Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN RUPTUR TENDON

2.3  Definisi
Tendon achilles adalah tendon yang paling kuat dan paling besar dalam tubuh
manusia yang panjangnya 15 cm yang dimulai dari pertengahan tungkai bawah.Kemudian
stukturnya mengumpul dan melekat pada bagian tengah – belakang tulang calcaneus.. Terdiri
dari stuktur tendinous ( melekatnya otot ke tulang ) yang dibentuk oleh gabungan antara otot
gastronemius dan otot soleus yang terdapat di betis. Tendon ini melekat pada tulang tumit
(calcaneus) dan menyebabkan kaki berjinjit (plantar flexi) ketika otot-otot betis berkontraksi.
Tendon ini sangat penting untuk berjalan, berlari dan melompat secara normal. (Silvia,dkk.
2005)
Tendon achilles atau tendon calcaneus adalah tendon pada bagian belakang tungkai
bawah dan fungsinya untuk meletakkan otot gastronemius dan otot soleus kesalah satu tulang
penyusunan pegelangan kaki, calcaneus. Tendon achilles berasal gabungan dari tiga otot
yaitu Gastronemius,soleus,dan otot plantaris kaki, Pada manusia letaknya tepat dibagian
pegelangan kaki. (deltoidea.wordpress.com.2011)
Putusnya tendon Achilles itu adalah keadaan dimana tendon besar itu di belakang
pergelangan kaki itu pecah atau terputusnya tendon. Tendon merupakan jaringan fibrosa di
bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.
Rupture tendon Achilles adalah roben atau putusnya hubungan tendon (jaringan
penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau
mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal. (muttaqin, A. 2011)

2.4  Etiologi
a)      Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes

b)      Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan
risiko pecah

c)      Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis,
basket dan sepak bola

d)     Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis

e)      Obesitas
2.5  Tanda dan gejala
a)      Rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang pergelangan kaki atau
betis seperti adanya rasa sakit pada tendon achilles sekitar 1-3 inci di atas tulang tumit.
daerah ini paling sedikit menerima supplai darah dan mudah sekali mengalami cedera
meskipun oleh sebab yang sederhana, meskipun oleh sepatu yang menyebabkan iritasi.

b)      Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan merasakan adanya kelemahan yang
luas pada serat-serat protein kolagen, yang mengakibatkan robeknya sebagian serat atau
seluruh serat tendon.

c)      Terlihat depresi di tendon 3-5 cm diatas tulang tumit

d)     Tumit tidak bisa digerakan turun naik

e)      Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang tumit

f)       Biasanya, snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki.
Pasien mungkin menggambarkan sensasi ditendang di bagian belakang kaki.

g)      Nyeri bisa berat. nyeri yang datang secara tiba-tiba selama melakukan kegiatan,
khususnya saat mengubah arah lari atau pada saat lari mendaki. Atlet mungkin merasakan
adanya bagian yang lembek bila meraba daerah sekitar tendon, hal ini dikarenakan adanya
cairan peradangan yang berkumpul dibawah selaput peritenon.

h)      nyeri lokal, bengkak dengan gamblang kesenjangan sepanjang Achilles tendon dekat
lokasi penyisipan, dan kekuatan plantarflexion lemah aktif semua sangat menyarankan
diagnosis.

2.6  Faktor predisposisi


Orang-orang yang biasa jatuh korban pecah Achilles atau robek termasuk atlet
rekreasi, orang-orang usia tua, air mata Achilles tendon sebelumnya atau pecah, suntikan
tendon sebelumnya atau penggunaan kuinolon, perubahan ekstrim dalam intensitas pelatihan
atau tingkat aktivitas, dan partisipasi dalam aktivitas baru.Sebagian besar kasus pecah
Achilles tendon yang traumatis olahraga cedera. Umur rata-rata pasien adalah 30-40 tahun
dengan rasio laki-perempuan hampir 20:1. antibiotik fluorokuinolon, seperti ciprofloxacin,
dan glukokortikoid telah dikaitkan dengan peningkatan risiko pecah Achilles tendon.
Suntikan steroid langsung ke tendon juga telah dikaitkan dengan pecah.
Kuinolon telah dikaitkan dengan Achilles tendinitis dan ruptur tendon Achilles untuk
beberapa waktu sekarang. Kuinolon adalah agen-agen antibakteri yang bertindak pada tingkat
DNA dengan DNA girase menghambat. DNA girase merupakan enzim yang digunakan untuk
bersantai DNA beruntai ganda yang penting untuk Replikasi DNA. Kuinolon adalah khusus
dalam fakta bahwa ia dapat menyerang DNA bakteri dan mencegah mereka dari replikasi
dengan proses ini, dan sering diresepkan untuk lansia. Sekitar 2% sampai 6% dari semua
orang tua di atas usia 60 yang telah memiliki Achilles pecah dapat dikaitkan dengan
penggunaan kuinolon.

2.7  Klasifikasi
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot
plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah
tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 cm, dimulai dari
pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada
bagian tengah-belakang tulang calcaneus.

2.8  Fatofisiologi
Rupture traumatic tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif
maksimal sehingga terjadi kontraksi mendadak otot betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah
dan diluar kemampuan tendon Achilles untuk menerima suatu beban.
Rupture tendon Achilles sering terjadi pada atlet atletik saat melakukan lari atau
melompat. Kondisi klinik rupture tendon Achilles menimbulkan berbagai keluhan, meliputi
nyeri tajam yang hebat, penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan ketidakmampuan
melakukan plantarfleksi, dan respons ansietas pada klien. (muttaqin, A. 2011)
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di fibrilkolagen.
Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal ini yang
menyebabkan pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen
rusak, tendon merespons secara linear untuk meningkatkan beban tendon. Jika renggangan
yang ditempatkan pada tendon tetap kurang dari 4 persen- yaitu batas beban fisiologi secara
umum serat kembali ke konfigurasi asli mereka pada penghapusan beban. Pada tingkat
keteganganantara 4-8 persen, serat kolagen mulai meluncur melewati 1 sama lain karena
jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture
secara makroskopik karena kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan
interfibriller.
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan, atau akibat
tendinitis Achilles . Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan masalah. Jika otot-
otot menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan mempersingkat kontraksi.
Kontraksi berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan otot.
Semakin lelah otot betis, maka semakin pendek dan akan menjadi lebih ketat. Keadaan sesak
seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada tendon Achilles dan mengakibatkan kerobekan.
Selain itu, ketidakseimbangan kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot kaki
belakang yang lebih rendah juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Achilles
tendon robek lebih mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika
kaki yang dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak otot,
kerobekan dapat terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat dari tendon
sementara otot betis berkontraksi.
2.10          Pemeriksaan diagnostic
a.       Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan umum kaki dan pergelangan kaki, berkonsentrasi pada area
tertentu sebagai berikut:
         Periksa untuk kelembutan pergelangan kaki posterior, bengkak, atau jeda yang teraba di
tendon.
         Periksa kekuatan otot. Pasien masih mungkin dapat plantarflex pergelangan kaki dengan
kompensasi dengan otot lain, tetapi kekuatan akan lemah.
Single-ekstremitas meningkat tumit tidak akan mungkin.
         Lutut fleksi test:
Periksa posisi istirahat pergelangan kaki dengan lutut tertekuk rawan dan pasien 90 °.
Kehilangan tegangan normal soleus istirahat gastrocnemius akan memungkinkan pergelangan
kaki untuk menganggap posisi yang lebih dorsiflexed dari itu di sisi terluka.
b.      Thompson test (simmonds)
Posisi pasien rawan dengan jelas kaki meja. Meremas betis biasanya menghasilkan
plantarflexion pasif pergelangan kaki. jika Achilles tendon tidak dalam kontinuitas,
pergelangan kaki tidak akan pasif flex dengan kompresi otot betis. uji Simmonds ' (alias uji
Thompson ) akan positif, meremas otot betis dari sisi yang terkena sementara pasien
berbaring rawan, menghadap ke bawah, dengan nya kaki menggantung hasil longgar tidak
ada gerakan (tidak ada plantarflexion pasif) kaki, sementara gerakan diharapkan dengan
tendon Achilles utuh dan harus diamati pada manipulasi betis terlibat. Berjalan biasanya akan
sangat terganggu, karena pasien akan mampu melangkah dari tanah menggunakan kaki
terluka. Pasien juga akan dapat berdiri di ujung kaki itu, dan menunjuk kaki ke bawah (
plantarflexion ) akan terganggu. Nyeri bisa menjadi berat dan pembengkakan adalah umum.
  Tes O'Brien
Tes O’brien juga dapat dilakukan yang memerlukan menempatkan jarum steril melalui
kulit dan masuk ke tendon. Jika hub jarum bergerak dalam arah yang berlawanan tendon dan
arah yang sama dengan jari-jari kaki ketika kaki bergerak naik dan turun maka tendon
setidaknya sebagian utuh.
  radiografi
untuk mengevaluasi struktur tulang jika bukti hadir dari patah tuberositas calcaneal dan
avulsion Achilles tendon, radiografi biasanya menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik
cedera. Ini sangat tidak efektif untuk mengidentifikasi cedera jaringan lunak. Sinar-X dibuat
ketika elektron energi tinggi menghantam sumber logam. Gambar X-ray diperoleh dengan
memanfaatkan karakteristik redaman yang berbeda padat (misalnya kalsium dalam tulang)
dan jaringan kurang padat (misalnya otot) ketika sinar tersebut melewati jaringan dan
terekam dalam film. Sinar-X umumnya terkena mengoptimalkan visualisasi benda padat
seperti tulang, sementara jaringan lunak masih relatif undifferentiated di latar belakang.
Radiografi memiliki sedikit peran dalam penilaian cedera tendon Achilles dan lebih berguna
untuk mengesampingkan luka lain seperti patah tulang calcaneal.
  USG
USG dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter, dan kehadiran
air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi suara melalui tubuh
Anda. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang antara cairan interstisial dan
jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar ini tercermin dapat dianalisis dan dihitung ke
dalam gambar. Gambar-gambar ini diambil secara real time dan dapat sangat membantu
dalam mendeteksi pergerakan tendon dan memvisualisasikan luka atau mungkin air mata.
Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk menemukan kerusakan struktural untuk
jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera ini.
  Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dapat digunakan untuk membedakan pecah lengkap dari degenerasi tendon
Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara paratenonitis, tendinosis, dan bursitis.
Teknik ini menggunakan medan magnet yang kuat untuk menyelaraskan seragam jutaan
proton berjalan melalui tubuh. proton ini kemudian dibombardir dengan gelombang radio
yang mengetuk beberapa dari mereka keluar dari keselarasan. Ketika proton ini kembali
mereka memancarkan gelombang radio sendiri yang unik yang dapat dianalisis oleh
komputer 3D untuk membuat gambar penampang tajam dari area of interest. MRI dapat
memberikan kontras yang tak tertandingi dalam jaringan lunak untuk foto kualitas yang
sangat tinggi sehingga mudah bagi teknisi untuk melihat air mata dan cedera lainnya.
  Musculoskeletal ultrasonografi
Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon,
karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat
tinggi dari suara melalui tubuh Anda. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang
antara cairan interstitial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar tercermin dapat
dianalisis dan dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar diambil secara real time dan dapat
sangat membantu dalam mendeteksi gerakan tendon dan memvisualisasikan kemungkinan
cedera atau air mata. Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk melihat kerusakan
struktural pada jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera.
Pencitraan ini modalitas murah, tidak melibatkan radiasi pengion dan, di tangan
ultrasonographers terampil, mungkin sangat handal.
  Foto Röntgen
Foo rontgen digunakan untuk melihat tendon yang rusak pada bagian otot tubuh.

2.11          Penatalaksanaan
a)      Stabilisasi awal
Setelah diagnosis dibuat, pergelangan kaki harus splinted dalam equinus dengan baik empuk
untuk membantu elevasi mengendalikan pembengkakan.
b)      Nonoperative
         orthosis pergelangan kaki
indikasi treatment harus individual kepada pasien Selama 10 minggu berikutnya,
pergelangan kaki secara bertahap dibawa ke posisi plantigrade dengan perubahan cor kira-
kira setiap 2 minggu. Berat tubuh diperbolehkan setelah 6 minggu.Setelah casting, angkat
tumit biasanya dipakai selama beberapa bulan.
c)      Operative
         perbaikan langsung
indikasi lebih sering terjadi pada cedera akut (<6 minggu)
         rekonstruksi dengan interposisi EDL atau plantaris.
d)     Terapi Fisik
Banyak rehabilitasi tersedia. Umumnya, terapi awalnya melibatkan progresif, gerakan
kaki aktif dan berkembang menjadi berat tubuh dan memperkuat. Ada tiga hal yang perlu
diingat saat merehabilitasi sebuah Achilles pecah: 
  rentang gerak, Rentang gerak ini penting karena dibutuhkan ke dalam pikiran ketatnya
tendon diperbaiki. Ketika awal rehabilitasi pasien harus melakukan peregangan ringan dan
meningkatkan intensitas sebagai waktu mengizinkan dan nyeri.
   kekuatan fungsional, tendon ini penting karena merangsang perbaikan jaringan ikat, yang
dapat dicapai saat melakukan "peregangan pelari," (menempatkan jari-jari kaki beberapa inci
sampai dinding sementara tumit Anda ada di tanah). Melakukan peregangan untuk
mendapatkan kekuatan fungsional juga penting karena meningkatkan penyembuhan pada
tendon, yang pada gilirannya akan menyebabkan kembali cepat untuk kegiatan. Peregangan
ini harus lebih intens dan harus melibatkan beberapa jenis berat bantalan, yang membantu
reorientasi dan memperkuat serat kolagen di pergelangan kaki terluka. Sebuah hamparan
populer digunakan untuk tahap rehabilitasi adalah menaikkan kaki pada permukaan yang
tinggi.
  kadang-kadang dukungan orthotic. Ini tidak ada hubungannya dengan peregangan atau
memperkuat tendon, melainkan di tempat untuk menjaga pasien nyaman. Ini adalah
menyisipkan dibuat custom yang sesuai ke dalam sepatu pasien dan membantu dengan
pronasi tepat kaki, yang merupakan yang dapat menyebabkan masalah dengan Achilles.
e)      Operasi
  Tindakan operasi dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus disambungkan
kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap paling efektif dalam
penatalaksanaan tendon yang terputus.
  Tindakan non operasi dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut biasanya
dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya menolak untuk
dilakukan tindakan operasi.

Ada dua jenis operasi, operasi terbuka dan operasi perkutan.


  operasi terbuka sayatan dibuat di bagian belakang kaki dan tendon Achilles dijahit
bersama-sama. Dalam pecah lengkap atau serius tendon plantaris atau otot vestigial lain
dipanen dan melilit tendon Achilles, meningkatkan kekuatan tendon diperbaiki. Jika kualitas
jaringan buruk, misalnya cedera telah diabaikan, ahli bedah mungkin menggunakan mesh
penguatan ( kolagen , Artelon atau bahan lainnya degradable).
  perkutan operasi, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil, bukan satu sayatan besar,
dan menjahit tendon kembali bersama-sama melalui sayatan. Pembedahan mungkin tertunda
selama sekitar satu minggu setelah pecah untuk membiarkan pembengkakan turun. Untuk
pasien menetap dan mereka yang memiliki vasculopathy atau risiko untuk penyembuhan
miskin, perkutan bedah perbaikan mungkin pilihan pengobatan yang lebih baik daripada
perbaikan bedah terbuka.

2.12          Komplikasi
Komplikasi rupture tendon Achilles yaitu infeksi. infeksi adalah adanya suatu
organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk dan
berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh manusia.
Penyakit yang disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur dan lain-
lainnya.

     
2.9  Woc

Penyakit
Trauma
Obat-obatan
Respon psikologis
Kerusakan jaringan
Kerobekan tendon achilles
Perubahan status kesehatan
MK: Ansietas
Respon inflamasi lokal
Kerusakan neurovaskuler
Respon inflamasi lokal
Kerusakan neurovaskuler
Peningkatan permeabilitas kapiler
Pengumpulan cairan lokal
Transudasi cairan
Respon nyeri
Edema lokal
Kompresi saraf
Penekanan pembuluh darah
Nyeri
MK: Nyeri
MK: Gangguan perfusi jaringan
Perfusi jaringan menurun
Ketidakmampuan melakukan pergerakan kaki
Kekuatan otot menurun
Penurunan ruang lingkup sendi
Pasca bedah
Terapi imobilisasi gips sirkular & Terapi bedah perbaikan
MK: Resiko tinggi trauma
MK: Hambatan mobilitas fisik
MK: Resiko tinggi infeksi
Luka pasca bedah
Port de entree
Usia
Cedera
Obesitas
Ketidakmampuan tendon achilles menahan beban
Kaki terfiksasi kuat ke bawah
Kontraksi mendadak otot betis
Dorsifleksi pasif maksimal
Trauma langsung / tidak langsung
2.10          Pemeriksaan diagnostic
a.       Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan umum kaki dan pergelangan kaki,
berkonsentrasi pada area tertentu sebagai berikut:
         Periksa untuk kelembutan pergelangan kaki posterior, bengkak, atau
jeda yang teraba di tendon.
         Periksa kekuatan otot. Pasien masih mungkin dapat plantarflex
pergelangan kaki dengan kompensasi dengan otot lain, tetapi kekuatan
akan lemah.
Single-ekstremitas meningkat tumit tidak akan mungkin.
         Lutut fleksi test:
Periksa posisi istirahat pergelangan kaki dengan lutut tertekuk
rawan dan pasien 90 °. Kehilangan tegangan normal soleus istirahat
gastrocnemius akan memungkinkan pergelangan kaki untuk
menganggap posisi yang lebih dorsiflexed dari itu di sisi terluka.
b.      Thompson test (simmonds)
Posisi pasien rawan dengan jelas kaki meja. Meremas betis biasanya
menghasilkan plantarflexion pasif pergelangan kaki. jika Achilles tendon
tidak dalam kontinuitas, pergelangan kaki tidak akan pasif flex dengan
kompresi otot betis. uji Simmonds ' (alias uji Thompson ) akan positif,
meremas otot betis dari sisi yang terkena sementara pasien berbaring rawan,
menghadap ke bawah, dengan nya kaki menggantung hasil longgar tidak ada
gerakan (tidak ada plantarflexion pasif) kaki, sementara gerakan diharapkan
dengan tendon Achilles utuh dan harus diamati pada manipulasi betis
terlibat. Berjalan biasanya akan sangat terganggu, karena pasien akan
mampu melangkah dari tanah menggunakan kaki terluka. Pasien juga akan
dapat berdiri di ujung kaki itu, dan menunjuk kaki ke bawah (
plantarflexion ) akan terganggu. Nyeri bisa menjadi berat dan
pembengkakan adalah umum.
  Tes O'Brien
Tes O’brien juga dapat dilakukan yang memerlukan menempatkan
jarum steril melalui kulit dan masuk ke tendon. Jika hub jarum bergerak
dalam arah yang berlawanan tendon dan arah yang sama dengan jari-jari
kaki ketika kaki bergerak naik dan turun maka tendon setidaknya sebagian
utuh.
  radiografi
untuk mengevaluasi struktur tulang jika bukti hadir dari patah tuberositas
calcaneal dan avulsion Achilles tendon, radiografi biasanya menggunakan
sinar-X untuk menganalisis titik cedera. Ini sangat tidak efektif untuk
mengidentifikasi cedera jaringan lunak. Sinar-X dibuat ketika elektron
energi tinggi menghantam sumber logam. Gambar X-ray diperoleh dengan
memanfaatkan karakteristik redaman yang berbeda padat (misalnya kalsium
dalam tulang) dan jaringan kurang padat (misalnya otot) ketika sinar tersebut
melewati jaringan dan terekam dalam film. Sinar-X umumnya terkena
mengoptimalkan visualisasi benda padat seperti tulang, sementara jaringan
lunak masih relatif undifferentiated di latar belakang. Radiografi memiliki
sedikit peran dalam penilaian cedera tendon Achilles dan lebih berguna
untuk mengesampingkan luka lain seperti patah tulang calcaneal.
  USG
USG dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter,
dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang
sangat tinggi suara melalui tubuh Anda. Beberapa suara yang dipantulkan
kembali dari ruang antara cairan interstisial dan jaringan lunak atau tulang.
Gambar-gambar ini tercermin dapat dianalisis dan dihitung ke dalam
gambar. Gambar-gambar ini diambil secara real time dan dapat sangat
membantu dalam mendeteksi pergerakan tendon dan memvisualisasikan
luka atau mungkin air mata. Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk
menemukan kerusakan struktural untuk jaringan lunak, dan metode yang
konsisten untuk mendeteksi jenis cedera ini.
  Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dapat digunakan untuk membedakan pecah lengkap dari
degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara
paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan
magnet yang kuat untuk menyelaraskan seragam jutaan proton berjalan
melalui tubuh. proton ini kemudian dibombardir dengan gelombang radio
yang mengetuk beberapa dari mereka keluar dari keselarasan. Ketika proton
ini kembali mereka memancarkan gelombang radio sendiri yang unik yang
dapat dianalisis oleh komputer 3D untuk membuat gambar penampang tajam
dari area of interest. MRI dapat memberikan kontras yang tak tertandingi
dalam jaringan lunak untuk foto kualitas yang sangat tinggi sehingga mudah
bagi teknisi untuk melihat air mata dan cedera lainnya.
  Musculoskeletal ultrasonografi
Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan
ketebalan tendon, karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan
mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi dari suara melalui tubuh Anda.
Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang antara cairan interstitial
dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar tercermin dapat dianalisis
dan dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar diambil secara real time dan
dapat sangat membantu dalam mendeteksi gerakan tendon dan
memvisualisasikan kemungkinan cedera atau air mata. Perangkat ini
membuatnya sangat mudah untuk melihat kerusakan struktural pada jaringan
lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera. Pencitraan
ini modalitas murah, tidak melibatkan radiasi pengion dan, di tangan
ultrasonographers terampil, mungkin sangat handal.
  Foto Röntgen
Foo rontgen digunakan untuk melihat tendon yang rusak pada bagian otot
tubuh.
(muttaqin, A.2011)

2.11          Penatalaksanaan
a)      Stabilisasi awal
Setelah diagnosis dibuat, pergelangan kaki harus splinted dalam equinus
dengan baik empuk untuk membantu elevasi mengendalikan
pembengkakan.
b)      Nonoperative
         orthosis pergelangan kaki
indikasi treatment harus individual kepada pasien Selama 10
minggu berikutnya, pergelangan kaki secara bertahap dibawa ke
posisi plantigrade dengan perubahan cor kira-kira setiap 2 minggu.
Berat tubuh diperbolehkan setelah 6 minggu.Setelah casting, angkat
tumit biasanya dipakai selama beberapa bulan.
c)      Operative
         perbaikan langsung
indikasi lebih sering terjadi pada cedera akut (<6 minggu)
         rekonstruksi dengan interposisi EDL atau plantaris.
d)     Terapi Fisik
Banyak rehabilitasi tersedia. Umumnya, terapi awalnya melibatkan
progresif, gerakan kaki aktif dan berkembang menjadi berat tubuh dan
memperkuat. Ada tiga hal yang perlu diingat saat merehabilitasi sebuah
Achilles pecah: 
  rentang gerak, Rentang gerak ini penting karena dibutuhkan ke
dalam pikiran ketatnya tendon diperbaiki. Ketika awal
rehabilitasi pasien harus melakukan peregangan ringan dan
meningkatkan intensitas sebagai waktu mengizinkan dan nyeri.
   kekuatan fungsional, tendon ini penting karena merangsang
perbaikan jaringan ikat, yang dapat dicapai saat melakukan
"peregangan pelari," (menempatkan jari-jari kaki beberapa inci
sampai dinding sementara tumit Anda ada di tanah).
Melakukan peregangan untuk mendapatkan kekuatan
fungsional juga penting karena meningkatkan penyembuhan
pada tendon, yang pada gilirannya akan menyebabkan kembali
cepat untuk kegiatan. Peregangan ini harus lebih intens dan
harus melibatkan beberapa jenis berat bantalan, yang
membantu reorientasi dan memperkuat serat kolagen di
pergelangan kaki terluka. Sebuah hamparan populer digunakan
untuk tahap rehabilitasi adalah menaikkan kaki pada
permukaan yang tinggi.
  kadang-kadang dukungan orthotic. Ini tidak ada hubungannya
dengan peregangan atau memperkuat tendon, melainkan di
tempat untuk menjaga pasien nyaman. Ini adalah menyisipkan
dibuat custom yang sesuai ke dalam sepatu pasien dan
membantu dengan pronasi tepat kaki, yang merupakan yang
dapat menyebabkan masalah dengan Achilles.
e)      Operasi
  Tindakan operasi dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang
terputus disambungkan kembali dengan teknik penjahitan.
Tindakan pembedahan dianggap paling efektif dalam
penatalaksanaan tendon yang terputus.
  Tindakan non operasi dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan
tersebut biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya
lama atau pasienya menolak untuk dilakukan tindakan operasi.

Ada dua jenis operasi, operasi terbuka dan operasi perkutan.


  operasi terbuka sayatan dibuat di bagian belakang kaki dan tendon
Achilles dijahit bersama-sama. Dalam pecah lengkap atau serius
tendon plantaris atau otot vestigial lain dipanen dan melilit tendon
Achilles, meningkatkan kekuatan tendon diperbaiki. Jika kualitas
jaringan buruk, misalnya cedera telah diabaikan, ahli bedah
mungkin menggunakan mesh penguatan ( kolagen , Artelon atau
bahan lainnya degradable).
  perkutan operasi, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil, bukan
satu sayatan besar, dan menjahit tendon kembali bersama-sama
melalui sayatan. Pembedahan mungkin tertunda selama sekitar satu
minggu setelah pecah untuk membiarkan pembengkakan turun.
Untuk pasien menetap dan mereka yang memiliki vasculopathy
atau risiko untuk penyembuhan miskin, perkutan bedah perbaikan
mungkin pilihan pengobatan yang lebih baik daripada perbaikan
bedah terbuka.
(v.sammarco, MD, et al. 2009)

2.12          Komplikasi
Komplikasi rupture tendon Achilles yaitu infeksi. infeksi adalah adanya suatu
organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk
dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh
manusia. Penyakit yang disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus,
jamur dan lain-lainnya.
(Anonym. 2012)
2.13          Asuhan keperawatan

2.13.1    askep teori


a.       Pengkajian
Pengkajian focus
Pada fase awal cidera, kaki terlihat bengkak dan timbul memar
pada area belakang bawah kak. Pada kondisi yang telah lama dan
pembengkakan telah berkurang, kondisi klinik tidak begitu jelas dan
hanya menyisakan suatu bekas trauma pada tendon Achilles
walaupun dengan melakukan pemeriksaan dapat mendeskripsikan
kelainan pada tendon Achilles. Pase kedua tinjau adanya keluhan
nyeri tekan. Fase ketiga tinjau ketidakmampuan dan nyeri hebat
dalam melakukan planterfleksi kaki.

Pemeriksaan Penunjang
  Pergerakan otot dan tumit, jika pergerakan tersebut lemah atau
tidak ada maka dicurigai cedera tendon Achilles
  Pemeriksaan dengan sinar-X

b.      Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien rupture
tendon Achilles.
1.      Nyeri b.d konfresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal
2.      Resiko tinggi trauma b.d ketidak mampuan mengerakkan
tungkai bawah dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
3.      Resiko tinggi infeksi b.d port de entrée luka pasca-bedah.
4.      Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan tendon Achilles.
5.      Ansietas b.d rencana pembedahan, kondisi fisik, perubahan
peran keluarga, kondisi status sosioekonomi.
c.       Rencana keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN
N
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
O
HASIL
1 Nyeri b.d agen NOC: NIC:
injury(biologi, kimia, Setelah dilakukan tindakan       Lakukan pengkajian nyeri secara
fisik, psikologis), keperawatan selama 1x24 komprehensif termasuk lokasi,
kerusakan jaringan d.d jam pasien tidak mengalami karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
DS: nyeri dengan criteria hasil: dan factor presipitasi
         mengungkapkan    Mampu mengontrol nyeri       Observasi reaksi nonverbal dari
secara verbal    Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
DO: berkurang dengan       Bantu pasien dan keluarga untuk
         posisi untuk menahan menggunakan manajemen mencari dan menemukan dukungan
nyeri, nyeri       Control lingkungan yang dapat
         tingkah laku berhati-    Mampu mengenali mempengaruhi nyeri speerti suhu
hati, nyeri(skala, intensitas, ruangan, pencahayaan dan kebisingan
         gangguan tidur, frekuensi, dan tanda nyeri)       Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
         terfokus pada diri menentukan
sendiri.       Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi:
napas dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat atau dingin
      Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
      Tingkatkan istirahat
      Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali
2 Resiko trauma NOC: NIC:
internal: Setelah dilakukan tindakan  Sediakan lingkungan yang aman untuk
kelemahan, penglihatan keperawatan selama 2x24 pasien
menurun, penurunan jam klien tidak mengalami  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
sensasi taktil, trauma dengan criteria hasil: sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
penurunan koordinasi
         Pasien bebas dari trauma kognitif pasien dan riwayat penyakit
otot, tangan-mata, fisik teradahulu pasien
kurangnya edukasi  Menghindarkan lingkungan yang
keamanan, berbahaya
keterbelakangan  Memasang side rail tempat tidur
mental, Eksternal:  Menyediakan tempat tidur yang nyaman
lingkungan. dan bersih
 Menempatkan saklar lampu yang mudah
dijangkau pasien
 Membatasi pengunjung
 Control lingkungan dari kebisingan
Berikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tau pengunjung adnaya
perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit
3 Resiko infeksi NOC: NIC:
Factor-faktor resiko: Setelah dilakukan tindakan    Pertahankan teknik aseptic
   prosedur invasif, keperawatan selama 2x24    Batasi pengunjung bila perlu
   kerusakan jaringan dan jam pasien tidak mengalami    Cuci tangan sebelum dan sesudah
peningkatan paparan infeksi dengan criteria melakukan tindakan keperawatan
lingkungan, hasil :    Gunakan baju, sarung tangan sebagai
   malnutrisi,    Klien bebas dari tanda dan alat pelindung

   peningkatan gejala infeksi    Ganti letak IV perifer dan dressing
   paparan lingkungan    Menunjukkan kemampuan sesuai dengan petunjuk umum
pathogen, untuk mencegah timbulnya    Gunakan kateter intermitten untuk

