Anda di halaman 1dari 11

LI 1 Memahami dan menjelaskan Tendo Achilles

1.1 Makroskopis
Tendo Achilles atau tendo calcaneus adalah tendon pada bagian belakang tungkai bawah. Ia
berfungsi untuk melekatkan otot gastrocnemius dan otot soleus ke salah satu tulang penyusun
pergelangan kaki, calcaneus.
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot
plantaris kaki. Pada manusia letaknya tepat dibagian pergelangan kaki. Tendon Achilles
adalah tendon tertebal dan terkuat pada badan manusia. Panjangnya sekitar 15cm, dimulai
dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian, struktur nya semakin mengumpul dan melekat
pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus.

Sumber : Karmana,Oman.2008.Biologi Buku Pelajaran untuk kelas XI semester 1


SMA.Jakarta:Grafindo Media Pratama
1.2 Tendo Achilles secara mikroskopis
Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon, sekitar 95% dari kolagen tersebut
merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah elastin yang kecil. Serat elastin dapat menjalani
tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika serat elastin ada pada tendon dalam proporsi yang
besar maka akan ada penurunan dalam besarnya gaya yang ditransmisikan ke tulang.
Fibril kolagen terikat ke fasikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfatik serta
saraf. Fasikula-fasikula tersebut secara bersamaan di kelilingi oleh epitenon dan membentuk
struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh paratenon, terpisah dari epitenon oleh
lapisan tipis cairan untuk memungkinkan pergerakan tendon dengan mengurangi pergesekan.

Gambaran mikroskopis tendon achilles normal

Gambar ruptur tendon Achilles

1.3 Kinesiologi Tendo Achilles


Gerak sendi:
Fleksi Dorsalis : M. tibialis anterior, M. extensor digitorum longus, M. proneus tertius
dan M. extensor hallucis longus.
Fleksi Plantar : M. gastrocnemius, M. soleus, M. plantaris, M. flexor hallucis longus,
M. peroneus longus dan brevis M. tibialis posterior
LI 2. Memahami dan menjelaskan rupture tendo Achilles
2.1 Definisi Ruptur Tendo Achilles
Ruptur Tendo Achilles adalah sobeknya tendo Achilles yang menyuluruh dan
biasanya menimbulkan pop/krek diikuti dengan nyeri dan bengkak di tungkai bagian
bawah. Dapat disembuhkan dengan operasi atau immobilisasi pergelangan kaki dalam waktu
yang lama.
Ada 4 klasifikasi ruptur tendon Achilles yaitu:
1. Tipe I: Pecah persial, yaitu sobek yang kurang dari 50%, biasanya diobati dengan manajemen
konservatif.
2. Tipe II: sobekan yang penuh kesenjagan tendon kurang dari sama dengan 3 cm, biasanya
diobatii dengan akhir-akhir anastomosis

3. Tipe III: Sobek yang penuh dengan jarak tendon 3 sampai 6 cm


4. Tipe IV : Perisahan yang penuh dengan cacat lebih 6 cm

2.2. Etiologi ruptur tendo Achilles


Ruptur Tendo Achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba tiba saat
kontraksi maksimal pada otot betis. Ruptur tendo dapat terjadi saat berlari, melompat,
bermain bulu tangkis, basket, tersandung dan jatuh dari ketinggian. Dalam beberapa kasus
putusnya tendo Achilles terjadi pada tendo yang kurang menerima aliran darah. Tendo juga
dapat melemah bergantung pada bertambahnya usia. Putusnya tendo Achilles juga bisa
disebabkan oleh peningkatan mendadak jumlah tekanan pada tendo Achilles. Biasanya ruptur
tendo Achilles lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita.
Faktot Resiko :
1
2
3
4
5

Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes,


Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan
risiko pecah,
Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton,
tenis, basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya,
Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis,
Obesitas

Faktor risiko yang berhubungan dengan ruptur tendon Achilles meliputi:


Relatif pada usia tua (30-50 thn)
Riwayat ruptur tendon achilles sebelumnya
Pengguanaan kortikosteroid dan fluorokuinolon dapat meningkatkan kejadian
ruptur.Flourokuinolon menurunkan transkripsi decorin, penurunan decorin
menyebabkan perubahan pada arsitektur tendon, sifat biomekanik dan menghasilkan
peningkatan kerapuhan.
Perubahan mendadak dalam pelatihan, intensitas, atau tingkat aktivitas
Partisipasi dalam aktivitas baru yang berat
2.3 Manifestasi klinis rupture tendo Achilles

Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan
kaki atau betis.
Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan.
Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas
tulang tumit.
Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik.
Kesulitan bergerak dan menjaga keseimbangan ketika berdiri.
Nyeri, mungkin parah, dan pembengkakan didekat tumit.
Ketidak mampuan untuk menekuk atau push off ketika berjalan
Sumber : http://indonesian.orthopaedicclinic.com

2.4 Patofisiologi rupture tendo Achilles


Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan,
atau akibat tendinitis Achilles . Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan

masalah. Jika otot-otot menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan
mempersingkat kontraksi. Kontraksi berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan
mengarah pada kelelahan otot. Semakin lelah otot betis, maka semakin pendek dan
akan menjadi lebih ketat. Keadaan sesak seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada
tendon Achilles dan mengakibatkan kerobekan. Selain itu, ketidakseimbangan
kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang yang lebih rendah
juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Achilles tendon robek lebih
mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki yang
dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak otot,
kerobekan dapat terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat dari
tendon sementara otot betis berkontraksi.
(Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi konsep klinis Proses Penyakit. Jakarta:
EGC)
Mekanisme ruptur achilles bisa dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu:
a. 53% ruptur terjadi selama penahanan beban dengan telapak kaki mendorong dan
lutut dalam keadaan ekstensi. Pergerkan ini dapat terjadi pada permulaan lari
sprint dan olahraga basket yang mengharuskan melompat.
b. 17% ruptur terjadi mengikuti dorsofleksi yang tiba-tiba dari pergelangan kaki,
seperti terjatuh dari tangga.
c. 10% ruptur karena dorsofleksi dari kaki bagian plantar secara keras.
Saat istirahat tendo memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di
fibrikolagen. Stress tensile menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang
sehingga pada daerah jari kaki terdapat kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen
rusak, tendo merespons secara linear untuk meningkatkan beban tendo. Batas beban
fisiologis serat kembali ke konfigurasi asli adalah kurang dari 4%, sedangkan pada
tingkat ketegangan 4-8% serat kolagen mulai meluncur melewati satu sama lain
karena jaringan antar molekul rusak. Ketegangan lebih dari 8% mengakibatkan
ruptur secara makroskopik karena kegagalan tarikan oleh karena gagalnya
pergeseran antara fibriler dan interfibriler.
Jika otot-otot lemah dan lelah mereka dapat mengencangkan dan
mempersingkat kontraksi. Kontraksi berlebihan mengakibatkan kelelahan otot yang
memicu otot semakin pendek dan ketat. Hal inilah yang dapat meningkatkan tekanan
pada tendo achilles sehingga dapat terjadi ruptur. Selain itu, rupture dapat terjadi
akibat gaya pada tendo lebih besar dibanding kekuatan tendo. Kaki yang dorsofleksi,
sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontraksi, kerobekan dapat
terjadi. Kerobekan terjadi selama peregangan kuat dari tendo, sementara otot betis
berkontraksi.

2.5 Diagnosis dan diagnosis banding rupture tendo Achilles


Diagnosis
Dalam mendiagnosis ruptur tendon achilles, ahli bedah kaki dan pergelangan kaki akan
mengajukan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan cedera terjadi dan apakah pasien

tersebut sebelumnya cedera tendo atau gejala serupa juga dialami. Rentang gerak dan
kekuatan otot akan dievaluasi dan dibandingkan dengan kaki terluka dan pergelangan kaki.
Jika tendon achilles pecah, pasien akan memiliki kekuatan yang kurang dalam mendorong ke
bawah ( seperti pada pedal gas) dan akan mengalami kesulitan naik pada jari kaki. Diagnosis
ruptur tendo achilles biasanya langsung dan dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik.

Diagnosis Banding

> Calcaneal bursitis


Bursa adalah kantung berisi Ciran yang di rancang untuk memahami gesekan. Ketika bursa
ini meradang di sebut bursitis. Tendo calcaneal bursitis adalah peradangan pada bursa di
belakang tulang tumit. Bursa ini biasanya membatasi gesekan. Dimana achilles tendon
fibrosa te
bal di belakang tumit meluncur turun naik.
> Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika berjalan/berlari,
tendoncitis adalah sebuah strain kekerasan yang dapat membuat trauma tendinnachilles dan
betis.
> Achilles tendinopathy atau tendonosis
Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh pada tendon achilles yang juga menyebabkan
degenerasi dan penebalan tendon.
sumber : Sudoyo AW, dkk,2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, Jilid III,
FKUI,Jakarta

2.6 Prognosis rupture tendo Achilles


Luka pada tendon achilles memiliki prognosis yang baik, memungkinkan beberapa
tingkat kesakitan melalui ROM. Kebanyakan orang yang mengalami ruptur tendo Achilles,
tendo akan kembali normal. Jika operasi dilakukan, tendo mungkin menjadi lebih kuat dan
kecil kemungkinannya untuk ruptur lagi. Dengan perawatan yang tepat yaitu pengobatan
secara konservatif atau operasi serta rehabilitasi, beberapa atlet dapat menjalani aktivitasnya
seperti sebelumnya. Biasanya, kegiatan berat seperti berjalan baru bisa dilakukan kembali
setelah 6 minggu. Atlet biasanya kembali berolahraga setelah 4 sampai 6 minggu setelah
cedera terjadi.
Sumber:
Anthony J, et al (2014) Achilles Tendon Injuries, Medscape.
http://www.emedicine.medscape.com/article/309393-overview#aw2aab6b2b3 [accessed from
September 19, 2014]
2.7 Pencegahan rupture tendo Achilles
Untuk mengurangi kemungkinan berkembangnya masalah pada tendon achilles, hal berikut
ini dapat dilakukan:

Meregangkan dan menguatkan otot betis. Meregangkan betis hingga terasa suatu
tarikan yang tidak nyeri. Jangan dihentakkan atau melompat ketika sedang
meregangkan. Aktivitas ini dapat juga membantu absorbsi otot dan tendon lebih kuat
dan mengurangi cedera
- Variasikan jenis olahraga dan mempadukannya antara yang berat dan ringan. Hindari
aktivitas yang membuat regangan berlebihan pada tendon achilles, seperti mendaki,
lari turun bukit, dan melompat
- Perhatikan permukaan tempat berlari, hindari berlari pada tempat yang licin dan
terlalu padat dan keras. Gunakan juga sepatu olahraga yang memiliki bantalan bada
bagian tumit
- Tingkatkan intensitas latihan secara perlahan. Cedera pada tendon achilles biasanya
terjadi setelah meningkatkan intensitas latihan secara tiba-tiba. Peningkatan baiknya
tidak lebih dari 10% per minggu.
Sumber:
Mayo
Clinic
Staff
(2014)
Achilles
Tendon
Rupture.
Mayo
Clinic.
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/achilles-tendon-rupture/basics/treatment/con20020370 [accessed from September 18, 2014]
Anthony J, et al (2014) Achilles Tendon Injuries, Medscape.
http://www.emedicine.medscape.com/article/309393-overview#aw2aab6b2b3 [accessed from
September 19, 2014]

3.Memahami dan menjelaskan pemeriksaan dan penatalaksanaan rupture tendo


Achilles
3.1 Pemeriksaan rupture tendo Achilles
1. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan umum kaki dan pergelangan kaki, berkonsentrasi pada area
tertentu sebagai berikut:
Periksa untuk kelembutan pergelangan kaki posterior, bengkak, atau jeda
yang teraba di tendon.

Periksa kekuatan otot. Pasien masih mungkin dapat plantarflex pergelangan


kaki dengan kompensasi dengan otot lain, tetapi kekuatan akan lemah.
Single-ekstremitas meningkat tumit tidak akan mungkin.
Lutut fleksi test:
Periksa posisi istirahat pergelangan kaki dengan lutut tertekuk rawan dan
pasien 90 . Kehilangan tegangan normal soleus istirahat gastrocnemius akan
memungkinkan pergelangan kaki untuk menganggap posisi yang lebih
dorsiflexed dari itu di sisi terluka.

