Anda di halaman 1dari 22

Nama NPM Kelompok

: Kaisa Lana Afida : 1102011133 : A10

1.1.

Definisi

Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH (dikutip dari Toback C.) megatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fumgsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyusuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Melly Budhiman, seseoran dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Fungsi intelektual umum dibawah normal 2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial 3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun. Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atai IQ (Intelegence Quotient). IQ adalah MA/CA x 100% M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test. C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir. Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berfikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingat lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah. Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling meninjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya. Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena gejala tersebut timbul setelah 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

1.2.

Klasifikasi

Menurut nilai IQ-nya (dikutip dari Swaiman 1989) :

Nilai IQ Sangat superior Superior Diatas rata-rata Rata-rata Dibawah rata-rata Retardasi mental borderline Retardasi mental ringan (mampu didik) Retardasi mental sedang (mampu latih) Retardasi mental berat Retardasi mental sangat berat 130 atau lebih 120-129 110-119 90-110 80-89 70-79 52-69 36-51 20-35 Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya. Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi : a) Tipe klinik Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah. Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya. b) Tipe sosialbudaya Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya

atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan. (sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

Klasifikasi Menurut Page : 1. 2. 3. Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3 tahun) Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun) Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun)

Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu : 1) Retardasi mental berat sekali. IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena retardasi mental. 2) Retardasi mental berat. IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi mental. 3) Retardasi mental sedang. IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi mental. 4) Retardasi mental ringan. IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.

Tabel Derajat Retradasi Mental Derajat RM IQ Usia Prasekolah (0-5 tahun) Sangat berat <20 Retradasi jelas Usia Sekolah (0-21 tahun) Beberapa motorik Usia Dewasa (>21 tahun) Perkembangan Perkembangan dapat berespon motorik dan bicara sangat terbatas

namun terbatas

Berat

20-23

Perkembangan motorik yang miskin

Dapat

bicara

atau Dapat namun sebagian

berperan dalam diri

berkomunikasi latuhan kejujuran

tidak pemeliharaan sendiri

bermanfaat

dibawah

pengawasan ketat

Sedang

35-49

Dapat berbicara atau Latihan dalam keterampilan Dapat

bekerja

belajar berkomunikasi, social dan pekerjaan dapat sendiri tanpa dilatih ditangani dengan bermanfaat, dapat pergi namun perlu

pengawasan sedang

sendiri ketempat yang telah pengawasan dikenal terutama jika berada dalam stress

Dapat Ringan 50-69 mengembangkan keterampilan dan

Dapat belajar keterampilan Biasanya akademik sampai kelas 6 mencapai social SD

dapat

keterampilan social dan namun bantuan bila stres kejujuran perlu terutama

komunikasi,

retradasi minimal

1.3.

Etiologi

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini. Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental 1. Non- organik Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis Faktor sosiokultural Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik Penelantaran anak 2. Organik 2.1. Faktor prakonsepsi Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos,dll) Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) sindrom polygenic familial 2.2. Faktor pranatal Ganguan pertumbuhan otak trimester I Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)

Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human Immunodeficiency Virus) Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll) Disfungsi plasenta Kelainan kongenital dari otak (idiopatik) Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll) Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria) Toksemia gravidarum Ibu malnutrisi 2.3. Faktor perinatal Sangat prematur Asfiksia neonatorum Trauma lahir : perdarahan intra kranial Meningitis Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia 2.4. Faktor post natal Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat Neuro toksin, misalnya logam berat CVA (Cerebrovascular accident) Anoksia, misalnya tenggelam Metabolik Gizi buruk Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll. Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher) Penyakit degeneratif/metabolik lainnya. Infeksi Meningitis, ensefalitis, dll Subakut sklerosing, panesefalitis (sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC) 1.4. Epidemiologi Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini.4 Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. (sumber: http://www.scribd.com/doc/15689610/RETARDASI-MENTAL)

1.5. Manifestasi Klinis Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu : 1. Kelainan pada mata : a. Katarak - Sindrom Cockayne - Sindrom Lowe - Galactosemia - Sindrom Down - Kretin - Rubella Pranatal, dll. b. Bintik cherry-merah pada daerah macula - Mukolipidosis - Penyakit Niemann-Pick - Penyakit Tay-Sachs c. Korioretinitis - Lues congenital - Penyakit Sitomegalovirus - Rubella Pranatal d. Kornea keruh - Lues Congenital - Sindrom Hunter - Sindrom Hurler - Sindrom Lowe 2. Kejang a. Kejang umum tonik klonik - Defisiensi glikogen sinthesa - Hipersilinemia - Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI - Phenyl ketonuria - Sindrom malabsobrsi methionin, dll. b. Kejang pada masa neonatal - Arginosuccinic asiduria - Hiperammonemia I dan II - Laktik asidosis, dll. 3. Kelainan kulit a. Bintik caf-au-lait - Atakasia-telengiektasia - Sindrom bloom - Neurofibromatosis - Tuberous selerosis 4. Kelainan rambut a. Rambut rontok - Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati b. Rambut cepat memutih - Atrofi progresif serebral hemisfer - Ataksia telangiektasia - Sindrom malabsorbsi methionin

c. Rambut halus - Hipotiroid - Malnutrisi 5. Kepala a. Mikrosefali b. Makrosefali - Hidrosefalus - Neuropolisakaridase - Efusi subdural 6. Perawakan pendek a. Kretin b. Sindrom Prader-Willi 7. Distonia a. Sindrom Hallervorden-Spaz Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut: 1. Retardasi mental ringan Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya. 2. Retardasi mental sedang Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan. 3. Retardasi mental berat Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya. 4. Retardasi mental sangat berat Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya. (sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC) 1.6. Pemeriksaan dan Diagnosis Pemeriksaan fisik : Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll

Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll Mulut : bentuk V yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi Geligi : odontogenesis yang tdk normal Telinga : keduanya letak rendah; dll Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk (sumber: http://www.scribd.com/doc/33851729/Retardasi-Mental) Pemeriksaan Penunjang: 1. Kromosomal kariotipe - Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas - Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen - Terdapat beberapa kelainan kongenital - Genital abnormal 2. EEG (Elektro Ensefalogram) - Gejala kejang yang dicurigai - Kesulitan mengerti bahasa yang berat 3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) - Pemebesaran kepala yang progresif - Tuberous sklerosis - Dicurigai kelainan otak yang luas - Kejang lokal - Dicurigai adanya tumor intrakranial 4. Titer virus untuk infeksi kongenital - Kelainan pendengaran tipe sensorineural - Neonatal hepatosplenomegali - Petechie pada periode neonatal - Chorioretinitis - Mikroptalmia - Kalsifikasi intrakranial - Mikrosefali 5. Serum asam urat - Choreoatetosis - Gout - Sering mengamuk 6. Laktat dan piruvat darah - Asidosis metabolik - Kejang mioklonik - Kelemahan yang progresif - Ataksia - Degenerasi retina - Ophtalmoplegia - Episode seperti stroke yang berulang

7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang - Hepatomegali - Tuli - Kejang dini dan hipotonia - Degenerasi retina - Ophtalmoplegia - Kista pada ginjal 8. Serum seng (Zn) - Acrodermatitis 9. Logam berat dalam darah - Anamnesis adanya pika - Anemia 10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin - Gerakan involunter - Sirosis - Cincin Kayser-fleischer 11. Serum asam amino atau asam organik - Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi - Gagal tumbuh - Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit - Warna rambut yang tidak biasa - Mikrosefali - Asidodis yang tidak diketahui sebabnya 12. Plasma amonia - Muntah-muntah dengan asidosis metabolik 13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit - Kehilangan fungsi motorik dan kognitif - Atrofi N. Optikus - Degenerasi retina - Sereberal ataksia yang berulang - Mioklonus - Hepatosplenomegali - Kulit yang kasar dan lepas-lepas - Kejang - Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun 14. Urin mukopolisakarida - Kiposis - Anggota gerak yang pendek - Badan yang pendek - Hepatosplenomegali - Kornea keruh - Gangguan pendengaran - Kekakuan pada sendi 15. Urin reducing substance - Katarak - Hepatomegali - Kejang 16. Urin ketoacid - Kejang - Rambut yang mudah putus 17. Urin asam vanililmandelik

