Anda di halaman 1dari 10

CARDIO MEGALI

BAB 1 TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI
Kardiomegali adalah sebuah keadaan anatomis (struktur organ) di mana besarnya jantung lebih besar
dari ukuran jantung normal, yakni lebih besar dari 55% besar rongga dada. pada Kardiomegali salah
satu atau lebih dari 4 ruangan jantung membesar. Namun umumnya kardiomegali diakibatkan oleh
pembesaran bilik jantung kiri (ventrikel kardia sinistra)
Pada kardiomegali dapat oto-ototnya yang membesar atau rongganya yang membesar, manapun itu
semua adalah adaptasi jantung utnuk menghaapi perubahan dalam tuntutan kerjanya.

2. ETIOLOGI
Penyebabnya ada banyak sekali, hampir semua keadaan yang memaksa jantung untuk bekerja lebih
keras dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada otot jantung sehingga jantung akan
membesar. Logikanya adalah misalnya pada binaragawan, otot-ototnya membesar karena seringnya
mereka melakukan aktivitas beban tinggi. Jantung juga demikian. Penyebab yang terbanyak:
a. Penyakit Jantung Hipertensi
Pada keadaan ini terdapat tekanan darah yang tinggi sehingga jantung dipaksa kerja ekstra
keras memompa melawan gradien tekanan darah perifer anda yang tinggi.
b. Penyakit Jantung Koroner
Pada keadaan ini sebagian pembuluh darah jantung (koroner) yang memberikan pasokan
oksigen dan nutrisi ke jantung terganggu Sehingga otot-otot jantung berusaha bekerja lebih
keras dari biasanya menggantikan sebagian otot jantung yang lemah atau mati karena
kekurangan pasokan darah.
c. Kardiomiopati (diabetes, infeksi)
Yakni penyakit yang mengakibatkan gangguan atau kerusakan langsung pada otot-otot
jantung. Hal ini dapat bersifat bawaan atau karena penyakit metabolisme seperti diabetes
atau karena infeksi. Akibatnya otot jantung harus kerja ekstra untuk menjaga pasokan darah
tetap lancar.
d. Penyakit Katup Jantung
Di jantung ada 4 katup yang mengatur darah yang keluar masuk jantung. Apabila salah satu
atau lebih dari katup ini mengalami gangguan seperti misalnya menyempit (stenosis) atau
bocor (regurgitasi), akan mengakibatkan gangguan pada curah jantung (kemampuan jantung
untuk memopa jantung dengan volume tertentu secara teratur). Akibatnya jantung juga
perlu kerja ekstra keras untuk menutupi kebocoran atau kekurangan darah yang
dipompanya.
e. Penyakit Paru Kronis
Pada penyakit paru kronis dapat timbul keadaan di mana terjadi perubahan sedemikian rupa
pada struktur jaringan paru sehingga darah menjadi lebih sulit untuk melewati paru-paru
yang kita kenal dengan nama"HIPERTENSI PULMONAL". Karena itu bilik jantung kanan yang
memompa darah ke paru-paru perlu kerja ekstra keras, sehingga tidak seperti kebanyakan
kardiomegali bukan bilik kiri yang membesar tapi bilik kanan, tapi jika sudah berat bahkan
bilik kiri pun akan ikut membesar.
Kardiomegali itu sering kali disertai dengan keadaan gagal jantung. Oleh karena itu kardiomegali
seringkali menunjukkan bahwa jantung telah lama mengalami kegagalan fungsi yang sudah
berlangsung cukup lama dan berat. Selain itu kardiomegali cenderung membuat jantung mudah
terkena penyakit jantung koroner karena jantung yang besar perlu pasokan darah dan oksigen yang
besar sedangkan pasokan darah belum tentu lancar. Kardiomegali berpotensi berbahaya tapi yang
lebih berbahaya adalah penyakit yang menyebabkannya, karena seringkali timbul gejala-gejala klinis
lain yang berpotensi fatal seperti gagal jantung dan stroke.

3. TANDA DAN GEJALA


a. Tergantung dari derajat keparahannya. Tampak gejala yang berhubungan dengan kegagalan
pompa jantung untuk bekerja dengan baik
b. Dapat disertai nggeliyer, pusing, atau sensasi mau jatuh. Orang awam menyebutnya
“vertigo”. Dalam istilah asingnya disebut “dizziness”.
c. Sesak nafas, seperti orang yang terengah-engah.
d. Terdapat cairan di rongga perut (ascites)
e. Kaki (tungkai, pergelangan kaki) membengkak

4. PATOFISIOLOGI
Jantung bengkak timbul akibat respons terhadap kerusakan pada otot jantung. Ada dua jenis masalah
dalam hal ini, yang pertama jantung bengkak akibat melonggarnya otot jantung sehingga volume
bilik jantung menjadi lebih besar atau disebut juga dengan kardiomegali dilatasi dan yang kedua
akibat penebalan pada otot jantung atau disebut sebagai hipertrofi. Kardiomiopati dilatasi (otot
jantung menipis) adalah jenis utama kardiomegali. Dalam kardiomiopati dilatasi, dinding kedua sisi
kiri dan kanan jantung (ventrikel) menjadi tipis dan meregang. Hasilnya adalah pembesaran jantung.
Sedangkan pada kardiomegali hipertrofi, otot ventrikel kiri jantung menjadi menebal. Hal ini paling
sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi (hipertensi) yang menyebabkan pembesaran ventrikel
kiri (hipertrofi).
Pada tahap awal mungkin pembengkakan jantung masih dapat memompa darah secara normal,
namun seiring berkembangnya pembengkakan kemampuan jantung memompa semakin menurun
hingga ahirnya terjadilah gagal jantung.

5. PATHWAY
6. KOMPLIKASI
Jantung yang membengkak tentu akan mengakibatkan gangguan dalam tubuh, bahkan jantung itu
sendiri dapat mengalami disfungsi, apabila jantung yang fungsinya adalah sebagai pemompa darah,
lalu berhenti memompa darah tentu kematian tidak dapat dihindarkan.
Berikut beberapa komplikasi akibat pembengkakan jantung yang berbahaya bagi penderita jantung
bengkak:
a. Ruang pada jantung yang membengkak akan mudah menyebabkan darah tidak bisa dipompa
keluar jantung sehingga darah akan menumpuk dan mengalami pembekuan sehingga
terbentuk gumpalan gumpalan darah yang bisa memicu terjadinya penyakit stroke & emboli
paru apabila masuk kembali ke dalam pembuluh darah.
b. Gagal jantung, kondisi dimana jantung menjadi lemah dan kehilangan fungsinya untuk
mengedarkan sel darah merah ke seluruh tubuh tentu merupakan komplikasi yang sangat
serius dan berbahaya dari pembesaran jantung karena organ lain akan kekurangan protein
dan oksigen yang dapat menyebabkan kerusakan organ lain.
c. Serangan jantung, yang terakhir adalah jantung berhenti berdetak karena rusaknya otot otot
jantung akibat pembengkakan, tentunya secara langsung akan menyebabkan kematian
mendadak.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes darah.
Melalui tes darah, dokter dapat mengetahui apakah ada masalah pada fungsi tiroid dan
ginjal pasien, serta indikasi penyakit lainnya yang mungkin berdampak kepada jantung.
Selain itu, melalui tes darah, dokter juga dapat mengetahui kadar zat kimia dalam tubuh
yang berhubungan dengan kondisi jantung. Zat kimia ini disebut N-terminal pro-B-type
natriuretic peptide (NT-proBNP).
b. Ekokardiogram.
Ini merupakan salah satu tes yang penting dilakukan dalam mendiagnosis gagal jantung.
Ekokardiogram dilakukan dengan menggunakan gelombang ultrasound yang
menghasilkan gambaran jantung penderita. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi kinerja
fungsi jantung dan jika ada kerusakan pada jantung, misalnya masalah pada katupnya.
Selain itu, tindakan ini juga dilakukan untuk membedakan antara gagal jantung sistolik
dan gagal jantung diastolik.
c. Pemeriksaan X-ray.
Pada penderita gagal jantung, ukuran jantung dapat membesar dan terjadi
penumpukan cairan di dalam paru-paru. Melalui X-ray keadaan tersebut dapat
terlihat.
d. Tes elektrokardiogram.
Tes ini dapat membantu dokter mengetahui adanya masalah yang mendasari
terjadinya gagal jantung, misalnya gangguan ritme jantung atau kerusakan pada
organ tersebut akibat serangan jantung. Dalam tes elektrokardiogram, aktivitas
elektrik jantung dicatat melalui elektroda yang dipasang pada kulit pasien.
e. Pemeriksaan ekokardiografi transesofagus.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui struktur jantung dan pembuluh
darah secara lebih rinci. Dalam pemeriksaan ini, sebuah selang kecil yang
dilengkapi perangkat ultrasound di ujungnya akan dimasukkan melalui
kerongkongan.
f. Katerisasi arteri pulmonal
Perkembangan dari titik balon membawa arah dari kateter arteri paru-paru (biasanya
disebut swan gahz chateter) menunjukkan kemampuan yang berguna untuk
menegakkan diagnosa dan pengobatan kegagalan jantung. Spesifikasi penggunaannya
termasuk pengkajian fungsi ventrikel kanan dan ventrikel kiri dan evaluasi efek dari
obat-obatan, termasuk modalitas pengobatan lain, seperti pembatasan dan peningkatan
cairan intravena.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


Penatalaksanaan medis meliputi penggunaan obat-obat inotropik sebgai berikut:
a. Diuretik. Obat jantung bengkak ini berfungsi menurunkan jumlah natrium dan air dalam
tubuh, sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban jantung.
b. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor. untuk menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan kemampuan jantung memompa
c. Angiotensin receptor blocker (ARB). untuk memberikan manfaat seperti ACE inhibitor bagi
mereka yang tidak dapat meminum ACE inhibitor misalnya karena alergi.
d. Beta blockers untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan fungsi jantung.
e. Digoxin. Obat yang dapat membantu meningkatkan fungsi pemompaan jantung.
Antikoagulan untuk mengurangi risiko penggumpalan darah yang dapat menyebabkan
serangan jantung atau stroke

Penatalaksanaan keperawatan direncanakan dan diimplementasikan berdasarkan keluhan


pasien yang muncul
a. Berhenti merokok
b. Mengurangi/menurunkan berat badan
c. Diet rendah garam
d. Mengendalikan diabetes (jika ada)
e. Pembatasan (asupan) cairan
f. Istirahat cukup dan berkualitas
g. Berolahraga sesuai rekomendasi dokter

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istrahat
Gejala
 Keletihan/kelemahan terus menerus sepanjang hari.
 Insomnia.
 Nyeri dada dengan aktivitas.
Tanda
 Gelisah, perubahan status mental.
b. Sirkulasi
Gejala
 Riwayat hipertensi, IM akut, episode GJK sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah
jantung, endokarditis.
Tanda
 TD : rendah (gagal pemompaan), normal (GJK ringan atau kronis), atau tinggi (kelebihan
beban cairan).
 Frekuensi jantung : takikardi.
 Irama jantung : disritmia.
 Bunyi jantung : S3 (gallop).
 Nadi : nadi perifer berkurang; perubahan dalam kekuatan denyutan.
 Punggung kuku : pucat atau sianosis dengan pengisisan kapiler lambat.
 Bunyi napas : ronki, krekels.
c. Integritas ego
Gejala
 Ansietas.
 Stress yang berhubungan dengan penyakit.
Tanda
 Berbagai manifestasi prilaku.
d. Eleminasi
 Gejala
 Penurunan berkemih.
 Diare.
e. Makanan dan cairan
Gejala
 Kehilangan nafsu makan.
 Mual/muntah.
 Penambahan berat badan yang signifikan.
Tanda
 Penambahan beerat badan cepat.
f. Pernapasan
Gejala
 Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk,atau dengan beberapa bantal.
 Batuk dengan atau tanpa sputum.
 Penggunaan bantuan pernafasan.
Tanda
 Pernapasan : takipnea.
 Batuk : kering/nonproduktif atau mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa sputum.

