Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH I PADA PASIEN “ Ny.I “


DENGAN MASALAH RUPTUR TENDON
DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr. R. KOESMA TUBAN

OLEH :
NAMA : SITI ARAFAH HARISMANIA
NIM : P27820518033

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN
JL. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO NO. 2 TUBAN
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktik klinik Keperawatan Medikal Bedah dengan judul Asuhan Keperawatan pada
klien “ “ dengan masalah Ruptur Tendon di Ruang Bougenville RSUD Koesma Tuban telah
disahkan pada tanggal

Kepala Ruangan Pembimbing Klinik

Lilik Sunarti ,Amd.Kep M.Basofi


Maharudin.S.Kep.Ns
NIP.19650329198902203 NIP.198403212012001

Pembimbing Akademik

Yasin wahyuriyanto , S . Kep. , Ns . M . Si


NIP .1976072420011211007
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tendon merupakan organ yang menghubungkan otot dengan tulang dan


memungkinkan transmisi kekuatan yang dihasilkan oleh otot ke tulang yang menghasilkan
pergerakan sendi. Sebagian besar cedera pada tendon terjadi di daerah yang dekat dengan
sendi, seperti bahu, siku, lutut, dan pergelangan kaki. Cedera pada sendi yang disertai dengan
robekan sebagian atau keseluruhan dari tendon terjadi sebanyak 45% dari semua cedera
muskuloskeletal tiap tahunnya (Woo, 2000; Hildebrand dkk, 2005). Cedera pada tendon
cukup sering terjadi dengan persentase kejadian 30% - 50% dari semua cedera. Cedera ini
terutama terjadi akibat kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas ataupun cedera akibat olah
raga.
Cedera pada tendon bervariasi dari cedera minor yang memiliki risiko relatif minimal
terhadap aktivitas sehari – hari, sampai dengan robekan pada tendon yang memerlukan
tindakan pembedahan. Komplikasi yang sering terjadi akibat cedera tendon ini adalah
terjadinya gangguan kelenturan, kekakuan dan berkurangnya kekuatan tendon itu sendiri.
Pada akhirnya fungsi tendon sebagai buffer serta sifat viskoelastiknya untuk mengurangi
kerusakan otot akan menurun sehingga pergerakan dan fungsi proteksinya menjadi terbatas
(Gianotti,
2015)
Tujuan utama penyembuhan tendon adalah untuk mengembalikan fungsi mekanisnya
(gliding function). Tendon memiliki kapasitas regeneratif spontan yang buruk setelah cedera
sehingga sulit untuk mendapatkan kembali fungsi biologis dan biomekanis seperti sebelum
cedera (Gianotti, 2015). Hal ini disebabkan karena adanya perlengketan dan pembentukan
jaringan parut yang menghambat proses regeneratif tendon.
Meskipun terbilang jarang, sebuah pecah tendon bisa menjadi masalah serius dan dapat
mengakibatkan sakit dan cacat permanen jika tidak diobati. Setiap jenis pecah tendon
memiliki tanda-tanda dan gejala sendiri dan bisa diobati baik operasi atau medis tergantung
pada beratnya pecah dan kepercayaan dari ahli bedah .
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI
Tendon adalah jaringan fibrosa yang melekat otot ke tulang dalam tubuh
manusia. Pasukan diterapkan pada tendon mungkin lebih dari 5 kali berat badan Anda. .
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, tendon dapat snap atau pecah . Kondisi yang
membuat pecah lebih mungkin termasuk suntikan steroid ke dalam tendon, penyakit
tertentu (seperti gout atau hiperparatiroidisme).
Meskipun terbilang jarang, sebuah pecah tendon bisa menjadi masalah serius dan
dapat mengakibatkan mengerikan sakit dan cacat permanen jika tidak diobati. Setiap jenis
pecah tendon memiliki tanda-tanda dan gejala sendiri dan bisa diobati baik operasi atau
medis tergantung pada beratnya pecah dan kepercayaan dari ahli bedah .
Tendon adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak di bagian belakang
pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.. Tendon adalah
struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh
bertanggung jawab untuk m enggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan,
melompat, angkat, dan bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, hal itu menarik
pada tulang menyebabkan gerakan ini. Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi
otot ke tulang disebut tendon. Ruptur tendon adalah robek, pecah atau terputusnya
tendon.