   imunosupresi infeksi menurunkan infeksi kandung kemih


   tidak adekuat    Jumlah leukosit dalam batas
pertahanan normal    Tingkatkan intake nutrisi
sekunder(penurunan    Menunjukkan perilaku    Berikan terapi antibiotic:…
Hb, leucopenia, hidup sehat    Monitor tanda gejala infeksi sistemik
penekanan respon Status imun, dan local
inflamasi) gastrointestinal,    Pertahankan teknik isolasi
   penyakit kronik Genitourinaria dalam batas    Inspeksi kulit dan membrane mukosa
   malnutrisi normal terhadap kemerahan, panas, drainase.
perubahan primer tidak    Monitoring adanya luka
adekuat( kerusakan    Dorong masukan cairan
kulit, trauma jaringan,
   Dorong istirahat
gangguan peristaltic)
   Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
   Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam

4 Gangguan mobilitas NOC: NIC:


fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Monitoring vital sign sebelum atau
dengan: keperawatan selama 7x24 sesudah latihan dan lihat respon pasien
      gangguan metabolisme jam gangguan mobilitas saat latihan
sel, fisik teratasi dengan criteria  Konsultasikan dengan terapi fisik
      keterlambatan hasil: tentang rencana ambulasi sesuai dengan
perkembangan    Klien meningkat dalam kebutuhan
      pengobatan aktivitas fisik  Bantu klien untuk menggunakan tongkat
      kurang support    Mengerti tujuan dan dan cegah terhadap cedera
lingkungan peningkatan mobilitas  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
      keterbatasan ketahanan    Memverbalisasikan tentang teknik ambulasi
kardiovaskuler perasaan dalam  Kaji kemampuan pasien dalam
      kehilangan integritas meningkatkan kekuatan dan mobilisasi
struktur tulang kemampuan berpindah  Latih pasien dalam pememnuhan
Memperagakan penggunaan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
alat bantu untuk mobilisasi kemampuan
 Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
 Berikan alat bantu jika klien memerlukan
Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
5 Ansietas b.d factor NOC: NIC:
keturunan, situasional, Setelah dilakukan asuhan       Gunakan pendekatan yang menenangkan
stress, perubahan status selama 1x24 jam kecemasan      Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
kesehatan, ancaman klien teratasi dengan criteria perilaku pasien
kematian, perubahan hasil:       Jelaskan semua prosedur dan apa yang
konsep diri,      Klien mampu dirasakan selama prosedur
hospitalisasi d.d mengidentifikasi dan      Temani pasien untuk memberikan
insomnia, kontak mata mengungkapkan gejala keamanan dan mengurangi takut
kurang, kurang cemas       Berikan informasi factual mengenai
istirahat, iritabilitas,      Vital sign dalam batas diagnosis, tindakan prognosis
takut, nyeri perut, normal       Libatkan keluarga untuk mendampingi
penurunan tekanan Postur tubuh, ekspresi klien
darah, denyut nadi, wajah, bahasa tubuh, dan
      Instruksikan pada pasien untuk
gangguan tidur, tingkat aktivitas menggunakan teknik relaksasi
peningkatan tekanan menunjukkan berkurangnya
      Dengarkan dengan penuh perhatian
darah, nadi, RR. kecemasan
      Identifikasi tingkat kecemasan
      Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
      Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi.
Kelola pemberian obat anti cemas
2.13.2    Askep kasus

SKENARIO

Tn.K berumur30 tahun datang ke UGD Rumah sakit dengan keluhan nyeri
hebat pada daerah belakang pergelangan kaki kirinya.Sekitar 3jam yang lalu pasien
bermain bola, saat berebutan bola, tiba-tiba kaki kirinya berbunyi krek ,pasien
langsung terjatuh dan merasakan sakit yang sangat sehingga harus dibopong keluar
lapangan dan langsung dibawa kerumah RSUD Raden Mattaher .Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum baik, vital sign TD: 130/90mmHg, RR :28X/I,Nadi
105x/i.Pada pergelangan kaki bagian belakang didapatkan edema ,nyeri bila ditekan
terasa panas terbakar dan berrdenyut , sewaktu ditanya nyeri yang dirasakan termasuk
kategori nyeri berat dengan skala 7.Dengan ekspresi wajah menahan nyeri
menyeringai.Pasien hanya terbaring lemah ditempat tidur,tidak daapat melakukan
aktifitas seperti semula, aktifitas seperti semula , aktifitas hanya dapat dilakukan
ditempat tidur,tidak dapat melakukan aktifitas seperti semula , aktifitas hanya dapat
dilakukan ditempat tidur seperti membaca buku,makan dan minum ,jika hendak BAK
kekamar mandi pasien dibantu keluarganya.Pada test simmonds tidak didapatkan di
plantar fleksi kaki.pada pemeriksaan radiologi pasien disarankan menjalani operasi
penyambungan kembali tendo yang terputus yaitu gastrocnemius,soleus, dan otot
plantaris.

1.      Pengkajian

a.       Riwayat penyakit sekarang


Adanya nyeri saat ditekan dibagian edema pergelangan kaki bagian
belakang
b.      Pemeriksaan fisik

1.      Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan
Tanda : pasien terbaring ditempat tidur tidak dapat melakukan aktifitas.
2.      Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri berat pada pergelangan kaki
Tanda : saat ditekan pergelangan kaki yang bengkak terasa nyeri.

3.      Pernafasan
Gejala : adanya takipneu
Tanda : TTV RR meningkat

2.      Analisis data

DS:

      Pasien mengatakan saat berebutan bola kaki kirinya berbunyi


krek,lalu langsung terjatuh

      Pasien mengeluh sakit yang sangat sehingga meraung kesakitan

      Pasien mengeluh tidak mampu berdiri

      Pasien mengatakn nyeri bila ditekan pada bagian kaki belakang yang
didapatkan edema dan terasa panas terbakar

DO:

      RR:28x/i

      Skala nyeri :7

      Ekspresi wajah menahan nyeri

      Radiologi :ruptur total tendo Achilles dextra

      Pasien hanya terbaring lemah di tempat tidur

      Test simmonds tidak didapatkan plantaris

      Pasien hanya bisa baca buku,makan dan minum jika hendak BAK
kekamar mandi pasien dibantu keluarganya
      Adanya edema di bagian pergelangan kaki belakang

N Masalah
Tanda gejala Penyebab/Etiologi
No Keperawatan
1 DS: Kerusakan Nyeri
      Pasien mengeluh sakit yang neuromuskular
sangat sehingga meraung
kesakitan
      Pasien mengatakn nyeri bila
ditekan pada bagian kaki
belakang yang didapatkan edema
dan terasa panas terbakar
      Ekspresi wajah menahan

nyeri
DO:

      Skala nyeri :7 dengan nyeri


berat

      Adanya edema

      RR 28x/i
2
DS:
      Pasien mengatakan saat
berebutan bola kaki kirinya
Kerusakan mobilitas
berbunyi krek,lalu langsung fisik
terjatuh
DO:
      Pasien mengeluh tidak
Ruptur tendo achiles

mampu berdiri

      Pasien hanya terbaring


lemah di tempat tidur
      Radiologi :ruptur total

      tendo Achilles dextra

      Test simmonds tidak


didapatkan plantaris
Gangguan perfusi
DS: jaringan
DO:
3       Edema
      RR :28x/i
      TD:105x/i

Edema jaringan

3.      Diagnose keperawatan

1.      Nyeri b,d kerusakan neuromuskular


2.      Kerusakan mobilitas fisik b,d Ruptur tendo achiles
3.      Gangguan perfusi jaringan b,d Edema jaringan

4.      Rencana keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL


O
1 Nyeri b,d Tujuan: 1.       Kaji lokasi,
1.       Nyeri merupakan respo
intensitas,an tipe nyeri. subjektif yangbdap
kerusakan       Nyeri berkurang,
Observasi kemajuan dikaji denga
neuromuskular hilang, teratasi. nyeri ke daerah yang menggunakan skala nye
baru. Kaji nyeri dengan Klien melaporkan nye
Kriteria hasil:
skala0 – 10 biasanya di atas tingk
      Klien melaporkan cedera.
2.       Bantu klien dalam 2.       Nyeri dipengaruhi ole
penelusuran nyeri.
identifikasi factor kecemasan da
      Menunjukan pencetus. peradangan pada sendi.
3.       Jelaskan dan bantu
perilaku yang lebiih
klien terkait dengan 3.       Pendekatan denga
rileks. tindakan pereda nyeri menggunakan relaksa
nonfamakologi dan non dan farmakologila
      Memperagakan
– invasif. menunjukan keefektifa
keterampilan reduksi dalam mengurangi nyeri.
4.       Ajarkan relaksasi: 4.       Akan melancarka
nyeri.
teknik terkait peredaran darah sehingg
      Skala nyeri 0 – 1 ketegangan otot rangka kebutuhan oksigen pad
yang dapat mengurangi jaringan terpenuhi da
atau teratasi.
intensitas nyeri. mengurangi nyeri.
5.       Tingkatkan
pengetahuaan tentang 5.       pegetahuan terseb
penyebab nyeri dan membatu menguran
hubungan dengan nyeri dan dap
berapa lama nyeri akan menbatumeningkatkan
berlangsung. kepatuhan klien terhada
rencana terapeutik
6.       Hindarkan klien
6.       pemakaian alkoho
meminum alcohol, kafein, dan obat-obata
kafein, dan obat diuretik akan menamba
diuretik. peningkatan kadar asa
urat dalam serum.
7.       Alopurinol menghamb
7.       Kolaborasi dengan tim biosentesis asam ur
medis untuk pemberian sehingga menurunka
alopurinol kadar asam urat serum.
2 Kerusakan Tujuan: 1.       Kaji mobilitas yang ada 1.       Mengetahui tingk
dan observasi adanya kemampuan klien dala
mobilitas fisik       klien mampu
peningkatan kerusakan. melakukan aktifitas.
b,d Ruptur melaksanakan aktifitas 2.       Ajarkan klien
melakukan latihan gerak 2.       Gerakan aktif membe
tendo achiles fisik sesuai dengan
aktif pada ekstermitas masa tonus, dan kekuata
kemampuannya. yang tidak sakit. otot, serta memperbai
3.       Bantu klien melakukan fungsi jantung da
Kreteria hasil:
latihan ROM dan pernafasan.
      klien ikut dalam perawatan diri sesuai 3.       Untukmempertahanka
toleransi. fleksibilitas sendi sesu
program latihan
4.       Pantau kemajuan dan kemampauan.
      tidak mengalami perkembangan
kemamapuan klien
4.       Untuk mendetek
kontraktur sendi
dalam melakukan perkembangan klien.
      kekuatan otot aktifitas
bertambah 5.       Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan
      klien menunjukkan
fisik klien. 5.       Kemampuanmobilisa
tindakan untuk ekstermitas dap
ditingkatkan denga
meningkatkan mobilitas
latihan fisik dari ti
fisioterapi.

3 Gangguan Tujuan: 1.       Awasi ttv,palpasi nadi1.       Indikator umum status


perfusi Perfusi jaringan adekuat perifer ,perhatikan sirkulasi dan keadekuatan
jaringan b,d kekuatan dan kesamaan. perfusi.
Edema Kriteria Hasil: 2.       Lakukan pengkajian
jaringan       Nadi teraba neurovaskuler 2.       Edema jaringan
      Kulit Hangat periodic,contoh pascaoperasi,pembentuka
      Penyembuhan luka sensasi ,gerakan ,nadi , hematoma atau balutan
warna kulit dan suhu terlalu ketat dapat
tepat waktu
mengganggu sirkulasi.
3.       Berikan tekanan3.       Tekanan langsung pada
langsung pada sisi pendarahan dapat
pendarahan,bila terjadi diteruskan dengan
perdarahan. penggunaan balutan sera
pengaman dengan balitan
elastic bila pendarahan
terkontrol
4.       Kolaborasi berikan 4.       Mempertahankan volum
cairan IV produk darah sirkulasi untuk
sesuai indikasi memaksimalkan perfusi
jaringan
5.       Berikan antikoagulan 5.       Dapat meningkatan alira
dosis rendah sesuai balik vena menurunkan
indikasi. pegumpalan vena dari
resiko trombofeblitis

KLARIFIKASI ISTILAH
1.      Soleus

      Otot betis yang kecil terletah dibawah gastrocnemius (hinchliff, sue.
1999)
2.      Gastrocnemius

      Otot betis yang besar dengan dua buah kaput. (hinchliff, sue. 1999)
3.      Otot plantaris

      Otot telapak kaki yang kecil yang mungkin tidak ada.(
ml.scribd.com/doc/44756081/LTM-Anatomi-Otot-Ekstremitas-Bawah)12
Jun 2010
4.      Planter fleksi

      gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan kaki.


5.      Test simonds

      Tes yang digunakan dalam pemeriksaan ekstremitas bawah untuk


menguci pecahnya tendon Achilles. (en.wikipedia.org)
6.      Edema

      pembengkakan yang dapat diamati dari akumulasi cairan yang


berlebihan dalam jaringan-jaringan dalam tubuh dan penimbunan cairan
secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam rongga tubuh.
(www.totalkesehatan nanda.com)

      koleksi cairan yang biasanya dirongga paru-paru atau ekstremitas bawah
(sekitar pergelangan kaki) karena volume air yang berlebihan. (www.kamus
kesehatan.com/arti edema)
7.      Tendo Achilles

      Tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia yang panjangnya 15 cm
dimulai dari pertengahan tungkai bawah (deltoidea.wordpress.com.2011)
8.      Radiologi
      Ilmu kedokteran untuk melihat rama tubuh manusia menggunakan
pancaran atau radiasi gelombang, baikm gelombang elektromagnetik
maupun gelombang mekanik (id.wikipedia.org/wiki/radiologi)
9.      Rupture

      robekan atau koyaknya jaringan secara paksa, (Dorland, 1994)

IDENTIFIKASI MASALAH

1.      Mengapa pada kasus terdapat edema, nyeri bila ditekan dan terasa panas?
  Edema karena adanya penumpukan cairan dan perpindahan cairan dari
eksternal ke interstisial
  Nyeri karena saraf sensorik teriritasi oleh implamasi penyakit.
  Panas karena proses implamasi dan peradanga pada penyakit. (anonym)
2.      Mengapa pada test simmonds tidak ditemukan planter fleksi?
  Karena telah pecah (rupture) tendon Achilles, sehingga pada test simmonds
tidak ditemukan plantar pleksi. (en.wikipedia.org)
3.      Mengapa pada saat jatuh klien tidak mampu berdiri kembali, sehingga dibopong
keluar?
  Karena melemahnya selubung tendon sehingga kaki tidak mampu lagi
menopang tubuh. (www.zappons.com)
4.      Mengapa T,k mengeluh nyeri hebat pada pergelengan kakinya?
  Karena telah terjadi kerusakan jaringan pada daerah pergelangan kaki,
sehingga mengakibatkan adanya kerusakan neurogenik yang menyebabkan
terjadinya komprensi saraf. (muttaqin, A. 2011)
5.      Apakah ada pemeriksaan lain selain pemeriksaan radiologi?
  Ada, yaitu pemeriksaan fisik, USG, Magnetic resonance imaging (MRI) ,
Musculoskeletal ultrasonografi, Foto Röntgen
6.      Mengapa pada kasus disarankan menjalankan operasi penyambungan kembali
tendon yang putus?
  Karena tendon Achilles tersebut berfungsi penting untuk menghubungkan
atot betis dengan tulang tumit. sehingga ketika otot betis berkontraksi, otot
betis menarik tendon Achilles. Kontraksi otot betis ini menarik tulang tumi,
sehingga terjadi pergerakan plantar fleksi, kontraksi otot betis yang dibantu
tendon Achilles ini berguna untuk beraktivitas sehari-hari. Sehiungga perlu
dilakukan operasi penyambungan kembali tendon yang telah putus.
(kesehatan.kompas.com)

7.      Mengapa TD dan RR meningkat?


  Karena respon dari nyeri yang dirasakan oleh Tn.K
8.      Apakah ada penatalaksanaan lain selain operasi untuk penyambungan tendon
yang terputus?
  Nonoperative
        orthosis pergelangan kaki
  Operative
        perbaikan langsung
        rekonstruksi dengan interposisi EDL atau plantaris.
  Terapi Fisik (rehabilitasi)
9.      Mengapa pasien tidak dapat melakukan aktifitas seperti semula?
  Karena telah pecahnya tendon Achilles dan melemahnya selubung tendon
sehingga kaki tidak mampu lagi menopang tubuh dan tidak bisa melakukan
aktivitas seperti semula. (www.zappons.com)
10.  Mengapa pada kasus ini nyerinya mencapai skala 7?
  Karena terjadi kerusakan saraf atau komprensi saraf yang sangat hebat yang
terjadi pada Tn.k, sehingga skala nyeri yang dirasakan oleh Tn.k mencapai
skala 7. (muttaqin, A. 2011)
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Rupture tendon Achilles adalah roben atau putusnya hubungan
tendon (jaringan penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi
kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal.
Yang disebabkan oleh Penyakit tertentu, obat-obatan, cedera dalam olah raga,
trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis, obesitas. Dilakukan
pengobatan terapi fisik, dan operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2012. www.askep muskuloskelatal.com

Anonym. 2011. http://www.scribd.com/doc/53134449/6/A-KONSEP-DASAR-


PENYAKIT-1-Anatomi-Fisiologi-Sistem- Muskuloskeletal

Anonym. 2011. deltoidea.wordpress.com.

Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher
Boston, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC

Anderson Silvia Prince. (1996). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit.


Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.

Dorland, 1994. kamus kedokteran. Jakarta. EGC

hinchliff, sue. 1999. kamus keperawatan. Edisi 17. Jakarta EGC.

Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. jakarta

Ningsih, lukman nurna. 2011. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
system musculoskeletal. Salemba medika. Jakarta.

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi konsep klinis Proses Penyakit. Jakarta:
EGC
Rosyidi, kholid. 2013. Musculoskeletal. TIM. jakarta

Syaifuddin, Drs.H (2002). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.


Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.

V. sammarco. 2009. Perbaikan bedah tibialis anterior rupture tendon akut dan
kronis. EGC. jakarta

Diposkan 20th June 2013 oleh yulia astuti

Tambahkan komentar

Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai