Disusun Oleh:
Jayanti Indrayani
15070300011142
MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Jayanti Indrayani
NIM. 150070300011142
Hari :
Tanggal :
( ) ( ___)
1. Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang
Aedes aegypti (betina). Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan
FKUI, 2002 )
2. Klasifikasi
Sesuai dengan patokan dari WHO (Sumarmo, 1983) antara lain :
1. Derajat I (Ringan)
Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain,
dengan manifestasi perdarahan ringan. Yaitu uji tes rumple leed yang
positif.
2. Derajat II (Sedang )
Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh karena
(muntah darah). Gangguan aliran darah perifer ringan yaitu kulit yang
kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun
(< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan
4. Derajat IV
3. Etiologi
nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal. (Ilmu penyakit dalam vol 3
hal 1709)
4. Epidemiologi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
klinis yang bervariasi antara yang paling ringan, demam dengue (DD),
DBD dan demam dengue yang disertai renjatan atau dengue shock
yang terinfeksi. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus
dengue yang termasuk ke dalam family Flaviridae dan genus Flavivirus,
terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den-4. Dalam 50
di Brazil dan bagian lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan
22.000 kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir
40 persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD yang
beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan
lebih.14 Pada tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah
1.187 orang atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009
sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%.
5. Patofisiologis (terlampir)
6. Manifestasi klinis
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus Dengue juga
sekitar 2-7 hari. Infeksi virus Dengue pada manusia mengakibatkan suatu
syndrom. (Depkes,2006)
a. Demam
seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala.
melena.
c. Hepatomegali
d. Shock
ketiga dan ketujuh sakit. Shock yang terjadi dalam periode demam
kegagalan peredaran darah dimulai dengan kulit yang terasa lembab dan
dingin pada ujung hidung, jari dan kaki, sianosis sekitar mulut dan
akhirnya shock.
e. Trombositopenia
ketujuh sakit.
periodik.
terpenuhi:
Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik/ pola
pelana.
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis atau purpura
Perdarahan mukosa atau perdarahan dari tempat lain
Hematemesis atau melena
Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai
berikut:
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standard sesuai
hipoproteinemia.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Setiap penderita dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu
cairan disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Volume dari
sisanya terdiri dari sel darah yang dipadatkan yang berkisar 40-47 %
(Evelyn Pearce,1990)
Sel darah meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
Lekosit terdiri dari dua yaitu non granulosit dan granulosit. Sel granulosit
terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil. Sel non granulosit terdiri dari limfosit
dan monosit. Sel lekosit merupakan sel yang peka terhadap masuknya
agen asing dalam tubuh dan berfungsi sebagai sistim pertahanan tubuh.
Jumlah normal dalam darah 8.000 l. Sel ini diproduksi di sumsum tulang
belakang.
darah (A.V.Hoffbrand,J.e.Pettit,1996).
(Depkes,2006).
2. Pemeriksaan Hemoglobin
metode fotoelektrik.
Soebrata,2004).
3. Pemeriksaan Hematokrit
(R.Ganda Soebrata,2004).
4. Pemeriksaan Trombosit
darah tepi.
Soebrata,2004).
5. Pemeriksaan Lekosit
Kasus DHF ditemukan jumlah bervariasi mulai dari lekositosis
memanjang.
Soebrata,2004).
gangguan hemostatis.
(R.Ganda Soebrata,2004).
Prinsip: Menghitung jumlah limfosit plasma biru dalam 100 sel jenis-jenis
lekosit.
pada infeksi primer lebih rendah, dan harganya relatif lebih mahal.
Prinsip : Antibodi dengue baik IgM atau IgG dalam serum akan diikat
oleh anti-human IgM dan IgG yang dilapiskan pada dua garis
Chrishantoro,2004).
8. Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat simptomatik dan suportif. Penderita
infus cairan ringer laktat atau NaCl dan segera rujuk ke rumah sakit
DBD/ DHF.
1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan cairan. Melalui
9. Komplikasi
Dengue Syok Syndrome (DSS) merupakan kegagalan peredarah
darah pada pasien DBD karena kehilangan plasma dalam darah akibat
pembuluh darah (Nadesul, 2007). DSS dapat terjadi pada DBD derajat III
dan derajat IV. Pasien DBD derajat III mengalami syok, yaitu nadi cepat
mulut, kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
tangan, dan kaki (Departemen Kesehatan RI, 2005). Pada pasien DBD
kesadaran, denyut nadi tidak teraba, dan tekana darah tidak terukur
(Anggraeni, 2010).
10. Pencegahan
a. Pencegahan dengan 3M
Pencegahan demam berdarah atau DHF dapat dilakukan dengan
cara 3 M, yaitu :
1. Menguras dan menyikat bak mandi / penampungan air
sekurang-kurangnya 1 minggu sekali agar nyamuk demam
berdarah yang menempel akan lepas.
2. Menutup tempat penampungan air dengan rapi dan rapat
setelah mengambil / mengisi air akan mencegah nyamuk
demam berdarah masuk untuk bertelur dan berkembang biak.
3. Mengubur barang-barang bekas, seperti ban, aki, botol,
kaleng, plastik yang dapat digenangi air, jangan sampai terisi
air hujan.
b. Pemberantasan Vektor
Perlindungan Perseorangan :
Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk
Aedes Aegypti yaitu meniadakan sarang nyamuknya di dalam
rumah, yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti
serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti : baygon, raid dan
lain-lain.
1. Pemberantasan vektor Jangka Panjang (pencegahan)
bekas sembarangan
Riwayat demam kembali dengan tanda-tanda perdarahan
dengue)
b) Pola nutrisi metabolic
Intake menurun karena mual dan muntah
Adakah penurunan BB?
Adakah kesulitan menelan?
Demam tinggi yang tiba-tiba sampai kadang menggigil
syok
d) Pola aktivitas dan latihan
Badan lemah, nyeri otot dan sendi
Tidak bisa beraktivitas, pegal-pegal seluruh badan
e) Pola istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur terganggu karena demam, nyeri kepala,
penyakitnya?
Apakah yang diharapkan klien/keluarga terhadap sakitnya
g) Pola persepsi dan konsep diri
Apakah klien merasa puas terhadap keadaan dirinya?
Adakah perasaan malu terhadap penyakitnya?
h) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Adanya perasaan cemas, takut terhadap penyakitnya
Ingin ditemani orang tua atau orang terdekat saat sakit
i) Pola reproduksi seksual
Pada anak perempuan apakah ada perdarahan pervagina
(bukan menstruasi)?
j) Pola sistem kepercayaan
Menyerahkan penyakitnya kepada Tuhan / pasrah
Menyalahkan Tuhan kaerna penyakitnya
Memanggil pemuka agama untuk mendoakan
2. Diagnosa Keperawatan
ruang ekstravaskular
perdarahan
3. Rencana Keperawatan
teratasi
KH : Thermoregulasi
Intervensi
NIC :
tubuh
7) Monitor dan catat intake dan output dan berikan cairan intravena sesuai
program medic
ekstravaskular
KH :
Hydration
Intervensi
2) Kaji tanda dan gejala kurang volume cairan (selaput mukosa kering, rasa
4) Beri minum yang cukup dan sesuaikan dengan jumlah cairan infuse
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena
tidak terjadi
KH :
Intervensi
6) Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-
tanda perdarahan
Kresno SB. 2001. Respons Imun terhadap Infeksi Virus. In: Imunologi
Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : FK UI, pp: 178-181.
Luheshi GN, Gardner JD, Rushforth DA, Luodon SA, Rothwell NJ. 2000. Leptin
actions on food intake and body temperature are mediated by IL-1.
Neurobiology Journal, pp: 7047-52.
Noer, Syaifullah. (2003). Buku Ajar Ilmu penyakit dalam. Edisi II. Jakarta; EGC.
Soedarmo PS. 2002. Infeksi Virus Dengue. In: Soedarmo dkk (ed). Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit Tropis Edisi Pertama. Jakarta:
IDAI, pp: 176-209.
Waspadji, Sarwono. (1998). Ilmu penyakit dalam. Edisi III. Jakarta; Balai penerbit
FKUI.