2.2 ETIOLOGI
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko pecah
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton,
tenis, basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul.
2.3 MANIFESTASI KLINIS
1.    Nyeri yang hebat
2.     Memar
3.    Terdapat kelemahan
4.    Ketidakmampuan untuk menggunakan lengan atau kaki yang terkena
5.    Ketidakmampuan untuk memindahkan bidang yang terlibat
6.    Ketidakmampuan untuk menanggung beban
7.    Terdapat deformitas

2.4 LOKASI RUPTUR TENDON


Empat daerah yang paling umum tempat terjadinya ruptur tendon, antara lain :
1. Qudriceps
Sebuah kelompok dari 4 otot, yang vastus lateralis, medialis vastus,
intermedius vastus, dan rektus femoris, datang bersama-sama tepat di atas tempurung
lutut (patella) untuk membentuk tendon patella . Sering disebut quad, kelompok otot
ini digunakan untuk memperpanjang kaki di lutut dan bantuan dalam berjalan,
berlari , dan melompat.
2. Achilles
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus,
dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon
Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar
15 sentimeter, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian
mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus. Tendon ini
sangat penting untuk berjalan, berlari dan melompat secara normal. Cidera karena
olahraga dan karena trauma pada tendon Achilles adalah biasa dan bisa menyebabkan
kecacatan.
3. Rotator cuff
Rotator cuff terletak di bahu dan terdiri dari 4 otot: supraspinatus (yang umum
tendon paling pecah), infraspinatus, teres minor, dan m. subskapularis. Kelompok otot
ini berfungsi untuk mengangkat tangan ke samping, membantu memutar lengan, dan
menjaga bahu keluar dari soket tersebut.
4. Bisep
Otot bisep fungsi sebagai fleksor lengan dari siku. Otot ini membawa tangan
ke arah bahu dengan menekuk siku.

2.5 PATOFISIOLOGI
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang
salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum
siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha
bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan
daerah sekitar cedera memar dan membengkak.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pergerakan otot, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada maka dicurigai
cedera tendon.
2. Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan ketebalan
tendon, karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan
frekuensi yang sangat tinggi dari suara melalui tubuh. Beberapa suara yang
dipantulkan kembali dari ruang antara cairan interstitial dan jaringan lunak atau
tulang. Gambar-gambar tercermin dapat dianalisis dan dihitung ke dalam gambar.
Gambar-gambar diambil secara real time dan dapat sangat membantu dalam
mendeteksi gerakan tendon dan memvisualisasikan kemungkinan cedera atau air
mata. Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk melihat kerusakan struktural
pada jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera.
Pencitraan ini modalitas murah, tidak melibatkan radiasi pengion dan, di tangan
ultrasonographers terampil, mungkin sangat handal.
3. Pemeriksaan dengan sinar-X.
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan ke keadaan normal dan
memungkinkan pasien untuk melakukan apa yang dapat dilakukan sebelum
cedera.Tindakan pembedahan dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus
disambungkan kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap
paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang terputus.
Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut
biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya
menolak untuk dilakukan tindakan operasi.
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi rupture tendon yaitu infeksi. infeksi adalah adanya suatu organisme
pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk dan
berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh
manusia. Penyakit yang disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus,
jamur dan lain-lainnya.

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Tindakan pembedahan dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus
disambungkan kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap
paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang terputus.
2. Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan
tersebut biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau
pasienya menolak untuk dilakukan tindakan operasi.
2.9 PATHWAY

Penyakit tertentu (arthitis&diabetes) + obat-obatan (beberapa antibiotik) + cedera + trauma


benda tajam dan tumpul + obesitas

Menyebabkan stres tensile (kekuatan tarik)

Serat Kolagen rusak

Beban Tendon meningkat

Serat kolagen mulai meluncur melewati satu sama lain (ketegangan 4-8%)

Jalinan antar molekul rusak

Ruptur Tendon

Masalah othopedi Menyerang kulit dan jaringan


subkutan

Dilakukan pembedahan Meluas ke arah yang lebih dalam

Inflamasi Menyebar secara sistemik

Pembengkakan Terjadi peradangan akut

Eritema lokal pada kulit


Nyeri Kronis
Lesi
Dampak masalah muskuloskeletal Kerusakan jaringan atau lapisan
kulit

Gangguan Integritas
Gangguan Citra Tubuh Kulit/Jaringan

DAFTAR PUSTAKA

1. Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher

Boston, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta,EGC.

2. Rosyidi, kholid. 2013.Musculoskeletal. TIM. Jakarta

3. Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. Jakarta

4. J Bone Joint Surg Am. Management of Chronic Ruptures of the Achilles Tendon. J

Bone Joint Surg Am. 2008;

5. Park YS, Sung KS. Surgical Reconstruction of Chronic Achilles Tendon

6. Ruptures Using Various Methods. Orthopedics. 2012; 35(2):e213-8.

7. Konecny J, Veverkova L, Reska M. Current Possibilities of Treatment of Achilles

Tendon.
BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA PASIEN DENGAN MASALAH RUPTUR TENDON

3. 1 PENGKAJIAN
I. DATA DEMOGRAFI
Biodata
Nama :
Tempat, tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Alamat, no telp. :
Suku/Bangsa :
Pekerjaan :
Diagnosa Medis :
No. Medical Record :
Tanggal masuk :
Tanggal Pengkajian :

II. KELUHAN UTAMA :


Keluhan yang dirasakan paling menganggu kegiatan sehari – hari klien
III. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kondisi saat dikasi ( PQRST ) dan keluhan lain yang menyertai
2. Riwayat Kesehatan Lalu
- Kecelakaan yang pernah dialami
- Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit
- Alergi ( makanan, obat-obatan, zat/substansi, tekstil )
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Penyakit keturunan
- Penyakit menular

IV. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola Persepsi Manajemen Kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.


Persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan
menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.

2. Pola Nutrisi Metabolik


Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasiBB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menlan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah penyembuhan kulit,
dan makanan kesukaan.
3. Pola Eliminasi

Manaje men pola fungssieksresi, kandung kemih dan kulit,


kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi
(oliguria,dysuria, dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi,
karakteristik urine dan feses,pola input cairan, infeksi saluran kemih, masalah
bau badan, aspirasi berlebih, dll.

4. Pola Latihan Aktivitas dan Olahraga


Menggambarkan pola latihan, aktivitas, penggunaan waktu luang dan
rekresi.
5. Pola Kognitif Perseptual

Menjelaskan perserpsi sensori kognitif. Pola persepsi sensori meliputi


pengkajian fungsi pengelihatan, pendengaran, perasaan, pembau, dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat pasien terhdap peristiwa yang telah lama
terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi pasien terhadap waktu,
tempat, dan nama ( orang, dan atau benda yang lain ).

6. Pola Istirahat dan Tidur

Menggambarkan pola tidur, istrahat dan persepsi tentang energi.


Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau
mimpi buruk.

7. Pola Konsep Diri dan Presepsi Diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap


kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri,
peran, identitas, dan ide diri sendiri.

8. Pola Peran Hubungan

Menggambarkan dan mengetahui hubungan peran pasien terhadap


aggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal pasien. Pekerjaan, tempat
tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang pasif, agresif terhadap orang
lain, masalah keuangan, dll.

9. Pola Produksi Seksual

Menggambarkan kepuasan aktual aau dirasakan dengan seksualitas.


Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae sediri,
riwayat penyakit, hubungan sex, pemeriksaan genital.

10. Pola Koping Stress

Menggambarkan kemampuan untuk mengalami stress dan penggunaan


system pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan
orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan,
efek penyakit terhadap tingkatstress
11. Pola Keyakinan dan Nilai

Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai, keyakinan, termasuk


spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan pasien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya.

V. PEMERIKSAAN FISIK

1. Penampilan umum klien


- Ekspresi wajah, bicara, mood :
- Berpakaian dan kebersihan umum :
- Tinggi badan :
- Berat badan :
- Gaya berjalan :
2. Tanda – tanda vital
- Suhu : ............ oC
- Nadi : ............ x/menit
- Pernafasan : ............ x/menit
- Tekanan darah : ............ mmHg
3. Sistem Pernafasan
- Hidung : Kesimetrisan, pernafasan cupping hidung, adanya
sekret/polip
- Leher : Pembesaran kelenjar karotis, tumor, trakeostomi
- Dada :
 Bentuk dada ( normal, barrel, pigeon chest )
 Gerakan dada ( kiri dan kanan, apakah ada retraksi )
 Suara napas tambahan
- Apakah ada cupping finger
4. Sistem Kardiovaskuler
- Conjungtiva mata ( merah muda, merah, pucat )
- Bibir ( pucat, cyanosis )
- Suara jantung ( mitral, tricuspidalis, S1, S2, bising aorta, murmur,
gallop )
- Capillary retilling time
- Edema : tidak ada, anasarka, palpebra, ekstremitas atas, ekstremitas
bawah.
5. Sistem Pencernaan
- Bibir ( lembab. Kering, pecah – pecah, labio skizis )
- Mulut ( Stomatitis, apakah ada palatoskizis, jumlah gigi, kemampuan
menelan, gerakan lidah )
- Abdomen ( ada/tidak ada masa, simetris/tidak simetris, bising usus,
nyeri tekan, acites, dll )
- Anus ( kondisi, spinkter ani, koordinasi )
- Kemampuan BAB :

- Tidak ada masalah - Diare - Konstipasi


- Feses berdarah - Inkontinensia - Wasir
- Melena - Kolostomi

6. Sistem Indera
a. Mata
- Sklera : putih, ikterus, merah, perdarahan :
- Kelopak mata, bulu mata, alis, lipatan epikantus dengan ujung
atas telinga :
- Visus :
- Lapang pandang :
b. Hidung
- Penciuman, perih di hidung, trauma, mimisan :
- Sekret yang menghalangi penciuman :
- Fungsi penciuman :
c. Telinga
- Keadaan daun telinga, operasi telinga :
- Kanal auditoris :
- Membran tympani :
- Fungsi pendengaran :
7. Sistem saraf
- Kesadaran : composmentis, sopor, apatis, coma, somnolen, gelisah
- GCS : E = ........... V= ........... M= .......... Nilai total = .............
- Iritasi meningen ( kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign, brudzinski
sign ):
- Pupil mata : isokor/anisokor, miosis/medriasis
8. Sistem muskuloskeletal
- Kepala ( bentuk kepala ) :
- Tulang belakang : normal, skoliosis, lordosis, kifosis
- Ekstremitas atas : tidak ada kelainan, patah tulang, peradangan,
perlukaan, gerakan sendi terbatas.
- Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan, patah tulang, peradangan
perlukaan, gerakan sendi terbatas
- Kemampuan pergerakan : parese, paralise, hemiparese
9. Sistem Integumen
- Rambut ( distribusi ditiap bagian tubuh, tekstur, kelembapan,
kebersihan )
- Kulit ( perubahan warna, temperatur, kelembapan, bulu kulit, erupsi,
tahi lalat, ruam, tekstur, perlukaan )
- Kuku ( warna, permukaan kuku, mudah patah, kebersihan )
10. Sistem Perkemihan
- Produksi urin : ........ ml/hari, frekuensi berkemih: .... x/hari
- Warna : ............... Bau : ..............
- Kemampuan berkemih :

- Menetes - Inkontinensia
- Nyeri - Retensi
- Panas - Hematuria
- Sering - Nocturia
- Cytostomi

11. Sistem Reproduksi


a. Wanita
- Payudara (puting,areola mammae,besar,perbandingan kiri dan kanan
):
- Labia mayora dan minora :
- Keadaan hymen :
- Haid pertama :
- Siklus haid :

b. Laki – laki
- Keadaan gland penis ( uretra ) :
- Testis ( sudah turun/belum ) :
- Pertumbuhan rambut ( kumis, janggut, ketiak ) :
- Pertumbuhan jakun :
- Perubahan suara :

12. Sistem Immun


- Alergi ( cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia ) :
- Immunisasi :
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca :
- Riwayat transfusi dan reaksinya :
VI. TEST DIAGNOSTIK A
1. Laboratorium ( tulis nilai normalnya ) :
2. Ro Foto :
3. CT Scan :
4. MRI, USH, EEG, ECG, dll :
VII. TERAPI
Tulis terapi saat pengkajian dilakukan : infus, obat – obatan, dll

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
b. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh

3.3 PERENCANAAN KEPERAWAWATAN


DX 1 : Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan tingkat
nyeri pada klien berkurang atau hilang
KH : - Klien mampu mengenali nyeri(skala,frekuensi)
-Klien merasa nyaman
Intervensi : 1. Observasi TTV
R/ Untuk mengetahui keadaan umum klien
2. Mengajarkan klien tentang manajemen nyeri (teknik distraksi dan
relaksasi)
R / mengurangi dan mengontrol rasa nyeri
3.Pemberian obat analgesik
R/ Untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
4.Kolaborasi dengan tim medis
R/ untuk mempercepat kesembuhan klien

DX 2 : Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan


mobilitas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam klien dapat
mempertahankan keutuhan kulit menjalankan aktifitas fisik sesuai kemampuannya.
KH: - Tidak ada anda-tanda kemerahan atau luka
-Klien mau berpatisipasi terhadap pencegahan luka
Intervensi : 1.Observasi TTV
R/Untuk mengetahui keadaan umum klien
2.Perawatan Integritas kulit/jaringan
R/ Untuk mencegah terjadinya kemerahan atau luka pada kulit
3.Perawatan luka
R/Untuk mecegah terjadinya infeksi pada jaringan kulit
4.Perawatan Imobilisasi
R/ Untuk membantu klien agar dapat beraktifitas sesuaikemampuannya
3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien.
(Riyadi,2010)
Implementasi kepersawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
(Setiadi,2012)

3.5 EVALUASI
Evaluasi Keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan.
(Manurung, 2011)
BAB IV
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA PASIEN NY.I DENGAN MASALAH RUPTUR TENDON

4.1 PENGKAJIAN
VIII. DATA DEMOGRAFI
Biodata
Nama : Ny.I
Tempat, tanggal lahir : Palang, 13 Juni 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat, no telp. : Palang
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : Guru
Diagnosa Medis : Ruptur tendon extensor pedis
No. Medical Record : 00153**
Tanggal masuk : 20 April 2020 pukul 11.00
Tanggal Pengkajian : 21 April 2020 pukul 08.00

IX. KELUHAN UTAMA :


Nyeri pada punggung kaki sebelah kiri yang terdapat luka robek
X. RIWAYAT KESEHATAN
13. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke UGD RSUD dr.R Koesma Tuban 20 April 2020 pukul
15.00 WIB dengan keluhan nyeri pada punggung kaki yang terdapat luka
robek dan mengalami perdarahan. Nyeri tersebut terasa tajam dan berat.
Terdapat luka terbuka di punggung kaki sebelah kiri. Skor nyeri yang di
rasakan 6/7. Pasien mengalami kecelakaan sepeda motor saat ingin
menjemput anaknya sekolah lalu pasien menabrak pohon dan
menghantamkan kaki kiri nya ke pohon. Pasien langsung dibawa oleh
orang disekitar kejadian menuju UGD Rumah Sakit RSUD dr.R Koesma
Tuban karena terdapat perdarahan dan nyeri yang terdapat pada luka
terbukanya.
Kemudian setelah dari UGD pasien di pindahkan ke Ruang Bougenvile
RSUD dr.R Koesma Tuban sekitar jam 16.00 WIB. Kondisi pasien lemas
dan meringis menahan nyeri yang dirasakan. Tanda tanda vital: Tekanan
darah:110/70 mmHg . Pernafasan: 22 kali/menit Nadi :90kali/menit.
Suhu: 37,1oC

P: Nyeri apabila pasien berdiri, atau berjalan.


Q: Nyeri terasa tajam dan berat
R : Terdapat nyeri di punggung kaki sebelah kiri pada luka robek yang
mengalami perdarahan
S: Skala nyeri 6/7
T : keluhan nyeri 1 jam sebelum di bawa ke rumah sakit

14. Riwayat Kesehatan Lalu


Pasien mengatakan, ini adalah pertama kalinya pasien mengalami
kecelakaan hingga seperti ini. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi yang
lainnya.
15. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
hipertensi, jantung, maupun diabetes atau penyakit menular lainnya.

XI. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola Persepsi Manajemen Kesehatan
Keluarga pasien mengatakan jika pasien jarang sakit dan jika sakit
diperiksakan ke puskesmas terdekat. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa
pasien tidak pernah mengonsumsi alkohol maupun merokok karena pasien
tahu bahwa itu tidak baik bagi kesehatan.
2. Pola Nutrisi Metabolik
Keluarga pasien mengatakan pola nutrisi klien sebelum sakit frekuensi
makan 3x/hari, nafsu makan baik, porsi makan yang dihabiskan 1 porsi,tidak
ada makanan alergi, dan diet. Sedangkan pola nutrisi selama sakit, frekuensi
makan 2 x/hari, nafsu makan kurang dan badannya lemas, habis 1/4 porsi
makan.
Klien mengatakan bahwa klien sebelum sakit biasanya minum air putih
7 gelas/hari, sedangkan saat sakit klien hanya minum 5 gelas/hari. BB klien
sebelum sakit adalah 65kg, sedangkan saat sakit BB nya hanya 63kg.

3. Pola Eliminasi
Buang angin terakhir 1 jam yang lalu (pukul 06.00) dan buang air besar 1
jam yang lalu (pukul 05.00). Buang air besar konsistensi lunak dan berwarna
coklat, normal seperti biasanya dengan frekuensi 1 minggu 3 kali. Buang air
kecil tidak nyeri, warna urin kuning, dan volum normal seperti biasa dengan
frekuensi 4-5 kali/ hari.
4. Pola Latihan Aktivitas dan Olahraga
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah berolahraga.
Semenjak pasien sakit, pasien hanya bisa tiduran diranjang saja karena nyeri di
bagian kaki dan susah untuk melakukan aktifitas.
5. Pola Kognitif Perseptual
Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada sistem inderanya, semua
masih normal. Sedangkan pola kognitif, klien mengatakan bahwa sebelum
dibawa kerumah sakit klien masih dapat bekerja sebagai guru SMP.
6. Pola Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan kebiasaan istirahat dan tidur sebelum masuk
Rumah Sakit adalah klien tidur siang 2 jam/hari, klien tidur malam selama 7
jam/hari, dan klien mengatakan tidak ada kebiasaan sebelum tidur.
Sedangkan selama di Rumah Sakit klien mengatakan bahwa klien hanya
tidur selama 3-4 jam karena merasakan nyeri.
7. Pola Konsep Diri dan Presepsi Diri
Klien mengatakan bahwa klien harus cepat sembuh, agar bisa
beraktifitas seperti semula.
8. Pola Peran Hubungan
Keluarga klien mengatakan hubungan klien dengan keluarga dan
masyarakat sekitar sangat baik. Begitu pula hubungan pasien dengan murid,
wali murid dan teman sejawat sangat baik.

9. Pola Produksi Seksual


Pasien mengatakan bahwa selama ini tidak ada kelainan seksualitas
dan organ reproduksi berfungsi normal.
10. Pola Keyakinan dan Nilai
Keluarga klien mengatakan bahwa klien rajin beribadah dan selalu
menerapkan nilai-nilai keyakinannya dalam kehidupan sehari-hari

XII. PEMERIKSAAN FISIK

1. Penampilan umum klien


Ekspresi wajah klien tampak menahan rasa sakit dilihat dari raut
wajahnya yang tampak meringis , klien mengalami kesulitan dalam berbicara
dilihat dari cara menjawab pertanyaan dengan terbata-bata dan dalam
berpakaian klien menggunakan kaus dan celana panjang serta memakai jilbab.
2. Tanda – tanda vital
- Suhu : 37,1 oC
- Nadi : 90 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
3. Sistem Pernafasan

- Hidung : nafas cuping hidung tidak ada


- Leher : pembesaran atau bendungan vena jugularis dan parotis
tidak ada. Tidak ada nyeri saat menelan
- Dada :
 Bentuk dada : simetris
 Gerakan dada : gerakan simetris
 Suara napas tambahan : tidak ada
4.Sistem Kardiovaskuler

- Conjungtiva mata : tidak ada tanda-tanda anemis


- Bibir : tidak pucat dan tidak sianosis
- Suara jantung : suara S1 S2 reguler, murmur dan gallop tidak ada
- Edema : Edema (-), deformitas (-), akral hangat

5.Sistem Pencernaan

- Bibir : mukosa basah dan berwarna merah muda


- Mulut : Tidak ada ulkus, gigi-geligi baik, mukosa lembab.
- Abdomen : datar tidak ada massa, lesi tidak ada, acites tidak ada,
turgor kulit elastic, benjolan tiak ada
- Anus : haemoroid tidak ada, kebersihan cukup
- Kemampuan BAB :

- Tidak ada masalah () - Diare - Konstipasi


- Feses berdarah - Inkontinensia - Wasir
- Melena - Kolostomi

1. Sistem Indera
a. Mata
- Konjungtiva anemis -/-
- Sklera ikterik -/-
- Pupil bulat isokor, diameter 3 mm / 3 mm
- Refleks cahaya langsung +/+,
- reflex cahaya tidak langsung +/+
- Visus OD/OS: tidak ada kelainan

a. Hidung
Epistaksis tidak ada, nyeri tekan tidak ada, kebersihan cukup, nafas
cuping tidak ada. Fungsi penciuman normal
b. Telinga
Bentuk normal, tidak ada luka, perdarahan, ataupun cairan
2. Sistem saraf
- Kesadaran : composmentis
- GCS : E = 4. V= 5 M= 6 Nilai total = 15
- Iritasi meningen : tidak ada
- Pupil mata : isokor

3. Sistem muskuloskeletal
- Kepala ( bentuk kepala ) : Normosefali tanpa tanda trauma
- Tulang belakang : normal
- Ekstremitas atas : tidak ada kelainan
- Ekstremitas bawah : terdapat luka robek dipunggung kaki ukuran 5cm
x 4 cm, dasar tulang. Tampak tendon extensor digitorum longus dan
tendon hallucis longus ruptur. Tampak a. dorsalis pedis ruptur. Drop
foot (+)
Palpasi : krepitasi (-)
ROM : Ekstensi metatarsophalangeal (-) Fleksi
metatarsophalangeal (+)
Supinasi (+), Pronasi (+)
Dorsofleksi (-), Plantarfleksi (+)
- Kemampuan pergerakan : parese
4. Sistem Integumen
- Rambut : lembab dan kotor
- Kulit : warna sawo matang, temperatur suhu panas , kelembapan
cukup baik, tidak ada tahi lalat, tidak ada ruam, turgor kulit jelek
- Kuku : bersih dan tidak panjang

5. Sistem Perkemihan
- frekuensi berkemih: 4-5 x/hari
- Warna : kuning Bau : amonia
- Kemampuan berkemih :

- Menetes - Inkontinensia
- Nyeri - Retensi
- Panas - Hematuria
- Sering () - Nocturia
- Cytostomi
6. Sistem Reproduksi
Tidak ada kelainan
7. Sistem Immun
Tidak ada alergi apapun

VI. TEST DIAGNOSTIK A


1. Laboratorium 21 April 2020 :

TES HASIL UNIT NILAI NORMAL

Darah Rutin      

Hemoglobin 12,7 g/dL 12 – 16

Hematokrit 41 % 37 – 54

Leukosit 10.900 /µL 5.000 – 10.000

Trombosit 350.00 /µL 150.000 – 400.000

Glukosa Sewaktu 119 mg/dL <200

SGOT 25 u/l <35

SGPT 42 u/l <35

Ureum Darah 20 mg% 20 – 50

Kreatinin Darah 0,49 mg/dL 0,8 – 1,1

2. Hasil foto Rontgen pada 21 April 2020


Hasil Foto Roentgen Pedis AP/Oblique S

VII. TERAPI
- Inj. Ceftriaxone 1g
- Gentamisin 40 mg
- Inj. Ketorolac 15 mg
- Inj. Ranitidine 4mg
Rujuk dokter spesialis orthopedi untuk eksplorasi dan repair tendon.

4. 2 ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. DS Agen pencedera Nyeri akut
 Klien mengeluh nyeri 1 fisik (trauma
jam sebelum masuk pada tendon)
rumah sakit.
 Nyeri tersebut dirasakan
saat terjadinya
kecelakaan yang dialami
 Klien mnegatakan nyeri
yang terasa tajam dan
berat
 Klien juga mengatakan
apabila berdiri, atau
berjalan, nyerinya
bertambah
P: Nyeri apabila berdiri,
atau berjalan.
Q: Nyeri terasa tajam
dan berat
R : Terdapat nyeri di
punggung kaki sebelah
kiri luka robek yang
mengalami perdarahan
S: Skala nyeri 6/7
T : keluhan nyeri hebat 1
jam sebelum masuk
rumah sakit dan terus-
menerus
DO
 pasien tampak meringis
menahan nyeri
 sulit tidur
 nafsu makan menurun
- Suhu : 37,1oC
- Nadi: 90 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
- Tekanan darah 110/70
mmHg

2. DS : -
DO :
• kerusakan jaringan atau
lapisan kulit
• nyeri dan perdarahan
Faktor mekanis
bagian punggung kaki Gangguan
(penekanan pada
- Suhu : 37,1oC Integritas
tendon)
- Nadi: 90 x/menit Jaringan
- Pernafasan : 22 x/menit
- Tekanan darah 110/70
mmHg

3. Ds :
-Klien mengatakan nyeri saat
bergerak
-Klien merasa cemas saat
bergerak
-Klien enggan melakukan
pergerakan

Do :
-Gerakan terbatas
-Fisik lemah
-Terdapat luka terbuka pada
punggung kaki klien
Kerusakan
- Suhu : 37,1oC Gangguan
integritas struktur
- Nadi: 90 x/menit Mobilitas Fisik
tendon
- Pernafasan : 22 x/menit
- Tekanan darah 110/70
mmHg

4. Do : - Ketidakadekuatan Risiko Infeksi


pertahanan tubuh
Ds : primer (kerusakan
-Terdapat luka terbuka pada
punggung kaki kiri klien
-Leukosit : 10.900 /µL
(normal : 5.000-10.000 /µL )
- Suhu : 37,1oC integritas
- Nadi: 90 x/menit jaringan)
- Pernafasan : 22 x/menit
- Tekanan darah 110/70
mmHg

5. Ds :
-Klien mengatakan sulit tidur
-Klien mengatakan pola tidur
berubah yang awal sebelum
MRS yaitu 7 jam/hari menjadi
3-4jam.
Hambatan Gangguan Pola
Do : lingkungan Tidur
- Suhu : 37,1oC (tindakan)
- Nadi: 90 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
- Tekanan darah 110/70
mmHg

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma pada tendon)
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis (penekanan pada
tendon)
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tendon
d. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(kerusakan integritas jaringan)
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (tindakan)

4.3 PERENCANAAN KEPERAWAWATAN


DX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(trauma pada tendon)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan tingkat
nyeri pada klien berkurang atau hilang
KH : - Klien mampu mengenali nyeri(skala,frekuensi)
-Klien merasa nyaman
Intervensi : 1. Observasi TTV
R/ Untuk mengetahui keadaan umum klien
2. Mengajarkan klien tentang manajemen nyeri (teknik distraksi dan
relaksasi)
R / mengurangi dan mengontrol rasa nyeri
3.Pemberian obat analgesik
R/ Untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
4.Kolaborasi dengan tim medis
R/ untuk mempercepat kesembuhan klien

DX 2 : Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis


(penekanan pada tendon)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam klien dapat
mempertahankan keutuhan kulit dan menjalankan aktifitas fisik sesuai
kemampuannya.
KH: - Tidak ada anda-tanda infeksi
-Penyembuhan luka
Intervensi : 1.Observasi TTV
R/Untuk mengetahui keadaan umum klien
2.Perawatan Integritas jaringan
R/ Untuk mencegah terjadinya kemerahan atau luka pada kulit
3.Perawatan luka
R/Untuk mecegah terjadinya infeksi pada jaringan kulit
4.Perawatan Imobilisasi
R/ Untuk membantu klien agar dapat beraktifitas sesuaikemampuannya

4.4 IMPLEMENTASI

DIAGNOSA TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI

Nyeri akut berhubungan 21 – 04 – 20 1.Observasi TTV


dengan agen pencedera - Suhu : 37,1oC
fisik (trauma pada - Nadi: 90 x/menit
tendon) - Pernafasan : 22 x/menit
- Tekanan darah 110/70
mmHg
2.Mengajarkan klien mengenai
manajemen nyeri yaitu teknik
distraksi dan relaksasi
Respon: Klien kooperatif
3. Mengatur posisi klien
senyaman mungkin untuk
mengontrol bagian yang terasa
nyeri
Respon: Klien kooperatif
4.Pemberian obat analgesik
(Ketorolac) untuk mengurangi
rasa nyeri pada klien
Respon: Klien kooperatif
5.Kolaborasi dengan tim medis
untuk mempercepat kesembuhan
klien.

Gangguan integritas 21-04-20 1.Observasi TTV


jaringan berhubungan - Suhu : 37,1oC
dengan faktor mekanis - Nadi: 90 x/menit
(penekanan pada - Pernafasan : 22 x/menit
tendon ) - Tekanan darah 110/70
mmHg
2.Memberikan perawatan
integritas kulit jaringan untuk
mencegah terjadinya luka pada
area kulit
Respon: klien kooperatif
3.Merawat luka klien
Respon: Klien kooperatif
4.Memberikan perawatan
imobilisasi agar klien dapat
beraktifitas semampunya
Respon: klien kooperatif.
5.Kolaborasi dengan tim medis
untuk kesembuhan klien
4.5 EVALUASI

Diagnosa Tanggal/Jam Evaluasi

Nyeri akut 22-04-2020 S: Pasien masih mengeluh nyeri akan


berhubungan
tetapi sudah berkurang
dengan agen
pencedera fisik O:
(trauma pada
 keluhan nyeri menurun
tendon)
 meringis kesakitan menurun
 kesulitan tidur menurun
 frekuensi nadi membaik
- Suhu : 36,5oC
- Nadi: 70 x/menit
- Pernafasan:22 x/menit
- Tekanan darah: 120/70 mmHg
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Gangguan 22-04-2020 S:-
integritas jaringan O:
berhubungan -TD : 120/70 mmHG
dengan faktor -Suhu : 36,5˚C
mekanis -Nadi : 70x/menit
(penekanan pada -RR : 22x/menit
tendon ) -Penyembuhan luka
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai