Anda di halaman 1dari 7

Angioplasti

Angioplasti adalah salah satu prosedur dalam dunia kedokteran, digunakan


untuk mengatasi penyempitan pembuluh darah. Umumnya, istilah Angioplasti
digunakan dalam mendeskripsikan prosedur perluasan pembuluh darah koroner (di
jantung) yang disebut juga sebagai Coronary Angioplasty atau Percutaneous coronary
intervention (PCI). Namun demikian, praktek Angioplasti juga dapat diterapkan pada
bagian pembuluh darah lain di tubuh manusia. Istilah Angioplasti berasal dari bahasa
Yunani αγγειος aggeîos yang berarti "pembuluh" dan πλαστό ς plastós yang berarti
"terbentuk".

Angioplasti pertama dikembangkan oleh  Andreas Gruentzig pada tahun 1977.


Pada hari Jumat, 16 September 1977 dilangsungkan prosedur Angioplasti pertama di
Swiss. Perpindahan Gruentzig ke Universitas Emory di Amerika Serikat ikut membantu
meluaskan prosedur Angioplasti ini. Pada pertengahan 1980-an, sudah banyak pusat-
pusat kesehatan di seluruh dunia yang menetapkan prosedur Angioplasti ini untuk
mengobati kelainan pada Arteri Koroner.

Penyakit dan kelainan pada pembuluh darah koroner dapat disebabkan oleh
beberapa hal, salah satunya yaitu Artherosklerosis. Artherosklerosis adalah keadaan
dimana terjadi penebalan dinding arteri yang disebabkan oleh menumpuknya material-
material lemak, seperti kolesterol. Hal ini disebabkan karenan adanya Low-Density
Lipoprotein (LDL : protein plasma yang mengangkut kolesterol) yang menumpuk di
dalam pembuluh darah. Sistem imun tubuh kemudian akan merespon terhadap
kejadian penumpukan LDL ini dan mengirimkan sel-sel darah putih (Makrofag dan T-
Limfosit) ke pembuluh darah yang bersangkutan. Namun, jenis sel darah putih ini
ternyata tidak mampu menghancurkan LDL yang telah teroksidasi dan akhirnya, sel-sel
darah putih ini pun ikut terdeposisi, menyebabkan penumpukan yang lebih parah
daripada sebelumnya. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah
menjadi tidak lancar, terhambat, dan juga peningkatan tekanan darah pada diri
seseorang. Kasus paling umum Artherosklerosis terjadi pada pembuluh arteri koronari
pada jantung yang menyebabkan serangan jantung (myocardial infarction). Selain itu,
penyumbatan pada pembuluh darah arteri juga dapat disebabkan oleh Hipertensi,
Diabetes, Gaya Hidup yang kurang latihan fisik (Sedentary Lifestyle), dan Merokok.
Untuk menghilangkan penyumbatan ini dapat dilakukan dengan prosedur angioplasti.

Prosedur Angioplasti biasa dilakukan oleh dokter, asisten dokter, perawat, ahli
kardiovaskuler, atau orang-orang tertentu yang telah mendapat pelatihan ekstensif
dalam penanganan prosedur ini. Beriku teknik-teknik yang digunakan selama proses
angioplasti berlangsung:

