Kateterisasi?
Ditinjau oleh: dr. Fadhli Rizal Makarim : 09 Juni 2021
Halodoc, Jakarta - Penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung, bisa menjadi pembunuh
diam-diam. Pasalnya, masalah kesehatan ini sering tidak diawali dengan gejala, sehingga
penanganannya kerap terlambat dilakukan. Seperti halnya dengan gagal jantung kongestif, kondisi
ketika jantung tidak mampu memompa darah dan memasoknya untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Gagal jantung kongestif terjadi karena masalah pada bagian otot jantung, sehingga jantung tidak
bisa melakukan tugasnya dengan optimal. Jadi, gagal jantung bukan kondisi jantung yang berhenti
berdetak seperti yang selama ini kamu perkirakan, hanya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
pasokan darah ke seluruh tubuh.
Dibantu dengan rontgen dan pemberian zat kontras, dokter dan petugas medis dapat melakukan
pengamatan melalui pembuluh darah di jantung, sehingga adanya kelainan bisa teridentifikasi
dengan lebih mudah, seperti jika muncul sumbatan atau terdapat plak. Tidak hanya dengan rontgen,
proses kateterisasi jantung juga bisa dilakukan dengan bantuan alat USG.
Selain untuk keperluan diagnosis, sebenarnya kateterisasi jantung juga bisa dilakukan untuk tujuan
pengobatan masalah jantung. Di dalam kaitannya dengan gagal jantung kongestif, prosedur medis
ini dilakukan untuk keperluan diagnosis. Jadi, agar dugaan pemeriksaan lebih kuat, dilakukan
kateterisasi jantung untuk mendeteksi adanya kelainan jantung kongestif, tentunya diikuti oleh
berbagai gejala pendukung yang lainnya.
Baca juga: Bukan Cuma Nyeri, Kateterisasi Jantung Dilakukan karena Ini
Pemeriksaan angioplasti atau pelebaran pembuluh darah yang tersumbat dengan balon.
Pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan pemasangan ring jantung.
Perbaikan pada otot jantung yang mengalami penebalan secara tidak normal pada pengidap
hypertrophic obstructive cardiomyopathy.
Perbaikan atau penggantian katup jantung.
Pengobatan aritmia dan penutupan lubang pada kondisi kelainan jantung bawaan.
Namun, tetap saja diperlukan beberapa pertimbangan untuk kondisi medis tertentu, seperti jika
kamu memiliki riwayat stroke, gagal ginjal akut, gangguan elektrolit, aritmia, hipertensi parah,
alergi terhadap zat kontras, anemia, gangguan pembekuan darah, sedang mengalami infeksi, dan
perdarahan pada saluran pencernaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya komplikasi
serius jika kateterisasi tetap dilakukan.
Nah, agar tidak salah pengobatan, kamu bisa bertanya pada dr. Edrian, SpJP(K), FIHA, FAsCC
melalui aplikasi Halodoc. Dokter Edrian merupakan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah
yang berpraktek di RS Islam Siti Khadijah, RS Pusri, dan RSUP Dr. Mohammad Hoesin di
Palembang