Anda di halaman 1dari 31

WRAP UP SKENARIO 1 BLOK KARDIOVASKULAR SAKIT KEPALA

Kelompok A9
Ketua : Sekretaris : Anggota : Chandra Dewi Kaisa Lana Afida Ardi Yudha Amalia Fatmasari Arisya Hanifah Astri Yuniarsih P. Cindika Ayu S. Kekar Yogantoro M. Yudha (1102011064) (1102011133) (1102011) (1102011022) (1102011094) (1102011048) (1102011065) (1102011135) (1102011149)

UNIVERSITAS YARSI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013


1

Skenario

Sakit Kepala Tn M, 50 tahun mengeluh sering sakit kepala sejak 1 bulan, dan tidak berkurang meskipun sudah minum obat sakit kepala. Ayahnya memang menderita hipertensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/90 mmHg, batas jantung dan bunyi jantung I, II dalam batas normal. Dokter menganjurkan Tn. M untuk melakukan diet dan minum obat antihipertensi.

Sasaran belajar LI. 1. Mampu memahami dan menjelaskan tentang kardiovaskular LO. 1.1. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis kardiovaskular LO. 1.2. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi mikroskopis kardiovaskular LO. 1.3. Mampu memahami dan menjelaskan faal vaskularisasi jantung LO. 1.4. Mampu memahami dan menjelaskan faal tekanan darah LI. 2. Mampu memahami dan menjelaskan tentang hipertensi LO. 2.1. Mampu memahami dan menjelaskan definisi hipertensi LO. 2.2. Mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi hipertensi LO. 2.3. Mampu memahami dan menjelaskan etiologi hipertensi LO. 2.4. Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi hipertensi LO. 2.5. Mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinik hipertensi LO. 2.6. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis hipertensi LO. 2.7. Mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan hipertensi LO. 2.8. Mampu memahami dan menjelaskan komplikasi hipertensi LO. 2.9. Mampu memahami dan menjelaskan prognosis hipertensi LO.2.10. Mampu memahami dan menjelaskan pencegahan hipertensi LI. 3. Mampu memahami dan menjelaskan antihipertensi LO. 3.1. Mampu memahami dan menjelaskan farmakodinamik antihipertensi LO. 3.2. Mampu memahami dan menjelaskan farmakokinetik antihipertensi LO. 3.3. Mampu memahami dan menjelaskan kontraindikasi antihipertensi LO. 3.4. Mampu memahami dan menjelaskan efek samping antihipertensi

LO. 1.1. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis kardiovaskular

Jantung adalah organ yang terletak dalam cavum pericardii dan merupakan organ muscular yang berbentuk conus, berkontraksi secara teratur yang berfungsi untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dari ventricel sinistra melalui aorta ascendens. Terletak dalam rongga thorax dalam ruang mediastinum dan dibungkus oleh jaringan ikat yang dinamakan pericardium. Berat jantung orang dewasa normal (250-300) gram, ukuran lintang mediastinum (8-10) cm. Jantung berdenyut (60-70) x per menit hampir 90.000-100.000 x dalam 24 jam sehari terus menerus tanpa henti selama masih hidup. Letak jantung dalam ruang mediastinum adalah sebagai berikut : 1. 1/3 bagiannya : terletak sebelah kanan dari garis linea mediana sternalis (sternum) dan dapat dilihat bagian-bagian jantung sebagai berikut: atrium dextra, ventricel dextra, pembuluh darah besar (vena cava superior, inferior, dan aorta ascendens dan sebagian arcus aorta). 2. 2/3 bagiannya : terletak sebelah kiri dari linea mediana terdapat: ventricel sinistra, atrium sinistra, dan sebagian ventricel dextra dan truncus pulmonalis dan arcus aorta. Berdasarkan letak anatomi, organ jantung terdapat dalam cavum thorax diantara kedua paru dextra dan sinistra yang disebut dengan ruang mediastinum, tepatnya pada mediastinum media. Letak jantung dalam mediastnum media Jantung dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut pericardium. Pericardium terdiri dari: 1. Pericardium bagian luar disebut lapisan fibrosa, merupakan jaringan ikat kuat dan padat yang melekat pada diaphragma pada Centrum tendineum Diaphragma Thotacis. 2. Lapisan bagian dalamnya disebut sebagai lapisan serosa. Lapisan fibrosa dan serosa ini berlanjut ke basis cordis sebagai lapisan tunica adventitia. Pericardium lapisan serosa terbagi atas dua lapisan:

a) Lamina parietalis, lapisan serosa yang melekat pada bagian dalam lapisan fibrosa yang menuju basis cordis dan menutupi alat-alat tsb: Aorta ascendens, vena cava superior, trunkus pulmonalis, dan vena-vena pulmonalis. b) Lamina visceralis perikardium serosa adalah lapisan yang langsung menutupi otot jantung disebut juga epikardium. Diantara lapisan pericardium parietalis dan visceralis terdapat ruangan yang disebut cavum pericardii. Jantung dapat dibedakan dua bagian sebagai berikut: 1. Bagian bawah disebut apex cordis : berbentuk kerucut menunjuk ke arah kiri depan bawah 2. Bagian atas disebut basis cordis : menunjuk ke arah kanan belakang atas. Atrium dan Ventricel Pada Jantung

