Anda di halaman 1dari 7

ARTHROSCOPY

A. Definisi
Arthroscopy adalah prosedur bedah yang dilakukan untuk mendiagnosis dan
menangani gangguan yang terjadi pada sendi, seperti radang sendi. Tindakan
arthroscopy dilakukan dengan memasukkan alat bernama arthroskop melalui
lubang sayatan yang dibuat dokter.
Arthroscopy adalah prosedur medis untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan
mengatasi berbagai masalah pada persendian. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan
pada bagian tubuh yang sering menekuk, seperti lutut, pergelangan tangan, dan
sebagainya. Prosedur arthroscopy dianjurkan apabila pasien mengalami
peradangan, kerusakan, atau cedera pada sendi.

B. Anatomy & Fisiologi


 LIGAMEN
Ligamen adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang atau
menyokong organ dalam. Beberapa ligamen berbeda struktur fibrosanya,
beberapa menjadi lipatan fascia atau peritoneum berindurasi, yang lain
merupakan milik pembuluh atau organ-organ fetus (Dorland W. N., 2002).
Ligamen disusun oleh jaringan ikat berupa pita-pita berkas kolagen kuat
yang berfungsi melekatkan tulang pada tulang dan untuk membatasi derajat gerak
pada sendi. Ligamen bisa merupakan struktur tersendiri atau tersisip di dalam
simpai. Biasanya terdapat beberapa serat elastin di antara berkas kolagen ligamen
(Fawcett, 2002).
Ligamen termasuk ke dalam jaringan ikat padat teratur (textus connectivus
typus regularis) yang memiliki daya regang yang besar. Ligamentum melekat
pada tulang dan mengalami daya tarikan yang kuat secara terus menerus. Serat
kolagen yang tersusun padat dan sejajar memberikan tahanan yang kuat terhadap
daya tarikan pada satu arah atau sumbu. Karena susunan serat kolagen padat
maka terdapat substantia fundamentalis yang sedikit, dan jenis sel yang dominan
adalah fibroblast, yang terletak diantara deretan serat kolagen. Serat kolagen
merupakan protein fibrosa tebal kuat yang tidak bercabang. Serat kolagen
penyusun ligamen merupakan serat kolagen tipe I (Eroschenko, 2010).
 Ligamen di Lutut
Fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh ligamen. Ligamen-
ligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah ligamen cruciatum yang terdiri dari
ligamen cruciatum anterior dan ligamen cruciatum posterior, ligamen collateral
yang terdiri dari ligamen collateral medial dan ligamen collateral lateral, ligamen
patellaris, ligamen popliteal oblique, dan ligamen transversal.

Ligamen cruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut meskipun


tidak menutupi kapsul sendi. Dinamakan ligamen cruciatum karena saling
menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen ini berada di bagian depan dan
belakang sesuai perlekatannya pada tibia. Fungsi dari ligamen ini adalah menjaga
gerakan sendi pada lutut, membatasi gerakan ekstensi, juga menjaga gerakan
sliding ke depan dan belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisator sendi lutut.
Ligamen cruciatum anterior membentang dari bagian anterior fossa
intercondyloid tibia lalu melekat pada bagian lateral condylus femur yang
berfungsi untuk mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap femur,
menahan eksorotasi tibia pada saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut dan
membantu saat rolling dan gliding sendi lutut.
Ligamen cruciatum posterior merupakan ligamen yang lebih pendek tetapi
lebih kuat dibanding dengan ligamen cruciatum anterior. Ligamen ini berbentuk
kipas membentang dari bagian posterior tibia ke bagian depan atas dari fossa
intercondyloid tibia dan melekat pada bagian luar depan condyles medialis femur.
Ligamen ini berfungsi untuk mengontrol gerakan slide tibia ke belakang terhadap
femur, mencegah hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut.
Ligamen collateral medial merupakan ligamen yang lebar, datar, dan
membranous band nya terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen ini terletak
lebih posterior di permukaan medial sendi lutut, yang melekat diatas epycondilus
medial femur bawah di bawah tuberculum adductor dan ke bawah menuju
condylus medial tibia serta pada medial meniscus. Seluruh ligamen collateral
medial meregang pada gerakan penuh ROM ekstensi lutut, ligamen collateral
medial ini juga melekat pada meniscus medialis. Ligamen ini sering mengalami
cedera, cedera ligamen ini sering menyertai cedera meniscus medialis dan
fungsinya untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah luar.
Ligamen collateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan melekat diatas
ke belakang epycondylus femur dan dibawah permukaan luar caput fibula. Fungsi
ligamen ini adalah untuk mengontrol gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke
arah medial. Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut.
Ligamen patellaris merupakan ligamen kuat dan datar yang melekat pada
lower margin patella dengan tuberositas tibia, dan melewati bagian depan atas
patella dan serabut superficial yang berlanjut pada pusat serabut pada tendon
quadriceps femoris.
Ligamen popliteal oblique merupakan ligamen yang lebar dan datar.
Menutupi bagian belakang sendi dan melekat diatas upper margin fossa
intercondyloid dan permukaan belakang femur dan dibawah margin posterior
caput tibia. Pada bagian tengah terpadu dengan tendon otot semimembranous dan
bagian luar dengan lateral head otot gastrocnemius.

 Anterior Cruciate Ligament (ACL)


Anterior Cruciate Ligament (ACL) membentang secara miring dari aspek
posterior dan lateral tulang femur, berorigin pada aspek medial dari condylus
lateral femur dan berinsersi pada area intercondylar tibia di sebelah belakang dari
meniscus medial. Ligamen ini memiliki panjang kira kira 31 hingga 38 mm.
Ligamen ACL terdiri dari dua berkas yang terpisah, yaitu berkas anteromedial
(AM) dan berkas posterolateral (PL), dinamakan berdasarkan letak insersi
relatifnya pada tibia. Pada saat lutut dalam posisi ekstensi maksimal, kedua
berkas ligamen berjajar paralel dan pada saat lutut dalam posisi fleksi, kedua
berkas ligamen saling menyilang. Berkas PL mencapai ketegangan maksimal saat
posisi lutut ekstensi sementara berkas AM mencapai ketegangan maksimal saat
posisi lutut fleksi 60°

ACL dipertimbangkan sebagai stabilisator utama sendi lutut, karena


berkontribusi terhadap 85% stabilitas lutut, memungkinkan gerakan fleksi dan
rotasi lutut yang halus. Dan sebagai konsekuensinya, ACL menjadi ligamen pada
lutut yang paling sering mengalami cedera dan menjadi fokus studi dalam
beberapa dekade terakhir (Abulhasan & Grey, 2017). ACL berperan untuk
mencegah terjadinya translasi anterior tibia terhadap femur. Selain itu juga
berperan penting dalam mencegah rotasi internal tibia yang berlebihan.

C. Etiologi
Arthroscopy merupakan Prosedur yang biasanya dilakukan untuk
memeriksa dan menangani gangguan sendi di bahu, siku, panggul, pergelangan
tangan, pergelangan kaki, dan lutut. Beberapa Penyebab gangguan sendi yang
bisa didiagnosis dan ditangani dengan artroskopi adalah:

 Frozen shoulder
 Carpal tunnel syndrome
 Gangguan sendi rahang (tempomandibular disorder)
 Robekan pada tulang rawan di bahu (labral tears)
 Peradangan pada bantalan sendi bahu (bursitis)
 Sindrom nyeri bahu (shoulder impingement syndrome)
 Robekan pada otot dan tendon di bahu (rotator cuff tendon tears)
 Kerusakan tulang rawan di tempurung lutut (chondromalacia)
 Robekan pada tulang rawan di lutut (meniscal tears)
 Cedera ligamen lutut anterior (ACL tears)
 Sindrom nyeri lutut (patellofemoral pain syndrome)

Selain kondisi di atas, artroskopi juga bisa digunakan untuk mengangkat potongan
tulang atau tulang rawan yang lepas dan menyedot timbunan cairan di dalam
sendi.

D. Manifestasi Klinis
1. Artroskopi disarankan bagi pasien yang mengalami nyeri sendi berkepanjangan
2. Kaku sendi,
3. Pembengkakan sendi yang penyebabnya belum jelas
4. Meniskus Robek
5. Ligamen robek
6. Jaringan sendi yang meradang
7. Kartilago artikular yang rusak

E. Patofisiologi (Perjalanan pelaksanaan tindakan Arthroscopy)

Prosedur artroskopi diawali dengan penyuntikan bius lokal, regional, atau


total, sesuai dengan kondisi pasien. Setelah bius bekerja, pasien akan diposisikan
sedemikian rupa, tergantung bagian sendi yang akan dioperasi.

Setelah itu, area kulit di bagian tubuh yang akan dioperasi dibersihkan
dengan cairan antibiotik. Selanjutnya, dokter akan membuat sayatan sebesar
lubang kunci di kulit pasien sebagai jalan masuknya artroskop. Dokter juga bisa
membuat beberapa sayatan untuk memasukkan alat atau instrumen bedah lainnya.

Dokter dapat melihat gambaran sendi yang ditangkap oleh artroskop di


layar monitor. Sambil memantau sendi yang bermasalah, dokter juga dapat
melakukan tindakan, seperti mengangkat atau memperbaiki jaringan-jaringan
yang rusak di daerah sendi. Umumnya, prosedur artroskopi berlangsung selama
30 menit sampai 2 jam.
 Patofisiologi Peradangan Sendi

Osteoarthritis terjadi karena adanya perubahan pada metabolisme


tulang rawan sendi khususnya sendi lutut. Peningkatan aktivitas enzim yang
bersifat merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi dan menurunnya
sintesis proteoglikan dan kolagen. Pada proses degenerasi kartilago articular
akan menghasilkan zat yang bisa menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang
merangsang makrofag untuk menghasilkan IL-1 sehingga meningkatkan
enzim proteolitik untuk degradasi matriks ekstraseluler.

Perubahan proteoglikan mengakibatkan tingginya resistensi tulang


rawan untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi dan pengaruh yang lain
yang dapat membebani sendi. Menurunnya kekuatan tulang rawan akan
disertai perubahan yang tidak sesuai dengan kolagen dan kondrosit akan
mengalami kerusakan. Selanjutnya akan terjadi perubahan komposisi
molekuler dan matriks rawan sendi yang diikuti oleh kelainan fungsi matriks
rawan sendi. Jika dilihat melalui mikroskop, terlihat permukaan tulang rawan
mengalami fibrilasi dan berlapis-lapis. Hilangnya tulang rawan akan
menyebabkan penyempitan rongga sendi.

Terjadi pembentukan osteofit pada tepi sendi terhadap tulang rawan


yang rusak. Pembentukan osteofit merupakan suatu respon fisiologis untuk
memperbaiki dan membentuk kembali sendi. Dengan penambahan luas
permukaan sendi untuk menerima beban, osteofit diharapkan dapat
memperbaiki perubahan awal tulang rawan pada osteoarthritis. Semakin lama
akan terjadi pengikisan yang progresif yang menyebabkan tulang dibawahnya
akan ikut terkikis. Pada tekanan yang melebihi kekuatan biomekanik tulang,
akan mengakibatkan tulang subkondrial merespon dengan meningkatkan
selularitas dan vascular sehingga tulang akan menjadi tebal dan padat. Proses
ini disebut eburnasi yang nantinya mengakibatkan sclerosis tulang
subkondrial. Tulang rawan sendi menjadirusak, dan menimbulkan gejala
osteoarthritis seperti nyeri sendi, kaku, dan deformitas
F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Arthroscopy dapat dilihat dari keadaan pasien sebelum


memulai prosedur artroskopi, pasien perlu mengetahui beberapa hal di bawah ini:

1. Dokter ortopedi dapat meminta pasien untuk menghentikan konsumsi obat


tertentu. Oleh sebab itu, beri tahu dokter obat-obatan, produk herbal, atau
suplemen yang sedang dikonsumsi.

2. Tergantung pada jenis obat bius yang akan diberikan, dokter dapat meminta
pasien untuk tidak mengonsumsi makanan yang keras selama 8 jam sebelum
artroskopi.

3. Pasien tidak dianjurkan untuk berkendara sendiri setelah artroskopi. Oleh sebab
itu, mintalah teman atau keluarga untuk menemani dan mengantarkan pulang
setelah selesai artroskopi.

4. Pasien dianjurkan untuk mengenakan pakaian yang longgar dan nyaman agar
mudah mengenakannya kembali setelah artroskopi.

5. Selain hal-hal di atas, dokter juga akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk
memastikan bahwa artroskopi merupakan prosedur yang tepat bagi pasien.
Pemeriksaan tersebut antara lain:

 Tes darah, meliputi hitung sel darah putih, pemeriksaan rheumatoid


factor, tes protein C-reaktif, dan tes laju endap darah

 Pemindaian dengan foto Rontgen, USG, CT scan, atau MRI

Anda mungkin juga menyukai