1. Akses ke arteri femoralis di kaki (atau, yang kurang lazim, ke dalam arteri
radialis atau arteri brakialis di lengan) yang dibuat oleh perangkat yang disebut
sebagai "jarum Introducer" (Introducer Needles).
2. Setelah didapat akses ke arteri, sebuah "selubung introducer" (Introducer
Sheath) ditempatkan pada pembukaan yang dibuat sebelumnya untuk menjaga
arteri tetap terbuka dan mengontrol pendarahan.
3. Tabung plastik panjang, fleksibel, dan lunak yang disebut "Kateter Pemandu"
(Guiding Catheter) kemudian didorong melalui selubung introducer. Ujung dari
kateter pemandu ini ditempatkan pada mulut arteri koroner. Kateter pemandu
juga memungkinkan pewarnaan radiopaque yang diinjeksikan ke arteri koroner,
sehingga letak penyakit dapat langsung diprediksi dengan menggunakan
visualisasi x-ray.
4. Selama visualisasi x-ray, ahli jantung memperkirakan ukuran arteri koroner dan
memilih jenis kateter balon dan kawat pemandu koroner yang akan digunakan
selama kasus ini. Heparin (suatu obat yang digunakan untuk mencegah
terbentuknya bekuan darah) diberikan untuk mempertahankan aliran darah.
5. Kawat pemandu koroner, yang merupakan kawat sangat tipis dengan ujung yang
fleksibel, dimasukkan melalui kateter pemandu dan ke dalam arteri koroner.
Sementara dilakukan visualisasi dengan x-ray, dokter jantung memandu kabel
ini melalui arteri koroner ke lokasi stenosis atau penyumbatan. Ujung kawat ini
kemudian dilewatkan melalui blokade.
6. Balon Kateter atau Kateter Angioplasti kemudian dipasang di kawat pemandu
tersebut dan didorong hingga kateter balon tersebut terletak di antara blokade
atau letak penyumbatan.
Gambar : Kateter Balon

7. Blon Kateter tersebut kemudian akan dikembangkan dan akan mengkompres


dan menghancurkan timbunan lemak di dalam arteri koroner bersangkutan
sekaligus memperluas dinding arterinya.

Dalam kenyataanya, proses angioplasti tidak hanya dilakukan dengan


menggunakan balon kateter. Masih ada beberapa prosedur yang biasa diterapkan oleh
dokter-dokter jantung setelah proses Kateter Angioplasti dilakukan, yaitu :
1. Implantasi Stent
2. Laser Atherectomy
3. Brachytherapy (menggunakan sumber-sumber radioaktif untuk mencegah
restenosis)

Cincin penyangga dinamakan Stent biasa dimasukan ke dalam pembuluh darah


arteri untuk menahan dinding arteri agar terus terbuka, mencegah stenosis, dan
penyempitan pembuluh darah kembali. Tanpa stent, angka restenosis dapat mencapai
40 persen. Umumnya stent terbuat dari baja anti karat dan tersedia dalam berbagai
ukuran. Diameter mulai dari 2,25 mm hingga 4 mm. Sedangkan panjangnya dapat
mencapai hingga 33 mm. Model stent ada yang seperti kawat yang bergulung-gulung
atau ada juga yang mirip sangkar.
gambar : Stent

Selain itu dikenal pula metode lain yaitu dengan melapisi stent dengan obat
pencegah tumbuhnya jaringan baru. Obat itu adalah anti proliferasi seperti Sirolimus
dan Paclitaxel . Obat tersebut akan dilepas pada saat stent dicopot dan perlahan akan
bereaksi dengan plak sehingga pertumbuhan sel terhambat bahkan terhenti.

Angioplasti lebih aman daripada operasi bypass dan menurut statistik kurang
dari 1% dari orang meninggal dari komplikasi setelah menjalani prosedur ini.
Komplikasi yang mungkin terjadi setelah atau selama proses angioplasti adalah sebagai
berikut :

1. Robeknya arteri mengakibatkan penyumbatan total dan memungkinkan


terjadinya Serangan Jantung (myocardial infarction) - kejadian ini biasanya dapat
diperbaiki dengan stent.
2. Terjadinya pembekuan yang dapat menyebabkan stroke (hal ini terjadi kurang
dari 1% dari mereka yang menjalani prosedur angioplasti)
3. Pendarahan dan memar di tempat dimana kateter dimasukan.
4. Masalah ginjal, terutama pada orang dengan penyakit ginjal dan diabetes dasar -
hal ini disebabkan oleh pewarna kontras yodium yang digunakan untuk
visualisasi sinar-X; cairan infus dan obat-obatan dapat diberikan sebelum dan
setelah prosedur untuk mengurangi risiko ini. 
5. Arrhythmia (Detak jantung yang tidak teratur)
6. Reaksi alergi terhadap pewarnaan yang diberikan selama proses angioplasti
7. Keperluan untuk dilaksanakannya operasi bypass arteri koroner darurat selama
dilangsungkannya prosedur (terjadi pada 2%-4% pasien yang menjalankan
prosedur angioplasti) karena arteri yang malah menutup, bukan membuka.
8. Restenosis adalah komplikasi yang paling umum yang muncul pasca proses
angioplasti. Restenosis adalah penyempitan pembuluh darah arteri kembali
beberapa hari sampa beberapa bulan setelah proses angioplasti dilakukan. Ada
beberapa kondisi tertentu yang meningkatkan resiko terjadinya restenosis ini,
seperti diabetes, hipertensi, dan masalah ginjal.
9. Pasien dqalam keadaan sadar juga dapat merasakan rasa sakit di dada, di
sebabkan oleh balon yang memblok aliran darah secara sementara.

Resiko terjadinya komplikasi-komplikasi di atas akan lebih tinggi jika angioplasti


dilakukan pada :
1. Orang berumur 75 tahun keatas
2. Mereka yang menderita oenyakit ginjal dan diabetes
3. Wanita
4. Orang yang bermasalah dalam fungsi pemompaan di jantung mereka
5. Orang memiliki penyakit jantung dan penyumbatan arteri yang luas (parah)

Setelah keseluruhan proses angioplasti telah dilakukan, pasien biasanya akan


dirawat inap di rumah sakit, namun jika tidak ada komplikasi, pasien diperbolehkan
pulang ke rumah pada hari berikutnya. Tempat dimana kateter dimasukkan kemudian
akan dimonitor keadaan pendarahan dan pembengkakanya. Denyut jantung dan
tekanan darah pun akan terus dipantau.

Biasanya, pasien akan menerima obat yang dapat membuat mereka bersantai dan
relaxed untuk melindungi arteri terhadap kemungkinan terjadinya kejang. Pasien
biasanya mampu berjalan dalam waktu dua sampai enam jam setelah prosedur
angioplasti dilaksanakan dan dapat kembali ke rutinitas normal mereka beberapa
minggu berikutnya.

Proses pemulihan Angioplasty dilakukan dengan menghindari aktivitas fisik selama


beberapa hari setelah prosedur. Pasien disarankan untuk menghindari berbagai
kegiatan mengangkat atau kegiatan fisik berat lainnya selama seminggu penuh. Pasien
juga perlu menghindari stress fisik atau kegiatan olahraga yang berkepanjangan selama
maksimal dua minggu setelah angioplasti dilangsungkan.

Pasien dengan stent biasanya diresepkan clopidogrel yang dikonsumsi pada waktu yang
sama dengan asam asetilsalisilat. Obat-obatan ini dimaksudkan untuk mencegah
pembekuan darah dan biasanya dikonsumsi untuk setidaknya bulan pertama setelah
prosedur angioplasti dilakukan. Dalam kebanyakan kasus, pasien diberikan jenis obat
yang sama untuk dikonsumsi selama jangka waktu 1 tahun.

Pasien yang mengalami pembengkakan, pendarahan atau nyeri pada lokasi penyisipan
balon kateter, demam, merasa lemas atau lemah, perubahan suhu atau warna di lengan
atau kaki yang digunakan atau sesak napas atau nyeri dada harus segera menghubungi
dokter mereka.

Selain diterapkan untuk mengatasi penyumbatan arteri koroner, Angioplasti juga


dapat diterapkan dalam menyembuhkan penyempitan arteri renal dan di kaki.

Bypass atau Angioplasti ?

Kelebihan Kekurangan

 Lebih berisiko untuk mengalami


 Cocok untuk yang mengalami komplikasi seperti pendarahan, stroke,
penyempitan lebih dari tiga dan lain-lain.
Bypass pembuluh darah atau yang  Membutuhkan waktu yang lebih lama di
terjadi di pembuluh koroner kiri rumah sakit (sekitar 1-2 hari) dan juga
(left main coronary) waktu pemulihan untuk bisa beraktivitas
kembali secara normal

 Tidak memerlukan tindakan


operasi, cukup bius lokal dan  Besar kemungkinan arteri akan kembali
prosesnya berlangsung cepat menyempit
Angioplasti  Risiko mengalami komplikasi  Kurang efektif untuk pasien diabetes yang
relatif rendah memilki dua bahkan lebih penyumbatan
 Dapat diulang jika sewaktu- pembuluh darah
waktu dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai