Anda di halaman 1dari 4

Data Riskesdas (2013)

menunjukkan bahwa proporsi Diabetes di Indonesia pada tahun 2013


meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007.

DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.


Diagnosis tidak dapat ditegakkan
atas dasar adanya glukosuria. Pemeriksaan glukosa
darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah
kapiler dengan glukometer.
5
Pemeriksaan glukosa plasma puasa
>
126
mg/dl
. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.
Atau
Pemeriksaan
glukosa
plasma
200 mg/dl
2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban 75 gram
.
(peringkat bukti B)
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl
dengan keluhan klasik
.
Atau
Pemeriksaan HbA1c
>
6,5% deng
an
menggunakan
metode
High
-
Performance
Liquid Chromatography
(
HPLC)
yang terstandarisasi oleh
National
Glycohaemoglobin Standarization Program
(NGSP)
.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang
DM
. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik, seperti:

Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan


berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya
.

Keluhan
lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita
.
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau DM,
maka dapat digolongkan ke
dalam kelompok
prediabetes yang meliputi:
toleransi glukosa terganggu (TGT), glukosa darah
puasa terganggu (GDPT)
.
1.
Glukosa darah puasa terganggu (GDPT):
Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100
-
125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO
glukosa plasma 2 jam <140 mg/dl
2.
Toleransi glukosa terganggu (TGT):
Hasil pemeriksaan glukosa
plasma 2 jam
setelah TTGO antara 140
-
199 mg/dl
Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan HbA1c 5,7
-
6,4%

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin.
Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap
dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin
dependent diabetes melitus(Slamet. S, 2008).

Diabetes Melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa


darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa
secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.

1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa >126 mg/dl. Puasa adalah kondisi


tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
Atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma 200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban 75 gram. (peringkat bukti
B)
Atau
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl dengan keluhan klasik.
Atau

4. Pemeriksaan HbA1c > 6,5% dengan menggunakan metode High-


Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang terstandarisasi
oleh Nati nal Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau DM,
maka dapat digolongkan kedalam kelompok prediabetes yang meliputi
toleransi glukosa terganggu (TGT), glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
Glukosa darah puasa terganggu (GDPT) apabila hasil pemeriksaan
glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa
plasma 2 jam <140 mg/dl. Toleransi glukosa terganggu (TGT). Hasil
pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl.
Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
HbA1c 5,7- 6,4% (Eliana F, 2015)

Anda mungkin juga menyukai