Pada jantung terdapat dua buah ruangan serambi, yaitu: atrium dextra dan atrium sinistra dan dua buah ruangan bilik terdapat ke arah apex cordis yaitu ventricel dextra dan ventricel sinistra. Antara kedua atrium dibatasi oleh sekat yang dinamakan septum atriorum, dan di antara kedua ventrikel dinamakan septum interventrikulorum. Pada atrium dextra tempat masuk darah yang berasal dari: vena cava superior, vena cava inferior, dan sinus coronarius. Sedangkan pada atrium sinistra masuk empat buah vena pulmonalis dextra dan sinistra, berasal dari kedua paru. Dari ventricel dextra darah dipompakan ke paru melalui truncus pulmonalis yang bercabang menjadi arteria pulmonalis dextra dan sinistra, sedangkan dari ventricel sinistra memompakan darah ke seluruh tubuh melalui aorta ascendens. Dalam ruang atrium dextra terdapat bagian bagian jantung sebagai berikut 1. Osteum vena cava: lubang tempat masuk vena cava superior/inferior
5

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Fossa ovalis: lekukan obliterasi dari foramen ovale setelah lahir Auricel dextra: bagian lunak yang berbentuk telinga Valvula vena cava inferior Valvula tricuspidalis (katup atrioventriculare dextra) M. pectinati: otot dalam atrium Osteum atrioventriculare: antara atrium dan ventricel dextra Valvula sinus coronarius: tempat masuknya darah vena vena jantung Sinus auricular nodde (SA Node): face maker jantung

Valvula tricuspidalis adalah katup jantung yang terdapat antara atrium dan ventrikel dextra yang terdiri dari: 1. Valvula atau cuspis anterior 2. Valvula atau cuspis posterior 3. Valvula septal Valvula biuspidalis atau katup mitral yang terdapat antara atrium dan ventrikel sinistra yang terdiri dari: 1. Valvula atau cuspis anterior 2. Valvula atau cuspis posterior Bagian jantung pada ruang ventrikel: 1. M. papillaris anterior dan posterior: otot yang membuka atau menutup katup 2. Valvula atrioventriculare: katup antara atrium dan ventrikel. Ada dua buah katup yaitu: valvula tricuspidalis dan valvula bicuspidalis 3. Septum bicuspidalis: sekat untuk perlekatan katup 4. Chorda tendineae: serabut serabut yang menghubungkan katup dan m.papillaris 5. Myocardium: lapisan otot jantung 6. Aorta ascendens 7. Trabeculae carneae: dinding bagian dalam yang tidak rata Lapisan lapisan jantung secara berurutan dari dalam ke luar adalah: 1. Endokardium (mukosa) 2. Miokardium (jaringan otot) 3. Perikardium ( jaringan ikat fibrosa dan serosa) Vaskularisasi Jantung Aorta Ascendens setelah keluar dari ventrikel kiri pada bagian pangkal, di atas katup semilunaris aorta mempercabangkan dua buah pembuluh darah untuk mendarahi otot jantung, terutama terjadi pada saat fase relaksasi ( sebab pada saat kontraksi pembuluh darah jantung tertekan) : Cabang cabang arteria coronaria sebagai berikut: 1. Arteria coronaria dextra dengan cabang: a) Arteri marginalis untuk mendaarahi atrium dan ventricel dextra b) Arteri interventrikularis posterior untuk mendarahi kedua dinding belakang ventrikel, epicardium, atrium dextra, dan SA node.
6

2. Arteria coronaria sinistra mempercabangkan dua buah yaitu : a) A. Interventrikulris anterior ( rami descendens anterior ) mendarahi bagian anterior ventricel dextra dan sinistra dan arteria marginalis sinistra untuk samping atas ventrikel sinistra. b) A, circumfleksus mendarahi bagian belakang bawah ventrikel sinistra, atrium sinistra. Pada permukaan jantung terdapat tiga buah alur ( sulcus ) ; 1. Sulcus coronarius : melingkari seluruh permukaan luar jantung, membagi jantung atas dua bagian atrium dan ventricel. Pada alur tersebut dapat berjalan alat alat sebagai berikut: A. Coronaria sinistra dan dextra, sinus coronarius, vena cordis parva. 2. Sulcus interventricularis anterior : pada alur ini berjalan A. Interventricularis anterior dikenal dengan rami descendens anterior, cabang dari A. Coronaria sinistra dan vena cordis magna. Sulcus ini memisahkan ventricel dextra dan sinistra. 3. Sulcus interventricular posterior: pada alur ini berjalan A. Interventricularis posterior dikenal dengan rami descendens posterior cabang dari A. Coronaria dextra dan vena cordis media. Pembuluh darah balik jantung dikumpulkan pada vena yang dikenal dengan : Sinus Coronarius : tempat muara dari vena vena jantung, yaitu: 1. vena cordis magna 2. vena cordis parva 3. vena cordis media 4. vena cordis obliq 5. vena posterior ventrikel Selanjutnya darah dalam sinus coronarius masuk ke dalam atrium dextra melalui osteum sinus coronarius. Tetapi ada vena jantung yang langsung bermuara ke atrium dextra, yaitu: 1. vena cordis anterior 2. vena cordis minima 3. vena cava superior 4. vena cava inferior 5. sinus coronarius Sistem sirkulasi darah pada tubuh manusia setelah lahir: 1. Sirkulasi sistemik a) Dimulai dari aliran darah yang telah mengandung oksigen dipompakan dari jantung ( ventrikel sinistra ) aorta ascendens arcus aorta melalui cabang cabang arteria sedang pembuluh darah kecil sampai ke atriole untuk di bawa ke seluruh jaringan tubuh melepaskan oksigen. b) Selanjutnya darah dikembalikan melalui kapiler vena sistem vena kecil/sedang vena besar. Darah yang mengandung karbondioksida dikumpulkan melalui vena cava

superior dan inferior masuk ke jantung pada atrium dextra ventrikel dextra dilanjutkan dengan sirkulasi sisyem pulmonal. 2. Sirkulasi pulmonal a) Darah yang mengandung karbondioksida masuk lagi ke jantung dimulai dari ventrikel dextra truncus pulmonalis arteria pulmonalis dextra dan sinistra paru masuk oksigen b) Melalui vena pulmonalis dilanjutkan kembali ke jantung (atrium sinistra) ventrikel sinistra dilanjutkan kembali sirkulasi sistemik LO. 1.2. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi mikroskopis kardiovaskular

