Anda di halaman 1dari 17

BEDAH VASKULER

CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT (CABG)SURGERY

Disusun Oleh :

Agustina Sukmawardani P27226016154


Dessy Isnaini P27226016167
Dinda Titania P27226016168
Elan Rabbani Seputra P27226016170
Muhammad Zulkifli F. P27226016183
Naifah Alma Nurita P27226016186
Nopi Suryaningsih P27226016188
Novia Rachmawati P27226016189
Sinta Ayu Choiriyah P27226016199
Wardatun Nisa ‘Alfa P27226016202

PRODI D IV FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KARANGANYAR
2019
BEDAH VASKULER
CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT(CABG) SURGERY

I. PENGERTIAN
Bedah vaskular ialah prosedur bedah yang bertujuan untuk
mengobati penyakit yang berhubungan dengan vaskular, seperti penyakit
pada pembuluh arteri dan vena. Penyakit pada pembuluh arteri merupakan
kondisi dimana arteriosklerosis, trombosis (pembekuan darah) dan kondisi
dinding pembuluh darah abnormal yang terjadi di pembuluh arteri.
Di sisi lain, penyakit pembuluh vena adalah masalah yang terjadi di
pembuluh darah vena. Terdapat beberapa penyakit atau kondisi yang
terjadi hanya pada pembuluh arteri atau hanya terjadi pada pembuluh vena,
dan hanya sedikit yang melibatkan keduanya (pembuluh vena dan arteri).
Tindakan bedah ini dapat membantu pengembalian aliran darah ke area
tubuh setelah trauma, penyakit atau penyebab lain yang merusak pembuluh
darah.
Kasus-kasus yang berhubungan dengan gangguan pada sistem
pembuluh darah mikro (mikroangiopati) seperti pada ulkus diabetikum dan
ulkus vena. Selain itu, penyakit terkait vaskuler di antaranya
meliputi; Aneurisme otak dan perut, Stroke, Penyakit Arteri Peripheral,
Trombosis Vena dalam, Varises dan Spider veins, Embolisme pulmonari,
Stenosis pada katup jantung dan pembuluh darah, Limfedema,
Hiperlipidema (kolesterol atau triglycerides tinggi).
Coronary Artery Bypass Graft Surgery (CABG) merupakan salah
satu intervensi dari Penyakit Jantung Koronar (PJK), dengan cara
merekonstruksi atau membuat saluran baru melewati bagian Arteri
Coronaria yang mengalami penyempitan atau penyumbatan oleh timbunan
lemak, kolesterol dan zat-zat lain yang secara kolektif dikenal sebagai plak.
II. TUJUAN
Coronary Artery Bypass Graft Surgery (CABG) bertujuan untuk
mengatasi kurang/terhambatnya aliran Arteri Coronariaakibat adanya
penyempitan bahkan penyumbatan ke otot jantungdengan membuat
pintasan (jalan memutar) pada arteri jantung yang tersumbat untuk
memulihkan aliran darah normal ke otot jantung.
Dokter bedah pada umumnya mengambil sebagian pembuluh darah
dari kaki atau dada pasien atau pembuluh darah sehat dari bagian
tubuhlain, seperti arteri besar mamaria interna kiri dan vena saphenous
untukdijahitkan ke sekitar bagian tersumbat dari arteri, mem-bypass arteri
koroner lama yang sakit dan membangun jalur baru bagi darah yang kaya
oksigen untuk mencapai otot jantung.
Sehingga CABGdapat memulihkan aliran darah normal ke otot
jantung, meningkatkan sirkulasi darah ke arteri koroner, mencegah
terjadinya iskemia yang luas, meredakan gejala yang terkait dengan
penyakit jantung koroner termasuk Angina (nyeri dada).
Transplantasi atau cangkok pembuluh darah ini dapat dilakukan
dengan lebih dari satu pembuluh darah,tergantung pada kondisi pasien.
Prosedur ini juga menurunkan risiko serangan jantung, meningkatkan
kualitas hidup, meningkatkan toleransi aktifitas dan memperpanjang masa
hidup.
III. METODE
A. Persiapan sebelum pelaksanaan operasi CABG
1. Persiapan pasien :
a) Informed concern
b) Obat – obatan pra operasi: aspirin, nitrogliserin, nifedipin,
diltiazem
c) Pemeriksaan laborat lengkap terutama: Hb, Hematokrit, jumlah
leukosit, kadar elektrolit, faal hemotasis, foto thorak, EGC,
serta tes fungsi paru –paru (vital capacity)
d) Persiapan darah 6 – 10 bag sesuai golongan darah pasien
e) Puasa malam10 – 2 jam
f) Cukur area pembedahan
g) Lepaskan perhiasan, kontak lensa, mata palsu, gigi palsu
(identifikasi dan simpan yang aman atau berikan keluarganya).
h) Cek benda – benda asing dalam mulut.(Bhimji, 2011)
2. Persiapan alat dan bahan penunjang operasi:
a) Bahan habis pakai (spuit, masker, jarum, benang, dll)
b) Alat penunjang kamar operasi
c) Linen set (3 set)
d) Instrument dasar (1 set dasar bedah jantung dewasa)
e) Instrumen tambahan (1 set tambahan bedah jantung)
f) Intrumen AV graft (1 set)
g) Instrument mikrocoroner (1 set)
h) Instrument kateter (1 set)(Muttaqin, A,2009).

B. Penatalaksanaan (Smeltzer & Bare, 2008)


1. Pemasangan CVP pada vena jugularis dekstra atau vena subklavia
dekstra, arteri line dan saturasi oksigen.
2. Pasien dipindah dari ruang premedikasi ke kamar operasi.
3. Pasang kateter dan kabel monitor suhu, diselipkan dibawah femur
kiri pasien dan diplester.
4. Pasang plate diatermi di daerah pantat / pangkal femur bawah
5. Posisi pasien terlentang, kedua tangan disamping kiri dan kanan
badan dan diikat dengan duek kecil, dibawah punggung tepat di
scapula diganjal guling kecil.
6. Bagian lutut kaki diganjal guling, untuk memudahkan pengambilan
graft vena.
7. Menyuntikkan agen induksi untuk membuat pasien tidak sadar.
8. Petugas anestesi memasang ETT memulai ventilasi mekanik.
9. Melakukan desinfeksi dengan betadin 10 % mulai dari batas dagu
dibawah bibir kesamping leher melewati mid aksila samping kanan
kiri, kedua kaki sampai batas malleolus ke pangkal paha (kedua
kaki diangkat) kemudian daerah pubis dan kemaluan didesinfeksi
terakhir selnjutnya didesinfeksi dengan larutan hibitan 1% seperti
urutan tersebut diatas dan dikeringkan dengan kasa steril.
10. Dada dibuka melalui jalur median sternotomi dan operator mulai
memeriksa jantung.
11. Pembuluh darah yang sering digunakan untuk bypass grafting ini
antara lain; arteri thoracic internal, arteri radial, dan vena saphena.
12. Saat dilakukan pemotongan arteri tersebut, klien diberi heparin
untuk mencegah pembekuan darah.
13. Pada operasi “off pump”, operator menggunakan alat untuk
menstabilkan jantung. Off Pump CABG :operasi bedah jantung ini
tidak memakai mesin jantung paru atau CPB. Dengan teknik ini
jantung tetap berdetak normal dan paru-paru berfungsi seperti
biasa.(Swierzewski, 2011).
a. Kriteria pasien off pump:
1) Pasien yang direncanakan operasi elektif
2) Hemodinamik stabil
3) Ejection friction normal
4) Pembuluh distal cukup besar
B. Keuntungan dari teknik off pump menurut Benetti dan
Ballester, 1995:
1) Meminimalkan efek trauma operasi
2) Mobilisasi paska operasi dapat dilakukan lebih dini
3) Drainage paska bedah minimal
4) Tranfusi darah dan komponennya minimal
5) Dapat cepat kembali pada pekerjaan semula
6) Tersedia akses sternotomi untuk re-operasiMid CABG
(bedah minimal invasif bypass jantung) prosedur ini
dilakukan dengan sayatan yang lebih kecil sekitar 3-4 cm.
Dapat dilakukan tanpa jantung berhenti, dan beberapa
pasien dapat keluar RS dalam waktu 48 jam, karena tidak
ada pemotongan di tulang dada, masa pemulihan menjadi
lebih cepatdengan rasa sakit yang berkurang, masa rawat
lebih singkat dan bekas luka lebih kecil. Tetapi prosedur ini
hanya dilakukan pada pasien yang penyumbatannya hanya
dapat di bypass dengan sayatan kecil dengan resiko
komplikasi rendah.
14. Pada operasi “on pump”, maka ahli bedah membuat kanul ke
dalam jantung dan menginstruksikan kepada petugas perfusionist
untuk memulai cardiopulmonary bypass (CPB). On pump CABG:
Operasi ini dilakukan dengan memakai mesin pintas jantung paru
atau CPB. Dengan teknik ini jantung tidak berdenyut, dengan
menggunakan obat yang disebut kardioplegik. Sementara itu,
peredaran darah dan pertukaran gas diambil alih oleh mesin pintas
jantung paru.(Smeltzer&Bare, 2008)
Prinsip cairan kardioplegik yang digunakan yaitu:
1. Konsentrasi kalium cukup tinggi sehingga cepat terjadi
arrest
2. Dextrose sebagai sumber energi
3. Buffer pH untuk mencegah asidosis
4. Hiper osmolaritas untuk mencegah edema interstitial
miokardium
5. Anastesi lokal untuk stabilitas membran sel

Pada teknik operasi ini, suhu diturunkan menjadi 28°- 30° C,


yang bertujuan untuk menurunkan kebutuhan jaringan akan
oksigen seminimal mungkin, heartrate di pertahankan 60 – 80
x/menit, tekanan arteri 70 – 80 mmHg. Suhu diturunkan dengan
cara pendingina topikal, yaitu(Smeltzer&Bare, 2008)
1. Irigasi otot jantung dengan Ringer dingin (4° C), jantung
direndam dengan cairan tersebut.
2. Memakai Ringer dingin seperti bubur (ice slush).

15. Setelah CPB terpasang, operator ditempat klem lintas aorta (aortic
cross clamp)diseluruh aorta dan mengintruksikan perfusionist
untuk memasukkancardioplegia untuk menghentikan jantung.
16. Ujung setiap pembuluh darah grefting dijahit pada arteri koronaria
diluar daerah yang diblok dan ujung alin dihubungkan pada aorta.
17. Jantung dihidupkan kembali; atau pada operasi “off pump” alat
stabilisator dipisahkan. Pada beberapa kasus, aorta didukung
sebagian oleh klem C-Shaped, jantung dihidupkan kembali dan
penjahitan jaringan grafting ke aorta dilakukan sembari jantung
berdenyut.
18. Protamin diberikan untuk memberikan efek heparin.
19. Sternum dijahit bersamaan dan insisi dijahit kembali.
20. Pasien akan dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU) untuk
penyembuhan.
21. Setelah keadaan sadar dan stabil di ICU (sekitar 1 hari), pasien bisa
dipindah ke ruang rawat sampai pasien siap untuk pulang.
IV. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASIOPERASI CABG

A. Indikasi CABG menurut American Heart Association (AHA)


(Ignatavisius &Workman, 2006)
1. Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan
2. Angina yang tidak stabil dan tidak dapat di kontrol dengan terapi.
3. Iskemik yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non
bedah yang maksimal.
4. Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang
mengancam daerah miokardium.
5. Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan PTCA dan trombolitik
6. Sumbatan/stenosis LAD dan LCx pada bagian proksimal > 70 %
7. Satu atau dua vessel disease tanpa stenosis LAD proksimal yang
signifikan.
8. Pasien dengan komplikasi kegagalan PTCA
9. Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel
disease) dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada pasien
dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak
stabil dan lesi proksimal LAD yang berat.
10. Pasien dengan stenosis (penyempitan lumen > 70%) pada 3 arteri
yaitu arteri koronaria komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri
desenden anterior sinistra.

B. Kontra Indikasi CABG (Pierce A. et al, 2006)


1. Sumbatan pada arteri < 70%.Sebabjika sumbatan pada arteri koroner
kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak
sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan.
Akibatnya, akan terjadi bekuan pada graft sehingga hasil operasi
akan menjadi sia-sia.
2. Tidak ada gejala angina.
3. Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung.
4. Fungsi ventrikel kiri jelek ( kurang dari 30 % )
V. KOMPLIKASI OPERASI CABG
(Black & Hawks, 2009; Smeltzer & Bare, 2008)

