LI 1.
1102014252
Kedua kromosom no 11 masing-masing memiliki satu gen globin beta (untuk total dua gen).
Kedua chromsomes no 16 masing-masing memiliki gen globin alpha dua (untuk total empat gen).
Protein hemoglobin subunit alfa memiliki dua dan dua subunit beta. Setiap gen globin alpha
menghasilkan hanya sekitar setengah jumlah protein dari gen globin beta tunggal. Hal ini membuat
produksi subunit protein yang sama. Thalasemia terjadi ketika sebuah gen globin gagal dan produksi
subunit protein globin akan dilempar keluar.
Clusters Gen Globin
1. Cluster gen- terletak pada kromosom 16 :
- Terdiri atas satu gen- fungsional dan dua gen- ( 1 dan 2)
- Exon kedua gen globin- mempunyai sekuens yang identikal
- Produksi mRNA 2 melebihi produksi mRNA 1 oleh faktor 1, 5 ke 3
2. Cluster gen- terdapat pada kromosom 11 :
- Terdiri atas satu gen fungsional
- Flanking regions mengandung conserved sequences, penting untuk ekspresi gen
3. Pengaturan cluster gen globin
- Transkrip primer adalah prekusor mRNA yang besar, dengan kedua sekuens intron
dan exon, yang secara ekstensif diproses di dalam nukleus untuk menghasilkan
mRNA akhir
- Ekspresi gen globin diatur oleh mekanisme kontrol yang kompleks
4. Perubahan dan perkembangan ekspresi gen globin
- Globin- yang di produksi dalam konsentrasi rendah mulai minggu ke 8 sampai 10
masa fetus dan sangat meningkat pada gestasi 36 minggu
- Globin- yang di produksi dalam konsentrasi pada awalnya mulai menurun pada
gestasi 36 minggu
- Pada saat kelahiran globin- dan globin- di produksi secara seimbang
- Pada usia 1 tahun, produksi globin- kurang dari 1% dari produksi globin non- total
- Mekanisme perubahan tidak jelas, mungkin melibatkan a time clock dalam sel asal
(stem cells) hemopoiesis
- Sintesis hemoglobin fetal dapat di reaktivasi pada orang dewasa bila terjadi stress
hemopoiesis.
LO 1.3. Memahami dan Menjelaskan Sintesis Hemoglobin
Kadar hemoglobin normal yang terdapat di dalam satu sel darah merah adalah sekitar 32pg. (mean
cell hemoglobin, MCH = 32 2pg). Proses sintesis hemoglobin yang normal memerlukan cadangan
zat besi yang mencukupi dan produksi protoporphyrin dan globin yang normal. Proses sintesis
protoporphyrin dimulai di dalam mitokondria dengan pembentukan delta aminolevulenic acid
(ALA) daripada glycine dan succinyl-CoA yang berasal dari siklus asam sitrat. Seterusnya, proses
dilanjutkan dengan pembentukan porphobilinogen, uroporphyrin dan coproporphyrin yang terjadi di
sitoplasma sel. Dua molekul ALA bergabung membentuk porphobilinogen yang mengandung satu
rantai pyrrole. Melalui proses deaminasi, empat prophobilinogen digabungkan menjadi
hydroxymethyl bilane, yang kemudiannya dihidrolisis menjadi uroporphyrin. Uroporphyrin
kemudiannya mengalami dekarboksilasi menjadi coporphyrin. Enzim coporphyrin oxidase
mengoksidasi coporphyrin kepada protpoporphyrinogen. Protoporphyrinogen seterusnya
dioksidaksikan membentuk protoporphyrin. Proses terakhir adalah penggabungan rantai
protoporphyrin dengan ion ferous, Fe dan 2,3-DPG akan terlepas dari posisi asalnya yaitu di antara
rantai - globin lalu membuka molekul heme untuk menerima oksigen. Seterusnya, oksigen yang
berikatan dengan salah satu kelompok heme akan meningkatkan afinitas dari kelompok heme yang
lain kepada oksigen. Interaksi inilah yang menyebabkan terjadinya bentuk sigmoid pada kurva
disosiasi oksigen
Semua gen globin mempunyai tiga ekson (region yang mengkode) dan dua intron (region
yang tidak mengkode). rNA awal disalin dari intron dan ekson, dan dari salinan ini, RNA yang berasal
dari intron dibuang melalui proses yang dikenal sebagai penggabungan (splicing). Intron selalu
dimulai dengan dinukleotida G-T dan diakhiri dengan dinukleotida A-G. mekanisme penggabungan
mengenali sekuens-sekuens ini dan juga sekuens-sekuens tetangganya yang dipertahankan. RNA
dalam inti juga di tutup dengan penambahan suatu struktur pada ujung 5 yang mengandung suatu
gugus tujuh metil-guanosin. Struktur tutup mungkin penting untuk perlekatan mRNA pada ribosom.
mRNA yang baru terbentuk juga mengalami poliadenilasi pada ujung 3. Proses ini menstabilkan
mRNA. Talasemia dapat terjadi akibat mutasi atau delesi salah satu sekuens tersebut. Sejumlah
sekuens lain yang dipertahankan penting dalam sintesis globin, dan mutasi pada tempat-tempat ini
dapat juga menyebabkan talasemia. Sekuens-sekuens ini memengaruhi transkripsi gen, memastikan
kendalanya, menentukan tempat untuk mengawali dan mengakhiri translasi dan memastikan stabilitas
mRNA yang baru disintesis. Promotor ditemukan pada posisi 5 pada gen, apakah dekat dengan
tempat inisiasi atau lebih distal. Ini adalah tempat RNA polymerase berikatan dengan mengkatalisis
transkripsi gen. penguat (enhancer) ditemukan pada posisi 5 atau 3 terhadap gen. penguat penting
dalam regulasi ekspresi gen globin yang spesifik jaringan dan dalam regulasi sintesis berbagai rantai
globin selama kehidupan janin dan pasca kelahiran. Regio pengendali lokus (locus control
region/LCR) adalah unsur regulasi genetic, yang terletak jauh di hulu kelompok globin , yang
mengendalikan aktivitas genetic masing-masing domain, kemungkinan dengan berinteraksi secara
fisik dengan region promontory dan membuka kromatin untuk memungkinkan factor transkripsi untuk
berikatan. Kelompok gen globin juga mengandung region mirip LCR yang disebut HS-40. Factorfaktor transkripsi GATA-1, FOG dan NF-E2, yang terutama diekspresikan pada precursor eritroid,
penting dalam menentukan ekspresi gen globin dalam sel eritroid.
Kelainan hemoglobin disebabkan oleh :
1
2
Berikut ini kelompok sindrom yang berasal dari sintesis rantai atau dengan substitusi asam amino.
Namun pada banyak kasus, kelainan ini sepenuhnya tidak tampak
Sindrom
Hemolisis
Talasemia
Polisitemia familial
Methemoglobinemia
Kelainan
Hemoglobin yang mengkristal (Hb S, C, D, E dll), hemoglobin tak stabil
atau yang disebabkan oleh menurunnya sintesis rantai globin
Perubahan afinitas oksigen
Kegagalan reduksi (Hb Ms)
Kelainan yang paling penting secara klinis adalah anemia sel sabit. Hemoglobin (Hb) C, D, E juga
sering ditemukan, dan seperti Hb S, merupakan substitusi pada rantai . Hemoglobin tak stabil jarang
ditemukan dan menyebabkan anemia hemolitik kronik dengan derajat keparahan yang bervariasi
dengan hemolysis intravascular. Hemoglobin abnormal juga dapat menyebabkan polisitemia (familial)
atau methemoglobinemia kongenital. Defek genetic hemoglobin adalah kelainan genetic yang paling
banyak ditemukan diseluruh dunia. Kelainan ini ditemukan pada daerah tropis dan subtropics dan
sebagian besar tampaknya
bersifat terseleksi karena status pembawa memberikan sedikit
perlindungan terhadap malaria.
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Mutasi Gen pada Molekul Globin
Jenis jenis Hb
Pada orang dewasa:
-
HbA (96%), terdiri atas 2 pasang rantai globin alfa dan beta (
HbA2 (2,5%), terdiri atas 2 pasang rantai globin alfa dan delta (2
2 2
Pada fetus:
-
HbF (predominasi), terdiri atas 2 pasang rantai globin alfa dan gamma (2
Pada saat dilahirkan HbF terdiri atas rantai globin alfa dan Ggamma (2G
gamma (2A
)
) dan alfa dan
), dimana kedua rantai globin gamma berbeda pada asam amino di posisi 136
Pada embrio:
-
2
2
)
2
), sebelum minggu ke 8
intrauterin
Semasa tahap fetus terdapat perubahan produksi rantai globin dari rantai zeta ke rantai alfa dan
dari rantai epsilon ke rantai gamma, diikuti dengan produksi rantai beta dan rantai delta saat
kelahiran
C h ro m o s o m e # 1 6
5'
G lo b in G e n e s :
C h a in s S y n th e s iz e d
H b ty p e s :
2 2
(G o w e r- I)
2 2
(P o rt la n d )
E m b ryo
2 2
(G o w e r- II)
3'
C h ro m o s o m e # 11
5'
3'
G lo b in G e n e s :
C h a in s S y n t h e s iz e d
H b ty p e s :
A
2
2
(H b - F )
F e tu s
2 2 2 2
(H b - A 2 ) (H b - A )
Hemoglobin
adalah
kompleks protein yang
terdiri atas gugus heme yang mengandung
besi dan bagian protein, yaitu globin.Molekul
Hb merupakan tetramer yang terdiri atas dua
pasang rantai polipeptida. Dalam eritrosit
embrio, janin, anak, dan dewasa ada 6 Jenis
Hb normal: Hb Embrio (Gower-1, Gower-2,
dan Protland) Hb Janin (HbF), dan Hb dewasa
(Hb A, Hb A2). Ada dua kelompok gen untuk
rantai polipeptida yang terletak di
kromosom 16 manusia. Gena , dan terikat
berdekatan pada kromosom 11.
A d u lt
Thalassemia kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orangtua
kepada anak-anaknya secara autosomal resesif yang secara umum terdapat penurunan kecepatan
sintesis pada satu atau lebih rantai polipeptida hemoglobin. Secara molekuler thalassemia dibedakan
atas thalassemia dan thalassemia . Namun berdasarkan gejala klinisnya, thalassemia terbagi
menjadi thalassemia minor, thalassemia mayor dan thalassemia intermedia.
Thalassemia perubahan kecepatan sintesis/produksi rantai globin tertentu atau suatu kelainan
genetik yang beraneka ragam ditandai oleh penurunan sintesis rantai dan
LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi dan factor resiko Thalassemia
Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara genetik dan resesif.
Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada
kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang
mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin
beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat
thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat
berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila
kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia
(Homozigot/Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masingmasing membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen
globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing
pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan.
Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen thalassemia) dari
bapak dan ibunya maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat
sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan
lain adalah anak mendapatkan gen globin beta normal dari kedua orang tuanya.
Mekanisme penurunan penyakit thalassemia :
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat
thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia beta
mayor (anemia berat).Thalassemia terjadi akibat adanya perubahan pada gen globin pada kromosom
manusia. Gen globin adalah bagian dari sekelompok gen yang terletak pada kromosom 11. Kelainan
genetik dalam hal kurangnya satu atau lebih/tidak terbentuknya rantai globin ( atau ) dari
hemoglobin.
Mutasi gen globin pada kromosom 11 yang mengkode rantai
Delesi gen globin pada kromosom 16 yang mengkode rantai
Apabila satu atau lebih gen yang memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan
terjadi penurunan produksi protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen pada globin
alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan
menyebabkan penyakit beta-thalassemia.
Bentuk daripada gen beta-globin ini diatur oleh locus control region (LCR). Berbagai mutasi
pada gen atau pada unsur-unsur dasar gen menyebabkan cacat pada inisiasi atau pengakhiran
transkripsi, pembelahan RNA yang abnormal, substitusi, dan frameshifts. Hasilnya adalah penurunan
atau pemberhentian daripada penghasilan rantai beta-globin, sehingga menimbulkan sindrom
thalassemia beta.
Mutasi Beta-zero (0) ditandai dengan tidak adanya produksi beta-globin, yang biasanya akibat
mutasi nonsense, frameshift, atau splicing. Sedangkan mutasi beta-plus(+) ditandai dengan adanya
produksi beberapa beta-globin tetapi dengan sedikit cacat splicing. Mutasi yang spesifik memiliki
beberapa hubungan dengan faktor etnis atau kelompok berbeda yang lazim di berbagai belahan dunia.
Seringkali, sebagian besar individu yang mewarisi penyakit ini mengikuti pola resesif autosomal,
dengan individu heterozigot memiliki kelainan gen tersebut, sedangkan pada individu heterozigot atau
individu compound homozigot, kelainan itu memanifestasi sebagai penyakit beta-thalassemia mayor
atau intermedia.
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Thalassemia
Thalassemia ternyata tidak saja terdapat di sekitar Laut Tengah, tetapi juga di Asia Tenggara yang
sering disebut sebagai sabuk thalassemia (WHO, 1983) sebelum pertama sekali ditemui pada tahun
1925 (Lihat Gambar 2). Di Indonesia banyak dijumpai kasus thalassemia, hal ini disebabkan oleh
karena migrasi penduduk dan percampuran penduduk.
1
Thalasemia
Dilihat dari distribusi geografiknya maka thalasemia banyak dijumpai di Mediterania, Timur
Tengah, India, Pakistan, Asia Tenggara, Rusia Selatan,Cina. Jarang di Afrika kecuali Liberia dan
beberapa Afrika Utara sporadik pada semua ras. Di Siprus lebih banyak dijumpai varian + di
Asia Tenggara lebih banyak 0. Jika dilukiskan di peta dunia terlihat seperti sabuk talasemia
dimana Indonesia termasuk didalamnya.
Thalasemia
Terbentang dari Afrika ke Mediterania, Timur Tengah, Asia Timur, danTenggara Hb Barts
sindrom dan HbH disease terbatas di populasi AsiaTenggara dan Mediterania.
Patofisiologi Talesemia sebanding dengan jumlah gen yang terkena. Pada homozigot (-/-)
tidak ada rantai yang diproduksi. Pasien memiliki Hb Barts yang tinggi dengan Hb embrionik.
Meskipun kadar Hb nya cukup, karena hampir semua merupakan Hb Barts, fetus tersebut sangat
hipoksik. Sebagian besar pasien lahir mati dengan tanda-tanda hipoksia intrauterin. Bentuk
heterozigot talesemia o dan + menghasilkan ketidakseimbangan jumlah rantai tetapi pasiennya
mampu bertahan dengan penyakit HbH. Kelainan ini ditandai dengan adanya anemia hemolitik,
adaptasi terhadap anemianya sering tidak baik, karena HbH tidak berfungsi sebagai pembawa
oksigen.
Bentuk heterozigot Talasemia o (-/) dan delesi homozigot Talesemia + (-/-)
berhubungan dengan anemia hipokromik ringan, mirip Talesemia . Meskipun pada Talesemia o
ditemukan eritrosit dengan inklusi, gambaran ini tidak didapatkan pada Talesemia +. Hal ini
menunjukkan diperlukan jumlah kelebihan rantai tertentu untuk menghasilkan 4 tetramer. Yang
menarik adalah bentuk heterozigot non delesi talasemia (T/T) menghasilkan rantai yang
lebih sedikit, dan gambaran klinis penyakit HbH.
LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Thalassemia
1
Bentuk thalassemia-
Thalassemia-0 (-zerothalassemia)
Thalassemia-+ (-plusthalassemia)
Genotip
Fenotip
0 0
Thalassemia homozigot ( )
Thalassemia- intermedia
Thassemia- adalah penderita thalassemia yang dapat mempertahankan hemoglobin
minimun 7 g% atau lebih tanpa mendapat transfusi. Ketidak seimbangan antara sintesis rantai
dan berada di antara thalassemia minor dan mayor, sehingga fenotip klinik menyerupai
gambaran di antara fenotip thalassemia mayor yang sangat bergantung transfusi darah dan
thalassemia minor yang asimtomatik
Thalassemia- minor/trait
Adanya satu gen normal pada individu heterozigot memungkinkan sintesis rantai -globin
yang memadai, sehingga penderita biasanya asimtomatik. Bentuk ini lebih umum terjadi
daripada thalassemia mayor dan mengenai kelompok etnik yang sama. Apus darah tepi biasanya
Genotipe
Penyakit
Genetika
Molekular
Talasemia
0 Parah, memerlukan Delesi gen yang
transfusi
darah jarang pada 0/0
secara berkala
Talasemia mayor
Talasemia
homozigot
(0 /0);
Thalasemia Intermedia
Talasemia
+
+
homozigot ( /+)
Talasemia minor
0 /
+ /
Defek
pada
pemrosesan
transkripsi
atau
translasi mRNA globin
Asimtomatik dengan
anemia ringan atau
tanpa
anemia;
ditemukan kelainan
RBC
Thalassemia-
Thalassemia dibagi menjadi tiga sindrom klinik, yakni :
Thalassemia minor (trait)/heterozigot : anemia hemolitik mikrositik hipokrom.
Thalassemia mayor/homozigot : anemia berat yang bergantung pada transfusi darah.
Thalassemia intermedia : gejala diantara thalassemia mayor dan minor.
a
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 6 bulan setelah lahir dan tidak dapat hidup tanpa
ditransfusi.
- Pembesaran hati dan limpa terjadi karena penghancuran sel darah merah berlebihan,
haemopoesis ekstra modular, dan kelebihan beban besi.
- Perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah berupa deformitas dan
fraktur spontan, terutama kasus yang tidak atau kurang mendapat transfusi darah.
Deformitas tulang, disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat menyebabkan
pertumbuhan berlebihan tulang prontal dan zigomatin serta maksila. Pertumbuhan gigi
biasanya buruk. Facies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung
masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras
untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.
- Gejala lain yang tampak ialah : anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai umur,
berat badan kurang, perut membuncit. Jika pasien tidak sering mendapat transfusi darah
kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit.
Thalasemia intermedia
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada Thalasemia mayor, anemia
sedang (hemoglobin 7 10,0 g/dl). Gejala deformitas tulang, hepatomegali dan splenomegali,
eritropoesis ekstra medular dan gambaran kelebihan beban besi nampak pada masa dewasa.
Thalassemia-
a Hydrops Fetalis dengan Hb Barts
Hydrops
fetalis
dengan edema
permagna,
hepatosplenomegali, asites, serta kardiomegali. Kadar Hb 6-8 gr/dL,
eritrosit hipokromik dan berinti. Sering disertai toksemia
gravidarum, perdarahan postpartum, hipertrofi plasenta
yang dapat membahayakan sang ibu.
HbH disease
Gejalanya adalah anemia hemolitik ringan-sedang, Hb 7-10 gr%, splenomegali, sumsum
tulang hiperplasia eritroid, retardasi mental dapat terjadi bila lokus yang dekat dengan cluster
gen- pada kromosom 16 bermutasi/ co-delesi dengan cluster gen-. Krisis hemolitik juga
dapat terjadi bila penderita mengalami infeksi, hamil, atau terpapar dengan obat-obatan
oksidatif.
Untuk menegakkan diagnosis thalasemia diperlukan langkah sebagai berikut, seperti yang
digambarkan pada alogaritma dibawah ini
Riwayat penyakit
(ras, riwayat keluarga, usia awal penyakit, pertumbuhan)
Pemeriksaan fisik
(pucat, ikterus, splenomegali, deformitas skeletal, pigmentasi)
Laboratorium darah dan sediaan apus
(hemoglobin, MCV, MCH, retikulosit, jumlah eritrosit, gambaran darah
tepi/termasuk badan inklusi dalam eritrosit darah tepi atau sumsum tulang,
dan presipitasi HbH)
Elektroforesis hemoglobin
(Adanya Hb abnormal, termasuk analisis pada Ph 6-7 untuk HbH dan H
Barts
Penentuan HbA2 dan HbF
(untuk memastikan thalassemia )
Distribusi HbF
intraseluler
Analisis struktural
Hb varian (Misal Hb
Lepore)
Riwayat penderita dan keluarga sangat penting dalam mendiagnosis thalasemia, karena
pada populasi dengan ras dan etnik tertentu terdapat frekuensi yang tinggi jenis gen abnormal
thalasemia yang spesifik. Pemeriksaan fisik mengarahkan ke diagnosis thalasemia, bila dijumpai
gejala dan tanda pucat yang menunjukan anemia, ikterus yang menunjukan hemolitik, splenomegali
yang menunjukan adanya penumpukan (poooling) sel abnormal, dan deformitas skeletal, terutama
pada thalasemia-, yang menunjukan ekspansi sumsum tulang, pada thalasemia mayor.
Penderita sindrom thalasemia umumnya menunjukan anemia mikrositik hipokrom. Kadar
hemoglobin dan hematokrit menurun, tetapi hitung jenis eritrosit biasanya secara disproporsi relatif
tinggi terhadap derajat anemia, yang menyebabkan MCV yang sangat rendah. MCHC biasanya edikit
menurun. Pada thalasemia mayor yang tidak diobati, relative distribution width (RDW) meningkat
karena anisositosis yang nyata. Namun pada thalasemia minor RDW biasanya normal, hal ini
membedakannya dengan anemia defisiensi besi. Pada pewarnaan Wright eritrosit khas mikrositik dan
hipokrom, kecuali pada fenotip pembawa sifat tersembunyi. Pada thalasemia -heterozigot dan HBH
disease, eritrosit mikrositik dengan poikilositosis ringan sampai dengan menengah. Pada thalasemia
heterozigot terdapat mikrositik dan hipokrom ringan, tetapi kurang poikilositosis. Pada thalasemia
homozigot dan heterozigot berganda , dapat ditemukan poikilostopsis yang ekstrim, termasuk sel
target dan eliptosit, dan juga polikromasia, basophilic stipping, dan nRBCs. Hitung retikulosit
meningkat, menunjukan sumsum tulang merespon proses hemolitik. Pada HBH disease, hitung
retikulosit dapat mencapai 10%. Pada thalasemia homozigot hitung retikulosit kurang lebih 5%; hal
ini secara tidak proporsional relatif rendah terhadap derajat anemia. Penyebabnya paling mungkin
akibat eritropoiesis infektif.
Sumsum tulang penderita thalassemia yang tidak diobati menunjukan hiperselularitas
yang nyata dengan hiperplasia eritroid yang ekstrim. Hemopoiesis ekstramedula terlihat menonjol.
Namun HbH disease kurang menunjukan hiperplasia eritroid. Sementara itu thalassemia heterozigot
hanya menunjukan hiperplasia eritroid ringan.
Eritrosit thalassemia yang mikrositik hipokrom memiliki fragilitas osmotik yang menurun.
Hal ini digunakan sebagai dasar dari variasi one-tube tes fragilitasosmotik sebagai uji tapis pembawa
sifat thalassemia pada populasi dimana thalassemia sering dijumpai. Namun, tes ini tidak dapat
membedakannya dengan anemia defisiensi besi, karena pada anemia defisiensi besi ditemukan
fragilitas osmotik yang menurun.
Pada thalassemia -minor (trait), HbH disease, dan thalassemia- pembawa sifat
tersembuyi (silent) tes pewarnaan brilliant chresyl blue untuk HbH inclusion dapat digunaka untuk
merangsang presipitasi HbH yang secara intrinsik tidak stabil. HbH inclusions mempunyai ciri khas
berupa materi (bodies) yang kecil, multipel, berbentuk iregular, berwarna biru kehjauan, yang mirip
bla golf atau buah raspberry. Materi ini biasanya merata dalam eritrosit. Pada HbH disease, hampir
seluruh eritrosit mengandung inclusions, sedangkan pada thalassemia minor hanya sedikit eritrosit
yang mengandung inclusions, sementara itu pada thalassemia pembawa sifat tersembunyi inclusions
ini jarang sekali ditemukan. Inclusions ini berbeda dengan Henz bodies, dimana materi ini
menunjukan ukuran yang lebih besar, jumlahnya sedikit, dans ering letaknya ekstrinsik disepanjang
membran eritrosit. Bila tidak ditemukan HbH inclosions tidak berarti menghilangkan kemungkinan
diagnosis thalassemia- minor atau pembawa sifat tersembunyi. Untuk itu diperlukan metode
pemeriksaan khusus.
Elektroforesis dengan selulosa asetat pada pH basa pentign untuk menapis diagnosis
hemoglobin H, Barts, Constrant Spring, Lepore, dan variasi lainnya. HbH dan Barts cepat bergerak
pada selulosa asetat pada ph basa tetapi pada pH asam hanya mereka merupakan hemooglobin yang
bermigrasi anodally. Peningkatan HbA2 dengan elektrofosesis hemoglobin dapat dilakukan pada uji
tapis thalassemia- minor, yang diukur dengan menggunakan mikrohematografi, nilai HbA2
Peningkatan HbF yang ditamukan ada thalassemia-, HPFH dan varian thalassemia- lainnya dapat
dideteksi dengan juga dengan elektroforesis.
Prosedur khusus lainnya seperti tes rantai globin dan analisis DNA dikerjakan untuk
mengidentifikasi genotip spesifik. Uji ini dapat dilakukan untuk tujuan penelitian, untuk membedakan
thalassemia- carrier dari thalassemia carrier, untuk mengidentifikasi gen pembawa sifat
tersembunyi atau melihat pola pewarisan keluarga dengan gen yang banyak. Harus ditentukan apakah
keuntungan uji lengkap ini melebihi biayanya.
Diagnosis Banding :
An.defisiensi
besi
MCV
MCH
Besi serum
TIBC
Saturasi
Transferin
Besi sum2 tlng
Menurun
Menurun
Menurun
Meningkat
Menurun
<15%
Negative
Protoporfirin
Feritin
Serum
Meningkat
Menurun
<20mikro g/dl
Elektrofoesis
Hb
An.akibat
penyakit
kronik
Menurun/N
Menurun/N
Menurun
Menurun
Menurun/N
10-20%
Positif
Meningkat
Normal
20-200 mikro
g/dl
N
Thalassemia
An.sideroblastik
Menurun
Menurun
Normal
Normal/meningkat
meningkat
>20%
Positif kuat
Menurun/N
Menurun/N
Normal
Normal/meningkat
Meningkat
>20%
Positif dgn ring
sideroblast
Normal
Meningkat
>50 mikro g/dl
Normal
Meningkat
>50mikro g/dl
Hb A2
meningkat
darah yang mengukur jumlah berbagai jenis hemoglobin (elektroforesis hemoglobin). Hitung
darah lengkap (CBC) pada anggota lain dari keluarga (orang tua dan saudara kandung). Hasil
menentukan apakah mereka telah thalassemia. Dokter sering mendiagnosa bentuk yang paling
parah adalah thalassemia beta mayor atau anemia Cooley's. Kadar Hb adalah 7 10 g/ dL. Pada
sediaan hapus darah tepi ditemukan anemia hipokrom mikrositik, anisositosis, dan
poikilositosis (target cell).
2
Elektroforesis Hemoglobin
Elektroforesis hemoglobin adalah pengujian yang mengukur berbagai jenis protein pembawa
oksigen (hemoglobin) dalam darah. Pada orang dewasa, molekul molekul hemoglobin
membentuk persentase hemoglobin total seperti berikut :
HbA
: 95% -98%
HbA2 : 2% - 3%
HbF : 0,8 % -2%
HbS : 0%
HbC : 0%
Pada kasus thalasemia beta intermedia, HbF dan HbA2 meningkat. Pemeriksaan pedigree:
kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait (carrier) dengan HbA2 meningkat (>
3,5% dari Hb total)
Pemeriksaan Rontgen
Foto Ro tulang kepala, gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan
trabekula tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula
tampak jelas.
LO 2.7Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Thalassemia
Transfusi sel darah merah pemberian yang teratur, akan mengurangi komplikasi anemia dan
eritropoiesis yang tidak efektif, membantu pertumbuhan dan perkembangan selama masa anakanak dan memperpanjang ketahanan hidup pada thalasesmia mayor. Keputusan untuk memulai
program transfusi didasarkan pada kadar hemoglobin <6 g/dl dalam interval 1 bulan selama 3
bulan berturut-turut, yang berhubungan dengan pertumbuhan yang terganggu, pembesaran
limpa dan atau ekspansi sumsum tulang. Sebelum dilakukan transfusi pertama, status besi dan
folat pasien harus diukur, vaksin hepatitis B diberikan dan fenotip sel darah merah secara
lengkap ditentukan, sehingga alloimunisasi yang timbul dapat dideteksi.
Regimen yang digunakan untuk mempertahankan konsentrasi hemoglobin sebelum transfusi
tidak melebihi dari 9,5 g/dl telah menunjukkan berupa penurunan kebutuhan transfusi dan
memperbaiki kontrol beban besi tubuh, dibandingkan dengan regimen transfusi dimana
hemoglobin lebih dari 11g/dl. Konsentrasi hemoglobin sebelum transfusi, volume sel darah
merah yang diberikan dan besarnya limpa, sebaiknya dicatat pada setiap kunjungan untuk
mendeteksi perkembangan hipersplenisme.
Usaha untuk mencegah penumpukan besi (hemochromatosis) akibat transfusi dan akibat
pathogenesis dari thalassemia sendiri. Dilakukan dengan pemberian iron chelator yaitu:
desferoksamin / desferal sehingga meningkatkan eksresi besi dalam urin. Desferoksamin
diberikan dengan infusin bag atau secara subkutan. Sekarang di Eropa dan India dikembangkan
preparat desferiprone yang dapat diberikan secara oral. Karena absorpsi deferoksamin secara
oral buruk.
Terapi
Deferasirox
(Exjade)
DFO
(Desferal)
Deferiprone
(Ferriprox)
Rekomendasi
a Dosis awal 20 mg/kg/hari pada pasien yang cukup sering
mengalami transfusi
b 30 mg/kg/hari pada pasien dengan kadar kelebihan besi
yang tinggi
c 10-15 mg/kg/hari pada pasien dengan kadar kelebihan besi
yang rendah
a 20-40 mg/kg (anak-anak), = 50-60 mg/kg (dewasa)
b Pada pasien anak < 3 tahun,direkomandasikan untuk
mengurangi dosis dan melakukan pemantauan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tulang
a 75 mg/kg/hari
b Dapat dikombinasikan dengan DFO bila DFO sebagai tidak
efektif
Pemberian asam folat 5mg/ hari secara oral untuk mencegah krisis megaloblastik.
Usaha untuk mengurangi proses hemolisis, yaitu dengan splenektomi. Hal ini dilakukan jika
splenomegali cukup besar serta terbukti adanya hipersplenisme. Splenektomi dapat
menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30% pada pasien yang indeks transfusinya
(dihitung dari penambahan PRC yang diberikan selama setahun dibagi berat badan dalam kg
pada pertengahan tahun) melebihi 200ml/kg/tahun. Karena adanya resiko infeksi, splenektomi
sebaiknya ditunda hingga usia 5 tahun. Minimal 2-3 minggu sebelum dilakukan splenektomi,
pasien sebaiknya divaksinasi denga vaksin pneumococcal dan Haemophlus influenza type B
dan sehari setelah operasi diberi penisilin profilaksis. Bila anak alergi, penisilin dapat diganti
dengan eritromisin.
Terapi definitive dengan transplantasi sumsum tulang meskipun penyembuhan pasien
dengan TST, prosedur yang optimal untuk seleksi pasien, waktu yang tepat untuk transplantasi,
dan regimen yang harus diperisapkan masih belum ditentukan dengan jelas hingga saat ini.
Ada tiga karakteristik yang bermakna dalam menimbulkan resiko komplikasi setelah
transplantasi allogenik pada pasien thalassemia: (1) Tingkatan hepatomegali (2) Adanya fibrosis
portal pada biopsy hati. (3) Efektivitas terapi pengikat sebelum transplantasi.
Pada pasien dengan satu dari faktor diatas sebelum transplantasi, kejadian bebas sakitnya
lebih buruk disbanding pasien tanpa faktor diatas. Pada pasien yang tidak memiliki faktor
tersebut sebelum TST allogenik (didefinisikan sebagai pasien kelas 1), ketahanan tanpa sakit
lebih dari 90%. Sebaliknya pada pasien dengan semua faktor diatas (pasien kelas 3) hanya 56%.
Faktor ini berkaitan dengan beratnya kelebihan besi pada saat transplantasi.
Keberhasilan transplantasi ini, membebaskan pasien dari transfusi kronis namun tidak
menghilangkan kebutuhan terapi pengikat besi pada semua kasus. Pengurangan konsentrasi
besi hati hanya ditemukan pada pasien muda dengan beban besi tubuh yang rendah sebelum
transplantasi, kelebihan besi pada parenkim hati bertahan sampai 6 tahun setelah TST, pada
kebanyakan pasien yang tidak mendapat terapi deferoksamin setelah transplantasi. Baik
flebotomi maupun pemberian deferoksamin jangka pendek aman dan efektif untuk menurunkan
besi jaringan pada pasien eks-thalassemia dan dapat dimulai 1 jam setelah transplantasi
sumsum tulang jika konsentrasi besi hati > 7mg/kg berat kering jaringan hati pada saat itu.
Terapi eksperimental dengan adanya rekayasa genetic transfer gen.
LO 28. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Thalassemia
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang berulang
ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga di timbun
dalam berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain lain. Hal ini menyebabkan
gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma
ringan. Kadang kadang thalasemia disertai tanda hiperspleenisme seperti leukopenia dan
trompositopenia. Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.
Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah diperiksa
terlebih dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis mengakibatkan sirosis hepatis, diabetes melitus dan
jantung. Pigmentasi kulit meningkat apabila ada hemosiderosis, karena peningkatan deposisi melanin.
Perawatan yang ada sekarang yaitu hanya dengan membantu penderita thalassemia berat untuk hidup
lebih lama lagi. Akibatnya, orang-orang ini harus menghadapi komplikasi dari gangguan yang terjadi
dari waktu ke waktu.
Transfusi darah adalah perawatan standar untuk penderita thalassemia. Sebagai hasilnya, kandungan
zat besi meningkat di dalam darah. Hal ini dapat merusak organ dan jaringan, terutama jantung dan
hati. Penyakit jantung yang disebabkan oleh zat besi yang berlebihan adalah penyebab utama
kematian pada orang penderita thalassemia. Penyakit jantung termasuk gagal jantung, aritmis denyut
jantung, dan terlebih lagi serangan jantung.
Infeksi
Di antara orang-orang penderita thalassemia, infeksi adalah penyebab utama penyakit dan kedua
paling umum penyebab kematian. Orang-orang yang limpanya telah diangkat berada pada risiko yang
lebih tinggi, karena mereka tidak lagi memiliki organ yang memerangi infeksi.
Osteoporosis
Banyak penderita thalassemia memiliki tulang yang bermasalah, termasuk osteoporosis. Ini adalah
suatu kondisi di mana tulang menjadi sangat lemah, rapuh dan mudah patah.
Komplikasi lain :
Thalasemia
Hemosiderosis bisa menyebabkan gangguan fungsi organan taralain:
Kegagalan hati
Gagal jantung
DM, Hipotiroid,Hipertiroid
Infeksi berulang misalnya pneumonia
Thalasemia intermedia
Perubahan tulang
Osteoporosis progresif sampai fraktur spontan
Luka dikaki
Defisiensi folat
Hipersplenisme
Anemiaprogresif
Hemosiderosis
LO 2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Thalassemia
WHO menganjurkan dua cara pencegahan yakni pemeriksaan kehamilan dan penapisan
(screening) penduduk untuk mencari pembawa sifat Talasemia. Program itulah yang diharapkan
dimasukkan ke program nasional pemerintah.
Menurut Hoffbrand (2005) konseling genetik penting dilakukan bagi pasangan yang berisiko
mempunyai seorang anak yang menderita suatu defek hemoglobin yang berat. Jika seorang wanita
hamil diketahui menderita kelainan hemoglobin, pasangannya harus diperiksa untuk menentukan
apakah dia juga membawa defek. Jika keduanya memperlihatkan adanya kelainan dan ada resiko
suatu defek yang serius pada anak (khususnya Talasemia- mayor) maka penting untuk menawarkan
penegakkan diagnosis antenatal.
a Penapisan (Screening)
Ada 2 pendekatan untuk menghindari Talesemia:
1 Karena karier Talasemia bisa diketahui dengan mudah, penapisan populasi dan konseling
tentang pasangan bisa dilakukan. Bila heterozigot menikah, 1-4 anak mereka bisa menjadi
homozigot atau gabungan heterozigot.
2 Bila ibu heterozigot sudah diketahui sebelum lahir, pasangannya bisa diperiksa dan bila termasuk
karier, pasangan tersebut ditawari diagnosis prenatal dan terminasi kehamilan pada fetus dengan
Talasemia berat. Bila populasi tersebut menghendaki pemilihan pasangan, dilakukan penapisan
premarital yang bisa dilakukan di sekolah anak. Penting menyediakan program konseling verbal
maupun tertulis mengenai hasil penapisan Talasemia.
Alternatif lain adalah memeriksa setiap wanita hamil muda berdasarkan ras. Penapisan yang
efektif adalah ukuran eritrosit, bila MCV dan MCH sesuai gambaran Talasemia, perkiraan kadar
HbA2 harus diukur, biasanya meningkat pada Talasemia . Bila kadarnya normal, pasien dikirim ke
pusat yang bisa menganalisis gen rantai . Penting untuk membedakan Talasemia o (-/) dan
Talasemia + (-/-), pada kasus pasien tidak memiliki risiko mendapat keturunan Talesemia o
homozigot.
Pada kasus jarang dimana gambaran darah memperlihatkan Talesemia heterozigot dengan
HbA2 normal dan gen rantai utuh, kemungkinannya adalah Talasemia non delesi atau Talasemia
dengan HbA2 normal. Kedua hal ini dibedakan dengan sintesis rantai globin dan analisa DNA.
Penting untuk memeriksa Hb elektroforase pada kasus-kasus ini untuk mencari kemungkinan variasi
struktural Hb.
b
Diagnosis Prenatal
Diagnosis prenatal dari berbagai bentuk Talasemia, dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Dapat dibuat dengan penelitian sintesis rantai globin pada sampel darah janin dengan menggunakan
fetoscopi saat kehamilan 18-20 minggu, meskipun pemeriksaan ini sekarang sudah banyak digantikan
dengan analisis DNA janin. DNA diambil dari sampel villi chorion (CVS=corion villus sampling),
pada kehamilan 9-12 minggu. Tindakan ini berisiko rendah untuk menimbulkan kematian atau
kelainan pada janin.
Teknik diagnosis digunakan untuk analisis DNA setelah tehnik CVS, mengalami perubahan
dengan cepat beberapa tahun ini. Diagnosis pertama yang digunakan oleh Southern Blotting dari DNA
janin menggunakan restriction fragment length polymorphism (RELPs), dikombinasikan dengan
analisis linkage atau deteksi langsung dari mutasi. Yang lebih baru, perkembangan dari polymerase
chain reaction (PCR) untuk mengidentifikasikan mutasi yang merubah lokasi pemutusan oleh enzim
restriksi. Saat ini sudah dimungkinkan untuk mendeteksi berbagai bentuk dan dari Talasemia
secara langsung dengan analisis DNA janin.
Perkembangan PCR dikombinasikan dengan kemampuan oligonukleotida untuk mendeteksi
mutasi individual, membuka jalan bermacam pendekatan baru untuk memperbaiki akurasi dan
kecepatan deteksi karier dan diagnosis prenatal. Contohnya diagnosis menggunakan hibridasi dari
ujung oligonukleotida yang diberi label globin dapat diperbesar lebih 108 kali, waktu hibridasi
dapat dibatasi sampai 1 jam dan seluruh prosedur diselesaikan dalam waktu 2 jam.
Terdapat berbagai macam variasi pendekatan PCR pada diagnosis prenatal. Contohnya, tehnik
ARMS (Amplification refractory mutation system), berdasarkan pengamatan bahwa pada beberapa
kasus, oligonukleotida. Angka kesalahan dari berbagai pendekatan laboratorium saat ini, kurang dari
1%. Sumber kesalahan antara lain, kontaminasi ibu pada DNA janin, non-paterniti, dan rekombinasi
genetik jika menggunakan RELP linkage analysis.
Menurut Tamam (2009), karena penyakit ini belum ada obatnya, maka pencegahan dini
menjadi hal yang lebih penting dibanding pengobatan. Program pencegahan Talasemia terdiri dari
beberapa strategi, yakni (1) penapisan (skrining) pembawa sifat Talasemia, (2) konsultasi genetik
(genetic counseling), dan (3) diagnosis prenatal. Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara
prospektif dan retrospektif. Secara prospektif berarti mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia
langsung dari populasi diberbagai wilayah, sedangkan secara retrospektif ialah menemukan pembawa
sifat melalui penelusuran keluarga penderita Talasemia (family study).
Kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat tentang keadaannya dan
masa depannya. Suatu program pencegahan yang baik untuk Talasemia seharusnya mencakup kedua
pendekatan tersebut. Program yang optimal tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik terutama di
negara-negara sedang berkembang, karena pendekatan prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas
dasar itu harus dibedakan antara usaha program pencegahan di negara berkembang dengan negara
maju. Program pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan di negara berkembang
daripada program prospektif.
Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin tetapi
belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan informasi dan nasehat tentang keadaannya
dan kemungkinan bila mempunyai anak.
Diagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif,
berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan yang telah mempunyai anak Talasemia, dan
sekarang sementara hamil. Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan yang berisiko tinggi
yaitu mereka keduanya pembawa sifat dan sementara baru hamil. Diagnosis prenatal ini dilakukan
pada masa kehamilan 8-10 minggu, dengan mengambil sampel darah dari villi khorialis (jaringan ariari) untuk keperluan analisis DNA.
Dalam rangka pencegahan penyakit Talasemia, ada beberapa masalah pokok yang harus
disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1) bahwa pembawa sifat Talasemia itu tidak merupakan
masalah baginya; (2) bentuk Talasemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar,
penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3) kelahiran bayi Talasemia dapat
dihindarkan .
Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah dari
tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangat penting
dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita Talasemia ini. Sebaiknya semua orang Indonesia
dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat Talasemia. Pemeriksaaan akan sangat
dianjurkan bila terdapat riwayat : (1) ada saudara sedarah yang menderita Talasemia, (2) kadar
hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat
besi, (3) ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal.
LO 2.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Thalassemia
Tanpa terapi penderita akan meninggal pada dekade pertama kehidupan, pada umur, 2-6 tahun,
dan selama hidupnya mengalami kondisi kesehatan buruk. Dengan tranfusi saja penderita dapat
mencapai dekade ke dua, sekitar 17 tahun, tetapi akan meninggal karena hemosiderosis, sedangkan
dengan tranfusi dan iron chelating agent penderita dapat mencapai usia dewasa meskipun kematangan
fungsi reproduksi tetap terlambat.
Pasien yang tidak memperoleh transfusi darah adekuat, akan sangat buruk. Tanpa transfusi
sama sekali mereka akan meninggal pada usia 2 tahun, bila dipertahankan pada Hb rendah selama
masih kecil. Mereka bisa meninggal dengan infeksi berulang-ulang bila berhasil mencapai pubertas
mereka akan mengalami komplikasi akibat penimbunan besi, sama dengan pasien yang cukup
mendapat transfusi tapi kurang mendapat terapi khelasi.