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan : 1. lapisan dalam (endocardium) 2. lapisan tengah (myocardium) yang membentuk massa jantung 3. lapisan luar (epikardium) Endokardium : Merupakan homolog tunika intima pembuluh darah dan menutupi seluruh permukaan dalam jantung. Permukaannya diliputi endotel yang bersinambung dengan endotel buluh darah yang masuk dan keluar jantung. Di bawah endotel terdapat lapisan tipis yang mengandung serat kolagen halus membentuk lapisan subendotel. Lebih ke dalam terdapat lapisan yang lebih kuat mengandung banyak serat elastin dan serat polos. Yang paling jauh dari lumen, yang menyatu dengan miokardium di bawahnya, disebut lapis subendokardial yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Lapisan ini mengandung banyak buluh darah saraf dan cabang cabang sistem hantar rangsang jantung. Miokardium :
8

Miokardium atau lapis tengah yang yang bersesuaian dengan tunika media, terdiri atas otot jantung. Ketebalannya beragam pada tempat yang berbeda, yang paling tipis terdapat pada kedua atrium dan yang paling tebal terdapat pada ventrikel sinistra. Di dalam atrium serat otot cenderung bersusun dalam berkas yang membentuk jala jala. Di permukaan dalam, berkas berkas otot menonjol membentuk banyak rabung tak beraturan disebut muskulus pektinatus di dalam bagian aurikula atrium. Di dalam ventrikel, lembaran otot tersusun dua lapis, permukaan dan dalam. Lapis permukaan berjalan spiral dari dasar ventrikel ke apeks, tempat mereka masuk ke dalam untuk berakhir di dalam muskulus papillaris. Serat serat dari lapis alam berjalan melingkari dinding setiap ventrikel dengan beberapa serat membentuk jalur berbentuk S berjalan dari satu ventrikel ke ventrikel lainnya melewati sekat interventrikel. Di bagian dalam miokardium, beberapa berkas kedapatan terkucil pada permukaan dalam, terbungkus endokardium. Berkas berkas ini disebut trabeculae karnae. Sela sela antara serat dan berkas otot mengandung serat kolagen, elastin, dan retikulin. Lembar lembar otot atrium dan ventrikel melekat berikut dengan jaringan interstisialnya (endomisium) kepada bangunan penyangga utama jantung yang disebut kerangka jantung. Penyangga utama jantung berupa jaringan ikat padat fibrosa tempat melekat otot jantung dan katup katupnya. Komponen yang utama ialah septum membranaseum, trigonum fibrosum, dan anulus fibrosus. Anulus fibrosus melingkari pangkal aorta dan arteri pulmonalis dan pintu atrioventrikuler. Cincin cincin ini merupaka tempat penambat utama serat serat otot atrium dan ventrikel dan juga sebagai tempat tambatan katup atroiventrikuler. Trigonum fibrosum berupa massa jaringan fibrosa di antara pintu pintu arteri dan pintu atrioventrikuler. Septum membranosum, bagian fibrosa sekat interventrikel, juga menjadi tempat melekat ujung bekas beberapa serat otot jantung. Epikardium : Selubung luarnya (disebut juga perikardium viseral) berupa suatu membran serosa. Permukaan luarnya diliputi selapis sel mesotel. Di bawah mesotel terdapat lapisan tipis jaringan ikat yang mengandung banyak serat elastin. Suatu lapisan subperikardial terdiri atas jaringan ikat longgar mengandung buluh darah, banyak elemen saraf, dan lemak, menyatukan epikardium dengan miokardium. Atrium Jantung : Endokardium atrium lebih tebal dari endokardium ventrikel. Endokardium atrium terdiri atas tiga lapisan, yaitu: 1. Selapis sel endotel yang merupakan epitel selapis gepeng yang terletak paling dalam 2. Lapisan subendotel yang mengandung serat kolagen halus 3. Lapisan elastikmuskulosa yang mengandung banyak serat elastin dan serat otot polos Di bawah endokardium adalah lapisan subendokardium. Setelah itu lapisan miokardium terdiri atas otot jantung. Miokardium atrium lebih tipis dibandingkan dengan miokardium ventrikel, serat otot jantung di sini tersusun dalam berkas yang membentuk jala jala. Epikardium berupa suatu membran serosa yang permukaan luarnya diliputi selapis sel endotel. Valvula Atrioventrikulare ( Katup Jantung ) : Valvula atrioventrikulare ( tricuspidal dan mitral ) merupakan lipatan endokardium bertulangkan jaringan ikat fibrosa yang menyatu dengan annulus fibrosus. Endokardiumnya
9

lebih tebal pada permukaan yang menghadap atrium daripada yang menghadap ventrikel dan lebih banyak mengandung serat elastin. Semua katup dihubungkan dengan muskulus papilaris ventrikel oleh benang fibrosa, disebut korda tendinea, yang mengendalikan katup saat ventrikel berkontraksi. Pada pangkal katup terdapat jaringan penyambung padat fibrosa yang disebut annulus fibrosus yang meneruskan diri atau bersatu dengan rangka katup. Ventrikel jantung : Dinding ventrikel lebih tebal dari dinding atrium, tetapi lapisan endokardium ventrikel lebih tipis dari endokardium atrium. Endokardiumnya terdiri atas dua lapis, yaitu: 1. Selapis sel endotel yang merupakan epitel selapis gepeng 2. Lapisan subendotel yang mengandung serat kolagen halus. Lapisan subendokardium mengandung serat purkinje bergaris tengah lebih besar dibandingkan serat otot jantung biasa dan relatif mengandung lebih banyak sarkoplasma. Miokardium terdiri atas otot jantung. Miokardium ventrikel lebih tebal dibandingkan dengan miokardium atrium. Epikardium berupa suatu membran serosa yang permukaan luarnya diliputi selapis sel mesotel. Diantara perbatasan atrium dan ventrikel di bagian luar epikardium terdapat potongan arteri dan vena koroner. Sistem pembuluh darah

Arteri Besar Dindingnya terdiri dari lapisan lapisan :


10

1. Tunika intima a. lapisan endotel b. subendotel mengandung serat elastin, kolagen, dan fibroblas. c. membrana elastika interna: tidak begitu jelas d. endotelium: merupakan epitel selapis gepeng yang berfungsi mengontrol aliran substansi darah yang melewati lumen e. sel sel endotel dihubungkan oleh tight junction dan gap junction 2. Tunika media a. lapisan paling tebal b. serat elastin dalam bentuk lamel diantara lapisan otot c. serat kolagen d. tidak terdapat tunika elastika eksterna 3. Tunika adventitia a. lapisan relatif tipis b. dijumpai vasa vasorum dan persarafan vaskuler

Arteri Sedang Pembuluh ini mempunyai lumen bulat atau lonjong. Tunika intima selapis sel endotel dan lapisan subendotel yang mengandung serat kolagen, serat elastin halus dan beberapa fibroblas. Tunika elastika interna sangat jelas berupa jalinan padat serat elastin yang bergelombang mengelilingi lumen. Tunika media tebal terdiri atas 40 lapisan sel otot polos yang tersusun melingkar dengan serat elastn, kolagen, retikulin, dan sedikit fibroblast di antaranya. Tunika elastika eksterna jelas. Tunika adventitia sering setebal tunika media, terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung serat kolagen dan elastin yang hampir seluruhnya tersusun memanjang. Dijumpai adanya vasa vasorum berupa pembuluh darah yang kecil.

11

Arteri kecil a. b. c. d. tunika intima; tipis tunika media: relati tebal, mempunyai otot polos 8 lapis tunika adventitia: tipis tidak mempunyai lamina elastika interna

Metarteriol Yaitu arteri pra kapiler berupa peralihan antara arteri dan kapiler, mempunyai lumen lebih lebar daripada kapiler dan serat otot polosnya tersebar di sana sini pada dindingnya. Peralihan antara kapiler dan vena yaitu vena pasca kapiler, lumen lebih lebar daripada kapiler, dindingnya selapis sel endotel dengan membran basal dan dibungkus oleh jaringan ikat tipis yang mengandung perisit lebih banyak daripada yang terdapat pada kapiler.

12

Kapiler a. b. c. d. e. f. menghubungkan arteri dan vena pembuluh darah paling kecil dindingnya hanya terdiri dari 1 lapis sel endotel hanya dilalui 1 sel darah merah sel endotel dihubungkan oleh tight junction jaringan pembuluh darah bentuk kapiler yang mengalirkan cairan yang mengandung gas, metabolit, hasil limbah g. tempat terjadinya proses pertukaran gas dan metabolit

Perisit a. b. c. d. sel mesenkimal dengan cabang sitoplasma panjang yang memeluk sebagian sel endotel sek perivaskuler ini juga berfungsi sebagai kontraktil ada cedera, berproliferasi, berdiferensiasi membentuk pembuluh darah baru inti menghadap ke luar lumen

Arteriole Pembuluh ini mempunyai lumen bundar atau agak lonjong. Lapisan tunika intimanya terdiri dari selapis sel endotel dan tunika elastika interna yang terlihat sebagai garis tipis berkilau tepat di bawah sel endotel. Tunika media terdiri dari beberapa lapis sel otot polos yang tersusun melingkar dengan serat serat elastin tersebar di antaranya. Tidak terdapat tunika elastika eksterna. Tunika adventitia lebih tipis dari tunika media berupa selapis jaringan ikat yang mengandung serat kolagen dan elastin yang tersusun memanjang.

13

Venula Lumen pembuluh ini biasanya tidak bundar, tetapi lonjong mengarah gepeng, dan lebih besar dari arteriol yang setaraf. Tunika intimanya terdiri atas selapis sel endotel. Tidak ada tunika elastika interna. Tunika media terdiri dari beberapa lapis sel otot polos yang tersusun melingkar dengan serat serat elastin dan kolagen di antaranya. Tidak terdapat tunika elastika eksterna. Tunika adventitia lebih tebal dibandingkan keseluruhan dindingnya yang tipis

Vena sedang Pembuluh ini mempunyai dinding tipis dari arteri yang setaraf. Lumennya lebih lebar dan mirip ban kempis. Lapisan tunika intima yang tipis terdiri dari selapis sel endotel dan lapisan subendotel tidak jelas. Tunika elastika interna membentuk lapisan yang tidak kontinu. Tunika media terdiri atas berkas kecil sel otot polos yang tersusun melingkar, dipisahkan oleh serat kolagen dan jalinan halus serat elastin. Tidak ada tunika elastika eksterna. Tunika adventitia sangat berkembang dan membentuk sebagian besar dindingnya, terdiri atas jaringan ikat longgar dengan berkas serat kolagen yang tersusun memanjang. Dijumpai adanya vasa vasorum, juga pada lapisan yang lebih dalam.

14

Vena besar Tunika intima terdiri dari lapisan endotel dengan lamina basal, dengan sedikit jaringan penyambung subendotel dan otot polos. Batas tunika intima dan tunika media tidak jelas. Tunika media relatif tipis dan mengandung otot polos, serat kolagen, dan fibroblas. Sel otot jantung meluas dalam tunika media vena besar. Tunika adventitia terdiri dari otot polos dengan serat kolagen, serat elastin, dan fibroblast.