a. Nyeri pasca operasi


Luka incisi pada dada dan kaki, selang dada atau peregangan iga
selama operasi menyebabkan nyeri pasca operasi pada pasien. Nyeri incisi
akan semakin memburuk apabila pasien sering berjalan setelah terjadi
pembengkakan pasca operasi. Nyeri ini dapat mempengaruhi sistem
hemodinamik pasien karena dapat meningkatkan frekuensi jantung dan
tekanan darah. Selain itu dapat menurunkan ekspansi dada dan
meningkatkan atelektasis dan retenis sekresi.
b. Penurunan curah jantung
Penurunan curah jantung dapat menyebabkan bradikardi atau
takikardi, aritmia pada 24-46 jam setelah operasi. Takikardi dapat
berbahaya karena menurunkan waktu pengisian diastolic ventrikel, perfusi
arteri coroner dan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.
c. Perubahan cairan
Hemodilusi setelah operasi Coronary Bypass Grafting (CABG)
dapat meningkatkan volume cairan tubuh. Kadar kalsium abnormal
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit pasca operasi paling umum.
Hipokalemia dapat diakibatkan oleh hemodilusi, diuretik dan efek-efek
aldosteron yang menyebabkan sekresi kalium ke dalam urine pada tubulus
distal ginjal saat natrium diserap. Hiperkalemia dapat terjadi sebagai
akibat jumlah besar larutan kardioplegia atau gagal ginjal akut.
d. Perubahan tekanan darah
Setelah bedah jantung ditemukan adanya hipertensi atau
hipotensi.Intervensi keperawatan diarahkan pada antisipasi perubahan dan
melakukan intervensi untuk mencegah atau untuk memperbaiki dengan
segala tekanan darah pada rentang normotensi.
1) Hipotensi
Pada graft vena safena dapat kolaps jika tekanan perfusi
terlalu rendah, vena tidak memiliki dinding otot seperti yang di
miliki oleh arteri, sehingga mengakibatkan iskemia miokard.
Hipotensi juga dapat disebabkan oleh penurunan volume
intravaskuler, vasodilatasi sebagai akibat penghangatan kembali,
kontraktilitas ventrikel yang buruk atau disritmia.Tindakan dengan
pemberian cairan atau obat vasopressor dapat dilakukan jika
hipotensi disebabkan oleh penurunan kontraktilitas ventrikel.
2) Hipertensi
Hipertensi setelah paska operasi jantung dapat
menyebabkan rupture atau kebocoran jalur jahitan dan
meningkatkan pendarahan. Dapat juga disebabkan karena riwayat
hipertensi, peningkatan kadar katekolamin atau renin, hipotermia
atau nyeri, terkadang ditemukan tanpa penyebab yang jelas.
Hipertensi dapat disebabkan oleh narkotik analgesik atau sedatif
intravena. Hipertensi ini umumnya bersifat sementara dan dapat di
turunkan dalam 24 jam. Bila tidak mungkin, anti hipertensi oral
dapat di mulai untuk memudahkan penghentian nitroprusid. Pada
klinik sering digunakan gabungan inotropik dan vasodilator seperti
golongan milirinone.

e. Perdarahan pasca operasi (European Society of Cardiology, 2008)


Ada 2 jenis perdarahan, yaitu:
 Perdarahan arteri meskipun jarang, namun hal ini merupakan
kedaruratan yang mengancam hidup yang biasanya diakibatkan
oleh ruptur atau kebocoran jalur jahitan pada satu dari 3 sisi:
Anastomosis proksimal graft vena ke aorta, anastomosis distal
graft vena ke arteri koroner atau kanulasi sisi ke aorta dimana
darah yang mengandung O2 dikembalikan ke pasien selama
bypass.
 Perdarahan vena hal ini lebih umum terjadi dan disebabkan oleh
masalah pembedahan atau koagulopati, kesalahan hemostasis dari
satu atau lebih pembuluh darah mengakibatkan pendarahan.
Tindakan ditujukan pada penurunan jumlah perdarahan dan
memperbaiki penyebab dasar.
f. Infeksi luka Infeksi
Lukapasca operasi dapat terjadi pada kaki atau insisi sternotomi
median atau pada sisi pemasangan selang dada. Perawatan untuk
mencegah infeksi yaitu dengan mempertahankan insisi bersih dan kering
dan mengganti balutan dengan teknik aseptik. Infeksi juga dapat didukung
dari keadaan pasien dengan nutrisi tidak adekuat dan immobilisasi.
g. Tamponade jantung awal
Tamponade jantung terjadi apabila darah terakumulasi di sekitar
jantung akibat kompresi jantung kanan oleh darah atau bekuan darah dan
menekan miokard. Hal ini mengancam aliran balik vena, menurunkan
curah jantung dan tekanan darah. Tindakan meliputi pemberian cairan dan
vasopressor untuk mempertahankan curah jantung dan tekanan darah
sampai dekompresi bedah dilakukan.
h. Post perfusion syndrome
Kerusakan sementara pada neuro kognitif, namun penelitian
terbaru menunjukan bahwa penurunan kognitif tidak disebabkan oleh
CABG tetapi lebih merupakan konsekuensi dari penyakit vaskuler.
i. Disfungsi neurologi
Dapat bervariasi dalam beratnya keadaan dari kerusakan sementara
konsentrasi ringan sampai periode agitasi dan kekacauan mental dan
cedera serebrovaskuler atau koma. Perubahan perfusi serebral dan mikro
embolisme lemak atau agregasi trombosit selama bypass dan embolisasi
bekuan, bahan partikular atau udara, semua dapat menyebabkan sequel
neurologis. Tindakan meliputi mempertahankan curah jantung adekuat,
tekanan darah dan AGD (Analisa Gas Darah) menjamin perfusi serebral
dan oksigenasi normal.
VI. INTERVENSI FISIOTERAPI

A. Assesment

 Skala Koma Glasgow


Skala Koma Glasgow atau Skala Glascow Koma adalah skala
neurologis yang bertujuan untuk memberikan penilain kesadaran yang
terpercaya, objektif dalam menentukan kondisi kesadaran dari
seseorang yang berguna untuk menentukan diagnosa selanjutanya.
Seorang pasien dinilai berdasarkan 3 skala. Poin penilaian Skala
Koma Glasgow dari 3 (menunjukan ketidaksadaran yang dalam) dan
15 (menunjukan kesadaran penuh). berikut skala koma glasgow
1 2 3 4 5 6
Mata Mata Mata Mata Mata N/A N/A
tak terbuka terbuka terbuka
terbu dengan dengan spontan
ka pember respons
ian suara
nyeri
Suara Tak Suara Berbicara Kebingun Berbicara N/A
ada Eranga tapi tidak gan dan normal
suara n tanpa berkomuni tak dan sadar
kata- kasi mengerti lingkung
kata sekitar an
Gerak Tak Ekstens Abnormal Fleksi / Melokali Memat
an ada i fleksi Penarikan sasi nyeri uhi
gerak Lengan terhadap terhadap perinta
an terhada nyeri nyeri h
p nyeri
 Auskultasi

Pada pemeriksaan auskultasi, kita menggunakan alat yang bernama


stetoskop. Stetoskop berfungsi untuk menyalurkan suara dari dinding
dada disertai eksekusi bising lainnya dan memperkuat bunyi
berfrekuensi tertentu. Bel dipakai untuk mendeteksi bunyi bernada
rendah, sedangkan diafragma dipakai untuk memperkuat bunyi
bernada tinggi. Pada awalnya, pemeriksa perlu mendengarkan bunyi
di apeks dengan menggunakan bel dan diafragma untuk mencari
bising bernada rendah stenosis mitra dan bising pansistolik regurgitasi
mitra. Setelah itu mendengarkan pada daerah klasik menggunakan
diafragma. Daerah klasik adalah
o Tepi sternum kiri : bising trikuspid
o Sela antar iga kedua kiri : bising pulmonal
o Sela antar iga kedua kanan : bising aorta

 Palpasi
Palpasi pada anggota gerak apakah ada oedema atau tidak.
 Pemeriksaan sangkar thoraks

B. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fisioterapi pada coronary artery baypass graft
(CABG) bertujuan untuk meminimalisir komplikasi post operasi seperti
ateectasis, arterial hypoxemia, infeksi pernafasan, yang merupakan
penyebab utama mordibitas dan mortalitas dalam operasi CBAG (Crowe
and Bradley,1997; Matte, Jacquet, Van Dyck, and Goenen,
2000;Oikkonen et al, 1991; Westerdahl et al, 2005)
Penatalaksanaan fisioterapi digunakan untuk mengelola komplikasi
sekunder seperti nyeri dan kekakuan, mengembalikan mobilitas dan
fungsi, dan meningkatkan kualitas hidup pasca operasi (Herdy et al,
2008; Peric et al, 2008).
Menurut Fillbay et al hal-hal yang dapat dilakukan fisioterapis
dalam menangani pasien bedah CBAG yaitu :
 Vibrations to the chest wall.
Tujuan teknik ini untuk meningkatkan turbulensi udara
ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Vibrasi dilakukan
dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada
kemudian dengan dorongan bergetar dan pada waktu pasien
mengeluarkan nafas (jenkins et al , 1994) . Dilakukan pada pasien
yang diintubasi diruang ICU.
 Positioning dan suctioning.
Hal ini dilakukan fisioterapis pada pasien pasca operasi di
ruang ICU yang diintubasi. Apabila dalam auskultasi terdapat
penumpukan skutum maka dilakukan postural drainage.
 Deep breathing exercise dan batuk efektif.
Latihan ini dilakukan pada pasien pasca operasi CBAG yang
tidak memiliki komplikasi.
 PROM dan AROM exercise
PROM dilakukan saat pasien dalam keadaan tidak sadar
sedangkan AROM dilakukan saat pasien sadar . Tujuan tindakan
ini untuk menjaga lingkup gerak sendi pada anggota gerak atas dan
anggota gerak bawah
 Transfer dan Ambulasi.
Pasien diinstruksikan untuk duduk di tempat tidur kemudian
latihan berdiri pada hari pertama pasca operasi, terapis dapat
melatih jalan pasien di dalam ruangan kemudian pada hari kedua
di latih untuk berjalan jarak pendek di koridor dan pada hari ke
tiga, pasien di latih berjalan bebas di koridor, dan naik tangga pada
hari keempat.
 Incentive spirometry
Fisioterapi berusaha untuk mencegah dan mengurangi
terjadinya komplikasi paru setelah operasi. Untuk meningkatkan
fungsi paru pasca-operasi, dilakukan latihan dengan incentive
spirometry yang dilakukan secara terus menerus
 Cardiovasculer exercise
Setelah melakukan operasi, pasien dianjurkan untuk
berolahraga secara rutin untuk mencapai pemulihan maksimal dan
mencegah penyakit aterosklerotik progresif . Exercise dilakukan
pada dosis rendah-sedang. Exercise yang aman dan efektif pada
pasien post operasi yaitu intense cardiac interval training. (Coyan et
al. ,2014 )

A. Kontraindikasi Pasien yang Menjalankan Program Latihan (Oldridge,


1988:45)
1. Angina tidak stabil
2. Tekanan darah sistolik istirahat > 200 mm Hg atau diastolik
istirahat >100 mmHg
3. Hipotensi orthostatik sebesar ≥ 20 mmHg
4. Stenosis aorta sedang sampai berat
5. Gangguan sistemik akut atau demam
6. Disritmia ventrikel atau atrium tidak terkontrol
7. Sinus takikardia (>120 denyut/menit)
8. Gangguan jantung kongestif tidak terkontrol
9. Blok Atrio Ventrikular
10. Myocarditis dan pericarditis aktif.
11. Embolisme
12. Tromboplebitis
13. Perubahan gelombang ST (>3mm)
14. Diabetes tidak terkontrol
15. Problem ortopedis yang menganggu istirahat.
 KOMPLIKASI>>> BELUM DI POINT2
EX: AKIBAT ICU,AKIBAT IMMOBILISASI, AKIBAT INCISI, DLL

 INTERVENSI >>>> ASSESMENT, TIRAPI JANGKA PANJANG,


JANGKA PENDEK

 KESIMPULAN !!

 DAPUS (?)

BELUM DI MIX:

Komplikasi yang mungkin terjadi segera setelah operasi maupun dalam waktu
yang lebih lama antara lain:

a. Komplikasi kardiovaskuler meliputi disritmia, penurunan curah jantung dan


hipotensi persisten.

b. Komplikasi hematologi meliputi perdarahan dan pembekuan.

c. Komplikasi ginjal dapat terjadi gagal ginjal ketika terjadi penurunan curah
jantung.

d. Komplikasi paru termasuk atelektasis, pneumoni, edem pulmo,


hemothorax/pneumothorax.

e. Komplikasi neurologi dapat muncul sangat jelas termasuk stroke dan


encephalopathy, delirium, cerebrovascular accident.

f. Disfungsi gastrointestinal seperti stress ulcer, ileus paralitik.

g. Rapid Restenosis Graft (dalam waktu 6 bulan) atau vena graft colap.

Anda mungkin juga menyukai