Muntah-muntah Isapan bayi pada saat menyusu lemah Gejala disfungsi autonomik

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC) Diagnosis Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa dari orang tua dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin dilakukan juga pemeriksaan psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.Tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis yang pasti harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan sindrom down. Wajah pasien dengan retardasi mental sangat mudah dikenali seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah tampak tumpul. Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu : 1) Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ. 2) Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan. 3) Onsetnya sebelum berusia 18 tahun Ciri-ciri Perkembangan penderita retardasi mental. 1.7. Diagnosis Banding 1. Kelainan sensorik terutama buta dan tuli 2. Gangguan perkembangan spesifik (kelambatan satu aspek perkembangan): gangguan perkembangan bicara, aleksia, agrafia, afasia 3. Gangguan perkembangan pervasif (penyimpangan perkembangan): autisme infantil, skizofrenia yang timbul pada masa anak. 4. Penyakit fisik yang kronisKesulitan belajar (diagnosis banding untuk retardasi mental yang ringan) (sumber: http://www.scribd.com/doc/39522767/Retardasi-Mental) 1.8. Penatalaksanaan Penatalaksanaan anak dengan retardasi mentaladalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan jalan terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari

pekerja social kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak juga menderita epilepsy, palsi serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini. Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar. Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan taraf IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLBC. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula tentang baik-buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan tindakan yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain. Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian. (sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC) Tujuan pengobatan yang utama adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin.Sedini mungkin diberikan pelatihan dan pembelajaran khusus untuk membantu anak berfungsi senormal mungkin. Pendekatan prilaku sangat penting dalam memahami dan berkerja sama dengan anak RM. Berikut adalah obat obat yang dapat digunakan : Obat obat psikotropika, untuk remaja dengan prilaku yang membahayakan diri sendiri Psikostimulan, untuk remaja yang menjunjukan tanda tanda gangguan konsentrasi Antidepresa Penanganan anak dengan retardasi mental memerlukan integrasi multidisiplin untuk membantu anak-anak ini:

Remedial Teaching Perlu pengulangan secara terus menerus di berbagai situasi dan kesempatan untuk membantu mereka memahami hal-hal yang baru dipelajari.

Pelayanan Pendidikan

Pendidikan merupakan aspek yang paling penting berkaitan dengantreatment pada anak penderita retardasi mental. Pencapaian hasil yang baik bergantung pada interaksi antara guru dan murid. Program pendidikan harus berkaitan dengan kebutuhan anak dan mengacu pada kelemahan dan kelebihan anak. Target pendidikan tidak hanya berkaitan dengan bidang akademik saja. Secara umum, anak penderita retardasi mental membutuhkan bantuan dalam memperoleh pendidikan dan keterampilan

untuk mandiri. Kebutuhan-kebutuhan Kesenangan dan Rekreasi Idealnya, anak penderita retardasi mental dapat berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan rekreasi. Ketika anak tidak ikut dalam aktivitas bermain, pada saat remaja akan kesulitan untuk dapat berinteraksi sosial dengan tepat dan tidak kompetitif dalam aktivitas olahraga. Partisipasi dalam olahraga memiliki beberapa keuntungan, yaitu pengaturan berat badan, perkembangan koordinasi fisik, pemeliharaan kesehatan kardiovaskular, dan peningkatan self-image (gambaran diri). Kontrol Gangguan Tingkah laku Gangguan tingkah laku dapat dihasilkan dari ekspektasi/harapan orang tua yang tidak tepat, masalah organik, dan atau kesulitan keluarga. Kemungkinan lain, gangguan tingkah laku dapat muncul sebagai usaha anak untuk memperoleh perhatian atau untuk menghindari frustrasi. Dalam mengukur tingkah laku, kita harus mempertimbangkan apakah tingkah lakunya tidak sesuai dengan usia mental anak, daripada dengan usia kronologisnya. Pada beberapa anak, mereka memerlukan teknik manajemen tingkah laku dan atau penggunaan obat.

Mengatasi Gangguan Jika terdapat gangguan lain- Cerebral palsy; gangguan visual & pendengaran; gangguan epilepsi; gangguan bicara dan gangguan lain dalam bahasa, tingkahlaku dan persepsi- maka yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal adalah diperlukan terapi fisik terus menerus, terapi okupasi, terapi bicara-bahasa, perlengkapan adaptif seperti kaca mata, alat bantu dengar, obat anti epilepsi dan lain sebagainya. Perlu diagnosa yang tepat untuk menetapkan gangguan, diluar hanya masalah taraf intelegensi. Konseling Keluarga Banyak keluarga yang dapat beradaptasi dengan baik ketika memiliki anak yang menderita retardasi mental, tetapi ada pula yang tidak. Diantaranya karena faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah perkawinan, usia orang tua, self-esteem (harga diri) orang tua, banyaknya saudara kandung, status sosial ekonomi, tingkat kesulitan, harapan orang tua & penerimaan diagnosis, dukungan dari anggota keluarga dan tersedianya program-program dan pelayanan masyarakat. Salah satu bagian yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan bagi keluarga penderita retardasi mental, agar keluarga dapat tetap menjaga rasa percaya diri dan mempunyai harapan-harapan yang realistik tentang penderita. Perlu penerimaan orang tua mengenai taraf kemampuan yang dapat dicapai anak. Orang tua disarankan untuk menjalani konsultasi dengan tujuan mengatasi rasa bersalah,

perasaan tidak berdaya, penyangkalan dan perasaan marah terhadap anak. Selain itu orang tua dapat berbagi informasi mengenai penyebab, pengobatan dan perawatan penderita baik dengan ahli maupun

dengan orang tua lain. Evaluasi Secara Berkala Walaupun retardasi mental adalah suatu gangguan statis, kebutuhan-kebutuhan anak dan keluarga berubah setiap waktu. Seiring perkembangan anak, informasi tambahan harus diberikan kepada orang tua, dan tujuan harus ditetapkan kembali, serta program perlu diatur. 1.9. Pencegahan Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada sebab kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal maka yang penting adalah pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat menyebabkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan dan bersalin pada tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini mungkin terutama pada tahun pertama maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terpi dini hipotiroid dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi dan intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep intervensi pada retardasi mental yang berdasarkan pemikiran bahwa intervensi dapat merubah status perkembangan anak. Makin sering dan makin dini intervensi dilakukan, maka makin baik hasilnya. Tetapi makin berat tingkat kecacatan maka hasil yang dicapai juga makin kurang. Hasil akhir suatu intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang diberikan makin baik hasilnya sehingga agak mengurangi kecacatannya. Namun pada anak yang penyebabnya sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang baik dan intervensi yang tidak teratur maka hasilnya juga tidak memuaskan. (sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC) 1.10. Prognosis Retardasi mental yang diketahuipenyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan retardasi mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda. (sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

2.1. Periode Pertumbuhan 1.Masa Pranatal. -Mudigah/embrio : 8 minggu -Janin / Fetus : 9 minggu lahir.

2.Masa bayi usia 0-1 tahun. -Masa Neonatal :0-28 hari -Masa Neonatal Dini : 0-7 hari -Masa Neonatal Lanjut : 8-28 hari 3.Masa Pra-sekolah : Usia 1-6 tahun. 4.Masa Sekolah : 6-18/20 tahun -Pra-remaja : 6-10 tahun -Remaja : Remaja dini : Wanita = 8-13 tahun. Pria = 10-15 tahun. Remaja lanjut: Wanita =13-18 tahun. Pria Perkembangan Pertumbuhan Fisik . 1.Pertumbuhan Janin Intrauterin. 2.Pertumbuhan Setelah Lahir . - Berat Badan : -Pada usia 5 bln BB 2x lebih berat. -Pada usia 1thn BB 3x lebih berat. -Pada usia 4thn BB 4x lebih berat. -Tinggi Badan : Pada Anak prasekolah rata-rata naiknya =6-8 cm/thn. = 15 -20 tahun.

-Kepala : Ukuran saat lahir : 34cm. Ukuran saat 6bln : 44cm. Ukuran saat 1thn : 47cm. Ukuran saat 2thn : 49cm. Ukuran saat dewasa : 54cm. -Gigi : -Gigi pertama tumbuh pada usia 5-9 bulan. -Gigi pada anak 1 tahun = 6-8 gigi susu.

Skala Yaumil-mimi Perkembangan Mental Anak (Gerakan-gerakan Kasar&Halus,Emosi,Sosial,Perilaku,Bicara). Perkembangan anak balita:

Sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya yakni prasekolah, sekolah, akil balig dan remaja Untuk perkembangan yang baik dibutuhkan:1. Kesehatan & gizi yang baik dari ibu hamil, bayi dan anak prasekolah2. Stimulasi/ rangsangan yang cukup dalam kualitas dan kuantitas Keluarga dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) mempunyai peran yang penting dalam pembinaan fisik, mental sosial anak balita

Dari lahir sampai 3 bulan:


Belajar mengangkat kepala Belajar mengikuti objek dengan matanya Melihat ke muka orang dengan tersenyum Bereaksi terhadap suara/ bunyi Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak Menahan barang yang dipegangnya Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

Dari 3 bulan sampai 6 bulan:


Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan bertopang tangan Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar jangkauannya. Menahan benda-benda di mulutnya Berusaha memperluas lapangan pandangan Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang

Dari 6 bulan sampai 9 bulan:


Dapat duduk tanpa dibantu Dapat tengkurap dan berbailik sendiri Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain Memegang benda kecil daengan ibu jari dan jari telunjuk Bergembira dengan melempar benda-benda Mengeluarkan kata-kata tanpa arti Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing/ lain Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian

Dari 9 bulan sampai 12 bulan:


Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu Dapat berjalan dengan dituntun Menirukan suara Mengulang bunyi yang didengarnya Belajar menyatakan satu atau dua kata Mengerti perintah sederhana atau larangan Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya (memasuki fase oral sepertinya) berpartisipasi dalam permainan

Dari 12 bulan sampai 18 bulan:


Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah Menyusun 2 atau 3 kotak Dapat mengatakan 5-10 kata Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing

Dari 18 sampai 24 bulan:


Naik turun tangga Menyusun 6 kotak Menunjuk mata dan hidungnya Menyusun dua kata Belajar makan sendiri Menggambar garis di kertas atau pasir Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil/ kencing Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar

Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka

Dari 2 sampai 3 tahun:


Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki Membuat jembatan dengan 3 kotak Mampu menyusun kalimat Mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya Menggambar lingkaran Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya

Dari 3 sampai 4 tahun:


Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga Berjalan pada jari kaki Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri Menggambar garis silang Mengenal 2 atau 3 warna Menggambar orang hanya kepala dan badan Bicara dengan baik Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya Banyak bertanya Bertanya bagaimana anak dilahirkan Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, dan sisi belakang Mendengarkan cerita-cerita Bermain dengan anak lain Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudranya Dapat melakasanakan tugas-tugas sederhana

Dari 4 sampai 5 tahun:


Melompat dan menari Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan Menggambar segi empat dan segi tiga Pandai bicara Dapat menghitung jari-jarinya Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita Minat kepada kata baru dan artinya Memprotes bila dilarang apa yang diingininya Mengenal 4 warna Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa

Pendidikan/ stimulasi yang perlu diberikan:

Akademik sederhana: pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan berhitung Pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat Bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman Menyanyi, menggambar Bahasa: bercakap-cakap, membaca gambar, bercerita, mengucapkan syair sederhana Melatih daya ingat dengan antara lain bermain jualan, menyampaikan berita Menggambar Membuat permainan dari kertas Mengenal tugas, larangan-larangan Aktivitas sehari-hari: makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air besar (BAB), kontrol buang air kecil (BAK).

Tumbuh Kembang Masa Remaja . Wanita : -Tumbuh Rambut halus -Payudara membesar -Pinggul membesar -Kulit dan Rambut berminyak. -Bokong berkembang lebih besar. -Pada vagina megeluarkan cairan. -Menstruasi. Laki-Laki : -Tumbuh rambut halus -Keringat bertambah -Kulit dan rambut berminyak -Dada bertambah besar dan bidang. -Tumbuh jakun. -Suara bertambah berat. -Mimpi basah. 2.2. Nutrisi pada anak dan remaja Kebutuhan Gizi bagi bayi

Kalori: 100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960 kkal Protein: 1,5-2 gram per kilogram berat badan Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4 gram Karbohidrat: 50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 50%-nya = 400 : 4 = 100 gram Lemak: 20 persen dari total kalori Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya = 160 : 40 = 40 gram

Kebutuhan gizi pada balita : Beda orang dewasa dengan balita : Gula & Garam - lupakan penggunaan gula dan garam pada menu bayi. Kalau pun ia sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram. Cermati makanan balita Ibu karena makanan orang dewasa belum tentu cocok untuknya. Kadang makanan Ibu terlalu banyak garam atau gula, atau bahkan mengandung bahan pengawet atau pewarna buatan. Porsi Makan - Porsi makan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Mereka membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil namun sering. Kebutuhan Energi & Nutrisi - Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat,protein, lemak serta vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi anak setiap hari. Atur agar semua sumber gizi tersebut ada dalam menu sehari. Susu Pertumbuhan Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita. Sedikitnya balita butuh 350 ml/12 oz per hari. Susu Pertumbuhan dari Nutricia merupakan susu lengkap gizi yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 12 bulan ke atas dan menjadi pelengkap menu buah hati ibu. Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 20-35% lemak, dan sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan asupan energi sebanyak 100 kkal. Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak adalah lemak. Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak dan margarine.

Kebutuhan gizi remaja : Wait, dkk kebutuhan energi dapat dihitung menurut TB U 11-18 tahun = 13-23 kkal/cm (laki-laki); 10-19 kkal/cm (perempuan) Makanan harus seimbang memenuhi menu gizi seimbang

Kebutuhan energi remaja putra 3470 kkal/hr (U 16 th); putri 2550 kkal/hr (U 12 th) Kebutuhan protein 0,29-0,32 g/cm (putra); 0,27-0,29 g/cm (putri)(U 11-18 th) Mineral Fe & Ca 800-1200 mg/hr

3. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Dilihat dari Pandangan Islam Pada suatu hari, seorang laki-laki datang menghadap Khalifah Umar bin Khattab, mengadu bahwa anaknya telah berlaku durhaka kepadanya. Keesokannya, Umar memanggil ayah dan anak tersebut. Kemudian Umar bertanya kepada sang anak: Mengapa engkau mendurhakai

orang tua mu?. Anak itu menjawab dengan berbalik bertanya : Wahai Amirul Mukminin, Apakah orang tua mempunyai kewajiban terhadap anaknya? Jawab Umar, : ya, ada!. Anak tersebut meminta agar kewajiban tersebut disebutkan, lalu Umar berkata (1) memilih wanita yang baik untuk menjadi calon ibunya. (2) Menamakannya dengan nama yang baik, dan (3) mengajarkan Al-Quran untuknya. Anak itu berkata lagi : Tapi orang tua saya tidak berbuat seperti itu; Ibu saya adalah tukang fitnah; nama yang diberikan untuk saya tukang tipu; dan ia tidak pernah mengajarkan saya satu huruf pun dari Al-Quran. Lalu Umar berpaling kepada sang Ayah, seraya berkata: Engkau datang kesini, mengeluh tentang kelakuan anakmu, mendurhakaimu, padahal engkau telah mendurhakainya sebelum berlaku durhaka terhadapmu. Dari riwayat di atas, ditambah dengan sejumlah hadist menyangkut dengan kewajiban orang tua terhadap anaknya, diketahui bahwa diantara kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah: 1. Memilih istri/suami yang baik, minimalnya harus memenuhi 4 syarat, yaitu: rupawan, hartawan, bangsawan dan taat beragama. Dan yang disebutkan terakhir adalah yang lebih utama dari keempat syarat yang telah disebutkan (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). 2. Berlindung kepada Allah sebelum melangsungkan acara jimak, karena tanpa membaca : Bismillahi, Allahumma Jannibnasy syaithaana Wajannibisy syaithaana mimmaa razaqtanaa setan akan akan ikut menjimaki sang istri. (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas). 3. Mengazankan/mengiqamatkan pada telinga kanan/kiri bayi, langsung setelah lahir dan dimandikan (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dari Asmaa binti Abu Bakar). 4. Memberikan nama yang baik untuk anak, karena di hari akhirat seorang akan dipanggil sesuai dengan nama yang diberikan orang tuanya. (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dari Jabir). 5. Menyembelih aqiqah, karena, karena Rasulullah SAW bersabda : Anak-anak yang baru lahir masih tersandra dengan aqiqah. Sebaiknya aqiqah disembelih pada hari ketujuh dari kelahiran dan pada hari itu juga dicukur rambut serta diberi nama (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dll dari Salmaan bin Aamir). 6. Melakukan penyunatan. Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-laki dan kemuliaan bagi anak perempuan (cf. H.R. Ahmad dan Baihaqy dari Syaddaad bin Aus). 7. Menyediakan pengasuh, pendidik dan/atau guru yang baik dan kuat beragama dan berakhlak mulia, kalau orang tuanya kurang mampu. Akan tetapi yang terafdhal bagi yang mampu adalah orang tuanya , disamping guru di sekolah dan Ustadz di pengajian. (cf. Alghazaaly, Ihyaau Uluumiddin, Al-Halaby, Cairo, Jld 8, Hal 627). 8. Mengajarnya membaca dan memahami Al-Quran; memberikan pendidikan Jasmani (cf. H.R. baihaqi dari Ibnu Umar). 9. Memberikan makanan yang halalaalan thayyiban untuk anaknya. Rasulullah SAW pernah mengajarkan sejumlah anak untuk berpesan pada orang tuanya dikala keluar mencari nafkah: Selamat jalan ayah! Bertaqwalah kepada Allah!. Jangan sekali-kali engkau membawa pulang kecuali yang halal dan thayyib saja!, Kami mampu bersabar dari kelaparan, tapi tidak mampu menahan azab Allah SWT (cf. H.R. Thabraani dalam Al-Ausaath). 10. Melatih mereka shalat selambat-lambatnya pada usia tujuh tahun dan sedikit lebih keras dikala sudah berusia sepuluh tahun. (cf. Ahmad dan Abu Daud dari Amru bin Syuib).

11. Memisahkan tempat tidur antara anak laki-laki dengan anak perempuan, juga antara mereka dengan orang tuanya, bila usianya telah mencapai sepuluh tahun (cf. H.R. Bazzaar). 12. Membiasakan berakhlak Islami dalam bersikap, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya, sehingga semua kelakuannya menjadi terpuji menurut Islam (cf. H.R. Turmuzy, dari Jaabir bin Samrah). 13. Menanamkan etika malu pada tempatnya dan membiasakan minta izin keluar/masuk rumah, terutama ke kamar orang tuanya, teristimewa lagi saat-saat zhahiirah dan selepas shalat Isya. (cf. Alquran, Surat Annuur, ayat 59). 14. Berlaku kontinuitas dalam mendidik, membimbing dan membina mereka. Demikian juga dalam penyandangan dana dalam batas kemampuan, sehingga sang anak mampu berdikari (cf. H.R. Abu Daud dari abu Qalaabah). 15. Berlaku adil dalam memberi perhatian, washiyat, biaya dan cinta kasih kepada semua mereka (cf. h.R. Muslim dari Anas bin Maalik). Anak adalah nikmat Allah SWT yang tak ternilai dan pemberian yang tak terhingga. Tidak ada yang lebih tahu besarnya karunia ini selain orang yang tidak atau belum memiliki anak. Nikmat yang agung ini merupakan amanah bagi kedua orang tuanya, yang kelak akan dimintai pertaggung jawabannya, apakah keduanya telah menjaganya atau justru menyia-nyiakannya. Rasulullah SAW bersabda, Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia akan ditanya akan kepemimpinannya (Muttafaq alaih).

Anda mungkin juga menyukai

  • Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Dokumen6 halaman
    Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Utility Postmortem Otopsi Via Whole
    Utility Postmortem Otopsi Via Whole
    Dokumen9 halaman
    Utility Postmortem Otopsi Via Whole
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Cover A16 Neuro Sken 1
    Cover A16 Neuro Sken 1
    Dokumen1 halaman
    Cover A16 Neuro Sken 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Skenario 2 SSP
    Skenario 2 SSP
    Dokumen15 halaman
    Skenario 2 SSP
    Fathur Rahman Mutiara Hikmah
    Belum ada peringkat
  • Komplikasi Lumbal Pungsi
    Komplikasi Lumbal Pungsi
    Dokumen3 halaman
    Komplikasi Lumbal Pungsi
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Dokumen6 halaman
    Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Saraf Kranial
    Saraf Kranial
    Dokumen2 halaman
    Saraf Kranial
    Muhammad Ardyansyah Pratama
    Belum ada peringkat
  • LI 1 Manifestasi Klinis
    LI 1 Manifestasi Klinis
    Dokumen4 halaman
    LI 1 Manifestasi Klinis
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Dokumen17 halaman
    Skenario 2
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Afasia
    Afasia
    Dokumen6 halaman
    Afasia
    Ermi Athiyah Ray
    Belum ada peringkat
  • SK 1
    SK 1
    Dokumen23 halaman
    SK 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen31 halaman
    Hipertensi
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • SK 2
    SK 2
    Dokumen11 halaman
    SK 2
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • SK 1
    SK 1
    Dokumen27 halaman
    SK 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • SK 1
    SK 1
    Dokumen27 halaman
    SK 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Dokumen12 halaman
    Skenario 2
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Skenario 3
    Skenario 3
    Dokumen8 halaman
    Skenario 3
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen30 halaman
    Skenario 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Dokumen16 halaman
    Skenario 2
    Kaisa Lana Afida
    100% (1)
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen31 halaman
    Hipertensi
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat
  • SK 1
    SK 1
    Dokumen20 halaman
    SK 1
    Kaisa Lana Afida
    Belum ada peringkat