LO. 1.3. Mampu memahami dan menjelaskan faal vaskularisasi jantung Fase fase jantung : 1. Diastol ventrikel
15

Selama diastol ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan diastol, karena aliran masuk darah yang kontinu dari sistem vena ke dalam atrium, tekanan atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemah, karena perbedaan tekanan ini katup AV terbuka dan darah mengalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel akibatnya volume ventrikel meningkat bahkan sebelum atrium berkontraksi. Pada akhir diastol SA Node mencapai ambang dan membentuk potensial aksi. 2. Depolarisasi atrium Menimbulkan kontraksi atrium dan memeras lebih banyak darah ke ventrikel. Sehingga terjadi peningkatan kurva tekanan atrium selama kontraksi atrium, tekanan atrium tetap sedikit lebih tinggi dari pada tekanan ventrikel sehingga katup AV terbuka. Diastol ventrikel berakhir pada awal kontraksi. Ventrikel pada saat ini kontraksi atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel pada akhir diastol dikenal sebagai EDV = 135 ml. 3. Kontraksi ventrikel 150 volumetrik Ketika kontraksi ventrikel dimulai tekanan ventrikel segera melebihi tekanan atrium. Perbedaan tekanannya terbalik mendorong katup AV tertutup. Setelah tekanan ventrikel melebihi tekanan atrium dan katup AV telah tertutup, tekanan tersebut dapat melebihi tekanan aorta untuk membuka katup aorta dengan demikian terdapat periode waktu singkat antara penutupan katup AV dan pembukaan katup aorta pada saat ventrikel menjadi suatu bilik tertutup, karena semua katup tertutup, tidak ada darah yang masuk ataupun keluar ventrikel, volume balik ventrikel tetap dan panjang serat serat otot juga tetapi tekanan ventrikel terus meningkat sementara volume tetap. 4. Ejeksi ventrikel Pada saat tekanan ventrikel melebihi tekanan aorta katup aorta dipaksa membuka dan darah mulai menyemprot kurva tekanan aorta meningkat ketika darah dipaksa berpindah dari ventrikel ke dalam aorta lebih cepat dari pada darah mengalir ke pembuluh pembuluh yang lebih kecil di ujung yang lain. Volume ventrikel berkurang secara drastis sewaktu darah dengan cepat dipompa keluar. Sistol ventrikel mencakup periode kontraksi iso volumetrik dan fase ejeksi ventrikel. Ventrikel tidak mengosongkan diri secara sempurna dalam penyemprotan. Jumlah darah yang tersisa di ventrikel disebut sebagai ESV = 65 ml. 5. Relaksasi volume isovolumetrik Ketika ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi tekanan ventrikel di bawah tekanan aorta dan katup aorta menutup. Penutupan katup aorta menimbulkan gangguan pada kurva tekanan aorta. Yang dikenal sebagai takik dikrotik. Tidak ada lagi darah yang keluar dari ventrikel selama siklus ini karena katup aorta telah tertutup. Namun katup AV belum terbuka karena tekanan ventrikel masih lebih tinggi dari atrium dengan demikian semua katup sekali lagi tertutup dalam waktu singkat yang disebut sebagai relaksasi ventrikel isovolumetrik.

16

LO. 1.4. Mampu memahami dan menjelaskan faal tekanan darah Pengertian tekanan darah : Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi pada saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata rata tekanan darah normal 120/80 (Smeltzer and Bare, 2001). Mekanisme pemeliharaan tekanan darah : Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri, dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah, dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju organ organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf saraf ini dapat berfungsi secara otomatis. Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan gas) dalam tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin yang menyebabkan pembuluh darah kontriksi sehingga tekanan darah meningkat. Sedangkan hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah
17

seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon seperti adrenalin dan aldosteron juga ovari yang mensekresikan estrogen yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kelenjar tiroid atau hormon tiroksin juga berperan penting dalam pengontrolan tekanan darah. Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di ssirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah tinggi. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa Kategori Normal Pre-Hipertensi Stadium 1 Stadium 2 Tekanan Sistolik Darah Tekanan Diastolik Darah

Dibawah 120 mmHg 120-139 mmHg 140-159 mmHg 160 mmHg atau lebih

Dibawah 80 mmHg 80-89 mmHg 90-99 mmHg 100 mmHg atau lebih diatas 110 mmHg

Hipertensi Mendesak (tanpa disertai gejala kerusakan diatas 180 mmHg organ) Hipertensi maligna (disertai gejala kerusakan organ) 220 mmHg atau lebih

120 mmHg atau lebih

LO. 2.1. Mampu memahami dan menjelaskan definisi hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik lebih dari 140/90 mmHg, dimana sudah dilakukan pengukuran tekanan darah minimal dua kali untuk memastikan keadaan tersebut dan hipertensi dapat menimbulkan resiko terhadap penyakit stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. LO. 2.2. Mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi hipertensi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu: 1. Hipertensi esensial atau primer Penyebab pastinya masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai factor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stre psikologis, dan hereditas (keturunan). 2. Hipertensi sekunder Adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain.
18

Berdasarkan bentuk hipertensi,yaitu hipertensi diastolic,campuran,dan sistolik. 1. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol. 2. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut.