2. Thompson test (simmonds)


Posisi pasien rawan dengan jelas kaki meja. Meremas betis biasanya
menghasilkan plantarflexion pasif pergelangan kaki. jika Achilles tendon tidak
dalam kontinuitas, pergelangan kaki tidak akan pasif flex dengan kompresi otot
betis.
Uji Simmonds ' (Uji Thompson ) akan positif, meremas otot betis dari sisi yang
terkena sementara pasien berbaring rawan, menghadap ke bawah, dengan nya
kaki menggantung hasil longgar tidak ada gerakan (tidak ada plantarflexion pasif)
kaki, sementara gerakan diharapkan dengan tendon Achilles utuh dan harus
diamati pada manipulasi betis terlibat. Berjalan biasanya akan sangat terganggu,
karena pasien akan mampu melangkah dari tanah menggunakan kaki terluka.
Pasien juga akan dapat berdiri di ujung kaki itu, dan menunjuk kaki ke bawah
( plantarflexion ) akan terganggu. Nyeri bisa menjadi berat dan pembengkakan
adalah umum.

3. Tes O'Brien
Tes Obrien juga dapat dilakukan yang memerlukan menempatkan jarum steril
melalui kulit dan masuk ke tendon. Jika hub jarum bergerak dalam arah yang
berlawanan tendon dan arah yang sama dengan jari-jari kaki ketika kaki bergerak
naik dan turun maka tendon setidaknya sebagian utuh.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiografi
Untuk mengevaluasi struktur tulang jika bukti hadir dari patah tuberositas
calcaneal dan avulsion Achilles tendon, radiografi biasanya menggunakan sinarX untuk menganalisis titik cedera. Ini sangat tidak efektif untuk mengidentifikasi
cedera jaringan lunak. Sinar-X dibuat ketika elektron energi tinggi menghantam
sumber logam. Gambar X-ray diperoleh dengan memanfaatkan karakteristik
redaman yang berbeda padat (misalnya kalsium dalam tulang) dan jaringan
kurang padat (misalnya otot) ketika sinar tersebut melewati jaringan dan terekam
dalam film. Sinar-X umumnya terkena mengoptimalkan visualisasi benda padat
seperti tulang, sementara jaringan lunak masih relatif undifferentiated di latar
belakang. Radiografi memiliki sedikit peran dalam penilaian cedera tendon
Achilles dan lebih berguna untuk mengesampingkan luka lain seperti patah tulang
calcaneal.
2. USG

USG dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter, dan


kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi
suara melalui tubuh Anda. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang
antara cairan interstisial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar ini
tercermin dapat dianalisis dan dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar ini
diambil secara real time dan dapat sangat membantu dalam mendeteksi
pergerakan tendon dan memvisualisasikan luka atau mungkin air mata. Perangkat
ini membuatnya sangat mudah untuk menemukan kerusakan struktural untuk
jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera ini.
3. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dapat digunakan untuk membedakan pecah lengkap dari degenerasi tendon
Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara paratenonitis, tendinosis, dan
bursitis. Teknik ini menggunakan medan magnet yang kuat untuk menyelaraskan
seragam jutaan proton berjalan melalui tubuh. proton ini kemudian dibombardir
dengan gelombang radio yang mengetuk beberapa dari mereka keluar dari
keselarasan. Ketika proton ini kembali mereka memancarkan gelombang radio
sendiri yang unik yang dapat dianalisis oleh komputer 3D untuk membuat gambar
penampang tajam dari area of interest. MRI dapat memberikan kontras yang tak
tertandingi dalam jaringan lunak untuk foto kualitas yang sangat tinggi sehingga
mudah bagi teknisi untuk melihat air mata dan cedera lainnya.
4. Musculoskeletal ultrasonografi
Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan ketebalan
tendon, karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan
frekuensi yang sangat tinggi dari suara melalui tubuh Anda. Beberapa suara yang
dipantulkan kembali dari ruang antara cairan interstitial dan jaringan lunak atau
tulang. Gambar-gambar tercermin dapat dianalisis dan dihitung ke dalam gambar.
Gambar-gambar diambil secara real time dan dapat sangat membantu dalam
mendeteksi gerakan tendon dan memvisualisasikan kemungkinan cedera atau air
mata. Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk melihat kerusakan
struktural pada jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis
cedera. Pencitraan ini modalitas murah, tidak melibatkan radiasi pengion dan, di
tangan ultrasonographers terampil, mungkin sangat handal.
5. Foto Rntgen
Foto rontgen digunakan untuk melihat tendon yang rusak pada bagian otot tubuh.
6. Tes Copeland
Dalam tes ini, manset Sphygmomanometer melilit betis di bagian tengah
sementara pasien berbaring. Manset mengembang hingga 100 milimeter merkuri
(13,33kilopascal) dengan kaki di fleksi plantar. Kaki kemudian dorsofleksi. Jika
tekanan naik sampai sekitar 140 milimeter merkuri (18,66 kilopascal), unit
musculotendinous dianggap menjadi utuh. Namun, jika tekanan tetap sekitar 100
milimeter merkuri (13,33 kilopascal), maka diagnosis ruptur tendon Achilles
dapat ditegakkan.
(Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. Jakarta)

3.2 Penatalaksanaan rupture tendo Achilles


-

Terapi Fisik

Seorang individu yang mengalami ruptur tendon Achilles-nya harus mencari


pengobatan medis yang segera. Terapi fisik umumnya tidak ditunjukkan untuk fase akut
pengobatan, tetapi menjadi bagian penting dalam proses pemulihan total.
Pengobatan Konservatif
Imobilisasi langsung untuk ruptur tendo Achilles baik secara parsial,maupun seluruhnya.

Latihan bergerak sangan penting dalam proses pemuliahn rupture tendo Achilles
Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit agar ujung
tendin dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari pemakaian boot ini adalah
pasien dapat bergerak.
Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut selama 4-6
minggu dalam posisi fleksi 30-40 pada lutut dan fleksi plantar pada pergelangan
kaki.
fisioterapi

Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Twaddle dan Poon, pasien dalam kelompok
bedah memperbaiki tendon Achilles dengan menjalani menggunakan prosedur Krackow,
diikuti oleh pemasangan gips equinus, sedangkan pasien non-bedah yang ditempatkan
langsung di cor. Setelah pelepasan gips, pasien dipakaikan orthosis yang dapat dilepas dengan
posisi pergelangan kaki pada 20 dari fleksi plantar. Pasien melepas splint selama 5 menit
setiap jam, dan duduk dengan kaki menggantung, melatih dorsofleksi secara aktif dan fleksi
plantar pasif, yang memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman.
Pada minggu ke-4, orthosis dibawa ke posisi netral, dengan protokol ROM yang sama
seperti minggu sebelumnya. Pada 6 minggu, pasien diizinkan untuk menanggung berat badan
yang ditoleransi sambil mengenakan orthosis. Pada saat ini, mereka juga diperbolehkan untuk
melepas orthosis di malam hari. Pada minggu ke-8, pasien diperbolehkan melepas orthosis
dan kemudian mulai terapi fisik untuk peregangan dan penguatan. Ada 3 kasus reruptures, 2
di bedah dan 1 pada kelompok nonsurgical. Dari 2 reruptures bedah, 1 jatuh dari tangga, dan
yang lainnya ditabrak mobil saat mencoba menghentikan perampokan. Pasien nonsurgical
tergelincir dari tanggul di minggu ke-16. Semua reruptures dirawat melalui pembedeahan.
Lainnya, protokol konservatif yang lebih baru menggunakan periode nonweightbearing-casting, baik di atas atau di bawah lutut, dengan kaki di equinus sekitar 2-4 minggu,
dan kemudian seri casting atau dengan penurunan derajat fleksi plantar ke netral pada interval
2 hingga 4 minggu.
Percutaneous Surgery
Pada tindakan ini,dibuat sayat kecil selebar 2-4 cm. Melalui luka tusuk, jahitan
melewati ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan ketika pergelangan kaki berada pada
equinus maksimal. Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan simpul, dan
mendorong subkutan. Luka-luka kecil dibersihkan dan dipasang perban kering dan steril
Setelah itu, pasien menggunakan bantalan gips yang tanpa beban. Penggunaan gips dilakukan
selama 4 minggu, diikuti oleh 4 minggu di bantalan berat dan pemakaian gips dengan elevasi
tumit rendah.

Open Surgical Repair


Perbaikan terbuka dilakukan dengan menggunakan pendekatan longitudinal medial.
Insisi medial memiliki keuntungan visualisasi yang lebih baik pada tendon plantaris, serta
menghindari cedera pada saraf Sural. Insisi garis tengah jarang digunakan karena tingginya
tingkat komplikasi luka dan adesi. Pada pendekatan ini, dibuat sayatan sepanjang 3-10 cm.
setelah paratenon disayat secara longitudinal, ujung tendon dapat dikenali dengan mudah dan
didekatkan dengan menggunakan jahitan tipe Kesler/Krackow/Bunnell dengan menggunakan
nonabsorbable suture. Selanjutnya, epitenon disambung dengan teknik cross-stitch. Paratenon
harus disambung kembali agar tidak terjadi adesi. Kemudian, penutupan oleh kulit akan
membatasi terjadinya komplikasi luka.
Setelah operasi, pergelangan kaki dipertahankan dalam fleksi saat pemasangan
orthosis. Setelah periode imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke plantar atau sedikit
dalam orthosis kaku, dan pasien diperbolehkan memakai bantalan berat parsial. Imobilisasi
biasanya dihentikan 4-6 minggu setelah perbaikan. Pada saat itu, jangkauan yang aktif dan
aktif-dibantu gerak, berenang, bersepeda stasioner, dan berjalan dalam sepatu dilengkapi
dengan mengangkat tumit dapat dimulai. Dalam kebanyakan kasus, pasien dapat beraktivitas
kembali dalam jangka waktu 4 bulan.
Tindakan operasi untuk perbaikan ruptur Achilles tendon telah dilaporkan memiliki
tingkat yang lebih rendah dalam terjadinya rerupture; peningkatan kekuatan otot pasca
operasi,dan daya tahan, dan membutuhkan waktu yang lebih singkat agar dapat kembali
beraktivitas normal jika dibandingkan dengan tindakan konservatif. Namun, kemungkinan
terjadinya komplikasi luka seperti infeksi, drainase, pembentukan sinus, dan pengelupasan
kulit lebih tinggi daripada tindakan non-operasi.
Pengobatan lainnya
Pasien dengan diabetes, masalah penyembuhan luka, penyakit vaskular, neuropati,
atau komorbiditas sistemik yang serius dianjurkan untuk memilih pengobatan nonoperative
karena risiko yang signifikan dari pengobatan operasi (misalnya, infeksi, luka rincian,
dehiscence perbaikan, komplikasi perioperatif).

Gips kaki pendek adalah dipasang pada kaki yang terkena sementara pergelangan kaki
ditempatkan di plantar fleksi sedikit (equinus gravitasi).Dengan menjaga kaki dalam
posisi ini, ujung tendon secara teoritis lebih baik. Imobilisasi Cast dilanjutkan selama
sekitar 6-10 minggu. Dorsofleksi Paksa merupakan kontraindikasi. Pergelangan kaki
secara bertahap dapat dorsofleksi ke posisi yang lebih netral setelah periode
imobilisasi (~ 4-6 minggu). Posisi ini ditopang dengan casting serial atau pergelangan
kaki orthotics yang disesuaikan. Berjalan dengan menggunakan cor diperbolehkan
saat masa tersebut. Setelah pelepasan cor, tumit di sepatu diangkat setinggi 2 cm dab
dipakai selama 2-4 bulan. Selama waktu ini, program rehabilitasi dimulai.
Keuntungan pengobatan nonoperative termasuk komplikasi luka tidak ada (misalnya,
kerusakan kulit, infeksi, pembentukan bekas luka, cedera neurovaskular), biaya rumah
sakit menurun dan biaya dokter, morbiditas lebih rendah, dan tidak ada paparan
anestesi.

Kekurangan pengobatan nonoperative termasuk insiden yang lebih tinggi rerupture (hingga
40%) dan lebih sulit perbaikan reruptur bedah. Selain itu, tepi tendon dapat menyembuhkan
dalam posisi memanjang karena celah di ujung tendon yang mengakibatkan penurunan daya
fleksi plantar dan daya tahan

Terapi obat NSAID


-Ibuprofen
Menghilangkan nyeri ringan sampai sedang ,menghambat

Anda mungkin juga menyukai