Dieterle L, Büchler G, Pfitzer F: Zentrale pontine Myelinolyse. Dtsch Med Wochenschr 1992;117:332–336.
Adams JH: Central pontine myelinolysis; in Jacob H (ed): 4th International Congress of Neuropathology, München 1961. Thieme,
Stuttgart, 1962, pp 303–308.
Burcar PJ, Norenberg MD, Yarnell PR: Hyponatriemia and central pontine myelinolysis. Neurology 1977;27:223–226.
Etiology and Pathogenesis (2)
Perubahan pada kadar natrium berperan penting pada
perkembangan CPM daripada hiponatremia itu sendiri.
Pada eksperimen yang dilakukan pada tikus, lesi
demyelinisasi dihasilkan hanya dari perubahan cepat pada
kadar natrium.
Norenberg MD, Leslie KO, Robertson AS: Association between rise in serum sodium and central pontine myelinolysis. Ann Neurol
1982;11:128–135.
Norenberg MD, Papendick RE: Chronicity of hyponatremia as a factor in experimental myelinolysis. Ann Neurol 1984;15:544–547.
Etiology and Pathogenesis (3)
Secara fisiologis, organisme akan menormalkan
ketidakseimbangan cairan serebrospinal dengan mentranspor
kalium dan substansi organik lainnya dari sel-sel dan
meningkatkan aliran cairan serebrospinal, sehingga kedua
mekanisme tersebut mencegah terjadinya edema serebral.
Etiology and Pathogenesis (4)
Pada pasien dengan akut hiponatremia, mekanisme untuk
menyeimbangkan cairan serebrospinal tersebut tidak bisa
berjalan secepat yang diharapkan sehingga akan berakhir
pada edema serebral.
Koreksi cepat dari kadar natrium pada kronik
hiponatremia berujung pada dehidrasi yang signifikan
pada otak; mengingat kalium dan substransi organik
lainnya tidak bisa masuk ke dalam sel-sel secepat yang
diharapkan.
Alhasil dari proses tersebut, terjadi robekan dari selubung
myelin dari axon dan kerusakan pada oligodendrosit.
Etiology and Pathogenesis (5)
Pons adalah bagian otak yang paling sering terkena
dampak dari demyelinisasi. Ini disebabkan karena
lokasi oligodendrosit yang berada sangat dekat
dengan gray matter yang memiliki vaskularisasi yang
banyak. Ini menyebabkan pons sangat rentan untuk
mengalami kerusakan akibat edema vasogenik dan
kebocoran substansi myelinotoxic dari pembuluh
darah.
Gambaran Klinis
Pada hasil CT Scan bisa dilihat adanya area hipodens tipikan pada
pertengahan dari pons.
Pada MRI, lesi baru dapat dilihat dengan adanya lesi simetris dan
hipointens ada T1-weigthed images pada fase akut, sedangkan pada
subakut dikarakteristikan dengan lesi simteris yang hiperintense pada T2-
weighted images.
Diagnosis (2)
Pada fase awal dari CPM, temuan dari CT dan MRI tidak
mencolok karena gambaran demyelinisasi tidak akan terlihat
sampai minggu 1 dan 2, sehingga penegakkan diagnosis
CPM sulit. Oleh karena itu, pencitraan neurologi yang
berulang setelah 10-14 hari diperlukan untuk
mengkonfirmasi kecurigaan klinis adanya CPM.