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO Kategori Optimal Normal Tingkat 1 (hipertensi ringan) Sub grup : perbatasan Tingkat 2 (hipertensi sedang) Tingkat 3 (hipertensi berat) Hipertensi sistol terisolasi Sub grup : perbatasan Sistol (mmHg) < 120 < 130 140-159 140-149 160-179 180 140 140-149 Diastol (mmHg) < 80 < 85 90-99 90-94 100-109 110 < 90 < 90

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7 Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg) Normal <120 Dan <80 Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89 Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99 Hipertensi tahap 2 160 Atau 100

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia Kategori Normal Pre hipertensi Hipertensi tahap 1 Hipertensi tahap 2 Hipertensi sistol terisolasi Sistol (mmHg) <120 120-139 140-159 160 140 Dan/atau Dan Atau Atau Atau Dan Diastole (mmHg) <80 80-89 90-99 100 < 90

19

LO. 2.3. Mampu memahami dan menjelaskan etiologi hipertensi 1. Hipertensi primer Hipertensi primer didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan organ lain seperti ginjal dan jantung. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang, keramaian, stress, dan pekerjaan. Sikap yang dapat menyebabkan hipertensi seperti konsumsi tinggi lemak, garam, aktivitas yang rendah, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein. Sebagian besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress. 2. Hipertensi sekunder Hipertensi yang disebabkan oleh gangguan ginjal, endokrin, dan kekakuan dari aorta. Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pula. Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat komposisi antara asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga menimbulkan gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain seperti kencing manis, dan gangguan jantung. Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil. Kebiasaan konsumsi alcohol, kafein, merokok dapat menyebabkan kekakuan dari pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat mengalami tekanan yang tinggi menjadi hilang. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder: 1. Penyakit Ginjal : a. Stenosis arteri renalis b. Pielonefritis c. Glomerulonefritis d. Tumor-tumor ginjal e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal 2. Kelainan Hormonal : a. Hiperaldosteronisme b. Sindroma Cushing c. Feokromositoma 3. Obat-obatan : a. Pil KB b. Kortikosteroid c. Siklosporin d. Eritropoietin e. Kokain f. Penyalahgunaan alkohol g. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
20

4. Penyebab Lainnya : a. Koartasio aorta b. Preeklamsi pada kehamilan c. Porfiria intermiten akut d. Keracunan timbal akut LO. 2.4. Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi hipertensi Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ). LO. 2.5. Mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinik hipertensi Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. gejalagejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai

21

berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah: Gangguan penglihatan, Gangguan saraf, Gagal jantung,Gangguan fungsi ginjal, Gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma. sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi. Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg Sakit kepala Epistaksis Pusing / migrain Rasa berat ditengkuk Sukar tidur Mata berkunang kunang Lemah dan lelah Muka pucat Suhu tubuh rendah Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahuntahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000 ). Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena
22

kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain- lain LO. 2.6. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis hipertensi Pemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggimempunyai beberapa tujuan : 1. Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi 2. Menilai keseluruhan risiko kardiovaskula 3. Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yangmenyertainya 4. Mencari kemungkinan penyebabnya. Diagnosis hipertensi menggunakan tiga metode klasik yaitu 1. Pencatatan riwayat penyakit (anamnesis) 2. Pemeriksaan fisik (sphygomanometer) 3. Pemeriksaan laboraturium (data darah,urun,kreatinin serum,kolesterol). Kesulitan utama selama proses diagnosis ialah menentukan sejauh mana pemeriksaan harus dilakukan. Dimana pemeriksaan secara dangkal saja tidak cukup dapat diterima karena hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan terapi yang dipilih dapat memberikan implikasi yang serius untuk pasien(Padmawinata, 2001).

Prosedur dan Kriteria Diagnosis Cara pemeriksaan tekanan darah, yaitu : Anamnesis : 1. Sering sakit kepala (meskipun tidak selalu), terutama bagian belakang, sewaktu bangun tidur pagi atau kapan saja terutama sewaktu mengalami ketegangan. 2. Keluhan sistem kardiovaskular (berdebar, dada terasa berat atau sesak terutama sewaktu melakukan aktivitas isomerik) 3. Keluhan sistem serebrovaskular (susah berkonsentrasi, susah tidur,migrain, mudah tersinggung, dll) 4. Tidak jarang tanpa keluhan, diketahuinya secara kebetulan. 5. Lamanya mengidap hipertensi. Obat-obat antihipertensi yang telah dipakai, hasil kerjanya dan apakah ada efek samping yang ditimbulkan. 6. Pemakaian obat-obat lain yang diperkirakan dapat mempermudah terjadinya atau mempengaruhi pengobatan hipertensi (kortikosteroid,analgesik, anti inflamasi, obat flu yang mengandung pseudoefedrinatau kafein, dll), Pemakaian obat kontrasepsi, analeptik,dll. 7. Riwayat hipertensi pada kehamilan, operasi pengangkatan keduaovarium atau monopause. 8. Riwayat keluarga untuk hipertensi. 9. Faktor-faktor resiko penyakit kardiovaskular atau kebiasaan buruk (merokok, diabetes melitus, berat badan, makanan, stress, psikososial,makanan asin dan berlemak). Pemeriksaan Fisik :
23

1. Pengukuran tekanan darah pada 2-3 kali kunjungan berhubungvariabilitas tekanan darah. Posisi terlentang, duduk atau berdiridilengan kanan dan kiri. 2. Perabaan denyut nadi diarteri karotis dan femoralis. 3. Adanya pembesaran jantung, irama gallop. 4. Pulsasi aorta abdominalis, tumor ginjal, bising abdominal 5. Denyut nadi diekstremitas, adanya paresis atau paralisis. Pemeriksaan penunjang : Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik telah selesai dilakukan, maka selanjutnya adalah dilakukannya pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosakerja yang lebih tegak. Beberapa pemeriksaan penunjang yang kami sudah dilakukan oleh ibu DL adalah : 1. Urinalisis Uji urin dilakukandengan menggunakan dipstick 2. Hematologis 3. Foto Rongen Thorax 4. Elektrokardiografi (EKG) 5. Echocardiografi Untuk lebih membantu penegakkan diagnosisnya, maka kami mengusulkan untukdilakukannya pemeriksaan penunjang lainnya seperti : 1. Hematologis tambahan, meliputi : kadar hemoglobin, hematokritnya, dan trombosit. Hemoglobin dan hematokrit biasanya akan mengalami peningkatan bahkan pada beberapa kasus berat dapat terjadi anemia. 2. Pemeriksaan fungsi hepar : untuk menilai kadar transaminase serumc. Pemeriksaan ginjal : untuk mengevaluasi ada tidaknya albuminuria

Penilaian organ target dan faktor-faktor resiko : 1. Funduskopi, untuk mencari adanya retinopati keith wagner i-v. 2. Elektrokardiografi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri,abnormalitas atrium kiri, iskemia atau infark miokard. 3. Foto thoraks, untuk melihat adanya pembesaran jantung dengankonfigurasi hipertensi bendungan atau edema paru. 4. Laboratorium : DL, UL, BUN, kreatin serum, asam urat, gula darah,profil lipid K + dan N+ serum. LO. 2.7. Mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan hipertensi Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah merubah gaya hidup penderita (Lim. 2009):
24

a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurutnkan berat badannya sampai batas ideal. b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol. c. Olah raga teratur yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali. Selain meningkatkanya perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang teratur adalah meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL_C, menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin (Sylvia Price, 2005). d. Berhenti merokok karena merokok dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. e. Pemberian obat-obatan: 1) Diuretik thiazide biasaanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurutnkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air, sehingga harus diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. 2) Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang mengambat efek system saraf simpatis. System saraf simpatis adalah system saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah. 3) Angiotensin Conferting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. 4) Angiotensin II Blocker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor. 5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-benar berbeda. 6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti hipertensi lainnya. 7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segara. Beberapa obat bisa menurutnkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena: a) Diazoxide b) Nitroprusside c) Nitroglycerin d) Labetalol Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan per-oral, tetapi obat ini bias menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat.

25

LO. 2.8. Mampu memahami dan menjelaskan komplikasi hipertensi Hipertensi yang tidak mendapat perawatan dan sudah berlangsung dalam waktu yang lama akan menimbulkan komplikasi. Berikut ini komplikasi dari hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2000): a. Stroke Stroke dapat terjadi perdarahan di otak, atau akiban embolus yang terlepas dari pembuluh darah non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke depat terjadi pada hipertensi kronik apabila ateri-ateri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang dipendarahinya berkurang. Ateri-ateri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah dan kehilangan elastisitas sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anuerisma. b. Infak Miokardium Infak miokardium dapat terjadi apabila ateri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai darah yang cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui ateri koroner. Karena hipertensi koronik dan hipertrifi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung dan peningkatan pembentukan pembekuan darah. c. Gagal Ginjal Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan yang tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, yaitu glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus,protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. d. Ensefalopati Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang interstitium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian. e. Aneurisma atau Aneurysm. Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah melemah, membentuk suatu aneurisma. Jika aneurisma pecah, dapat mengancam jiwa. Komplikasi darah tinggi/hipertensi akibat aneurisma memerlukan perhatian gawat darurat yang khusus.
26

f. Gagal jantung. Untuk memompa darah terhadap tekanan tinggi dalam pembuluh, otot jantung perlu berkontraksi lebih sehingga otot akan menjadi kental. Otot kental memiliki kesulitan memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, hal ini dapat menyebabkan komplikasi hipertensi yang berupa gagal jantung. g. Lemah dan menyempitnya pembuluh darah pada ginjal. Hal ini dapat mencegah dari organ-organ lain berfungsi normal. Untuk menentukan komplikasi hipertensi menyempitnya pembuluh darah memerlukan beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter yang ahli dalam bidang Cardiovascular. h. Sindrom metabolik. Sindrom ini adalah sekelompok gangguan metabolisme tubuh termasuk lingkar pinggang meningkat, trigliserida tinggi, rendah high density lipoprotein (HDL), tekanan darah tinggi, dan tingkat insulin yang tinggi. Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi, Anda lebih mungkin memiliki komponen lain dari sindrom metabolik. Komponen-komponen yang Anda miliki, semakin memperbesar risiko diabetes, penyakit jantung atau stroke. i. Masalah dengan memori atau pemahaman. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat mempengaruhi kemampuan Anda untuk berpikir, mengingat dan belajar. Masalah dengan konsep memori atau pemahaman yang lebih umum pada orang yang memiliki tekanan darah tinggi/hipertensi. j. Angina. Ini dikenal sebagai jenis khusus dari nyeri dada. Bila Anda memiliki angina, Anda akan merasa nyeri di dada, lengan, bahu, atau punggung. Anda mungkin merasa sakit lebih saat jantung Anda bekerja lebih cepat, seperti ketika Anda berolahraga tetapi rasa sakit mungkin hilang waktu kita istirahat.

LO. 2.9. Mampu memahami dan menjelaskan prognosis hipertensi Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasuskasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah akan memperburuk prognosis pasien dan meningkatkan mortalitasnya. LO.2.10. Mampu memahami dan menjelaskan pencegahan hipertensi Pencegahan primer Pencegahan primer berupa kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan primer dilaksanakan melalui berbagai upaya, seperti promosi kesehatan mengenai peningkatan perilaku hidup sehat, yakni diet yang
27

sehat dengan cara makan cukup sayur dan buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini. Pencegahan Tertier Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut, serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup. Dalam pencegahan tertier, kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat, serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke, dan jantung. Penanganan respons cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik. LI. 3. Mampu memahami dan menjelaskan antihipertensi A. Diuretika Diuretika tiazid Contoh: hidroklorotiazid Chlorthalidone, Metolazone, Indapamide, Spironolactone, Amiloride, Triamterene, Furosemide, Bumetanide, Ethacrynic acid. Merendahkan tekanan darah dimulai dari peningkatan eksresi Na dan air sehingga menurunkan volume ekstrasel. Farmakokinetik: menimbulkan gangguan besar untuk keseimbangan elektrolit. Misalnya kadar kalium dan magnesium di darah berkurang dan kalsium ditahan didalam tubuh. Kontaindikasi: penderita gagal ginjal Efek samping: a. Menyebabkan hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hiperkalsemia b. Menghambat ekskresi asam urat dari ginjal c. Pada pasien hiperuresemia dapat mencetuskan serangan gout akut d. Pada pasien diabetes mellitus dapat menyebabkan hiperglikemia (kolesterol, LDL, dan trigliserida meningkat
28

Diuretika loop Bekerja cepat bahkan pada pasien yg fungsi ginjalnya kurang. Menyebabkan penurunan resistensi vaskular ginjal dan meningkatkan aliran darah ginjal.

B. - blocker Contoh: Atenolol, Metoprolol, Propranolol, Nebivolol, Esmolol, Labetalol, Carvedilol. Mengurangi isi sekuncup jantung dan menurunkan aliran simpatik dari SSP dan menghambat pelepasan renin dari ginjal. Farmakokinetik: mengalami metabolisme fase pertama yg cukup luas Kontraindikasi: a. Penderita Asma bronkial b. Penderita Diabetes Mellitus c. Penderita sick sinus syndrome d. Penderita gagal jantung yang belum stabil Efek samping: kelelahan, insomnia, halusinasi, penurunan lipoprotein HDL dan peningkatan trigriserol plasma C. ACE inhibitor Contoh : captopril, enalapril, Ramipril, Lisinopril, Aliskiren. Mengurangi resistensi vaskular perifer tanpa meningkatkan kecepatan jantung. Kontraindikasi: ibu hamil dan menyusui Efek samping: batuk, kulit merah, demam, perubahan rasa, hiperkalemia D. Antagonis angiotensin II Contoh : Losartan, Valsartan, Olmesartan, Eprosartan, Azilsartan. Sama seperti ACE inhibitor efek sampinh juga tetapi lebih ringan. Kontraindikasi: a. Wanita dengan kehamilam trimester 2 dan 3 b. Wanita menyusui c. Penderita stenosis arteri renalis bilateral d. Penderita stenosis pada satu-satunya ginjal yang masih berfungsi Efek samping: hipotensi dan hipokalemia
29

E. Kalsium inhibitor Contoh : Nifedipine, Amlodipine, Clevidipine, Felodipine, Diltiazem, Verapamil. Menyebabkan otot polos vaskular beristirahat, mendilatasi terutama arteriol. Farmakokinetik: mempunyai waktu paruh 3-8 jam. Pengobatan memerlukan 3x sehari untuk mempertahan kontrol hipertensi yang bagus. Kontraindikasi: penderita hipertensi dengan penyakit jantung koroner Efek samping: pusing, sakit kepala dan rasa lesu

30

Daftar Pustaka Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi DiFiore. Ed 11. Jakarta : EGC. Ganong, W.F.. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 22. Jakarta : EGC. Gleadle, Jonathan. 2007. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: EMS. Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. 1996. Buku Ajar Histologi. Ed 5. Jakarta : EGC. Mycek, Mary J. dkk. 2001. Farmakologi ulasan bergambar. Ed. 2. Jakarta: Widya Medika. Raden, Inmar. 2010. Anatomi Kedokteran Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi. Rilantono LI, Baraas Faisal, Karo SK, Roebiono PS. 2004. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Ed. 2. Jakarta : EGC. Sudoyo,Aru W. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam Ed 2. Jakarta: interna publishing.

31

Anda mungkin juga menyukai

  • Skenario 3
    Skenario 3
    Dokumen8 halaman
    Skenario 3
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Utility Postmortem Otopsi Via Whole
    Utility Postmortem Otopsi Via Whole
    Dokumen9 halaman
    Utility Postmortem Otopsi Via Whole
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Dokumen6 halaman
    Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • KOMPLIKASI LUMBAL PUNGSI
    KOMPLIKASI LUMBAL PUNGSI
    Dokumen3 halaman
    KOMPLIKASI LUMBAL PUNGSI
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Cover A16 Neuro Sken 1
    Cover A16 Neuro Sken 1
    Dokumen1 halaman
    Cover A16 Neuro Sken 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Skenario 2 SSP
    Skenario 2 SSP
    Dokumen15 halaman
    Skenario 2 SSP
    Fathur Rahman Mutiara Hikmah
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Dokumen6 halaman
    Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Saraf Kranial
    Saraf Kranial
    Dokumen2 halaman
    Saraf Kranial
    Muhammad Ardyansyah Pratama
    Belum ada peringkat
  • SK 2
    SK 2
    Dokumen11 halaman
    SK 2
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen31 halaman
    Hipertensi
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • SK 1
    SK 1
    Dokumen23 halaman
    SK 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • LI 1 Manifestasi Klinis
    LI 1 Manifestasi Klinis
    Dokumen4 halaman
    LI 1 Manifestasi Klinis
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • SK 3
    SK 3
    Dokumen22 halaman
    SK 3
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Afasia
    Afasia
    Dokumen6 halaman
    Afasia
    Ermi Athiyah Ray
    Belum ada peringkat
  • SK 1
    SK 1
    Dokumen27 halaman
    SK 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Dokumen17 halaman
    Skenario 2
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Dokumen12 halaman
    Skenario 2
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • SK 1
    SK 1
    Dokumen27 halaman
    SK 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen30 halaman
    Skenario 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Dokumen16 halaman
    Skenario 2
    Kaisa Lana Afida
    100% (1)
  • SK 1
    SK 1
    Dokumen20 halaman
    SK 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat