakna yang fungsi jantung mulai menurun
(EF<50%).
3. Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent.
4. Penyempitan 1 atau 2 pembuluh namun pernah mengalami gagal jantung.

3
5. Anatomi pembuluh darah yang sesuai untuk CABG.

2.1.4 Kontraindikasi
Menurut Arif Muttaqin (2009) kontraindikasi CABG secara mutlak tidak ada,
tetapi secara relatif CABG dikontraindikasikan bila terdapat berbagai faktor
yang akan memperberat atau meningkatkan resiko selama dan sesudah bedah
seperti :
1. Faktor usia yang sudah sangat tua. ( >75 tahun menurut WHO)
2. Pasien dengan penyakit pembuluh darah koroner kronik akibat diabetes
mellitus dan EF yang sangat rendah <50%. Pada pasien dengan EF yang
kurang dari 50% ini operasi akan dilakukan dengan teknik On Pump.
3. Sklerosis aorta yang berat.
4. Struktur arteri koroner yang tidak mungkin untuk disambung.

2.1.5 Teknik bedah CABG


Ada 2 teknik yang digunakan pada bedah CABG yaitu on pump dan off pump.
Masing-masing teknik memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
a. Teknik Bedah On Pump
Teknik bedah on pump prosedur dijalankan menggunakan alat mekanis
mesin jantung paru. Mesin jantung paru memungkinkan lapangan bedah
yang bebas darah sementara perfusi tetap dapat dipertahankan untuk
jaringan dan organ lain di tubuh. Pintasan jantung paru dilakukan dengan
memasang kanula di atrium kanan dan vena kava untuk menampung darah
dari tubuh. Kanula kemudian di hubungkan dengan tabung yang berisi
cairan kristaloid isotonik. Darah vena yang diambil dari tubuh disaring,
dioksigenasi, di jaga temperaturnya kemudian dikembalikan ketubuh.
Kanulasi yang mengembalikan darah ke tubuh dimasukkan ke aorta
ascenden. Selanjutnya untuk membuat jantung arrest diberikan cairan
cardioplegia yang formulanya tinggi kalium, mengandung dekstrose, buffer
pH, hiperosmolalitas, dan anastesilokal. Rute pemberiannya bisa melalui
root aorta (antegrade) dan melalui sinus coronaries (retrograde) serta
melalui keduanya.

4
b. Teknik Bedah Off Pump
Pada teknik bedah off pump tidak menggunakan mesin jantung paru
sehingga jantung tetap berdetak secara normal dan paru-paru berfungsi
secara biasa saat bedah dilakukan.
Adapun kriteria pasien Off Pump:
1. Pasien yang direncanakan bedah elektif.
2. Hemodinamik stabil.
3. EF dalam batas normal (lebih dari 60%)
4. Fungsi LV baik.
5. Pembuluh darah distal cukup besar.
6. Usia tua disertai penyakit komorbid seperti penyakit Arteri karotis,
aterosklerosis aorta, disfungsi ginjal atau paru.
7. Mempunyai komplikasi dengan mesin Cardio Pulmonary Bypass (CPB).
8. 1-2 vessel disease di anterior.
Tetapi bedah dengan teknik Off Pump memiliki kontraindikasi absolut
diantaranya :
1. Hemodinamik tidak stabil
2. Buruknya kualitas target pembuluh darah termasuk pembuluh darah intra
myocard
3. Penyakit pembuluh darah yang menyebar/difus
4. Pembuluh darah yang mengalami kalsifikasi/penebalan.
Menurut Arif Muttaqin (2009) kontraindikasi relatif yaitu :
1. LVEF <35%
2. Cardiomegali/CHF
3. LM kritis
4. Recent/Current MCI
5. Cardiogenic syock
Menurut Benetti & Ballester (2011) keuntungan dari teknik Off Pump
adalah:
1. Meminimalkan efek trauma bedah.
2. Pemulihan/mobilisasi lebih dini.
3. Drainase darah pascabedah minimal.

5
4. Tersedia akses sternotomi untuk rebedah.
5. Menurunkan morbiditas dirumah sakit (termasuk insiden infeksi dada,
pemakaian inotropik, kejadian SVT, transfusi darah, lama rawat ICU)
6. Penelitian : pelepasan CKMB dan trop I lebih rendah kejadian stroke
lebih rendah.

Pada teknik bedah operasi CABG On Pump dan Off pump ini ada 3
pembuluh darah yang sering digunakan sebagai bypass, yaitu :
1. Arteri mamaria interna : arteri mamaria interna biasanya berasal dari
dinding bawah arteri subklavia, melewati bagian atas pleura dan tepat
lateral terhadap sternum. Penggunaan arteri mamaria interna dengan
ujung proksimal masih dihubungkan ke arteri sub klavia, arteri mamaria
interna kiri lebih panjang dan lebih besar sehingga sering di gunakan
sebagai bypass arteri coroner (Shapira et al, 2012). Arteri mamaria
interna sering digunakan karena memiliki kepatenan pembuluh darah
yang baik. Studi menunjukkan bahwa sekitar 96% kasus CABG yang
menggunakan arteri mamaria interna dapat bertahan lebih dari 10 tahun.
Arteri mamaria interna sering di gunakan untuk bypass arteri Left
anterior ascenden. Hal ini disebabkan karena jarak/lokasi Left Interna
Mamaria Arteri (LIMA) dan LAD berdekatan serta berada pada sisi yang
sama (Wood et al, 2005).
2. Arteri radialis: Arteri ini melengkung melintasi sisi radialis tulang
Carpalia dibawah tendon Musculus Abductor Pollicis Longus dan tendo
Musculus extensor Pollicis Longus dan Brevis. Arteri radialis di insisi
lebih kurang 2 cm dari siku dan berakhir satu inchi dari pergelangan
tangan. Biasanya sebelum dilakukan pemeriksaan Allen Test untuk
mengetahui kepatenan arteri ulnaris jika arteri radialis diambil. Pada
pasien yang menggunakan arteri radialis harus mendapatkan terapi Ca
Antagonis selama 6 bulan setelah bedah menjaga agar arteri radialis tetap
terbuka lebar. Dunning et al, (2010) mengatakan bahwa sebuah studi
menunjukkan bahwa arteri radialis memberikan lebih banyak
kemampuan revaskularisasi dalam waktu yang lebih lama dibandingkan

6
vena savena.
3. Vena Savena : Ada dua vena savena yang terdapat pada tungkai bawah
yaitu vena savena magna dan parva. Namun yang sering dipakai sebagai
saluran baru pada CABG adalah vena savena magna. Arif Muttaqin
(2009) mengatakan bahwa Vena savena sering digunakan pada CABG
karena diameter ukurannya mendekati arteri koroner.

2.1.6 Komplikasi
1. Hipertensi
Hipertensi setelah pasca bedah jantung dapat menyebabkan rupture atau
kebocoran jalur jahitan dan meningkatkan pendarahan. Dapat juga
disebabkan karena riwayat hipertensi, peningkatan kadar katekolamin atau
rennin, hipotermia atau nyeri, terkadang ditemukan tanpa penyebab yang
jelas. Hipertensi ini umumnya bersifat sementara dan dapat diturunkan
dalam 24 jam. Pada klinik sering digunakan gabungan inotropik dan
vasodilator seperti golongan milrinone.
2. Hipotensi
Pada tandur vena savena dapat kolaps jika tekanan perfusi terlalu rendah,
vena tidak memiliki dinding otot seperti yang dimiliki oleh arteri, sehingga
mengakibatkan iskemia miokard. Hipotensi juga dapat disebabkan oleh
penurunan volume intravaskuler, vasodilatasi sebagai akibat penghangatan
kembali kontraktilitas ventrikel yang buruk atau disritmia.
3. Aritmia
Takiaritmia yang terjadi dapat mempengaruhi curah jantungdapat
menurunkan waktu pengisian diastolik ventrikel, juga menurunkan perfusi
arteri koroner. Aritmia sering terjadi 24-36 jam pasca bedah. Bradi aritmia
dan blok terjadi karena depresi sel sistem konduksi oleh kardioplegi atau
cedera pada nodus dan jalur konduksi oleh manipulasi pembedahan, jahitan,
edema lokal.
4. Hipovolemia
Merupakan penyebab tersering terjadinya penurunan curah jantung setelah
operasi jantung. Prosedur operasi menyebabkan kehilangan darah meski

7
sudah dilakukan penggantian cairan. Namun, pada saat suhu tubuh dinaikkan
yang awalnya hipotermi mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah
sehingga dibutuhkan lebih banyak cairan untuk memenuhi rongga pembuluh
darah.
5. Tamponade
Terjadi apabila darah terakumulasi disekitar jantung akibat kompresi jantung
kanan oleh darah atau bekuan darah dan menekan miokard. Hal ini
mengancam aliran balik vena, menurunkan curah jantung dan tekanan darah.
Tindakan meliputi pemberian cairan dan vasopressor untuk
mempertahankan curah jantung dan tekanan darah sampai dekompresi bedah
dilakukan.
6. Peri Miokardial Infark (PMI) paska operasi
7. Perdarahan
Ada 2 jenis perdarahan yaitu :
a. Perdarahan arteri
Meskipun jarang, namun hal ini merupakan kedaruratan yang mengancam
hidup yang biasanya diakibatkan oleh ruptur atau kebocoran jalur jahitan.
b. Perdarahan vena
Menurut Arif Muttaqin (2009) perdarahan vena lebih umum terjadi dan
disebabkan oleh masalah pembedahan atau koagulopati, kesalahan
hemostasis dari satu atau lebih pembuluh darah mengakibatkan
abnormalitas pendarahan. Tindakan ditujukan pada penurunan jumlah
perdarahan dan memperbaiki penyebab dasar.

2.2 Konsep Dasar Pasca Bedah


2.2.1 Perawatan pasca bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU. Untuk
mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem
penderita prabedah dan intra bedah sehingga dapat diantisipasi dengan baik
misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada perawatan pasien pasca bedah terbagi
atas :

8
1. Perawatan di ICU, monitoring Hemodinamik :
a. CVP
b. Denyut jantung/ heart rate (HR)
c. Wedge presure (PCWP) dan PAP.
d. Tekanan Darah dan MAP
e. Curah jantung (CO), cardiac index(CI)
f. Peripheral oxygen saturation (SpO2)
g. Systemic vascular resistant (SVR), PVR
h. Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung,
dosisnya, rutenya dan lain-lain.
i. Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacu jantung dll.
2. EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar
jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok
atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam
sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada
perubahan irama dasar jantung yang membahayakan.
3. Sistem pernapasan
Penderita dari kamar bedah masih belum sadar. Sampai di ICU segera
pasang alat bantu nafas dan dilihat :
a. Ukuran dan kedalaman ETT yang dipakai
b. Tidal volume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP, Mode ventilator
c. Lihat cairan yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal,
kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru.
Bila perlu diperiksa kultur.
4. Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari pasien mulai bangun atau masih diberikan obat -
obatan sedatif dan relaxan. Bila pasien mulai bangun maka disuruh untuk
menggerakkan keempat ekstremitasnya.
5. Sistem ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat
hemolisis dan lain-lain. Dilakukan pemerikasaan ureum dan kreatinin.

9
6. Gula darah
Bila pasien menderita DM maka kadar gula darah harus dikontrol
7. Laboratorium :
a. HB, HT, trombosit, leukosit
b. Analisa gas darah
c. SGOT/SGPT, Albumin, ureum, kreatinin, gula darah
d. Enzim CK dan CKMB
8. Water Seal Drain
Drain vaskuler yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari
mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap
jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi dikerjakan tiap jam atau
tiap jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 3 cc/kgBB/jam dianggap
sebagai perdarahan pasca bedah dan mungkin memerlukan re-open untuk
menghentikan perdarahan.
9. Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk
melihat alat-alat dirongga thorak. Perawatan pasca bedah di ICU harus
disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang
dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap
respirator segera dimulai dan begitu juga ekstubasi beberapa jam setelah
pasca bedah.
10. Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan
ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi
sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drainase).
11. Perawatan setelah dari ruang ICU
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua
organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari pertama
pasca bedah dengan hemodinamik stabil. Umumnya pemeriksaan
hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium
yaitu Elektrolit, Darah lengkap, AGDA, Faal Hemostatis, Enzim CKMB
dan troponin T. Hari ketiga lihat dan diperiksa antara lain : Elektrolit,

10
thrombosit, Ureum, Gula darah, Thoraks foto dan EKG 12 lead. Hari
keempat lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi. Hari kelima Hematologi,
LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6-10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosit. Biasanya
diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan
mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti
diabet dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator,
juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke7
atau sampai klien pulang.
Perawatan luka dapat dilakukan dengan teknik tertutup atau terbuka. Bila
ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi
dengan tanda-tanda panas, leukositosis, maka luka harus dibuka jahitannya
sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Bila luka sembuh dengan baik
jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca
bedah. Untuk klien yang mengalami obesitas dan diabetus melitus jahitan
dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka terbuka. Mobilisasi
diruangan mulai dengan duduk ditempat tidur, turun dari tempat tidur,
berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan keluar dari
ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.

2.3 Askep Keperawatan Pasca Bedah


2.3.1 Pengkajian
Setelah selesai operasi, pasien segera dipindahkan keruang ICU, segera setelah
pasien tiba di ICU, perawat harus segera melakukan pengkajian meliputi semua
sistem organ untuk menentukan status pasca bedah dibandingkan dengan
prabedah dan mengetahui perubahan yang mungkin terjadi selama
pembedahan.
1. Status Kardiovaskular
Meliputi frekuensi dan irama jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena
sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji paru (PCWP), bentuk
gelombang pada tekanan darah invasive, curah jantung dan cardiac index,
drainase rongga dada, fungsi pacemaker.

11
2. Status Respirasi
Pengkajian terhadap status respirasi bertujuan untuk mengetahui secara dini
tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi. Perawat
mengkaji status respirasi pasien selama bedah, ukuran endotrakeal tube,
masalah yang dihadapi selama intubasi, lama penggunaan alat mesin jantung
paru. Selanjutnya kaji gerakan dada, suara nafas, setting ventilator
(frekuensi pernafasan/RR, volume tidal, konsentrasi oksigen, Mode, PEEP),
kecepatan nafas, tekanan ventilator, saturasi oksigen, analisa gas darah.
3. Status Neurologi
Kesadaran dipantau sejak klien mulia bangun atau masih diberikan obat
sedative. Jika klien mulai bangun maka minta klien untuk menggerakkan
seluruh ekstremitas. Kaji juga tingkat responsifitas , ukuran pupil dan reaksi
terhadap cahaya, reflex, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman
tangan.
4. Sistem percernaan
Observasi status cairan, asupan nutrisi
5. Status pembuluh darah perifer
Denyut nadi perifer, warna kulit, warna kuku, mukosa bibir, suhu kulit,
edema.
6. Sistem perkemihan
Observasi produksi urine setiap jam dan perubahan warna yang terjadi
akibat hemolisis dan lain-lain. Pemeriksaan ureum kreatinin harus
dikerjakan jika fasilitas memungkinkan.
7. Status Cairan dan elektrolit.
Haluaran semua selang drainase, parameter curah jantung, dan indikasi
ketidak seimbangan elektrolit.
8. Nyeri
Kaji sifat, jenis, lokasi, durasi, respon terhadap analgesik
9. Status Gastro intestinal
Auskultasi bising usus, palpasi abdomen, nyeri pada saat palpasi.
10. Status alat yang dipakai

12
Kepatenan alat dan pipa untuk menentukan baik atau tidak kondisinya
meliputi, pipa endotrakeal, ventilator, monitor saturasi, kateter arteri paru,
infus intravena, pacemaker, sistem drainase dan urine.
Selanjutnya jika pasien sudah sadar dan mengalami perkembangan yang
baik, perawat harus mengembangkan pengkajian terhadap status psikologis
dan emosional pasien dan risiko akan komplikasi.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi antara lain :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah, gangguan
fungsi miokardium (preload, afterload, kontraktilitas).
2. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma pembedahan
dada ekstensif.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret.
4. Risiko volume cairan dan elektrolit kurang berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif.
5. Nyeri berhubungan dengan trauma bedah dan akibat slang drain di dada.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi dan prosedur pembedahan.

2.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
No Tujuan NOC Intervensi NIC
keperawatan
1 Penurunan curah Setelah dilakuakan asuhan Perawatan jantung :
jantung keperawatan selama.x 24 a. Lakukan penilaian
berhubungan jam, klien menunjukkan curah komprehensif terhadap
dengan jantung adekuat, dengan sirkulasi perifer ( misalnya
kehilangan criteria : : cek nadi perifer, edema,
darah,gangguan a. Tekanan darah dalam batas pengisian kapiler, dan suhu
fungsi normal ekstremitas )
miokardium b. Toleransi terhadap aktifitas b. Dokumentasikan adanya
(preload, c. Nadi perifer kuat disritmia jantung
afterload, d. Ukuran jantung normal c. Observasi tanda-tanda vital

13
kontraktilitas) e. Tidak ada distensi vena d. Observasi status
jungularis kardiovaskular
f. Tidak ada disritmia e. Catat tanda dan gejala
g. Tidak ada bunyi jantung penurunan curah jantung
abnormal f. Observasi status respirasi
h. Tidak ada angina terhadap gejala gagal
i. Tidak ada edema perifer jantung
j. Tidak ada edema paru g. Observasi keseimbangan
cairan ( intake dan output
cairan )
h. Instruksikan klien dan
keluarga tentang
pembatasan aktifitas
i. Tentukan periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
j. Observasi toleransi klien
terhadap aktifitas
2 Risiko gangguan Setelah dilakukan asuhan Menejemen jalan nafas
pertukaran gas keperawatan selama x 24 a. Posisikan klien untuk
berhubungan jam, klien menunjukkan memaksimalkan ventilasi
dengan trauma pertukaran gas adekuat, b. Auskultasi bunyi nafas,
pembedahan dengan criteria : area penurunan ventilasi
dadaekstensif a. Status mental dalam dan adanya bunyi nafas
rentang normal tambahan
b. Klien bernapas dengan c. Minta klien untuk
mudah melakukan batuk evektif
c. Tidak ada dispnea atau lakukan suctioning,
d. Tidak ada sianosis sesuai kebutuhan, untuk
e. Tidak ada somnolen mengeluarkan secret
f. PaO2 dalam batas normal d. Anjurkan klien untuk
g. PCO2 dalam batas normal bernafas pelan , nafas

14
h. pH arteri dalam batas dalam dan batuk
normal e. Observasi status respirasi
i. Saturasi O2 dalam batas dan oksigenasi sesuai
normal kebutuhan
j. Ventilasi perfusi f. Atur asupan cairan untuk
seimbang mengoptimalkan
keseimbangan cairan
Terapi oksigen :
a. Bersihkan mulut, hidung,
dan trakea dari sekresi
sesuai kebutuhan
b. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
c. Siapkan perlengkapan
oksigen dan atur system
humudifikasi
d. Berikan tambahan oksigen
sesuai permintaan
Obserfasi pernapasan
a. Observasi kecepatan,
irama, kedalaman
pernapasan
b. Catat pergerakan dada,
kesimetrisan , penggunaan
otot bantu napas
c. Observasi sekresi jalan
nafas klien
d. Observasi hasil
pemeriksaan foto toraks
3 Bersihan jalan Setelah dilakuakan asuhan Manajemen jalan nafas
nafas tidak keperawatan selamax24jam, a. Posisikan klien untuk
efektif klien menunjukkan bersihan memaksimalkan ventilasi

15
berhubungan jalan nafas efektif dengan b. Auskultasi bunyi napas
dengan status pernapasan adekuat, c. Keluarkan secret dengan
akumulasi sekret dengan criteria : batuk atau suction sesuai
a. Klien mudah untuk kebutuhan
bernapas d. Gunakan perlengkapan
b. Tidak ada sianosis, tidak steril dalam melakukan
ada dispnea suction trakea
c. Saturasi O2 dalam batas e. Observasi status oksigen (
normal saturasi oksigen ) klien dan
d. Jalan napas paten status hemodinamik (
e. Mengeluarkan secret MAP, irama jantung,)
secara efektif sebelum selama dan
f. Klien mempunyai irama setelah suction
dan frekuensi pernapasan f. Lakukan suction orofaring
dalam rentang normal setelah suction trachea
g. Klien mempunyai fungsi
paru dalam batas normal
4 Risiko volume Setelah dilakukan asuhan Manajemen cairan
cairan dan keperawatan selamax24jam a. Pertahankan asupan dan
elektrolit kurang , volume cairan kuran dari haluaran yang adekuat
berhubungan kebutuhan tubuh teratasi, b. Observasi status hidrasi
dengankehilanga dengan criteria : klien ( seperti kelembapan
n cairan aktif a. Frekuensi nadi dan irama membrane mukosa,
dalam rentang yang popusi, tekanan darah
diharapkan sesuai, kebutuhan )
b. Klien tidak mengalami c. Observasi status
haus yang tidak normal hemodinamik, termasuk
c. Klien memiliki CVP, MAP, PAP sesuai
keseimbangan asupan dan kesediaan
haluaran dalam 24 jam d. Observasi tanda-tanda vital
d. Klien menampilkan sesuai kebutuhan
hidrasi yang baik ( e. Berikan cairan sesuai

16
membrane mukosa kebutuhan
lembep, mampu f. Kelola pemberian cairan
berkeringat ) intravena
e. Klien memiliki asupan g. Kelola pemberian
cairan oral dan atau transfuse sesui kebutuhan
intravena adekuat h. Observasi parameter
hemodinamik invasive
sesuai kebutuhan
i. Obserfasi membrane
mukosa, turgor kulit dan
kelembapan
5 Nyeri Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
berhubungan keperatan x 24jam klien a. Kaji secara komprehensif ,
dengan trauma dapat meliputi lokasi,
bedah dan a. Mengontrol nyeri dengan karakteristik dan awitan,
akibat slang criteria : durasi, frekuensi, kualitas,
drain di dada Mengenal factor intensitas/beratnya nyeri,
penyebab nyeri dan factor presipitasi
Menggunakan analgetik b. Observasi isyarat non
dengan tepat verbal dari ketidak
b. Menunjukkan tingkat nyamanan, khususnya
nyeri dengan criteria : dalam ketidak mampuan
Menyatakan nyeri hilang. untuk secara aktif
Menunjukkan c. Berikan analgetik sesuai
pascaurtubuh rileks. kebutuhan
Kemampuanistirahat/tidur d. Gunakan komunikasi
cukup. terapiutik agar klien dapat
Membedakanketidaknyam mengekspresikan nyeri
anan bedah dari e. Ajarkan penggunaan
angina/nyeri jantung pra teknik non farmakologi (
bedah. misalnya : relaksasi,
distraksi )

17
f. Kolaborasi pemberian
analgetik

6 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Kontrol infeksi


berhubungan keperawatan selama.x 24 a. Bersikan lingkungan
denganluka insisi jam, klien dapat : secara tepat setelah
dan prosedur Tidak terjadi infeksi : digunakan oleh klien
pembedahan a. Tanda vital dalam batas b. Ganti peralatan klien
normal setiap selesai setiap
b. Tidak ada tanda-tanda tindakan
infeksi ( rubor,dolor, kalor, c. Batasi jumlah pengunjung
fungsio laesa,tumor ) d. Anjurkan dan ajarkan klien
untuk cuci tangan dengan
tepat
e. Anjurkan pengunjung
untuk mencuci tangan
sebelum dan setelah
meninggalkan ruangan
klien
f. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
klien
g. Gunakan sarung tangan
steril
h. Lakukan peawatan aseptik
pada semua jalur iv
i. Lakukan teknik perawatan
luka yang tepat
j. Tingkatkan asupan nutrisi
dan cairan
k. Kolaborasi pemeriksaan

18
Lab
l. Kelola pemberian
antibiotik

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas
Inisial : Tn.A.S
Tanggal lahir : 24 Juni 1962
No.MR : 2016-41-54-13
Alamat : Jl.Raya Kamasan 248 RT 002/01 Banjaran
Bandung jawa barat
Suku : Sunda
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk RS : 28-03-2017
Tanggal operasi : 29-03-2017 Jam. 19.00
Tanggal pengkajian : 29-03-2017 Jam. 21.00
Diagnosa : CAD 3VD
Tindakan : CABG 3X ON PUMP
LIMA-LAD
SVG-OM
SVG-PDA

3.1.2. Riwayat kesehatan


a. Keluhan utama
Kondisi saat pengkajian, pasien sementara terpasang ventilator, CVP,
arteri line, WSD, cateter PA dan kateter urine.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pada tahun 2015 pasien di diagnosa dengan hipertensi dan oleh dokter
diberikan obat Ramipril 5 mg. Pada tanggal 10 April 2016 pasien dirawat
di RS. Santosa Bandung dengan keluhan nyeri dada kiri dan UAP,
kemudian pasien menjalani pemeriksaan coronari angiografi dan didapati

20
adanya penyumbatan pada 3 pembuluh darah (CAD 3VD). Pasien juga
sebelumnya adalah seorang perokok aktif.
c. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit yang sama dengan yang dialami pasien.
d. Faktor resiko
- Hipertensi
- Perokok
e. Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang ke RSJPHK melalui CAO pada tanggal 28 Maret 2017
bersama dengan keluarganya untuk melakukan operasi CABG yang akan
dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2017, sebelumnya pada tanggal 01
juni 2016 pasien dilakukan tindakan angiografi, di temukan adanya
penyumbatan pada tiga pembuluh darah koroner nya, kemudian diajukan
pada konferensi pada tanggal 23 november 2016 pasien diputuskan untuk
menjalani tindakan CABG. saat dikaji pasien mengeluh cemas karena
belum pernah dilakukan tindakan operasi sebelumnya, pasien juga
mengeluh nyeri dada kiri kalau berjalan jauh, pasien sebelumnya
didiagnosa dengan hypertensi sejak 2 tahun yang lalu dan sekarang
mengkonsumsi obat Ramipril 5mg, bisoprolol 5mg, simvastatin 20mg.
f. Riwayat di kamar operasi
Pasien pasca tindakan CABG X3 di LIMA-LAD, SVG-OM, SVG-PDA.
Pada saat intra operatif, induksi anastesi berjalan lancer, dipasang monitor
AL & CVP. Preparasi kulit dengan Chlorhexidine 4% dilanjutkan dengan
drapping. Vena diambil dari tungkai kanan dan kiri untuk graft. Insisi
median sternotomy, perikardium dibuka, tampak jantung ukuran besar,
kontraktilitas baik. LIMA diambil secara pedicled heparin diberikan.
Setelah nilai ACT tercapai kanulasi aorta dan RA. Mesin jantung
dijalankan, suhu tubuh diturunkan, dipasang kanula kardioplegia
antegrade. Klem silang aorta dipasang, cairan kardioplegia diberikan
secara antegrade, jantung segera asistole. Evaluasi arteri koroner
didapatkan seperti temuan. Dilakukan anastomosis distal SVG ke PDA dan

21
SVG ke OM. Anastomosis distal LAD dengan LIMA, suhu dinaikkan
kembali, klem silang aorta dilepas, irama kembali SR. Dilakukan
anastomosis proksimal SVG ke aorta, dengan bantuan side-biting clamp.
Mesin jantung disapih perlahan hingga berhenti, mesin berhasil dihentikan
dengan hemodinamik stabil. Dekanulasi atrium kanan, protamin diberikan,
perdarahan dirawat. Dekanulasi aorta setelah protamin habis. Dipasang 1
drain substernal 28 fr dan 1 drain intrapleura kiri 24 fr. Perikardium
ditutup sebagian, dinding dada ditutup kembali dengan sternal wire, luka
operasi diutup dengan benang absorbable sintetik. Pasien ditransfer ke ICU
dengan hemodinamik stabil 101/52 mmHg, HR: 81 bpm (Sinus ritme),
CVP: 10 mmHg, tanpa support, Total AOX time : 44 menit, CPB time : 82
menit.

3.1.3. Pemeriksan fisik


a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Saat tiba di ICU tanggal 29 Maret 2017 pukul
21.00 WIB, pasien masih dalam pengaruh obat
anastesi dan sedasi.
c. Berat Badan : 57 kg
d. Tinggi Badan : 160 cm
e. Tanda-tanda vital : pasien terpasang ventilator dengan modus Volume
Control, Volume Tidal 500 cc, PEEP 5%, FIO2
50%, respiratory rate 12 x/menit, tekanan darah
140/70 mmHg, heart rate: 64 x/menit, CVP : 12
cmH2O, suhu : 350 C
f. Head to Toe
1. Kepala : Tidak ada kelainan.
2. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, refleks pupil terhadap cahaya (2+/2+)
3. Hidung : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung tidak
ada, terpasang NGT.
4. Telinga : Normal, tidak ada serumen

22
5. Mulut : Bentuk mulut normal, membran mukosa kering,
terpasang ETT No.8, batas bibir 21 cm.
6. Leher : Terpasang sheat di vena jugularis interna dextra,
tidak ditemukan pembesaran kelenjar Tiroid.
7. Dada : Bentuk dada normal dan simetris, terdapat luka
post operasi pada sternum dengan panjang kurang
lebih 15 cm, luka tertutup kassa, rembesan negatif,
gerakan dada simetris, CVP line vena subclavia
sinistra terpasang semenjak tanggal 29 Maret 2017,
terdapat 2 buah drain substernal dan intrapleura
sinistra produksi drain 30-50cc/jam.
8. Abdomen : Tidak tampak lesi pada abdomen, tidak teraba
asites, bising usus negatif.
9. Ekstremitas : Akral dingin, edema tidak ada, pulpasi arteri
perifer (+/+). Capillary refill < 3 detik, dan
terpasang arteri brachialis sinistra.
10. Genitalia : Terpasang Dower Kateter no.14 fr sejak tanggal 29
Maret 2017, produksi urine 50-80 cc/jam.

g. Pola fungsional
1. Pola nutrisi
Sebelum sakit pasien mengatakan kurang mengontrol makanan,
Setelah terdiagnosa penyakit hipertensi dan jantung pasien sudah
mengontrol pola makanan dengan mengurangi konsumsi makanan
yang berlemak dan memperbanyak mengkonsumsi buah dan sayur.
Pasien setiap harinya minum sebanyak 5-7 gelas sehari dengan
ukuran gelas 200 ml. Saat ini pasien sementara dipuasakan.
2. Pola eliminasi
Sebelum dan selama sakit pasien buang air besar 1 kali. Selama sakit
pasien buang air kecil 6-8 kali sehari. Pasien mengatakan sudah
BAB 1 kali sebelum masuk ke rumah sakit dengan konsistensi lunak
warna kuning dan tidak menggunakan obat pencahar dan tidak ada

23
keluhan dalam proses defekasi. Saat ini pasien terpasang kateter
urine no.14 dengan produksi urine 50 cc/jam.
3. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan setiap harinya tidur malam mulai jam 22.00 dan
sering terbangun di malam hari dan susah untuk tidur kembali.
Pasien saat ini bedrest dan masih dalam pengaruh sedasi.
4. Pola aktivitas
Faktor ketergantungan Faktor ketergantungan
Personil haygine 0 Memakai pakaian 0
Mandi 0 BAB 0
Makan 0 BAK 0
Toileting 0 Ambulasi 0
Naik tangga 0 Transfer kursi TT 0
Ket.: skor: 0 dibantu, 5 dibantu sebagian, 10 mandiri
Nilai: [ ] Dibantu total (0-24)
[ ] Dibantu sebagian (25-75)
[ ] Mandiri (76-99)
Nyeri (Behavioural Pain Scale)
No Item Deskripsi Skor
1. Tenang 1
Tegang sebagian (mengkerut) 2
Gambaran Wajah
Tegang 3
Meringis 4
2. Tidak ada gerakan 1
Menekuk sebagian 2
Gerakan Ekstremitas Atas Menekuk dengan jari-jari 3
fleksi
Kaku permanen 4
3. Kesesuaian dengan Ada gerakan toleransi 1
ventilasi Batuk tetapi toleransi 2
(pasien dengan intubasi) ventilasi

24
Melawan ventilator 3
Tidak dapat mengontrol 4
ventilasi
Skala 4/12

h. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Pre Operasi, 16/03/2017 jam : 06.30
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15,2 13,3 - 16,6 g/dl
Leukosit 7050 3580 - 8150 /Ul
Hematokrit 43,8 41,3 - 48 Vol.%
Eritrosit 5,31 4,29 -5,7 Juta/Ul
Trombosit 257 172 - 359 X1000/ul
VER (MCV ) 82,5 79 - 92,2 fl
HER (MCH ) 28,6 27,5 - 32,4 Pg
KHER (MCHC ) 34,7 30,7 - 33,2 g/dl
Gol darah/resus B/+
RDW 12,4 12,2- 14,6 %
COAGULATION
PT 11,5 9,1 - 13,1 Second
Kontrol 11,3 Second
INR 1,02 2 - 4,8
APTT 34,3 25 - 33 Second
Kontrol 30,2 - Second
LIVER PANCREAS
Protein Total 7,0 6,6- 8,7 g/dl
Albumin 4,5 3,5 - 5,2 g/dl
Globulin 2,5 2,3 - 3,5 g/dl
Bilirubin Total 0,64 0 - 1,4 Mg/dl

25
Bilirubin Direk 0,18 0 - 0,3 Mg/dl
Bilirubin Indirek 0,46 0 - 0,75 Mg/dl
SGOT 26 0-40 U/L
SGPT 32 0 - 41 U/L
CARDIAC
CK 137 0- 190 U/L
CKMB 39 0 - 25 U/L
RENAL PROSTASE
Ureum 26,4 16,6-48,5 Mg/ dl
BUN 12 6-20 (Adult 18-60) Mg/ dl
8-23 (Adult 60-90)
Creatinin 1,06 0,67-1,17 Mg/ dl
BLOOD GAS ELECT
Hb 15,1 13 16 g/dl
Hct 45 40 48 %
Suhu 37
PH 7,402 7,35 7,45 Mm/Hg
PCO2 30,6 35 45 Mm/Hg
PO2 122,0 69 -166
HCO3 19,2 22 26 Mmol/ l
Tco2 20,2 23 27 Mmol/ l
Actual BE -3,7 -2,4 2,3 Mmol/ l
Standart BE -5,7 -2,4 2,3 Mmol/ l
SBC 21,4 22 26 Mmol/ l
Sat O2 99,2% 95 -99 %
Ca Ion 1,17 1,12 1,32 Mmol/ l
Mg Ion 0,59 0,45 0,6 Mmol/ l
Asam laktat 0,9 0 -2 Mmol/ l
Gula darah 145 70 99 mg/dl
Natrium 139 135 147 mmol/dl
Kalium 3,92 3,5 5,5 mmol/dl

26
Clorida 103 95 111 mmol/dl
HBs Ag Non Non Reaktif
Reaktif
Anti HCV Non Non Rektif
Reaktif

Intra Operasi, 29-03-2017


Pemeriksaan Tanggal 29-03-2017 N.Ref/Terapi Satuan
Blood Gas
Jam 16.30 Jam 17.05
Elect
Hb 9,4* 13,4 13-16 g/dl
Hct 28* 40 40-48 %
Suhu 37 37
PH 7,411 7.398 7,35-7,45 Mm/hg
PCO2 34,1* 30,7* 35-45 Mm/hg
PO2 334,9* 311,1* 69-166
HCO3 18,7* 19,1* 22-26 Mmol/l
TCO2 34,1 30,7 23-27 Mmol/l
Actual BE -7,2* -6,0* -2,4-23 Mmol/l
Standart BE -5,6* -4,1* -2,4-2,3 Mmol/l
SBC 22,5 22,9 22-26 Mmol/l
Saturasi O2 99,9 99,9 95-99 %
Ca ion 1,24 1,16 1,12-1,32 Mmol/l
Asam laktat 2,7* 1,6 0-0,2 Mmol/l
Gula darah 233* 108* 70-99 Mg/dl
Natrium 135,1 136,9 135-147 Mmol/dl
Kalium 4,29 4,04 3,5-5,5 Mmol/dl
Clorida 104,0 102,0 95-111 Mmol/dl

27
ICU tgl 29-03-2017 jam 21.00
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.7 * 13,3 - 16,6 g/dl
Leukosit 14260 * 3580 8150 /Ul
Hematokrit 33,2 * 41,3 48 Vol.%
Eritrosit 4,27 * 4,29 -5,7 Juta/Ul
Trombosit 187 172 359 X1000/ul
VER (MCV) 83,0 79 - 92,2 Fl
HER (MCH) 29,2 27,5 - 32,4 Pg
KHER (MCHC) 35,2 * 30,7 - 33,2 g/dl
RWD (CV) 14,0 12,2-14,6
CK 1321 * 0 190 U/L
CKMB 52 * 0 25 U/L
PH 7,390 7,35 7,45 Mm/Hg
PCO2 29,8 * 35 45 Mm/Hg
PO2 264,5 * 69 -166
HCO3 18,0 * 22 26 Mmol/L
Gula darah 200* 70-99 Mg/dl
Asam Laktat 2,7 0-2 Mmol/L
Natrium 138 136-145 Mmol/L
Kalium 4,3 3,5-51 Mmol/L
Chlorida 105 98-107 Mmol/L

Analisa gas darah jam : 22.00


Analisa Gas darah Hasil N.ref/Terapi Satuan
Vena
Hb 11,7 * 13 16 g/dl
Hct 33,2 * 40 48 %
Suhu 37
PH 7,326 7,35 7,45 Mm/Hg

28
PCO2 38,0 35 45 Mm/Hg
PO2 44,8 * 69 -166
HCO3 20 * 22 26 Mmol/ l
Tco2 23,0 23 27 Mmol/ l
Actual BE -4,9 * -2,4 2,3 Mmol/ l
Standart BE -3,8 * -2,4 2,3 Mmol/ l
SBC 21,9 * 22 26 Mmol/ l
Sat O2 75,7 95 -99 %
Ca Ion 1,08 * 1,12 1,32 Mmol/ l
Mg Ion 0,36 * 0,45 0,6 Mmol/ l
Asamlaktat 2,7 0 -2 Mmol/ l
Guladarah 201* 70 99 mg/dl
Natrium 138 135 147 mmol/dl
Kalium 4,3 3,5 5,5 mmol/dl

ICU tgl 30-03-2017 jam 02.00


Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,7 * 13,3 - 16,6 g/dl
Leukosit 14260* 3580 8150 /Ul
Hematokrit 33,2 * 41,3 48 Vol.%
Eritrosit 4,27* 4,29 -5,7 Juta/Ul
Trombosit 187 172 359 X1000/ul
VER (MCV) 83,0 79 - 92,2 Fl
HER (MCH) 29,2 27,5 - 32,4 Pg
KHER (MCHC) 35,2 30,7 - 33,2 g/dl
RWD (CV) 14,0 12,2-14,6
CARDIAC
CK 1321 0 190 U/L
CKMB 52 0 25 U/L
RENAL PROSTASE

29
Ureum 26,0 16,6-48,5 Mg/ dl
BUN 16 6-20 (Adult 18-60) Mg/ dl
8-23 (Adult 60-90)
Creatinin 1,20 0,67-1,17 Mg/ dl

2. Elektrokardiografi
Post operasi Tanggal 29-03-201

Interprestasi gambaran EKG


- Irama : teratur
- HR : 60 x/menit
- Gelombang P : ada, bentuk normal, lebar 0,8 detik, tinggi 0,1 mV,
setiap gelombang P selalu di ikuti gelombang QRS, rasio 1:1.
- Komplek QRS : Sempit, lebar 0,12 detik
- PR Interval : normal, lebar 0,16 detik
- ST Segmen : ST Elevasi di V1-V4
- Gelombang T : defleksi positif di semua lead.
- Axis : Normal
- Tanda hipertrofi : tidak ada
- Tanda block : tidak ada
Kesimpulan : Sinus Rythm dengan STEMI di ANTEROSEPTAL
30
3. Thorax X-Ray
Post Operasi Tanggal 29-03-2017

Interpretasi :
CTR 50%, vaskularisasi tidak meningkat, hilus baik, ETT berada di
ICS 2-3, ujung cateter PA (Swan Ganz) berada di ICS 4-6, CVP di
ICS4-5.

i. Terapi
- Morfin 20 mcg/Kg/Jam
- Nitrogliserine 0,5 mcg/kg/jam
- Ranitidine 2x50 mg (IV)
- Ondancentron 3x8 mg (IV)
- Oxtercid 3x1,5gr (IV)
- Paracetamol 3x1gr (PO)
- Captopril 3x12,5mg(PO)
- Bisoprolol 1x25mg(PO)

31
3.2. Analisa data
Masalah
No Data Fokus Etiologi
Keperawatan
1 DS: - Bersihan jalan Depresi
DO: Nafas tidak pernapasan,
Kesadaran: dalam pengaruh efektif. Pemakaian
anastesi dan sedasi. sedative dan
Pengembangan dada simetris. Relaksan.
Terdapat produksi sputum
dengan konsistensi kental,
warna putih, produksi efektif.
Pasien belum mampu batuk
efektif.
Pasien menggunakan ventilator
dengan mode VC, FiO2 50%,
volume tidal 500cc, PEEP:5,
RR 12 x/menit,SaO2:100%.
Hasil AGD: PH:7,390,
PaO2:29,8, HCO3 :18,0
Pulsasi arteri kuat.
2 DS: - Penurunan Penurunan
DO: Curah Jantung kontraktilitas
Kesadaran : Dalam pengaruh miokard,
anasthesi dan sedasi. peningkatan
EF : 50% afterload
TAPSE: 2,1 cm
TD: 140/70 mmHg
Heart Rate: 64 kali/menit
Pulsasi arteri kuat
Suhu: 360C
Akral dingin
SV : 34

32
CO : 3,0
CI : 1,9
SVR : 2315
CVP : 7 cmH2O
Urine output 80 cc dalam 1 jam
pertama
3 DS: Nyeri Trauma
DO: operasi dan
Skala nyeri menggunakan pemasangan
Behavior Pain Scale, nilai: alat invasif
4/12. di tubuh.
Terdapat luka post operasi di
midsternum dan di tungkai
kanan post CABG.
Terpasang Endotracheal tube.
Terpasang Swans Ganz di vena
jugularis interna dextra.
Terpasang Central Venous
Pressure di vena subklavia
sinistra.
Terpasang arteri line di arteri
Brachialis sinistra.
Terpasang drain substernal dan
intrapleura sinistra.
Terpasang kateter urine no 14.
Terpasang terapi Morphine 20
mcg/kgBB/jam.
4 DS: - Resiko Infeksi Pemasangan
DO: alat invasif
Leukosit: 14.260 tubuh.
Trombosit: 187.000
Terdapat luka post operasi di

33
midsternum di tungkai kanan
post CABG. Luka di
midsternum tampak bersih,
tertutup kassa steril dan tidak
ada rembesan.
Terpasang Endotracheal tube no
8 kedalaman 21 cm.
Terpasang Swans Ganz di vena
jugularis interna dextra.
Terpasang Central Venous
Pressure di vena subklavia
sinistra.
Terpasang arteri line di arteri
Brachialis sinistra.
Terpasang drain substernal dan
intrapleura sinistra.
Terpasang kateter urine no 14.
5 DS: - Resiko Prosedur
DO: perdarahan operasi
Terdapat luka post operasi di CABG
midsternum di tungkai kanan
post CABG.
HB: 11,7g/dl
INR:1,02
APTT:34,3 second
Hematokrit:33,2 vol.%
Trombosit: 187.000/ul
Terpasang drain substernal dan
intrapleura, produksi drain: 1
jam pertama 20cc,
1 jam ke dua 30 cc, 1 jam ke
tiga 50 cc,

34
1 jam ke empat: 35cc
Warna produk drain serouse.

3.3. Diagnosa keperawatan


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Depresi pernapasan
dengan pemkaian sedative dan relaksan.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan konraktilitas miokard dan
peningkatan afterload.
c. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi dan pemasangan alat invasif
tubuh.
d. Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur operasi CABG.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi dan pemasangan alat
invasif tubuh.

3.4. Intervensi keperawatan


Menurut NIC, intervensi dari masalah yang kelompok angkat sebagai berikut:
Rencana Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
Hasil
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Mandiri:
nafas tidak efektif asuhan keperawatan Auskultasi suara nafas
berhubungan selama 1 x 24 jam Berikan suhu hangat pada
dengan bersihan jalan nafas lingkungan kamar.
pemakaian teratasi dengan Kaji suara nafas dan status
sedative dan kriteria: oksigenasi.
relaksan. Suara nafas Lakukan penghisapan lendir/
vesikuler. suction melalui ETT.
Tidak ada tanda Ajarkan pasien teknik batuk
infeksi saluran nafas. efektif.
Irama nafas teratur. Kolaborasi
Klien dapat Lakukan X-Ray untuk

35
melakukan tehnik evaluasi posisi ETT.
batuk efektif. Berikan terapi sesuai program.
2 Penurunan curah Setelah dilakukan Mandiri:
jantung asuhan keperawatan Pantau tanda-tanda vital.
berhubungan selama 1x24 jam klien Monitor irama jantung.
dengan penurunan menunjukkan curah Monitor tanda-tanda
kontraktilitas jantung optimal, penurunan curah jantung.
miokard. dengan kriteria: Merekam EKG 12 lead.
Hemodinamik stabil Ukur intake output/24 jam.
Tanda-tanda vital Ukur CO, CI, PCWP, SV
normal Batasi aktifitas fisik.
Cardiac output 2,5 - 4 Pantau hemodinamik invasif
L/menit/m2 per 4 jam.
MAP > 80 mmHg Kolaborasi:
HR 60 - 100x/menit Pemberian terapi sesuai
Pulsasi arteri kuat program.
Akral hangat Berikan oksigen sesuai
Pasien sadar kebutuhan.
Orientasi baik Berikan cairan intravena
Urin output > 0,5 sesuai instruksi.
cc/kg/jam Pasang hemodinamik
monitoring invasive.
Berikan inotropik sesuai
instruksi dokter
3 Nyeri Setelah dilakukan Mandiri:
berhubungan asuhan keperawatan Kaji tanda-tanda Nyeri.
dengan trauma selama 3 x24 jam Observasi keluhan nyeri, catat
operasi dan klien dapat: lokasi dan intensitas.
pemasangan alat Pasien menyatakan Beri posisi yang nyaman
invasif tubuh. nyeri berkurang untuk pasien.
secara verbal. Ajarkan teknik relaksasi dan
Pasien terlihat napas dalam.

36
tenang. Beri lingkungan yang nyaman
Tanda Vital dalam Kolaborasi:
batas normal Berikan medikasi analgesik
sesuai instruksi dokter.
4 Resiko Setelah dilakukan Bleeding precautions :
perdarahan asuhan keperawatan Monitor ketat tanda-tanda
berhubungan selama 3x24 jam, perdarahan.
dengan prosedur tidak ada tanda-tanda Catat nilai Hb dan Ht
operasi CABG. perdarahan dengan sebelum dan sesudah terjadi
kriteria hasil perdarahan.
Parameter Monitor tanda-tanda vital.
hemodinamik dalam Monitor nilai lab meliputi:
batas normal. PT, INR, APTT dan
Drainase dada trombosit.
melalui selang pada Kolaborasi dalam pemberian
4-6 jam pertama produk darah.
kurang dari 300 Lindungi pasien dari trauma
ml/jam. yang dapat menimbulkan
Tanda-tanda vital perdarahan.
stabil Monitor trend tekanan darah
dan parameter hemodinamik
(CVP, Pulmonary Capilary/
Arteri Wedge pressure).
Monitor status cairan yang
meliputi intake dan output.
Pertahankan patensi IV line.
Monitor ukuran dan
karekteristik hematoma.
Monitor status nutrisi pasien.
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan Infection control (6540)
berhubungan asuhan keperawatan Fasilitasi lingkungan sekitar
dengan selama 2x24 jam klien pasien tetap bersih.

37
pemasangan alat dapat: Pisahkan peralatan pasien satu
invasif tubuh. Meningkatkan dengan pasien lain untuk
pertahanan tubuh meminimalisir infeksi.
dengan kriteria : Batasi jumlah pengunjung.
Status gastrointestinal Ajarkan teknik cuci tangan
dalam rentang yang benar kepada pasien dan
normal. keluarga.
Status respirasi dalam Lakukan teknik cuci tangan
rentang normal. pada setiap petugas yang
Status genitourinari bersentuhan langsung dengan
dalam rentang pasien sesuai dengan prinsip 5
normal. moments.
Suhu tubuh dalam Gunakan teknik aseptik untuk
rentang normal. tindakan-tindakan tertentu,
Integritas kulit, seperti pengambilan spesimen
membran mukosa darah, rawat luka, dll.
normal. Kolaborasi untuk pemberian
Nilai sel darah putih antibiotik.
dalam batas normal. Wound Care (3660) dan
Tidak ada infeksi Wound Care ; Closed
ulang Drainage (36620)
Pengetahuan klien dan Monitor karakteristik dari
keluarga tentang luka, termasuk drainase,
kontrol infeksi ukuran, warna, dan tanda-
meningkat, dengan tanda infeksi.
kriteria : Jaga kebersihan luka dengan
Keluarga mengetahui menggunakan normal salin dan
cara penyebaran clorhexidine.
infeksi. Gunakan dressing sesuai
Keluarga mengetahui dengan karakteristik luka post
faktor yang berperan op.
dalam penyebaran Ajarkan pasien dan keluarga

38
infeksi. untuk mengenal tanda-tanda
Keluarga memahami infeksi.
tanda-tanda infeksi Kaji volume dan karakteristik
drainase.

3.5. Implementasi keperawatan


No.
Tanggal/jam Implementasi Evaluasi
Dx.
30/03/2017 1,2,5 Cuci tangan sebelum S: -
08.00 menyentuh pasien, O:
memposisikan semifowler dan akral hangat, pulsasi
melakukan rewarming pasien teraba kuat.
Suhu penghangat
disetting 360C
menyesuaikan secara
bertahap proses
rewarming.

1 Mengukur Cardiac Output dan S: -


Cardiac Indeks O:
Cardiac Output: 3.0
Cardiac Indeks: 1.9
SVR: 2315
CVP:7 cmH2O
08.30 1,2 Memonitor hemodinamik, S: -
modus ventilator, SpO2, pola O:
nafas. Kesadaran pasien masih
dalam pengaruh
anestesi.
SpO2 100% dengan
ventilator mode VC,
FiO2 50%, RR 12

39
x/menit, volume tidal
500 cc, PEEP 5.
Tekanan darah 140/70
mmHg, HR: 64 x/menit,
suhu: 360C.
Pola nafas reguler.
09.00 5 Menginformasikan kembali S:
pentingnya cuci tangan dan Istri pasien mengatakan
membatasi pengunjung. sudah memahami aturan
untuk pembatasan
pengunjung dan jam
kunjungan.
O:
Istri pasien sudah bisa
cuci tangan 6 langkah,
dibuktikan dengan
melakukan cuci tangan
didepan perawat.
09.30 1 Mengevaluasi suara nafas dan S:
memonitor hemodinamik. O:
suara vesikuler, tidak
ada ronkhi dan weezing.
Tekanan darah 130/70
mmHg, HR: 70 x/menit,
RR: 12 x/menit, suhu
360C, SpO2: 100%.
10.00 1,2,3 Melakukan perekaman EKG S: -
dan mengukur hemodinamik O:
kesadaran pasien: DPO
EKG Sinus rythm
dengan iskemik
anterolateral.

40
Hemodinamik:
TD:128/78 mmHG, HR:
78x/menit, RR:
12x/menit, akral hangat,
suhu tubuh: 370C
pulsasi teraba kuat.

11.00 1,2,4 Melakukan pengambilan - Hb : 11,7 g/dL


sample darah untuk - HCT : 33,2 %
melakukan monitoring AGD, - pH : 7,530
elektrolit dan enzim jantung - PCO2: 38,0 mmHg
- pO2 : 230mmHg
- HCO3:24,5 mmol/L
- tCO2: 23,0 mmol/L
- BE : -8,4 mmol/L
- Asam Laktat: 5,6
mmol/L
- Glukosa Darah : 271
mg/dL
- Natrium: 140 mmol/dl
- kalium: 4,7 mmol/dl

Cardiac:
CK:1321 U/L
CKMB: 52 U/L

Hematologi:
Hb: 11,7 g/dl
Leukosit: 14.260/Ul
Hematokrit: 33,2/Ul

41
11.20 Kolaborasi untuk melakukan S:
rontgen dada O:
Tampak ETT terpasang
dijalan nafas, ujungnya
terletak di ICS 2-3, CTR
50%, tidak terdapat
efusi pleura dan edema
paru.
1,2,3 Memonitor status pernafasan S: -
dan hemodinamik pasien O:
setelah pasien kembali Efek sedasi tampak
composmentis. sudah hilang, pasien
kembali composmentis,
GCS: E4 M6 VETT,
RR: 12 kali/menit.
Pola nafas reguler
Terpasang ventilator
dengan modus VC
FiO2 50%
Volume tidal 500 cc
PEEP 5
SPO2 100%
Hemodinamik; TD:
127/65 mmHg, HR:
78x/menit, RR:
12x/menit, suhu: 36,5
celcius.
12.00 2,4 Melakukan balance cairan S: -
O:
Intake : 546 cc
Output: urine + drain =
880 cc.

42
Balance cairan = 546
880 = -334 cc
30/03/2017 1,2 Memonitor hemodinamik, S:
12.05 status pernafasan O:
Pasien tampak
Composmentis.
Hemodinamik: TD:
148/78 mmHg, HR:
104 x/menit,
RR:12x/menit, akral
hangat, suhu tubuh:
36,70C pulsasi teraba
kuat.
CVP: 12
CO: 4.19
CI: 2.7
SVR :1393
12.15 1 Melakukan suction S:
O:
Jumlah suction:
sedang
Warna sekret: warna
dahak, putih.
Konsistensi: kental
12.20 1 Memonitor modus ventilator, S:
pola nafas O:
Pasien tampak
Composmentis
SpO2 100%dengan
ventilator mode PS 6,
FiO2 40%, RR 20
x/menit, volume tidal

43
460 cc, PEEP 5%.
Pola nafas reguler.
1 Mempersiapkan ekstubasi dan S:
Memonitor hemodinamik O:
pasien post ekstubasi. Ektubasi dilakukan
setelah kondisi
pernafasan pasien stabil
tanpa bantuan
ventilator. Ventilator
dalam keadaan stanby,
pasien menggunakan T-
piece dengan FiO2:
60%, RR: 20 x/menit,
SpO2: 99%.
Pasca ekstubasi pasien
menggunakan simple
mask dengan
konsentrasi O2: 52%,
RR:22 x/menit, SpO2:
99%.
1 Memberikan O2 tambahan S:
menggunakan nasal kanul. pasien mengatakan
merasa lebih nyaman.
O:
Pasien menggunakan
nasal kanul dengan
konsentrasi O2: 32%,
RR: 20 x/menit, SpO2:
99%.
1 Melakukan pengambilan S:
sampel darah arteri. Pasien mengatakan
bersedia untuk diambil

44
darah.
O:
pH: 7,39
PaO2: 153
PaCO2: 31,1
HCO3: 19,1
BE: -4,4
SaO2: 99,7%
Kalium: 4,9
Natrium: 139
Clorida: 101
Calsium: 1,02
Magnesium: 0,44
GDS: 224
12.00 2 Melakukan pengukuran S:
hemodinamik, Cardiac Output O:
dan Cardiac Indeks. CO: 3.88
CI: 2.5
CVP: 12
SVR: 1443

3.6. Evaluasi keperawatan


Diagnosa
Tanggal/jam Evaluasi SOAP
Keperawatan
30/03/2017 Bersihan jalan nafas S:
13.00 Tifdak efektif Pasien mengatakan masih ada dahak di
berhubungan dengan tenggorokannya.
pemakaian sedative O:
dan relaxan. Pasien tampak batuk spontan dan
mengeluarkan dahak. Konsistensi dahak
kental, warna putih, jumlah sedikit.
A:

45
Masalah bersihan jalan nafas belum
teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi: anjurkan pasien
batuk efektif.
30/03/2017 Penurunan curah S:
13.05 jantung berhubungan pasien mengatakan badannya terasa
dengan penurunan lemas.
kontraktilitas miokard, O:
peningkatan afterload. Kesadaran composmentis
TD: 142/80 mmHg, HR: 98 x/menit,
RR: 22 x/menit.
CO: 3.88
CI: 2.5
SVR: 1443
CVP:12
Urine output: 900 cc/ 8 jam.
(0,5cc/kgBB/jam)
EF: 32%
A:
Masalah penurunan curah jantung
belum teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi
Pantau kondisi hemodinamik pasien.
Edukasi untuk pembatasan aktivitas
agar tidak membebani kerja jantung.
30/03/2017 Nyeri berhubungan S:
13.10 dengan trauma operasi Pasien mengatakan nyeri pada daerah
dan pemasangan alat luka post operasi.
invasif tubuh. Pengkajian PQRST:
P: saat bergerak.

46
Q: perih, nyeri.
R: daerah luka post operasi
S: skala nyeri 3-4/10
T: setiap kali bergerak.
O:
Kesadaran composmentis.
pasien tampak meringis saat
bergerak.
A:
Masalah Nyeri belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Kaji nyeri secara komprehensif.
Ajarkan teknik relaksasi saat
nyeri timbul.
30/03/2017 Resiko perdarahan S: -
13.15 berhubungan dengan O:
prosedur operasi Pasien post op CABG.
CABG. Produksi drain :
Warna produk drain serous.
TD:136/82 mmHg, HR: 88
x/menit, RR:20 x/menit.
HB: 8,2 mg/dl
A:
Masalah resiko perdarahan tidak terjadi.
P:
Lanjutkan intervensi : Observasi
perdarahan
30/03/2017 Penurunan curah S:
15.00 jantung berhubungan pasien mengatakan badannya terasa
dengan penurunan lemas.
kontraktilitas miokard, O:

47
peningkatan afterload. Kesadaran composmentis
TD: 142/80 mmHg, HR: 98 x/menit,
RR: 22 x/menit.
CO: 3.88
CI: 2.5
SVR: 1443
CVP:12
Urine output: 900 cc/ 8 jam.
(0,5cc/kgBB/jam)
EF: 32%
A:
Masalah penurunan curah jantung
teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Pantau kondisi hemodinamik pasien.
Edukasi untuk pembatasan aktivitas
agar tidak membebani kerja jantung.

48
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kesesuaian antara landasan teori dan tinjauan
kasus pada pasien pasca operasi CABG di ruang ICU Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita.
Tindakan CABG dilakukan pada Tn.A.S (55 tahun) dengan tujuan perbaikan
aliran darah ke koroner dapat kembali normal. Pada saat pasien datang dari kamar
operasi, tindakan pertama yang dilakukan mengikuti prosedur yang ada di ICU
RSJPD Harapan kita. Prosedur yang terlebih dahulu dilakukan di ruangan ICU
diantaranya adalah observasi terhadap tanda-tanda vital pasien, pemasangan alat-alat
seperti ventilator, monitor jantung, pemasangan selang Water Seal Drainage dan
pemasangan alat invasif lainnya. Kemudian perawat melakukan serah terima pasien
yang meliputi pengkajian masalah selama intra operasi, tanda-tanda vital, jumlah
urine output dan drain dari ruang operasi serta obat-obatan yang telah diberikan,
Selanjutnya dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk mengkaji masalah yang terjadi
pada pasien dan melakukan intervensi keperawatan.
Pasien atas nama Tn.A.S, pengkajian di ruang ICU yang baru datang dari
kamar operasi pada tanggal 29-03-2017 pukul 21.00 WIB setelah dilakukan operasi
CABG 3X ON PUMP. CORONARI ARTERI BYPASS GRAFT (CABG) merupakan
salah satu metode revaskularisasi yang umum dilakukan pada pasien yang
mengalami atherosclerosis dengan 3 atau lebih penyumbatan pada arteri koroner atau
penyumbatan yang signifikan pada Left Main Arteri Coroner (Chulay & Burn,2006).
Berdasarkan teori tersebut, pada kasus Tn.A.S dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.
Asuhan Keperawatan bedah meliputi asuhan keperawatan yang diberikan saat
pra bedah, intra bedah, dan pasca bedah. Pembedahan ini memperbaiki aliran darah
miokard melalui BYPASS ARTERY CORONER (Handbook of Medical surgical
Nursing, 2006). Pemberian asuhan keperawatan pasca bedah ini bertujuan untuk

49
membantu memulihkan pasien dalam memenuhi aktivitas yang berguna dalam
mempertahankan hidup, kesejahtraan dan kesehatan (Wilkinson & Ahern, 2013).

4.1. Pengkajian Keperawan


Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan. Kegiatan yang dilakukan pada saat pengkajian yakni
mengumpulkan data, memvalidasi data, mengorganisasi data dan mencatat data
yang diperoleh. Pengkajian pada Tn.A.S (55 tahun) dilakukan tanggal 30-03-
2017 pukul 08.00 WIB. Pengkajian didapat melalui anamneses, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium dan hemodinamik pasien.
Hasil yang di dapat adalah pasien baru datang dari OK pada tanggal 29-03-
2017 jam 21.00 WIB, kesadaran pasien masih dalam pengaruh obat sedasi,
monitor EKG : Sinus rythem, terpasang ETT no.8 batas bibir 21 cm, dengan
modus ventilator volume control, TV 500, FIO2 50%, RR 12 x/menit, PEEP 5
cmH2O, terpasang CVP di vena subclavia sinistra, sheath port di vena jugular
interna dextra, terpasang kateter swans ganz di vena jugularis interna dextra,
terpasang arteri line di arteri brachialis sinistra, WSD di substernal dan intra
pleura sinistra, terpasang syring pump dengan NTG 0.5 mcg/kg/jam dan
Morfin 20 mcg/kg/jam.

4.2. Diagnosa keperawatan


Dalam pembahasan diagnosa keperawatan kami membandingkan antara
diagnosa keperawatan pada teori NANDA (2015-2017) dan Nursing
Intervention classification dengan diagnosa keperawatan pada Tn.A.S dengan
post operasi CABG. Adapun masalah keperawatan yang ditemukan pada kasus
Tn.A.S (55 Tahun) antara lain:
a. penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
miokard.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penggunaan alat
ventilasi mekanik.
c. Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan pemasangan alat invasif
tubuh.

50
d. Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur operasi CABG.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan alat invasif tubuh.
Diagnosa pertama yang kelompok angkat adalah penurunan curah
jantung,dimana jantung mempunyai fungsi sebagai organ vital. Organ yang
memompakan darah, dengan pompa jantung adekuat maka kebutuhan jaringan
akan terpenuhi dengan baik,tanpa mengesampingkan kebutuhan jantung itu
sendiri. Efektifitas dari pompa jantung salah satunya dipengaruhi oleh afterload
(tahanan) yang akan dihadapi saat ventrikel kiri jantung berkontraksi. Sesuai
dengan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, komplikasi pada pasien yang
menjalani bedah jantung adalah hipotermia. Hal ini sesuai dengan yang terjadi
pada TN.A.S. pada teknik operasi CABG, suhu akan diturunkan yang bertujuan
untuk menurunkan kebutuhan jaringan akan oksigen. Hipotermia yang terjadi
jika tidak segera ditangani akan menyebabkan vasokonstriksi sehingga Sistemic
Vascular Resistance (SVR) akan meningkat. Jika SVR meningkat maka akan
menyebabkan peningkatan afterload sehingga dapat menyebabkan penurunan
curah jantung. Berdasarkan pengkajian TN.A.S diperoleh data akral
dingin,penunjang echocardiografi dengan EF 50%, TAPSE 2,1 cm,
TD:140/70mmHg, HR : 64 x/menit, suhu :36oC, SV:34, CO:3,0, CI:1,9,
SVR:2315, CVP:12cmH2O.
Diagnosa kedua ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penggunaan alat ventilasi mekanik, dimana produksi secret pasien
pasca operasi jantung yang menggunakan ventilator akan meningkat karena
pemberian obat-obatan sedasi dan relaksasi selama proses intra operasi.
Diagnosa ketiga, nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan, dimana
pada pengkajian nyeri didapati nyeri dengan skala 4/12, adanya luka operasi
dan pemasangan alat-alat infasif pada pasien pasca pembedahan. Kelompok
mengangkat diagnosa nyeri karena aktual pasien mengungkapkan rasa nyerinya
dan nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan harus
ditangani sesegera mungkin karena dapat mempengaruhi tanda-tanda vital.
Diagnosa keempat resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur
operasi CABG dan pemberian koagulopati intravaskuler.

51
Diagnosa kelima, resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan alat
invasif. Alat-alat invasif yang terpasang ditubuh pasien merupakan port de
entry kuman dan bakteri. Pada TN.A.S terdapat beberapa alat yang beresiko
terjadinya infeksi yaitu terpasang side port di vena jugularis internal dextra,
terpasang CVP di vena subclavia kiri, terpasang IV line di vena dorsumanul
dextra, Dower chateter no.14 fr, WSD di sub sterna, selain itu juga terdapat
luka operasi di bagian midsternum, dan ekstremitas bawah kanan.

4.3. Intervensi keperawatan


Sebelum menentukan perencanaan keperawatan, terlebih dahulu
menentukan masalah keperawatan pada pasien, kemudian menentukan prioritas
berdasarkan kegawatan. Pada penentuan prioritas masalah, diagnosa pertama
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Menurut teori, prioritas
diagnosa keperawatan pada klien dengan koronari artery disease pasca operasi
CABG adalah penurunan curah jantung. Sementara pada kasus, diagnosa
prioritas pada pasien adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan kontraktilitas miokard. Dimana di dukung dari pengkajian dan
pengumpulan data yaitu akral dingin, penunjang echocardiografi EF 50%,
TD:140/70mmHg, HR:64x/menit, suhu:360C, SV:34, CO:3,0, CI:1,9,
SVR:2315, CVP :12cmH2O. Faktor pendukung pada tahap perencanaan yaitu
data yang menunjang serta tersedianya literatur sehingga memudahkan untuk
menetapakan rencana tindakan dan kriteria hasil. Faktor penghambat adalah
keterbatasan kami dan terbatasnya waktu dalam pelaksanaan keperawatan.

4.4. Implementasi keperawatan


Implementasi merupakan proses keperawatan yang terdiri dari
serangkaian aktifitas keperawatan dari hari ke hari yang harus dilakukan dan
didokumentasikan dengan cermat. Pada tahap ini perawat harus melakukan
tindakan kepeawatan yang ada dalam rencana keperawatan (Dinarti 2009).
Pelaksanaan keperawatan pada TN.A.S telah dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun sesuai dengan masalah pasien.

52
Dalam melaksanakan rencana tindakan keperawatan mengacu pada teori
yaitu melalui tahap-tahap pelaksanaan yang terdiri dari 3 tahap yaitu persiapan,
pelaksanaan dan dokumentasi. Tahap persiapan terdiri dari menganalisa dan
menggali kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan.
Mengetahui komplikasi yang timbul pada kasus dan persiapan pencatatan atau
pendokumentasian, Seluruh rencana tindakan dapat dilakukan, tetapi tidak
dalam 24 jam karena keterbatasan waktu, sehingga kami mendelegasikan
kepada perawat ruangan.

4.5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak. Hasil evaluasi dari kelima diagnosa
keperawatan yang kami angkat pada kasus yakni, diagnosa pertama penurunan
curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard, masalah
teratasi sebagian ditandai dengan pasien mengatakan badannya terasa lemah,
TD:140/70mmHg, HR:64x/menit, RR:12x/menit, CO:3,88, CI:2,5, SVR:1443,
CVP:12, EF: 50%. Diagnosa kedua, nyeri berhubungan dengan trauma operasi
dan pemasangan alat invasive, masalah belum teratasi ditandai dengan pasien
mengatakan masih nyeri pada daerah luka post operasi. Pengkajian PQRST,
P:saat bergerak, Q:perih,nyeri, R:midsternum, S:skala nyeri 3-4/10, T:Setiap
kali bergerak. Diagnosa ketiga, resiko infeksi berhubungan dengan
pemasangan alat invasive, masalah tidak terjadi ditandai dengan luka operasi
tampak bersih tertutup kassa steril dan tidak ada rembesan, tidak ada tanda-
tanda infeksi pada luka post operasi. Diagnosa keempat, resiko perdarahan
berhubungan dengan prosedur operasi CABG, masalah belum teratasi ditandai
dengan produksi drain:280 cc dalam 8 jam. Faktor pendukung dalam
pelaksanaan adalah pendokumentasian yang dilakukan cukup lengkap sehingga
kami dapat mengevaluasi tindakan yang berpedoman pada implementasi yang
sudah dilakukan

53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pasca bedah Coronary Artery Bypass Graft
(CABG) merupakan hal yang sangat penting karena menentukan keberhasilan
pasien dalam melewati masa-masa kritis pasca pembedahan. Keberhasilan ini
akan dapat dicapai apabila perawat dapat melakukan pengkajian yang spesifik
hingga implementasi yang tepat pada pasien.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. A.S. setelah
menjalani pembedahan, didapatkan beberapa diagnosa keperawatan. Adapun
diagnose keperawatan pada Tn. A.S. yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
miokard.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penggunaan
alat ventilasi mekanik.
c. Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan pemasangan alat invasive.
d. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan operasi CABG.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan alat invasive.
Pada asuhan keperawatan yang telah diberikan terdapat beberapa
pencapaian yang telah dilalui oleh pasien ditandai dengan perubahan fungsi
kardiovaskuler yang stabil dan tidak terjadinya penurunan curah jantung,
bersihan jalan nafas sudah mulai efektif, perdarahan serta infeksi tidak terjadi.

5.2. Saran
Dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualiatas pelayanan
keperawatan pada pasien dengan post operasi CABG, maka penulis ingin
menyampaikan beberapa pemikiran/saran sebagai berikut:

54
- Untuk pasien pasca operasi CABG
Sebaiknya pasien yang telah melakukan operasi CABG agar dapat
menjaga kesehatan untuk mencegah faktor resiko yang dapat
menyebabkan kejadian aterosklerosis kembali, seperti gaya hidup yang
dijelaskan pada BAB II. Pembatasan aktivitas post operasi di bulan-bulan
pertama sangat perlu diperhatikan, sebaiknya pasien post operasi CABG
mengurangi aktivitas agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi post
pembedahan seperti terjadinya perdarahan, serta diharapkan pasien
mengikuti rehabilitasi sesuai program sehingga fungsi secara fisik, mental,
dan spritual kembali optimal.
- Untuk keluarga pasien pasca operasi CABG
Keluarga dapat memberikan dukungan baik secara moril maupun spritual
kepada pasien. Support dari keluarga sangat membantu dalam pemulihan
pasca operasi CABG.
- Untuk teman sejawat perawat
Sebagai perawat yang profesional diharapkan mampu memahami konsep
dan dapat melakukan perawatan post bedah CABG. Untuk itu perawat
harus dapat memahami defenisi, indikasi, komplikasi, dan asuhan
keperawatan dalam merawat pasien pasca operasi CABG, sehingga dapat
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan pada pasien pasca
operasi CABG.

55

Anda mungkin juga menyukai