Anda di halaman 1dari 21

Fisioterapi pada post oprasi

jantung
Nama kelompok
 Sulistianingsih
 Suratul Aminah
 Mohammad Alief
Oprasi jantung
Berikut ini adalah beberapa macam
Operasi jantung dapat dilakukan
penyakit jantung yang perlu
untuk memperbaiki kerusakan ditangani dengan operasi jantung:
dan kelainan pada jantung,  Penyakit katup jantung
mengganti katup jantung,  Gangguan irama jantung atau
memasang alat pacu jantung, aritmia
hingga mengganti jantung yang  Endokarditis
rusak dengan jantung yang sehat.  Penyumbatan pembuluh darah
jantung
 Penyakit jantung coroner
 Gagal Jantung
Jenis jenis oprasi jantung
01 | Oprasi bypass 04 | Ablasi Jantung
jantung (CABG)

02 | Oprasi katup 05 | Implan alat pacu jantun


atau ICD(Implanttable
jantung
cardioverter defibrillator)

03 | Angioplasti 06 | Transplantasi
koroner (P C I) Jantung
Oprasi Bypass jantung
Merupakan tindakan bedah untuk
mengatasi penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah jantung pada penderita penyakit
jantung koroner.Prosedur ini dilakukan dengan
cara mencangkok pembuluh darah yang sehat dari
bagian tubuh lain untuk menggantikan fungsi
pembuluh darah jantung yang tersumbat. Dengan
begitu, aliran darah dan oksigen ke area jantung
bisa kembali normal. Setelah proses operasi
bypass jantung, diharapkan gejala penyakit
jantung koroner, seperti angina akan mereda dan
risiko serangan jantung pun akan berkurang.
Oprasi katup
jantung
prosedur yang dilakukan untuk memperbaiki atau
mengganti katup jantung yang mengalami
kerusakan agar jantung dapat berfungsi normal
kembali. dengan beberapa cara, seperti menutup
lubang pada katup jantung, menghubungkan
kembali katup jantung yang terpisah, dan
memperkuat jaringan di sekitar katup
jantung.apabila katup jantung tidak dapat
diperbaiki, akan dilakukan penggantian katup
jantung.
Angioplasti koroner (P C I)
Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan balon khusus di
bagian pembuluh darah yang tersumbat, yang selanjutnya akan
dikembungkan untuk melebarkan pembuluh darah yang
menyempit atau tersumbat.Angioplasti kerap dikombinasikan
dengan penempatan tabung kawat kecil (stent atau ring) yang
bertujuan untuk menjaga pembuluh darah tetap terbuka dan
mencegahnya Kembali menyempit.Angioplasti tidak disarankan
untuk pasien yang memiliki otot jantung
lemah,menderita diabetes atau memiliki banyak pembuluh
darah jantung yang bermasalah.
Ablasi jantung
merupakan operasi jantung yang dilakukan untuk
mengatasi aritmia atau gangguan irama jantung. Prosedur ini
dilakukan dengan cara membuat sayatan pada paha atau
leher untuk memasang kateter di pembuluh darah yang
menuju ke jantung.Di bagian ujung kateter terdapat
elektroda yang berfungsi untuk menghancurkan sebagian
kecil jaringan jantung yang menyebabkan gangguan irama
jantung.
Implan alat pacu jantun atau
ICD(Implanttable cardioverter
defibrillator)
Alat pacu jantung (pacemaker) dan ICD merupakan alat
yang digunakan untuk mengatasi aritmia dan mengatur
irama jantung. Meski sama-sama digunakan untuk
mengendalikan irama jantung, kedua alat ini memiliki
perbedaan.Alat pacu jantung dapat mengendalikan irama
jantung yang tidak normal dengan cara mengirimkan
dorongan listrik bertenaga rendah pada jantung. ICD
dapat mengalirkan aliran listrik yang lebih tinggi pada
jantung saat gangguan pada irama jantung terdeteksi. ICD
digunakan pada penderita aritmia yang lebih berisiko
mengalami henti jantung mendadak.
Transplantasi jantung
Tindakan bedah yang dilakukan untuk
menggantikan jantung yang sudah rusak
dengan jantung dari donor yang sehat.
Prosedur ini umumnya dilakukan pada
penderita gagal jantung stadium
akhir.Risiko Tindakan ini berupa reaksi
penolakan tubuh terhadap jantung yang
baru. Namun, kondisi ini bisa
diminimalisir dengan mengonsumsi obat
imunosupresan.
Promblematika post oprasi
jantung
1. Tanda tanda vital ada perubahan dari normal
 HR > 90/min (tachicardia, fibrilasi bahkan kardiak arest). HR < 50
(bradicardia, kardiak arest)
 RR kurang dari 12 atau lebih dari 24/ min
 BP kurang dari 120/90 mmHg bahkan sintole dibawah 60 mmHg
 Suhu lebih tinggi dari 36,5 derajat C (demam atau panas)
2. Luka insisi yang tidak enak (sakit diam saat bernafas,bergerak)
3. Adanya alat bantu yang membuat tidak nyaman seperti: sande, tube, slang
oksigen, darinage, alat monitor jantung, alat bantu respirasi, dll.
Lanjut…….

 Sputum yang bertambah


 Penurunan fungsi paru dan jantung
 Gerakan nafas dan fungsi nafas terganggu
 Ventilasi thorak menurun
 Gerakan sendi thorak menurun
 Gelisah, cemas, takut bergerak atau bernafas bebas bahkan merasa tidak aman
 Pengetahuan latihan yang menurun, yang memperberat dan memperingan keluan
 Kemampuan aktivitas; self care, self dreesing, ADL menurun
 komplikasi : gagal nafas, insulfisiensi, cardiac arrest, aritmia, infeksi, gagal ginjal, penurunan fungsi
syaraf, embolin paru/ pembuluh darah, tidak stabilnya tulang sternum.
perencanaan
Ft direncanakan untuk empat tahap:
 Tahap I masa akut hari kedua sampa 5
 Tahap II masa penyembuhhan 5 s/d 14 hari
 Tahap III masa dirumah 15-2 bulan
 Tahap IV masa pemeliharan dan penyesuaian kerja setelah 2 bulan
Prinsip latihan
1. Tahap I (masa akut) ICCU (ICU)
a. Latihan daya tahan jantung paru
b. Prinsip latihan progresif
c. Buat dosis lat & monitor selama latihan
d. Cukup tidur dan cermati obat yang menurunkan frekuensi nadi (beta blok, obat analgetik)
e. Moniyor vital sign, gejala yang muncul sebelum, selama, sesudah, (2 min) latihan

Dosis Latihan:
Th Frek Durasi Intensitasi Ripitasi RR Type Ft

I Tiap hari 5-10 min + 20 dari HRR 20-30/min Posisioning


II 5x / Mg 10-15 min + 30 dari HRR 12-24/min Breathing
III 3x / Mg 15-30 min 65%-75% HRM 8-12/min Aktif aerobik
IV 3x / Mg 30-60 min 72%-87% HRM 8-12/min Jalan/joging
Pelaksanaan fisioterapi
A. Pase I ICCU (ICU) lihat perencanaan
1. Bebaskan jalan napas
Bersihkan dari sputum dengan suction atau posisikan
semi sktensi dan rotasi leher, bila mungkin pengasatan, daerah sakit.
Dilakukan pada hari kedua setelah oprasi.
2. Lakukan pasif movemen dari sendi proksimal ke distal dan usahakan
banyak sendi bergerak( add dan abd)
3. Sedangkan latihan aktif dimulai dari distal ke sendi proksimal. Bila
latihan nafas dari diaprahgmatik brathing paru segmental.
4. Menyesuaikan aktivitas dengan kemampuan fungsi paru dan jantung.
Bila diberikan latihan breathing nadi naik tidak lebih 20 dari nadi awal,pada hari
kedua sudah boleh duduk, lakukan Gerakan imobilisasi berupa miring
kanan,Latihan menggerakkan anggota gerak atas dan bawah .
Latihan dihentikan apabila;
a. Ada aritma lebih dari 6x /min
b. Tanda vital mencapai target
c. Ada keluhan didukung tanda vital

5. Melatih mobilisasi: pada hari ke 3 sudah boleh duduk bahkan bila target belum ada
gangguan sudah boleh berdiri dengan bantuan.

6. Berikan bantuan support agar pasien percaya diri, tanpa mengabaikan keluhan sakit.

7. Edukasi tentang yang memperingan dan memperberat kondisinya.


Phase II
1. Bentuk pada phase I dapat dipakai, perhatikan

2. Tingkatkan ke phase II secara progresif dengan dosis phase II

3. Modivikasi bentuk latihan misalnya latihan deep breathing dengan jumlah latihan napas
ditambah atau ripitasi latihan lebih sedikit atau lebih dalam dengan ekspirasi lebih lama

4. Jumlah Gerakan sendi ditingkatkan dan diperhatikan porinsif bernafas jangan menimbulkan
latihan dengan menahan nafas. Pada perinsipnya semua Gerakan yang menimbulkan
kompresi thorak disertai ekspirasi dan Gerakan yang meningkatkan ventilasi disertai
inspirasi. Contoh:

a. Pasien tidur terlentang gerak pasif abd bahu disertai indpitasi dan saat add disertai
ekspirasi
b. Saat fleksi sendi bahu inspirasi dan saat extensi ekspirasi
c. Saat hip fleksi, knee fleksi ekspirasi dan saat ekstensi inspirasi
Lanjut……

5. Hindarkan kontraksi isometric dan tahan napas


6. Pasien boleh pulang bila dengan latihan 5-10 menit mampu menaikan nadi
sampai 110-120/min tanpa menimbulkan keluhan
7. Anjurkan datang ke fisioterapi 3-5 kali seminggu selama istirahat dirumah
8. Hubungi fisioterapi atau bagian bedah sewaktu waktu ada keluhan yang tak
lazim .
Sebelum pulang lakukan test kemampuan fungsional (toleransi test)
Phase III
1. Latihan di klinik 3x seminggu untuk latihan bersama , sesama kondisi bedah
jantung untuk lebih percaya diri
2. Didik untuk dapat memahami latihan dengan benar dan lakukan dengan baik
3. Latihan disesuaikan dengan aktivitas kerjanya dan dosis latihan lihat kolom
diatas serta,
hindarkan factor pemberat dan lakukan yang memperbaiki kondisi
fisik dengan teratur dan terukur.
4. Atur jadwal latihan dan anjurkan masuk kelompok senam jantung
5. Didik latihan aerobic yang benar, teratur, terukur
6. Hindarkan emosional pingin cepat kuat kembali dengan latihan over dosis,
bahaya lebih besar dan sangat fatal
Phase IV
• Phase setelah dua bulan dirumah atau masa pemeliharaan
• Dalam kelompok ini dibedakan tiga tahap terutama bedah jantung
coroner,
• Karena untuk bedah jantung bawaan biasanya anak berkembang sesuai
pertumbuhannya
• Kelompok I. kelompok kemampuannya baik dan memang sudah
berlatih
• Kelompok II. Kelompok kemampuan sedang karena baru pulang rawat.
• Kelompok III. Kelompok kurang baik, karena kemampuannya menurun
oleh usisa atau factor lain
• Latihan senam aerobic, permainan, renang, atau rekreasi
• Dosis latihan lihat kolom diatas
• Latihan harus memegang prinsip latihan: ada pemanasan, latihan inti
dan pendinginan.
Tujuan
a. Bebaskan jalan nafas
b. Mencegah komplikasi: infeksi, deep vena thrombosis,
cardiac arrest, atau gagal napas
c. Menyesuaikan aktivitas dengan kemampuan fungsi
paru jantung
d. Meningkatkan cara yang telah diajarkan sebelum
operasi
e. Melatih mobilisasi dan ambulas sampai mampu sendiri
f. Edukasi
Do you have any
questions?
hello@mail.com

555-111-222
mydomain.com

Anda mungkin juga menyukai