SKENARIO 4
BLOK MUSKULOSKELETAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Lutut
1.1 Anatomi Makro (Tulang dan sendi)
1.Tulang
Tulang yang membentuk sendi lutut yaitu femur, tibia, fibula dan patella.
a. Tulang femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka pada bagian
pangkal yang behubungan dengan acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput
femoris. Di sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat laju yang disebut
throcanter mayor dan throcanter minor, di bagian ujung membentuk persendian lutut.
Terdapat dua buah tonjolan yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis, diantara
kedua condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang
disebut dengan fossa condylus.
b. Tulang tibia
Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os fibula. Pada
bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang
disebut os malleolus medialis.
c. Tulang fibula
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk persendian
lutut dengan os femur pada bagian ujungnya. Terdapat tonjolan yang disebut os malleolus
lateralis atau mata kaki luar.
d. Tulang patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur. Jarak patella
dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya jarak patella dengan
femur. Fungsi patella di samping sebagai perekat otot-otot atau tendon adalah sebagai
pengungkit sendi lutut. Pada posisi fleksi lutut 90 derajat kedudukan patella diantara kedua
condylus femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur.
b. Ligamen Intracapsular
1. Ligamen cruata
Merupakan ligamen intracapsular yang sangat kuat, saling menyilang di dalam rongga
sendi. Terdiri dari 2 yaitu posterior dan anterior.
Ligamen cruata anterior
Melekat pada area intercondylaris anterior tibia dan berjalan kearah atas,
belakang dan lateral untuk melekat ke bagian posterior. Permukaan medial
condylus lateralis femoris. Ligamen ini akan mengendur apabila lutut ditekuk dan
akan menegang apabila diluruskan. Berfungsi untuk mencegah femur bergeser ke
posterior terhadap tibia.
2.2 Epidemiologi
OA mempengaruhi sekitar 3,3 hingga 3,6% populasi secara global. Penyakit ini menyebabkan
kecacatan sedang hingga berat pada 43 juta orang, menjadikannya penyakit ke-11 yang paling
melemahkan di seluruh dunia. Prevalensi di Indonesia sebesar 5% pada pria dan 12,7% pada
wanita, berdasarkan pemeriksaan radiologis sendi lutut. Di Indonesia, prevalensi osteoartritis
mencapai 5% pada usia < 40 tahun, 30% pada usia 40 – 60 tahun, dan 65% pada usia > 61 tahun.
Pasien OA biasanya mengeluh nyeri waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada
sendi yang terkena. Pada derajat nyeri yang berat dan terus menerus bisa mengganggu mobilitas.
Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. (Soeroso.
2009)
Jenis kelamin
Resiko ini dikaitkan dengan berkurangnya hormon pada perempuan pasca menopause.
Faktor herediter
Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsurunsur tulang
rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan
familial pada osteoartritis. OA jarang terjadi pada perempuan chinese
b. Faktor intrinsik
Kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus.
Cedera pada sendi seperti trauma, fraktur, atau nekrosis.
2.4 Klasifikasi
Menurut Soeroso dkk (2009), osteoartritis dibedakan dalam dua kelompok yaitu:
a. Osteoartritis primer Akibat usia
Tidak memiliki hubungan dengan penyakit sistemik lain atau perubahan yang terjadi pada
sendi, berarti hanya berupa osteoartritis saja.
Biasanya, perubahan paling awal yang terjadi pada OA adalah pada tingkat tulang rawan artikular
yang menyebabkan fibrilasi permukaan, ketidakteraturan, dan erosi fokal. Erosi ini akhirnya
meluas hingga ke tulang dan terus meluas hingga melibatkan lebih banyak permukaan sendi. Pada
tingkat mikroskopis, setelah cedera tulang rawan, matriks kolagen rusak sehingga menyebabkan
kondrosit berkembang biak dan membentuk kelompok. Terjadi perubahan fenotipik pada
kondrosit hipertrofik, menyebabkan pertumbuhan tulang rawan yang mengeras dan membentuk
osteofit. Semakin banyak matriks kolagen yang rusak, kondrosit mengalami apoptosis. Kolagen
yang termineralisasi secara tidak tepat menyebabkan penebalan tulang subkondral pada penyakit
lanjut, kista tulang jarang terjadi. Yang lebih jarang lagi, erosi tulang muncul pada OA erosif.
Ada juga peradangan dan hipertrofi sinovial pada tingkat tertentu, meskipun hal ini bukan faktor
pencetusnya seperti pada kasus radang sendi. Struktur jaringan lunak (ligamen, kapsul sendi,
meniskus) juga terpengaruh. Pada OA tahap akhir, terdapat kristal kalsium fosfat dan kalsium
pirofosfat dihidrat. Perannya tidak jelas, namun diperkirakan berkontribusi terhadap
peradangan sinovial.
Nyeri karena pergesekan tulang (cairan sinovial bekurang atau bahkan gak ada)
2.6 Manifestasi Klinis
Menurut Maskowitz (2001), OA dapat ditandai dengan :
a. Nyeri sendi
Nyeri sendi pada OA merupakan nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri akan bertambah jika
ada pergerakan dari sendi yang terserang dan sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri juga
dapat menjalar (radikulopati) misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal.
Claudicatio intermitten merupakan nyeri menjalar ke arah betis pada osteoartritis lumbal
yang telah mengalami stenosis spinal. Predileksi OA pada sendi-sendi; Carpometacarpal I
(CMC I), Metatarsophalangeal I (MTP I), sendi apofiseal tulang belakang, lutut, dan paha).
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang sakit.
b. Pemeriksaan Fisik
Tentukan BMI
Perhatikan gaya berjalan/pincang
Adakah kelemahan/atrofi otot
Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi
Lingkup gerak sendi (ROM)
Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan.
Krepitus - Deformitas/bentuk sendi berubah
Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
Nyeri tekan pada sendi dan periarticular
Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)
Pembengkakan jaringan lunak
Instabilitas sendi
e. Perhatian khusus terhadap gejala klinis dan faktor yang mempengaruhi pilihan
terapi/penatalaksanaan OA.
Singkirkan diagnosis banding.
Pada kasus dengan diagnosis yang meragukan, sebaiknya dikonsulkan pada ahli
reumatologi untuk menyingkirkan diagnosis lain yang menyerupai OA. Umumnya
dilakukan artrosentesis diagnosis.
Tentukan derajat nyeri dan fungsi sendi
Perhatikan dampak penyakit pada status social seseorang
Perhatikan tujuan terapi yang ingin dicapai, harapan pasien, mana yang lebih disukai
pasien, bagaimana respon pengobatannya.
Faktor psikologis yang mempengaruhi.
b. Terapi Farmakologis
Obat Sistemik
1. Analgesik oral
o Non narkotik: parasetamol
o Opioid (kodein, tramadol)
2. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Obat pilihan utama untuk paien OA adalah Acetaminophen 500mg maksimal 4
gram perhari.
3. Chondroprotective
Obat topical
1. Krim rubefacients dan capsaicin
2. Krim NSAIDs, seperti gel piroxicam dan sodium diclofenac.
Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan terlebih dahulu
risiko dan keuntungannya. Pertimbangan dilakukan tindakan operatif bila :
1. Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
2. Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa dan rehabilitatif
2. Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang baru
ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam
high-density polyethylene (Thomas, 2000).
2.9 Pencegahan
Berolahraga secara teratur
Menjaga berat badan
Mengontrol gula darah
Menghindari rokok dan mengonsumsi alkohol
2.10 Komplikasi
Ketidakselarasan sendi
Penurunan rentang gerak sendi
Radikulopati
Kondisi yang terjadi ketika akar saraf tulang belakang terjepit atau teriritasi di titik
keluarnya dari sumsum tulang belakang (spinal cord).
2.11 Prognosis
Prognosis pasien osteoartritis bergantung pada sendi mana yang terkena dan tingkat gejala serta
gangguan fungsional. Beberapa pasien relatif tidak terpengaruh oleh osteoartritis, sementara
pasien lainnya dapat mengalami kecacatan parah. Dalam beberapa kasus, operasi penggantian
sendi menawarkan hasil terbaik dalam jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Allen KD, Thoma LM, Golightly YM. Epidemiology of osteoarthritis. Osteoarthritis Cartilage.
2022 Feb;30(2):184-195.
Kumar A, Palit P, Thomas S, Gupta G, Ghosh P, Goswami RP, Kumar Maity T, Dutta Choudhury
M. Osteoarthritis: Prognosis and emerging therapeutic approach for disease management.
Drug Dev Res. 2021 Feb;82(1):49-58. doi: 10.1002/ddr.21741. Epub 2020 Sep 15. PMID:
32931079.
Sen R, Hurley JA. Osteoarthritis. [Updated 2023 Feb 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482326/
Zhang Y, Jordan JM. Epidemiology of osteoarthritis. Clin Geriatr Med. 2010 Aug;26(3):355- 69.
doi: 10.1016/j.cger.2010.03.001. Erratum in: Clin Geriatr Med. 2013 May;29(2):ix. PMID:
20699159; PMCID: PMC2920533.