II. DIAGNOSA
a. Penurunan curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardia, perubahan frekuensi, irama, perubahan structural (kelainan katup).
b. Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai oksigen,
kelemahan umum.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penigkatan produksi ADH, resistensi
natrium dan air.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya cairan antara kapiler
dan alveolus.
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru, hepatomegali,
splenomigali.

III. RENCANA KEPERAWATAN


a. Penurunan curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardia, perubahan frekuensi, irama, perubahan structural (kelainan katup).
 Tujuan :
- Menununjukan tanda vital dalam batas normal, dan bebas gejala gagal jantung.
- Melaporkan penurunan episode dispnea, angina.
- Ikut serta dalam aktvitas mengurangi beban kerja jantung.
 Intervensi
- Aukskultasi nadi, kaji frekuensi jantung, irama jantung.
Rasional : agar mengetahui seberapa besar tingkatan perkembangan penyakit
secara universal.
- Pantau Tanda-tanda vital
Rasional : pada GJK peningakatan tekanan darah bisa terjadi kapanpun.
- Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional : pucat menunjukan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak
adekuatnya curah jantung. Sianosis dapat terjadi akibat dari suplai oksigen yang
berkurang pada jaringan atau sel.
- Berikan pispot di samping tempat tidur klien.
Rasional : pispot digunakan untuk menurunkan kerja ke kamar mandi.
- Tinggikan kaki, hinderi tekanan pada bawah lutut.
Rasional : menurunkan statis vena dan dapat menurunkan insiden thrombus atau
pembentukan emboli.
- Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard, untuk
melawan hipoksia.
- Berikan obat sesuai indikasi.
- Vasodilator, contoh nitrat (nitro-dur, isodril).
Rasional : vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah jantung, dan
menurunkan volume sirkulasi.
b. Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai oksigen, kelemahan umum.
 Tujuan
- Berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan keperawatan
diri sendiri.
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di ukur, dibuktikan oleh
menurunya kelemahan dan kelelahan tanda vitalselam aktivitas.
 Intervensi
- Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, dan diuretic.
Rasional : hipotensi ortostatik dapa terjadi karena akibat dari obat vasodilator dan
diuretic.
- Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,disritmia, dispnea,
pucat.
Rasional : penuruna atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada
frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan.
- Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : dapat menunjukan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penigkatan produksi ADH, resistensi natrium
dan air.
 Tujuan
- Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan cairan
pemasukan dan pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang
yang dapat diterima, berat badan stabil, dan tak ada edema.
 Intervensi
- Pantau haluaran urin, catat jumlah dan warna.
Rasional : haluaran urin mungkin sedikit dan pekat karena perunan perrfusi ginjal.
- Ajarkan klien dengan posisi semifowler.
Rasional : posisi terlentang atau semi fowler meningkatakan filtrasi ginjaldan
menurunkan ADH sehingga meningkatkan dieresis.
- Ubah posisi klien dengan sering.,
Rasional : pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan nutrisi
dan inmobilisasi atau baring lama merupakan kumpulan stressor yang
mempengaruhi integritas kulit dan memerlukan intervensi pengawasan ketat.
- Kaji bising usus. Catat kelluhan anoreksia, mual.
Rasional : kongesti visceral dapat menganggu fungsi gaster/intestinal.
- Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
Rasional : penurunan mortilitas gaster dapat berefek merugikan pada digestif dan
absorsi. Makan sedikit dan sering meningkatkan digesti/mencegah
ketidaknyamanan abdomen.
- Palpasi hepatomegali. Catat keluhan nyeri abdomen kuadran kanan atas/nyeri
tekan/
Rasional : perluasan gagal jantung menimbulkan kongesti vena, menyebabkan
distensi abdomen, pembesaran hati, dan menganggu metabolism obat.
- Pemberian obat sesuai indikasi.
Diuretic contoh furrosemid (lasix), bumetanid (bumex).
Rasional : meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat reabsorbsi
natrium pada tubulus ginjal.
o Tiazid dengan agen pelawan kalium, contoh spironolakton (aldakton).
o rasional meningkatkan diuresi tanpa kehilangan kalium berlebihan.

d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya cairan antara kapiler dan
alveolus.
 Tujuan
- Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan.
 Intervensi
- Aukskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi.
Rasional : menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukan
kebutuhan untuk intervensi lanjut.
- Anjurkan pasien untuk batuk efektif, napas dalam.
Rasional : memberikan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen.
- Pertahankan posisi semifowler.
Rasional : Menurunkan kosumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan inflamasi
paru maksimal.
- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan kontraksi oksigen alveolar, yang dapat
memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.
- Berikan obat sesuai indikasi.
Diuretic, furosemid (laxis).
Rasional : menurunkan kongesti alveolar, mningkatkan pertukaran gas.
- Bronkodilator, contoh aminofiin.
Rasional : meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas kecil.
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru, hepatomegali,
splenomigali.
 Tujuan
- Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selam di RS, RR
Normal , tak ada bunyii nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu pernafasan.
Dan GDA Normal.
 Intervensi
- Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.
Rasional : distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi
sebagai akibat dari diafragma yang menekan paru-paru.
- Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu nafas
Rasional : kesulitan bernafas dengan ventilator dan/atau peningkatan tekanan
jalan napas di duga memburuknya kondisi/terjadinya komplikasi.
- Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas krekels, mengi.
Rasional : bunyi napas menurun/tak ada bila jan napas obstruksi sekunder
terhadap perdarahan, krekels dan mengi menyertai obstruksi jalan
napas/kegagalan pernapasan
- Tinggikan kepala dan bantu untuk mencapi posisi yang senyaman mungkin.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahka
pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian udara
segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.

IV. EVALUASI
Pasien di evaluasi berdasarkan diagnosa dan tujuan yang ditetapkan.
a. Penurunan curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardia, perubahan frekuensi, irama, perubahan structural (kelainan katup).
- Apakah tanda vital dalam batas normal?
- Apakah muncul tanda gejala gagal jantung akut?
- Apakah ada episode dispnea dan atau angina pektoris?
b. Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai oksigen,
kelemahan umum.
- Apakah pasien dapat berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
untuk memenuhi kebutuhan keperawatan diri sendiri?
- Apakah pasien mencapai tingkat toleransi aktivitas yang dapat
diukur, dibuktikan oleh kelemahan dan kelelahan selama aktivitas?
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penigkatan produksi ADH, resistensi
natrium dan air.
- Apakah pasien masih mengalami oedem atau sudahkah menurun tingkat
oedemnya?
- Apakah pasien memiliki suara paru vesikuler?
- Apakah tanda-tanda vital pasien dalam batas normal?
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya cairan antara kapiler
dan alveolus.
- Apakah pasien terlihat dysnea dalam istirahat atau aktivitas tertentu?
- Apakah pada pasien terdapat bunyi napas abnormal?
- Apakah hasil tes gas darah pasien dalam rentang normal?
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru, hepatomegali,
splenomigali.
- Apakah pola napas pasien teratur dan efektif?
- Apakah selama bernapas pasien membutuhkan bantuan dari otot-otot
pernapasan?

DAFTAR PUSTAKA

Emmy Soekresno S. Pd.(2007). Mengenali kardio faskuler. Sumber : Komisi Perlindungan Anak
Indonesia.

Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute
and chronic heart failure 2008. Eur Heart J 2008;29:2388–442.

Indonesian Heart Association, 2015. Pedoman Tata Laksana Gagal Jantung. Perhimpunan Dokter
Spesialis Kerdiovaskulat Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai