Anda di halaman 1dari 2

BAB PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kelainan metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan
bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas
dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik
dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif
dan gangguan fungsi insulin (Gustaviani, 2006).
Berdasarkan penelitian epidemiologi, prevalensi DM pada semua umur diseluruh dunia
diperkirakan mencapai 2,8% pada tahun 2000 dan 4,4% pada tahun 2030.
Jumlah total penderita DM diperkirakan meningkat dari 177 juta pada tahun 2000 menjadi
366 juta pada tahun 2030. Dari 10 negara yang diperkirakan mempunyai jumlah penderita
DM terbanyak di dunia, Indonesia menempati peringkat ke-4 setelah India, China dan
Amerika Serikat, dengan jumlah penderita diabetes melitus 8,4 juta pada tahun 2000 dan
21,3 juta pada tahun 2030 (Wild et al., 2004).
DM diklasifikasikan berdasarkan etiologinya yaitu: DM tipe I, DM tipe II, DM tipe lain, dan
DM kehamilan. DM tipe II merupakan diabetes melitus terbanyak, diperkirakan 90 - 95%
dari semua penderita DM yang disebabkan oleh resistensi insulin dan defisiensi insulin
relatif. Kebanyakan DM tipe II ini terjadi pada penderita obesitas (American Diabetes
Association,2004).
Menurut American Diabetes Association 2004, Obesitas merupakan salah satu faktor resiko
pada DM tipe II (Powers, 2005). Obesitas adalah faktor risiko yang kuat dalam
menyebabkan DM tipe II dan lebih dari dua pertiga pasien dengan DM tipe II mengalami
obesitas. Menurut Colditz et al., (1990) dalam penelitian Yumuk et al., (2005) risiko
meningkatnya DM lima kali lipat pada wanita dengan BMI 25 kg/m dibandingkan dengan
orang dengan BMI 22 kg/m . Risiko menjadi lebih tinggi mencapai 28 kali lipat dengan
BMI 30 kg/m dan 93 kali lipat dengan BMI > 35 kg/m . Obesitas menyebabkan terjadinya
peningkatan massa adiposa yang dihubungkan dengan resistensi insulin yang akan
mengakibatkan terganggunya proses penyimpanan lemak dan sintesa lemak (Suyono, 2006).
Pada penelitian di Kaduna, Nigeria Utara (2009), yang membandingkan antara tiga
kelompok BMI yaitu underweight (BMI < 19 kg/m ), normalweight (BMI 19 - 26 kg/m ),
dan overweight (BMI > 26 kg/m ) dengan kolesterol total, LDL-C, HDLC, dan trigliserida.
Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang positif dan signifikan antara BMI dengan
trigliserida dan HDL-C serta hubungan yang tidak signifikan antara BMI dengan kadar
kolesterol total dan LDL-C (Abubakar, et al., 2009). Shandu, et al., (2008) setelah
melakukan penelitian terhadap 113 laki-laki dan 138 perempuan yang berusia 31 - 95 tahun
di Gusdapur, Punjab, India tentang hubungan BMI dengan keempat profil lipid yaitu
kolesterol serum total, LDL-C, HDL-C dan trigliserida menemukan bahwa hanya trigliserida
yang memiliki hubungan signifikan dengan BMI pada laki-laki dan perempuan.
Dalam penelitian Arora, et al., terdapat hubungan yang signifikan antara persen lemak
tubuh dan berat badan pada DM selain itu prevalensi penyakit yang berhubungan dengan
resistensi insulin (DM dan penyakit jantung koroner) meningkat bersamaan dengan
meningkatnya BMI karena peningkatan jaringan adiposa yang ditandai dengan menurunnya
HDL-C dan meningkatnya trigliserida.
Walaupun begitu, penyakit sindrom metabolik seperti DM tipe II juga dapat terjadi pada
individu yang non-obesitas tetapi memiliki resistensi insulin dan faktor risiko metabolik,
terutama pada individu yang memiliki kedua orangtua yang diabetes atau keluarga inti
maupun tingkat kedua yang diabetes (Sugondo dan Gustaviani, 2006). Pada subjek yang
obesitas, konsentrasi asam lemak bebas, trigliserida, kolesterol LDL dan Apo B lebih tinggi

dibandingkan dengan orang yang non-obesitas dan terdapat morbiditas dan mortalitas yang
lebih tinggi akibat PJK (penyakit jantung koroner) dan stroke dibandingkan dengan orang
non-obesitas (Sugondo,2006). Berdasarkan hal ini, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran profil lipid pada DM tipe II yang obesitas dan nonobesitas di
RSUP. H. Adam Malik, tahun 2009.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : Bagaimanakah gambaran profil lipid pada Diabetes Melitus tipe II yang
obesitas dan non-obesitas di RSUP. H. Adam Malik tahun 2009? 1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum Mengetahui gambaran profil lipid pada DM tipe II yang obesitas dan
nonobesitas di RSUP. H. Adam Malik tahun 2009.
1.3.2. Tujuan khs Yang menjadi tujuan khs dalam penelitian ini adalah : 1. Memperoleh data
BMI (body mass index) penderita DM tipe II di RSUP. H.
Adam Malik tahun 2009.
2. Memperoleh data demografi penderita DM tipe II di RSUP. H. Adam Malik tahun 2009.
3. Memperoleh data kadar profil lipid pada penderita DM tipe II yang obesitas dan nonobesitas di RSUP. H. Adam Malik 2009.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk 1.
Rumah sakit a. Sebagai wacana dalam pencegahan terjadinya dislipidemia pada diabetes
melitus.
b. Sebagai data dasar untuk penelitian mengenai diabetes melitus .
2. Penderita Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang profil lipid pada
diabetes melitus tipe II yang obesitas dan non-obesitas dan sebagai upaya pengendalian
faktor resiko kejadian diabetes melitus.
3. Peneliti Dapat memperoleh informasi dan menambah pengetahuan tentang profil lipid
pada penderita diabetes melitus tipe II yang obesitas dan non-obesitas.

Anda mungkin juga menyukai