Anda di halaman 1dari 14

Teknologi yang Digunakan untuk Mengatasi Penyakit atau Gangguan pada Sistem

Peredaran Darah

Sistem peredaran darah merupakan suatu komponen yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Tentu, sistem peredaran darah yang sehat menjadi dambaan
bagi setiap orang. Hal tersebut karena komponen ini memiliki peranan yang sangat penting
bagi tubuh, yaitu mengedarkan oksigen, nutrisi, dan zat-zat lain yang diperlukan oleh tubuh
melalui suatu cairan yang disebut dengan darah. Untuk menjalankan tugas tersebut, darah
dibantu oleh jantung dan pembuluh darah yang saling bekerja sama membentuk sistem
peredaran darah.

Lantas, apa yang terjadi jika jantung dan pembuluh darah mengalami masalah atau
gangguan ? Tentu, hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan tubuh, sehingga menimbulkan
penyakit yang berdampak serius bahkan dapat mengancam nyawa.

Menanggapi hal tersebut, di era yang semakin modern pada saat ini, sudah mulai
banyak dikembangkan berbagai penemuan-penemuan medis untuk menangani hal ini.
Beberapa di antaranya adalah :

1. Operasi Bypass
Operasi bypass jantung adalah tindakan untuk mengatasi penyumbatan atau
penyempitan pembuluh darah arteri koroner pada pasien penyakit jantung koroner. Prosedur
ini dilakukan untuk mengalihkan fungsi arteri koroner yang rusak menggunakan cangkokan
pembuluh darah baru dari bagian tubuh lain. Operasi ini melibatkan pengambilan pembuluh
darah yang sehat dari kaki, lengan, atau dada dan menghubungkannya di bawah dan di atas
arteri yang tersumbat di jantung. Operasi ini tidak dapat menyembuhkan penyakit jantung
yang menyebabkan penyumbatan, seperti aterosklerosis atau penyakit arteri koroner.

Operasi bypass jantung biasanya disarankan pada pasien penyakit jantung koroner
dengan kondisi berikut :

 Mengalami penyempitan pada lebih dari satu arteri koroner, yang disertai dengan
gangguan pada fungsi bilik jantung kiri ( yang bertugas memompa darah ke seluruh
tubuh ).
 Mengalami penyempitan parah atau penyumbatan total pada cabang utama arteri
koroner sebelah kiri, yang bertugas memasok darah ke banyak area di jantung.
 Mengalami penyempitan parah pada pembuluh arteri koroner utama ( sebelum
percabangan ).
 Mengalami penyumbatan arteri koroner yang tidak bisa ditangani dengan pelebaran
pembuluh darah menggunakan balon kecil ( angioplasti ), dengan atau tanpa
pemasangan ring.
 Menderita nyeri dada ( angina pektoris ) yang parah, bahkan saat beristirahat atau
melakukan aktivitas yang ringan

Operasi bypass jantung juga dapat dilakukan untuk menangani kondisi darurat,
seperti serangan jantung yang gagal ditangani dengan metode pengobatan lain.

Operasi bypass jantung umumnya berlangsung selama 3–6 jam, tergantung pada
jumlah pembuluh darah baru yang dibutuhkan. Prosedur bypass jantung dapat diuraikan
dalam tahapan berikut:

 Memasang selang pernapasan untuk memastikan pernapasan pasien tetap stabil


selama operasi.
 Membersihkan area kulit yang akan disayat menggunakan cairan antiseptik
 Membuat sayatan di area dada, kemudian membelah tulang dada hingga jantung
dapat terlihat.
 Menyambungkan mesin jantung paru (heart lung machine) ke pembuluh darah besar
jantung, untuk menggantikan sementara fungsi jantung dalam memasok darah ke
seluruh tubuh.
 Mengambil pembuluh darah yang akan digunakan sebagai cangkok dari bagian tubuh
lain, biasanya pembuluh darah vena di betis atau lengan.
 Menyambungkan satu ujung pembuluh darah baru ke bagian sebelum sumbatan,
sedangkan ujung lainnya ke bagian setelah sumbatan.
 Membuat jantung kembali berdetak, terkadang dengan bantuan alat kejut listrik.
 Memastikan jantung kembali berfungsi dengan baik, kemudian menyatukan tulang
dada dengan kawat khusus yang akan menempel permanen di dalam tubuh.
 Menyelesaikan operasi dengan menjahit sayatan di dada dan menutupnya
menggunakan perban.

Tahapan-tahapan yang dijelaskan di atas merupakan teknik konvensional. Selain itu,


ada juga teknik nonkonvensional yang dilakukan tanpa menghentikan denyut jantung, dan
teknik dengan bantuan robot yang memungkinkan operasi tanpa membelah tulang dada.
2. Transplantasi Jantung

Transplantasi jantung merupakan prosedur dalam operasi yang biasanya dilakukan


untuk kasus-kasus penyakit jantung yang memasuki tahap serius. Pilihan transplantasi jantung
biasanya diambil untuk pengobatan bagi pasien yang sudah berada pada tahapan gagal
jantung karena beberapa hal, seperti cacat fungsi jantung dari lahir, penyakit arteri koroner,
disfungsi atau penyakit katup jantung, dan melemahnya otot jantung ( cardiomyopathy ).

Transplantasi jantung dapat dipertimbangkan bila Anda berada dalam kondisi berikut
ini :

 Angina tidak stabil (sering merasa nyeri dada bahkan saat sedang beristirahat).
 Aritmia ventrikular yang tidak bisa lagi diobati atau dikendalikan dengan defibrilator.
 Penyakit jantung bawaan pada orang dewasa.
 Penyakit jantung lain yang sudah tak bisa lagi ditangani dengan operasi atau metode
lain.
 Mengalami gagal jantung yang parah.

Namun, tranplantasi jantung tidak disarankan jika penderita penyakit jantung atau
gagal jantung mengalami kondisi sebagai berikut:

 Memiliki riwayat penyakit kanker atau penyakit lain yang berisiko besar.
 Berusia lanjut sehingga dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk pulih dari
bedah transplantasi.
 Memiliki penyakit lain, infeksi parah, atau obesitas.

Transplantasi jantung biasanya berlangsung sekitar 4-6 jam. Secara garis besar,
berikut ini adalah tahapan transplantasi jantung:

I. Menemukan donor yang tepat

Bukan perkara mudah menemukan donor yang tepat. Biasanya, donor jantung berasal dari
orang yang baru meninggal dengan kondisi jantung yang masih baik, misalnya karena
kecelakaan lalu lintas atau mati otak.

Meski sudah menemukan donor, banyak faktor yang harus dicocokkan, seperti golongan
darah, ukuran jantung, dan seberapa parah kondisi penerima donor jantung. Selain itu, dokter
juga akan mempertimbangkan risiko yang dapat dihadapi penerima donor.
Perlu diketahui pula bahwa perpindahan jantung dari donor kepada penerima tidak boleh
lebih dari 4 jam agar jantung tetap berfungsi dengan baik.

II. Mengangkat jantung penerima donor

Setelah jantung yang tepat diperoleh, dokter akan melakukan prosedur pengangkatan antung
pada penerima donor. Tingkat kesulitan dan lamanya proses pengangkatan jantung,
tergantung pada riwayat kesehatan jantung penerima donor.

Jantung yang sudah melalui beberapa kali tindakan pembedahan umumnya membutuhkan
waktu lebih lama dan lebih sulit untuk diangkat.

III. Memasang jantung dari donor

Proses implantasi atau penempatan jantung ke penerima mungkin menjadi prosedur termudah
dibandingkan proses-proses sebelumnya. Bahkan, secara umum hanya dibutuhkan lima
jahitan saja agar jantung dari donor bisa berfungsi dengan baik di tubuh barunya. Proses ini
bertujuan untuk menyambungkan pembuluh-pembuluh darah besar di jantung baru ke
pembuluh darah yang akan mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

3. Angioplasti

Angioplasti merupakan prosedur medis untuk mengatasi pembuluh darah arteri


jantung yang tersumbat. Prosedur ini juga disebut percutaneous transluminal coronary
angioplasty (PTCA). Metode penanganan ini sering kali dilakukan pada orang yang
mengalami gangguan jantung, seperti serangan jantung.

Selain serangan jantung, tindakan angioplasti juga sering dilakukan dalam


penanganan penyakit jantung. Ini karena penyakit jantung bisa terjadi akibat arteriosklerosis,
yaitu penyempitan pembuluh darah karena penumpukan plak.

Angioplasti tidak dapat dilakukan pada semua orang yang mengalami sakit jantung.
Ada beberapa kondisi yang tidak disarankan untuk menjalani angioplasti, yaitu:

 Penyempitan terjadi pada pembuluh darah utama yang membawa darah ke jantung
kiri
 Kondisi atau penyakit darah yang meningkatkan risiko perdarahan hebat, misalnya
trombositopenia dan gangguan pembekuan darah
 Tukak lambung dengan perdarahan hebat
 Penyumbatan berulang setelah berkali-kali melakukan angioplasti

Tujuan angioplasti adalah untuk memperbaiki aliran darah agar otot-otot jantung bisa
memperoleh oksigen dan nutrisi yang memadai. Dengan begitu, risiko terjadinya kerusakan
pada otot jantung yang lebih luas dapat berkurang.

Pada sebagian kasus, angioplasti disertai dengan prosedur pemasangan ring jantung.
Banyak jenis ring yang sudah dilapisi oleh obat tertentu guna menjaga pembuluh darah
koroner tetap terbuka.

Prosedur Angioplasti

Angioplasti diawali dengan pemberian obat bius lokal kepada pasien. Bius total
jarang dilakukan untuk mencegah risiko terjadinya gagal napas, terutama pada pasien lansia.

Selanjutnya, dokter akan melakukan angioplasti melalui kateterisasi jantung, yaitu


dengan membuat sayatan kecil pada kulit di daerah selangkangan atau pergelangan tangan
pasien.

Setelah itu, alat kateter khusus akan dimasukkan melalui sayatan tersebut dan
diarahkan ke pembuluh darah jantung yang menyempit dengan bantuan angiografi jantung.

Setelah kateter masuk ke dalam pembuluh darah, berikut ini adalah beberapa langkah
yang akan dilakukan dokter:

 Balon di ujung kateter dipompa beberapa kali untuk memperlebar pembuluh darah
yang tersumbat.
 Setelah pembuluh darah diregangkan, balon dikempiskan dan kateter dilepas.
 Jika pasien memiliki beberapa penyumbatan, prosedur ini bisa diulang untuk
mengatasi bagian pembuluh darah lain yang tersumbat.
 Pemasangan tabung kawat kecil atau ring jantung di pembuluh darah yang tersumbat
juga diperlukan. Ring berfungsi untuk menopang dinding pembuluh darah dan
mencegah penyempitan kembali setelah angioplasti.
 Setelah proses angioplasti selesai, jantung pasien akan dipantau di rumah sakit selama
beberapa waktu, sehingga pasien harus menjalani rawat inap.

Selama proses ini, nyeri dada dapat dirasakan pasien selama balon dikembangkan
atau ketika ring dipasang. Hal ini dapat dialami karena aliran darah ke jantung akan sedikit
terhambat. Namun, nyeri dada dapat berkurang dengan sendirinya setelah angioplasti selesai
dilakukan.

4. Ekokardiografi ( Echocardiography/ECG )

Ekokardiografi (USG jantung) adalah metode pemeriksaan yang menggunakan


gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menangkap gambaran struktur organ jantung.
Ekokardiografi biasanya dibantu dengan teknologi Doppler yang dapat mengukur kecepatan
dan arah aliran darah.

Ekokardiografi bertujuan untuk memeriksa adanya kelainan pada struktur jantung,


pembuluh darah, aliran darah, serta kemampuan otot jantung dalam memompa darah. Metode
pencitraan ini dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit jantung, menentukan pengobatan
yang tepat, dan mengevaluasi pengobatan yang diberikan.

Jenis-jenis Ekokardiografi

a. Transthoracic echocardiogram (TTE)

Tidak berbeda dengan USG pada umumnya, TTE menggunakan sensor elektroda, atau
disebut juga dengan transducer, yang ditempelkan dan digerakkan di atas dada pasien,
dengan hasil yang langsung bisa terlihat pada monitor.

Ekokardiografi jenis ini kerap menjadi pilihan untuk memeriksa kelainan pada jantung, baik
dari struktur maupun fungsi jantung.

b. Transesophageal echocardiogram (TEE)

TEE menggunakan alat endoskopi yang dimasukkan melalui mulut menuju kerongkongan
(esofagus) untuk menangkap gambar struktur jantung secara rinci, tanpa terhalang gambar
dada dan paru-paru.

TEE umumnya disarankan ketika gelombang TTE tidak dapat menangkap gambar secara
jelas, khususnya ketika pasien akan menjalani operasi jantung.

c. Stress echocardiogram

Stress echocardiogram dilakukan untuk memeriksa kekuatan fungsi jantung dan aliran darah
saat pasien beraktivitas atau ketika jantung distimulasi dengan pemberian obat khusus yang
membuat jantung bekerja seperti sedang berolahraga.
Indikasi Ekokardiografi

Jenis ekokardiografi yang dilakukan oleh dokter dapat berbeda pada setiap pasien.
Berikut ini adalah indikasi dari masing-masing jenis ekokardiografi:

a. Transthoracic echocardiogram (TTE)

Dokter dapat menggunakan ekokardiografi jenis TTE untuk mendeteksi, melihat tingkat
keparahan, dan membantu proses pengobatan beberapa kondisi di bawah ini:

 Murmur jantung
 Penyakit katup jantung
 Kerusakan jantung akibat serangan jantung
 Penyumbatan pembuluh darah akibat stroke atau serangan iskemik transien (TIA)
 Penyakit jantung bawaan
 Gangguan pompa jantung karena gagal jantung
 Perikarditis
 Efusi perikardium, yaitu penimbunan cairan dalam kantong di sekitar jantung
 Infeksi pada atau di sekitar katup jantung
 Kelainan otot jantung, seperti kardiomiopati
 Hipertensi pulmonal

b. Transesophageal echocardiogram (TEE )

Ekokardiografi jenis TEE biasanya digunakan dokter jika:

 Hasil dari TTE tidak jelas, biasanya karena struktur dada, paru-paru, atau lemak yang
menutupi (pada penderita obesitas)
 Memerlukan pencitraan yang lebih rinci, misalnya sebelum melakukan operasi
jantung

c. Stress echocardiogram

Berikut ini adalah beberapa tujuan dilakukannya stress echocardiogram :

 Mendeteksi gangguan jantung yang muncul saat berolahraga atau beraktivitas fisik
berat.
 Mendeteksi penyakit jantung koroner atau kerusakan struktur jantung akibat infark
miokrad (serangan jantung).
 Memeriksa pasokan oksigen ke otot jantung saat beraktivitas.
 Melihat batas kemampuan jantung guna kepentingan program rehabilitasi jantung.
 Mengevaluasi keberhasilan pengobatan dan tindakan medis, seperti pemberian obat
antiangina, obat antiaritmia, operasi bypass, dan pemasangan ring.

Prosedur Ekokardiografi

Persiapan sebelum ekokardiografi tergantung pada jenis tes yang akan dilakukan.
Umumnya, pasien diperbolehkan untuk makan dan minum seperti biasa sebelum TTE.

Sementara untuk TEE, pasien akan diminta berpuasa selama 6 jam sebelum tindakan,
guna menghindari mual, muntah, dan masuknya isi lambung ke dalam paru-paru selama
pemeriksaan berlangsung.

Pada TEE, dokter juga akan menyuntikkan obat penenang dan menyemprotkan obat
bius lokal ke dalam tenggorokan, agar pasien tidak merasa nyeri saat alat endoskopi
dimasukkan. Apabila pasien mengenakan gigi palsu, dokter akan meminta untuk melepasnya.

Untuk persiapan stress echocardiogram, pasien perlu berpuasa dan hanya boleh
minum air putih selama 4 jam sebelum tindakan. Selain itu, pasien juga diminta untuk tidak
merokok dan tidak mengonsumsi obat, makanan, atau minuman yang mengandung kafein,
seperti cokelat, kopi, dan teh, selama 24 jam sebelum tindakan.

Di hari pemeriksaan, pasien yang akan melakukan stress echocardiogram disarankan


untuk menggunakan pakaian dan sepatu yang nyaman untuk berolahraga.

Setiap jenis ekokardiografi memiliki tahapan dan teknik prosedur yang berbeda-beda.
Berikut adalah penjelasannya:

a. Transthoracic echocardiogram (TTE)

Pasien akan diminta untuk berbaring di atas tempat tidur dan melepas atau membuka baju,
sehingga elektroda dapat dipasang di beberapa titik dada.

Dokter jantung akan mengoleskan gel pelumas di sekeliling dada dan menggerakkan probe
yang tersambung ke monitor. Gelombang suara dari elektroda dan probe akan terekam dan
terlihat pada monitor yang diletakkan tidak jauh dari posisi pasien.
Pasien mungkin akan mendengar suara berdesir saat pemindaian berlangsung. Hal ini normal
terjadi karena probe sedang menangkap suara aliran darah.

Pasien dapat diminta untuk menarik napas panjang dan menahan napas, atau berbalik ke arah
kiri sambil dokter menekan probe pada area dada untuk menangkap gambar secara jelas. Hal
ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman untuk sementara waktu.

b. Transesophageal echocardiogram (TEE )

Setelah pasien berbaring dan diberikan suntikan obat penenang serta semprotan bius lokal,
dokter akan memasukkan alat endoskopi melalui mulut, lalu didorong ke arah kerongkongan.
Alat pengukur tekanan darah dan tingkat oksigen serta elektroda juga akan dipasang untuk
memantau kondisi pasien selama tindakan.

Setelah mendapatkan posisi yang tepat, dokter akan merekam gambar jantung, termasuk
katup jantung, secara lebih rinci melalui teknologi gelombang suara.

c. Stress echocardiogram

Dokter akan melakukan TTE pada awalnya. Kemudian, pasien akan diminta beraktivitas, baik
menggunakan treadmill atau sepeda statis yang sudah disediakan, selama 6–10 menit atau
sesuai kondisi.

Jika pasien tidak mampu berolahraga, dokter akan memberikan suntikan obat pemicu jantung
(dobutamin) agar jantung dapat memompa seperti sedang berolahraga. Dobutamin dapat
menyebabkan pasien merasa hangat atau pusing.

Saat pasien berolahraga, dokter akan terus menanyakan kondisi pasien untuk memastikan
tidak ada efek samping. Jika saat pemeriksaan pasien merasakan ketidaknyamanan pada dada,
lengan, atau rahang, juga gejala seperti pusing atau sesak napas, segera beri tahu dokter.

Setelah dirasa cukup, intensitas olahraga akan diturunkan agar denyut jantung pasien kembali
seperti semula. Dokter kemudian akan membandingkan kondisi jantung pasien ketika
berolahraga atau distimulasi dengan hasil pemeriksaan awal.

5. Transfusi Darah

Transfusi darah adalah prosedur untuk menyalurkan darah kepada orang yang
membutuhkannya, misalnya yang mengalami perdarahan hebat atau menderita kurang darah
(anemia). Komponen darah yang diberikan bisa seluruhnya atau sebagian, seperti trombosit
atau plasma.

Transfusi darah diutamakan pada pasien yang mengalami perdarahan akibat cedera,
komplikasi operasi besar, atau penyakit kritis. Darah akan diberikan melalui infus di lengan.

Darah yang ditransfusikan bisa dalam bentuk utuh ( whole blood ) atau hanya
mengandung salah satu komponen darah, seperti sel darah merah ( packed red cell / PRC ),
trombosit ( thrombocyte concentrates / TC ), faktor pembekuan (cryoprecipitate), dan plasma
darah ( fresh frozen plasma / FFP ).

Transfusi darah diberikan bila pasien mengalami kekurangan salah satu atau seluruh
komponen darah. Berikut adalah penjelasannya:

 Transfusi sel darah merah atau PRC


Anemia merupakan salah satu kondisi yang mendasari pasien perlu diberikan PRC.
Penyakit atau kondisi yang dapat menyebabkan anemia sehingga membutuhkan
transfusi sel darah merah adalah perdarahan atau thalasemia.
 Transfusi trombosit dan cryoprecipitate
Transfusi trombosit dan cryoprecipitate dapat dilakukan pada pasien gangguan
pembekuan darah, seperti kekurangan trombosit ( trombositopenia ) yang parah, atau
disseminated intravascular coagulation ( DIC )
 Transfusi FFP
Transfusi FFP dibutuhkan oleh pasien yang mengalami infeksi berat, penyakit liver,
atau luka bakar parah. FFP juga berisi faktor pembekuan sehingga dapat diberikan
pada beberapa kasus perdarahan dan DIC.

Prosedur Transfusi Darah

Sebelum transfusi darah, dokter akan menanyakan riwayat alergi dan transfusi
sebelumnya, serta riwayat penyakit pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik dan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah dan denyut jantung.

Setelah itu, dokter akan melakukan cek golongan darah. Dokter akan memberikan
transfusi darah sesuai dengan golongan darah ( A, B, O, atau AB ), serta rhesus pasien (
positif atau negatif ). Dokter juga akan meminta pasien atau pendamping pasien untuk
menandatangani lembar persetujuan tindakan ( informed consent ) transfusi darah.
Waktu yang diperlukan untuk transfusi darah dapat berbeda-beda, tergantung pada
kondisi pasien dan jumlah darah yang hilang.

Secara umum, proses transfusi darah dapat berlangsung selama 1–4 jam, atau bisa
lebih cepat. Tahap-tahap yang dilakukan oleh dokter pada proses transfusi darah antara lain:

 Meminta pasien untuk berbaring di tempat tidur


 Memasang infus di lengan pasien dan menghubungkan selang infusnya dengan
kantung darah
 Menemani dan memantau pasien selama 15−30 menit pertama transfusi, untuk
memastikan pasien tidak mengalami reaksi alergi

Selama proses transfusi berlangsung, dokter akan memeriksa kondisi pasien secara
berkala, termasuk memantau suhu tubuh, tekanan darah, dan detak jantung.

6. Endovenous Laser Therapy

Endovenous Laser Therapy merupakan prosedur minimal invasif yang menggunakan


laser dimana menghasilkan energi panas dalam mengobati varises. Meskipun merupakan
pilihan pengobatan yang baru namun tingkat keberhasilan jangka mencapai 98% sama
baiknya bahkan lebih baik daripada teknik pembedahan.

Indikasi dari terapi EVLT yakni :

 Varises yang menimbulkan gejala,


 Memiliki masalah peredaran darah karena insufisiensi vena kronis
 Tidak dapat menjalani operasi untuk mengobati varises karena adanya kontraindikasi.

Prosedur Endovenous Laser Therapy

Pertama-tama daerah pembuluh darah yang mengalami varises akan ditandai terlebih
dahulu menggunakan alat USG Duplex dan juga menetukan besarnya diameter pembuluh
darah vena yang mengalami varises. Kemudiaan dokter akan menentukan tempat terbaik
untuk memasukan kateter. Daerah yang akan dimasukkan kateter disterilkan terlebih dahulu
dan kemudian diberi anestesi lokal untuk mengurangi nyeri. Setelah anestesi mulai bekerja,
dokter akan membuat sayatan yang sangat kecil di kulit dan memasukkan kateter dan juga
kawat kecil sebagai pemandu.Anestesi disuntikkan di sepanjang vena dan kawat pemandu
dilepas. Selanjutnya, serat laser yang merupakan kawat halus yang membawa energi panas
dilewatkan melalui kateter.
Ultrasonografi digunakan untuk mengkonfirmasi lokasi kateter dan serat laser
sebelum terapi dimulai.Laser dapat diaktifkan secara manual oleh dokter atau dapat diatur
untuk menembakkan panas otomatis setiap 1 hingga 2 detik, tergantung pada kasusnya.
Dokter akan memberikan tekanan pada kulit saat ia bekerja di sepanjang vena. Energi laser
menyegel vena yang rusak dan aliran darah diarahkan kembali ke vena yang sehat. Dokter
menggunakan ultrasonografi lagi setelah prosedur untuk memastikan bahwa pengobatan
berhasil. Seluruh proses biasanya tidak memakan waktu lebih dari 1 jam.

Kelebihan dari EVLT yakni :

 Kurangnya rasa sakit dan memar pasca tindakan sehingga dapat kembali beraktivitas
normal dengan cepat.
 Anestesi lokal pada daerah yang akan dimasukkan serat fiber.
 Tindakan yang lebih simpel daripada operasi sehingga tidak melalui anestesi umum,
sayatan paha bagian dalam.
 Resiko perdarahan,infeksi luka sangat kecil.
 Tidak diperlukan rawat inap.

7. Terapi Trombolitik

Terapi trombolitik adalah jenis perawatan medis yang digunakan untuk melarutkan
atau menghancurkan bekuan darah yang disebut trombus. Ini biasanya digunakan dalam
situasi darurat, seperti serangan jantung atau stroke iskemik, untuk membuka pembuluh darah
yang tersumbat oleh bekuan darah dan mengembalikan aliran darah normal ke organ yang
terkena.

Terapi trombolitik melibatkan pemberian obat-obatan trombolitik, seperti alteplase


atau tenecteplase, melalui infus intravena. Penggunaan trombolitik harus dilakukan dengan
hati-hati dan hanya di bawah pengawasan medis karena mereka memiliki risiko efek samping
serius, seperti perdarahan. Pemberian trombolitik biasanya dilakukan segera setelah diagnosis
kondisi yang memerlukan pengobatan ini untuk memaksimalkan efektivitasnya.

Langkah-langkah umum dalam prosedur terapi trombolitik yaitu sebagai berikut :

I. Evaluasi Pasien
Pasien akan dievaluasi secara medis untuk memastikan bahwa terapi trombolitik adalah
pilihan yang sesuai untuk kondisi mereka.

Diagnosa kondisi yang memerlukan terapi trombolitik, seperti serangan jantung atau stroke
iskemik, akan dibuat berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan hasil tes diagnostik seperti
elektrokardiogram (EKG) atau pemindaian CT.

II. Kontraindikasi
Dokter akan memeriksa kontraindikasi atau faktor-faktor risiko yang dapat membuat terapi
trombolitik berbahaya. Misalnya, riwayat perdarahan atau operasi baru-baru ini dapat menjadi
kontraindikasi.

III. Persetujuan Pasien


Pasien atau wali yang sah akan diminta memberikan persetujuan informasi sebelum prosedur
dimulai. Mereka juga akan diberikan informasi tentang risiko dan manfaat terapi trombolitik.

IV. Pemberian Obat Trombolitik


Dokter akan memberikan obat trombolitik, seperti alteplase atau tenecteplase, melalui infus
intravena. Dosis dan kecepatan infus akan diatur sesuai dengan protokol medis.

V. Pengawasan Ketat
Pasien akan dipantau dengan ketat selama pemberian obat trombolitik dan setelahnya. Ini
termasuk pemantauan tekanan darah, denyut jantung, dan tanda-tanda perdarahan.

VI. Pemantauan Efek Samping


Tim medis akan memantau adanya efek samping, terutama risiko perdarahan. Jika terjadi
perdarahan atau efek samping lain yang serius, tindakan medis darurat dapat diambil.

VII. Evaluasi Lanjutan


Setelah terapi trombolitik selesai, pasien akan terus dipantau dan dievaluasi untuk
memastikan bahwa aliran darah telah pulih dan untuk mengantisipasi komplikasi.

VIII. Perawatan Lanjutan


Pasien mungkin memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi penyebab kondisi mereka,
seperti pengobatan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi atau pengaturan ulang diet.

8. Pacemaker
Pacemaker atau alat pacu jantung merupakan alat elektronik yang digunakan untuk
memberikan stimulasi kepada miokardium dengan impuls elektrik untuk menjaga atau
mengembalikan denyut jantung fungsional. Pacemaker dapat terpasang secara sementara
maupun permanen. Pacemaker sementara digunakan untuk masalah jantung jangka pendek,
seperti aritmia yang disebabkan oleh infark miokard dan juga dalam keadaan darurat.
Pacemaker permanen digunakan untuk disfungsi irama jantung kronis, seperti pada
atrioventricular (AV) block kongenital.

Setiap pacemaker terdiri dari dua komponen utama, yaitu pulse generator yang
menghasilkan impuls elektrik, serta elektroda atau lead yang menghantarkan impuls ke otot
jantung. Terdapat beberapa tipe sistem pacemaker yang dapat dipilih, antara lain transvena,
epikardial, dan leadless.

Terdapat 3 bentuk dasar pacemaker, yaitu single chamber, dual chamber, dan
biventricular pacemakers. Secara umum, pemasangan pacemaker diindikasikan pada pasien
dengan bradikardia atau aritmia yang disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti
disfungsi nodus sinus, atrioventricular (AV) block, infark miokard, hingga gagal jantung.

Komponen yang digunakan pada pacemaker, yaitu pulse generator dan lead, perlu
diganti bila diperlukan. Pulse generator perlu diganti bila baterai yang digunakan mengalami
aus, dimana biasanya terjadi setelah 5 sampai 8 tahun. Penggantian pulse generator dilakukan
dengan tindakan insisi kulit pada bekas insisi lama. Sementara itu, penggantian lead hanya
dilakukan pada kasus tertentu, seperti infeksi.

Pemasangan pacemaker dapat menimbulkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang.
Komplikasi jangka pendek mencakup pneumothorax, perforasi kardiak, lepasnya lead, dan
infeksi atau hematoma pocket. Komplikasi jangka panjang mencakup regurgitasi trikuspid,
obstruksi vena, fraktur lead, dan kegagalan insulasi. Pemasangan pacemaker juga bisa
menyebabkan lead related endocarditis yang memiliki angka mortalitas mencapai 31%.

Demikianlah, beberapa contoh teknologi yang digunakan untuk mengatasi penyakit


atau gangguan pada sistem peredaran darah. Meskipun, membantu sangat banyak dalam
mengatasi penyakit atau gangguan pada sistem peredaran darah, namun perlu diketahui,
bahwa metode-metode yang telah dipaparkan tidak dapat mengubah atau menjadikan sistem
peredaran darah menjadi pulih atau sehat 100% seperti semula. Oleh karena itu, penting bagi
kita untuk menjaga pola hidup sehat, seperti olahraga secara teratur, makan makanan yang
bergizi, kurangi makan makanan cepat saji ( fast food ), istirahat yang cukup, dan tidak
merokok.

Anda mungkin juga menyukai