Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

penyakit artefi perifer (PAP) adalah semua penyakit yang mencakup sindroma
arterial non koroner yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi arteri yang
memperdarahi otak, organ viseral, dan keempat ekstremitas. PAP merujuk pada
proses aterosklerosis dan tromboembol yang mengenai aorta, cabang arteri
visceral, dan arteri-arteri pada ekstremitas bawah.
Penyebab terbanyak penyakit oklusi arteri pada usia diatas 40 tahun adalah
aterosklerosis. Prevalensi penyakit aterosklerosis perifer meningkat pada kasus
dengan diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, hipertensi,hiperhomositeinemia dan
perokok. Penyakit arteri perifer adalah manifestasi aterosklerosis dan berkaitan
dengan peningkatan risiko penyakit afieri koroner dan stroke.
Penyakit arteri perifer pada diabetes mellitus merupakan salah satu faktor yang
saling terkait dengan faktor yang lain yaitu neuropati dan infeksi yang berpengaruh
pada terjadinya ulkus atau gangrene diabetes. Faktor vaskuler juga dipengaruhi oleh
tekanan darah, pengendalian glukosa darah, umur dan derajat kegiatan jasmani.
Menururt data yang kami peroleh, di RS PHC Surabaya ada 36 pasien DM yang
disertai penyakit PAP ada 36 pasien (data rekamedis tanggal 01 januari sampai
dengan 31 juli 2017). Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan ada tujuh juta pasien
DM yang harus dikelola di seluruh Indonesia. Dengan demikian penyulit kronik DM,
diantaranya penyakit arteri perifer akan mejadi beban yang sangat besar untuk
dipikul dan perlunya tatalaksana lebih lanjut.

Salah satu tindakan lanjutan untuk PAP (Penyakit Arteri Perifer) adalah PTA, PTA
(Percutanious Transluminal Angioplasty) adalah teknik medis mekanis pelebaran
pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat dengan menggunakan ballon
kateter. Dimana di Rumah sakit PHC belum pernah dilakukan PTA sebelumnya, kami
mengharapkan dengan adanya pembahasan PTA ini di Rumah Sakit PHC khususnya
di ruang cateterisasi Jantung dapat dilakukan, kerena memiliki banyak keuntungan

1
dan dapat juga sebagai pilihan selain dilakukan tindakan bedah mayor.

1.2 TUJUAN
a. Memberikan pengetahuan tentang prosedur PTA
b. Sebagai dasar pembuatan SPO (Standar Prosedur Oprasional)
c. Mengetahui tentang persiapan tindakan PTA

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PAP (PENYAKIT ARTERI PERIFER)

A. REVIEW ARTERI FEMORALIS

B. (PAP) PENYAKIT ARTERI PERIFER


1. DIFINISI PAP
Penyakit arteri perifer adalah semua penyakit yang terjadi pada
pembuluh darah non sindroma koroner akut setelah keluar dari
jantung dan aortailiaka, sehingga pembuluh yang dapat menjadi
lokasi terjadinya PAP adalah pembuluh pada keempat ekstremitas,
arteri karotis, arteri renalis, arteri mesenterika, aorta abdominalis,
dan semua pembuluh cabang yang keluar dari aortailiaka.Namun
demikian, secara klinis PAP merupakan gangguan pada arteri yang
memperdarahi ekstremitas bawah.

3
2. TANDA DAN GEJALA PAP
Keluhan PAP yang paling umum adalah sensasi sakit pada kaki saat
sedang berolahraga/aktivitas fisik, ini dikenal sebagai klaudikasio
intermiten. Sensasi sakit, sensasi terbakar, sensasi berat, atau sesak
pada otot-otot kaki ini biasanya dimulai setelah berjalan pada jarak
tertentu, berjalan menaiki bukit, atau menaiki tangga, dan akan
hilang setelah beristirahat selama beberapa menit.
Pasien dengan klaudikasio intermiten memiliki aliran darah yang
normal pada saat istirahat, oleh karena itu, tidak ada gejala
nyeri/sakit pada kaki saat istirahat. Dengan berolahraga, aliran
darah pada arteri otot-otot kaki dapat dibatasi oleh sumbatan
aterosklerosis. Ini mengakibatkan terjadinya ketidaksesuaian antara
suplai oksigen dan otot permintaan metabolik, sehingga
memunculkan gejala klaudikasio.

Pasien dengan PAP yang parah dapat mengalami klaudikasio setelah


berjalan walaupun hanya dalam jarak yang pendek, atau mengalami
sensasi sakit di kaki ketika istirahat atau ketika berbaring di tempat
tidur di malam hari. Pada kasus yang parah, pasien juga dapat
mengalami ulkus yang tidak dapat sembuh dengan sendirinya atau
kulit yang menghitam (gangren) pada kaki atau jari kaki.

3. FAKTOR RESIKO
Penyebab terbesar Penyakit arteri perifer adalah adanya
aterosklerosis, Faktor risiko klasik PAP adalah usia tua, hipertensi,
dislipidemia, diabetes mellitus, dan merokok.

4. PATOFISIOLOGI PAP
Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah salah satu komplikasi dari
diabetes militus. Penyakit Arteri Perifer ini disebabkan karena
dinding arteri banyak menumpuk plaque. PAP merupakan proses

4
sistemik yang berpengaruh terhadap sirkulasi arteri multipel yang
disebabkan oleh karena adanya aterosklerosis, penyakit degeneratif,
kelainan displasia, inflamasi vaskuler (arteritis), trombosis, dan
tromboemboli. Dari sekian proses patofisiologi yang mungkin
terjadi, penyebab utama PAP yang paling banyak di dunia adalah
aterosklerosis.
Aterosklerosis biasanya didahului oleh adanya disfungsi endotel.
Endotelium sehat, normalnya berfungsi untuk mempertahankan
homeostasis pembuluh darah dengan menghambat kontraksi sel
otot polos, proliferasi tunika intima, trombosis, dan adhesi monosit.
Endotel memiliki peranan penting dalam meregulasi proses
inflamasi dalam pembuluh darah yang normal, yakni menyediakan
permukaan antitrombotik yang menghambat agregasi platelet dan
memfasilitasi aliran darah. Endothelium normal mengatur proses
trombosis melalui pelepasan oksida nitrat, yang menghambat
aktivasi trombosit, adhesi, dan agregasi, serta mediator lain dengan
kegiatan antitrombotik.
Disfungsi endotel berhubungan dengan sebagian besar faktor risiko
penyakit kardiovaskular, yang terkait dengan terjadinya mekanisme
sentral pembentukan lesi aterosklerotik

5. PENEGAKAN DIAGNOSTIK PAP


a. Duplex ultrasonography
b. Magnetic resonance angiography, CT angiography.
c. Artertiografi, jika akan direncanakan tindakan PTA maupun
pre pembedahan lainnya.

5
2.2 PTA ( PERCUTANIOUS TRANSLUMINAL ANGIOPLASTY)

1. DEFINISI PTA
PTA adalah suatu tindakan pelebaran pembuluh darah yang
mengalami penyempitan (stenosis) dengan menggunakan balon
kateter. Angioplasti perifer Angioplasti perifer mengacu pada
penggunaan balon untuk membuka pembuluh darah arterikoroner di
luar. Hal ini biasanya dilakukan untuk mengobati penyempitan
aterosklerotik pembuluh darah perut, kaki dan ginjal.
Prosedsur PTA dilakukan oleh ahli jantung menggunakan tabung
panjang dan tipis yang disebut kateter. Dokter mengembangkan balon
ditempat penyumbatan, arteri mana yang tersumbat.angioplasti pada
umumnya menggunakan anastesi lokal. Kateter balon ditempatkan di
arteri yang tersumbat dan dikembangkan beberapa menit ( biasanya 3
menit), kemudian di balon di negatipkan lagi (di kempeskan). infation
balon di situs yang sama dapat di praktekkan berulang kali atau
mungkin di posisikan di situs lain yang di tuntun oleh C-Arm.

6
2. Indikasi tindakan PTA femoralis
Pasien yang mengalami stenosis femoralis setelah dilakukan
arteriografi

3. Resiko tindakan PTA


a. Perdarahan dari pembuluh darah dimana kateter di masukkan.
b. Kerusakan pembuluh darah dari kateter.
c. Reaksi alergi terhadap anastesi atau obat yang digunakan.

4. Kontra indikasi PTA

a. Orang yang berusia lebih dari 75 thn


b. Orang yang memiliki penyakit ginjal

5. Keuntungan dilakukan PTA


a. Bedah minimalis
b. Resiko infeksi lebih kecil
c. Membuka jalan aliran arteri perifer
d. Meminimalis tindakan infeksi

2.3 PENATALAKSANAAN PTA (PERCUTANIOUS TRANSLUMINAL ANGIOPLASTI)


1. Persiapan PTA
A. Pasien datang dari rumah sehari sebelum tindakan (kecuali pasiean yang
sudah rawat inap)
B. Persiapan administrasi
a. Mengisi form persetujuan medis
b. Form tindakan pembiusan (bila diperlukan)
c. Form kateterisasi jantung ( Pre Cath )
d. Form Pengkajian keperawatan
e. Form time Out

C. Persiapan pasien

7
a. Penjelasan tentang prosedur dan komplikasi yang timbul saat
tindakan dilakukan.
b. Anamnesa pasien dan melakukan pemeriksaan fisik, kemudian
mendokumentasikan secra lengkap dan benar.
c. Menanyakan adanya riwayat alergi obat, makanan maupun riwayat
penyakit sebelumnya (HT,DM,ASMA)
e. Observasi tanda-tanda vital pasien
f. Pasang infus /iv line usahakan pada tangan kiri
g. Pasien dipuasakan bila perlu (sesuai advis dari dokter)
h. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
i. Mencatat obat – obatan yang biasa diminum
j. Melakukan pemeriksaan radiologi
k. Melakukan pemeriksaan laboratorium :
1. Pemeriksaan HB , HB yang terlalu tinggi menyebabkan
viskositas tinggi sehingga mudah membeku, HB yang rendah
menyebabkan perdarahan
2. Leukosit digunakan untuk mengetahui pasien ada proses infeksi
atau tidak.
3. Ureum dan serum kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal,
karena tindakan kateterisasi menggunakan zat kontras.
4. PPT dan APPT, untuk mengetahui apakah proses pembekuan
mengalami perpanjangan atau tidak, karena ini erat
hubungannya dengan aff sheath.
5. Screening HbSag,Anti HCV dan Anti HIV, untuk mencegah
terjadinya penularan dari pasien ke petugas atau antar pasien
(alat yang yang digunakan untuk pasiean yang terinfeksi akan
diperlakukan khusus untuk penyeterilannya).
l. Sceren (Cukur Rambut Pubis).

D. Persiapan alat :

8
a. Sheath ukuran 7F
b. Kateter diagnostik JR 4.0 6F (untuk ateriografi awal)
c. Wire pendek 0.035 dengan panjang 150 cm
d. Kateter guiding JR 7F (untuk tindakan PTA)
e. Wire guiding dengan panjang 300 cm
f. Balon PTA (dengan ukuran yang disesuaikan dengan stenosis
arteri)

g. Spuit 10 cc ( 3 buah)
h. Manyfold
i. Seldinger
j. Pressure line panjang
k. Blood set ( 2 buah )
l. Duk steril set
m. Instrumen set
n. Cairan PZ 500 ml yang sudah di oplos dengan heparin 5000 iu
o. Cairan kontras.
p. Indeflator yang di isi dengan cairan kontras:D5 (1:1)

2. Proses Tindakan :

9
a. Pasien datang ke ruang cathlab
b. Pasang monitor ECG
c. Dilakukan desinfektan dengan povidon iodin di daerah yang akan di
puncture ( inguinalis).
d. Dilakukan drapping dengan duk steril
e. Anatesi lokan oleh dr. Operator dengan lidokain 2 % di regio
inguinalis
f. Puncture arteri femoralis dengan jarum 18 G secara seldinger,
kemudian masuk sheath 7F yang dibantu dengan wire pendek 0.035

g. Masuk kateter JR 4.0 6F,di bantu dengan wire 0.035 150 cm menuju
arteri iliaka comunis kemudian menuju arteri femoral.
h. dilakukan arteriography femoralis
i. Pullout kateter JR 4.0 6F
j. Masuk heparin sesuai advis dokter
k. Masuk kateter guiding JR 4.0 7F, dibantu dengan guiding wire
menuju arteri iliaka comunis kemudian munuju arteri femoralis.
l. Masuk balon PTA sesuai dengan kebutuhan untuk melebarkan
stenosis arteri femoralis
m. Dilakukan pengembangan balon dengan intheflator ( selama 3
menit)
n. Balon di negatifkan (di kempeskan) hal ini bisa dilakukan berulang –
ulang sampai stenosis dapat dilebarkan.
o. Pullout balon
p. Pullout kateter
q. Dilakukan ateriography untuk evaluasi post PTA
r. Pullout semua alat
s. Tindakan selesai
t. Rapikan semua alat – alat yang sudah di pakai

10
3. Perawatan pasien post katetrisasi
Perawatan pasien post PTA biasanya diobservasi di ruang ICU selama 2
sampai dengan 3 jam. Kemudian pasien dipindahkan ke ruang biasa, hal
– hal yang perlu diperhatikan untuk pasien post PTA ;
a. aff sheath dilakukan 2-3 jam setelah tindakan PTA ( mengingat
penggunaan heparin saat prosedur dilakukan).
b. Observasi tanda – tanda vital pasien
c. Observasi adanya haematom post aff sheath
d. Observasi arteri dorsalis pedis
e. Usahakan pasien posisi terlentang 1-6 jam, hal ini dilakukan
untuk mengurangi perdarahan serius
f. Infokan kepada pasien dan keluarga untuk segera melapor jika
pasien terasa kesemutan,kaki dingin ( hal ini untuk mencegah
terjadinya compartement syndrom)
4. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada tindakan kateterisasi Jantung
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses penekanan pada arteri
b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan luka daerah
tusukan
c. Cemas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tindakan kateterisasi.

11
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.
penyakit artefi perifer (PAP) adalah semua penyakit yang
mencakup sindroma arterial non koroner yang disebabkan oleh kelainan
struktur dan fungsi arteri yang memperdarahi otak, organ viseral, dan
keempat ekstremitas. Salah satu penyebab penyakit PAP adalah
Diabetes Militus, Penyakit arteri perifer pada diabetes mellitus
merupakan salah satu faktor yang saling terkait dengan faktor yang lain
yaitu neuropati dan infeksi yang berpengaruh pada terjadinya ulkus
atau gangrene diabetes. Faktor vaskuler juga dipengaruhi oleh tekanan
darah, pengendalian glukosa darah, umur dan derajat kegiatan jasmani.
Diperkirakan pada tahun 2020 akan ada tujuh juta pasien DM yang
harus dikelola di seluruh Indonesia.dan salah satu tindakan lanjutan
untuk PAP (Penyakit Arteri Perifer) adalah PTA, dimana PTA adalah
tindakan yang dapat berfunsi untuk membuka stenosis yang terjadi
akibat penyempitan.

B. Saran
Untuk mengembangkan pelayanan Medis khususnya di Unit Diagnostik
dan Intervensi Kardiovaskular RS PHC Surabaya yang lebih disarankan
untuk mengadakan tindakan PTA ( percutanious Transluminal
Angioplasty), dimana dapan membantu pasien yang mengalami stenosis
femoralis ysng dikarenakan Diabetes Militus.

12

Anda mungkin juga menyukai