1. DEFINISI
IKP adalah suatu teknik untuk menghilangkan trombus dan melebarkan pembuluh
darah koroner yang menyempit dengan memakai kateter balon dan seringkali dilakukan
pemasangan stent. Tindakan ini dapat menghilangkan penyumbatan dengan segera,
sehingga aliran darah dapat menjadi normal kembali, sehingga kerusakan otot jantung
dapat dihindari (Majid, 2009).
Prosedur intervensi koroner diukur dari keberhasilan dan komplikasi yang
dihubungkan dengan mekanisme alat-alat yang digunakan dan juga memperhatikan klinis
dan faktor anatomi pasien (AHA, 2012).
2. PROSEDUR
Persiapan pasien yang akan dilakukan pemasangan cincin atau balon jantung.
Persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum tindakan PCI Jantung yaitu :
a. Pemeriksaan laboratorium darah
b. Pemeriksaan EKG.
c. Uji latih beban (Treadmill).
d. Foto dada ( Rontgen Dada .)
e. Puasa makan 4 - 6 jam sebelum tindakan, minum obat seperti biasa.
f. Mendapat penjelasan tentang prosedur tindakan.
g. Diminta untuk menandatangi persetujuan tindakan (inform consent).
h. Dicukur pada daerah mana kateter akan dimasukkan.
i. Dipasang infus di lengan / tungkai kiri.
j. Minum Obat Platelet sesuai terapi dokter.
4. INDIKASI IKP
ACC/AHA mengklasifikasikan indikasi untuk dilakukannya tindakan PCI sebagai
berikut :
a. Kelas I : kondisi dimana terdapat bukti dan atau kesepakatan yang mengatakan
bahwa tindakan tersebut bermanfaat dan efektif dilakukan.
b. Kelas II : kondisi dimana terdapat perbedaan pendapat tentang kegunaan dan efikasi
tindakan tersebut.
c. Kelas IIa: bukti atau pendapat mengatakan bahwa penelitian ini bermanfaat
d. Kelas IIb: manfaat tersebut kurang didukung oleh bukti ataupun pendapat.
e. Kelas III: kondisi dimana terdapat bukti dan atau kesepakatan yang mengatakan
bahwa prosedur tersebut tidak bermanfaat dan tidak efektif, serta pada beberapa
kasus bias menjadi sangat berbahaya (AHA, 2012).
5. KOMPLIKASI
Meskipun intervensi ini bermanfaat untuk melebarkan pembuluh darah yang
menyempit, dalam kenyataannnya juga memiliki komplikasi. Komplikasi dapat dibagi
menjadi dua kategori yaitu yang secara umum berkaitan dengan kateterisasi arteri dan
yang berhubungan dengan teknologi yang spesifik yang digunakan untuk prosedur pada
koroner (AHA, 2012).
Trombolisis stent
Walaupun angka kejadian hanya 1-2%, kejadian trombolisis stent masih berisiko
sehingga stent harus itu dilapisi oleh endothelium dan hal tersebut biasanya muncul
sebagai MI akut, dengan tingkat kematian tinggi. Trombolisis stent sering sewaktu
bulan pertama pemasangan, tapi bisa muncul berbulan dan bertahun setelah
pemasangan PCI.
Stenosis stent
Hal ini berhubungan dengan proses penyembuhan yang berlebihan dari dinding
pembuluh darah yang bertimbun pada lumen stent. Stenosis biasanya terbentuk
dalam 3-6 bulan dan tidak jarang angina muncul kembali, tetapi jarang menyebabkan
MI. Stenosis stent terjadi dalam 4-20% dari stent.
a. Komplikasi mayor
Komplikasi mayor lain termasuk kejadian yang jarang, tetapi bisa mengakibatkan
kematian (0,2% dalam kasus berisiko tinggi), MI akut (1%) yang mungkin memerlukan
CABG darurat, stroke (0,5%), termponade jantung (0,5%) dan perdarahan sistemik
(0,5%). Kematian terjadi saat proses di rumah sakit. Stroke terjadi saat otak kehilangan
fungsi neurologis yang disebabkan oleh iskemik 24 jam setelah onset.
b. Komplikasi minor
Komplikasi minornya adalah alergi terhadap medium kontras, nefropati dan komplikasi
pada bagian yang dimasuki, seperti perdarahan dan hematoma. Gagal ginjal meliputi
terjadinya peningkatan serum kreatinin lebih 2 mg/dl.(Butman, 2005).
Prediktor keberhasilan atau terjadinya komplikasi adalah sebagai berikut :
a. Faktor anatomi
Morfologi lesi dan keparahan stenosis diidentifikasikan sebagai predictor
keberhasilan IKP.
b. Faktor klinis
Kondisi klinis dapat mempengaruhi tingkat keparahan. Misalnya, terjadi komplikasi
15,4% pada pasien dengan diabetes mellitus dan hanya 5,8% pada pasien yang
tidak terkena diabetes mellitus. Faktor-faktor ini meliputi usia, jenis kelamin, angina
yang tidak stabil, gagal jantung kongestif dan diabetes.
c. Risiko kematian
Kematian pasien yang mendapat tindakan IKP berhubungan dengan oklusi
orkelamin wanita, diabetes, dan infark miokard.
d. Wanita
Dibandingkan dengan laki-laki, wanita yang mendapat tindakan IKP memiliki insiden
lebih tinggi mendapatkan hipertensi dan hiperkolestrolemia.
e. Usia lanjut
Usia diatas 75 tahun merupakan kondisi klinis yang cukup besar dihubungkan
dengan peningkatan risiko mendapatkan komplikasi.
f. Diebetes mellitus
Dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami diabetes mellitus, pasien
diabetes mellitus memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi.
g. Coronary Angioplasty setelah pembedahan CABG
IKP direkomendasikan sebagai prosedur paliatif yang bias menunda CABG
berulang.
h. Konsiderasi teknik yang spesifik
Perforasi arteri coroner dapat sering terjadi saat melakukan intervensi
menggunakan teknologi. Kejadian ini dapat terjadi meliputi terjadinya rotasi ataupun
ekstraksi atherectomy.
i. Faktor hemodinamik
Perubahan tekanan darah dapat dihubungkan dengan LV ejection fraction dan risiko
rusaknya miokard (AHA, 2012)
6. LOKASI PENYEMPITAN
Dalam tindakan IKP ini harus diketahui anatomi dari pembuluh darah yang
mengalami penyempitan. Sesuai dengan pengertiannya, tindakan IKP ini dilakukan untuk
melebarkan daerah yang menyempit pada pembuluh darah. Selain itu, faktor anatomi ini
mempengaruhi keberhasilan ataupun komplikasi IKP.
Klasifikasi baru membedakan penyempitan berdasarkan tingkat keparahan yaitu mild,
moderate dan severe. Perbedaan tingkatan ini dibedakan berdasarkan ada tidaknya
thrombus da nada tidaknya oklusi (Grech, 2011).
a. Anatomi kasar
Jantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak diantara
kedua paru-paru di bagian tengah toraks. Dua per tiga jantung terletak di sebelah kiri
garis midsternal. Jantung dilindungi oleh mediastinum, jantung memiliki ukuran
kurang lebih segenggaman kepalan tangan pemiliknya. Ujung atas yang lebar
mengarah bahu kanan dan ujung bawah yang mengerucut mengarah panggul kiri.
Pelapis terdiri dari perikardium dan rongga perikardial.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu epikardium di bagian luar yang terdiri
atas lapisan mesotelium yang berada di atas jaringan ikat. Miokard di bagian tengah
terdiri atas otot jantung yang berkontraksi untuk memompa darah. Yang terakhir
adalah endothelial yang terletak di atas jaringan ikat (Slonane, 2009).
b. Ruang Jantung
Jantung terdiri atas empat ruang yaitu atrium kanan dan atrium kiri yang
dipisahkan oleh septum intratial, ventrikel kanan dan ventrikel kiri yang dipisahkan
oleh septum interventrikular. Dinding atrium relatif tipis. Atrium membawa darah dari
vena yang membawa darah kembali ke jantung. Atrium kanan terletak di bagian
superior kanan jantung, menerima darah dari seluruh tubuh kecuali paru-paru. Vena
kave superior dan inferior membawa darah yang tidak mengandung oksigen.
Arteri koroner terdiri atas Left Coronary Artery (LCA), Left Marginal Artery (LMA),
Right Coronary Artery (RCA), Left Anterior Descending (LAD), Right Marginal Artery
(RMA), Circumflex Artery dan Posterior Descending Artery.
7. DERAJAT PENYEMPITAN
Derajat penyempitan pembuluh darah coroner dapat dilihat secara visual oleh
operator yang berpengalaman atau dapat digunakan angiografi kuantitatif untuk
mendapatkan penilaian computer mengenai derajat keparahan (Gray dkk, 2005).
Penyempitan koroner dinterpretasikan bermakna jika persentasi stenosis 50 % pada
LMCA atau 75% pada arteri coroner lainnya. Sintha et al pada tahun 1997 dalam Gani
Manurung tahun 2008 dikatakan bahwa derajat penyempitan dibagi menjadi :
a. Grade 0 : penyempitan < 25%
b. Grade 1 : penyempitan 25-49 %
c. Grade 2 : penyempitan 50-74%
d. Grade 3 : penyempitan 75-94 %
e. Grade 4 : penyempitan 95%