Anda di halaman 1dari 23

MANDIRI PBL SKENARIO 2

BLOK MUSKULOSKELETAL
FK YARSI
2021

Disusun oleh :
Nama : SYIFA FADLILAH
NPM : 1102020098
Kelompok : A12

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JL. LETJEND SUPRAPTO, CEMPAKA PUTIH
JAKARTA 10510
TELP. 62.21.4244574 FAX. 62.21.42
Sasaran Belajar

1. Memahami dan menjelaskan tendo achilles


1.1 secara makroskopik
Tendon Achilles dibentuk dari gabungan 2 otot, yaitu otot gastroknemius dan
calcaneus soleus. Tendon ini berinsersi pada tulang Gastroc-soleus complex. Tendon
Achilles adalah tendon terbesar dan terkuat pada tubuh manusia, memiliki daya
regang sampai dengan 12,5 kali berat badan (9 kilonewton [KN]) ketika berlari sprint,
dan 6 sampai 8 kali berat badan ketika melakukan aktivitas atletik seperti melompat
atau bersepeda.

Tendon Achilles dimulai dari pertengahan regio cruris posterior sebagai gabungan
dari tendon otot gastroknemius dan soleus. Kontribusi serabut otot gastroknemius dan
soleus bervariasi antar individu. Kebanyakan serabut otot soleus memiliki kontribusi
lebih banyak dibandingkan gastroknemius, dan menempel pada hampir seluruh
bagian anterior tendon. Pada gastrocsoleus junction, tendon Achilles memiliki bentuk
melebar dan datar, saat berjalan ke arah distal, bentuknya secara progresif menjadi
ovoid pada potongan melintang sampai pada kira-kira 4 cm proksimal dari
insersionya di kalkaneus, kemudian berlanjut menjadi relatif datar kembali.
Tendon Achilles (disebut juga tendon calcaneus) adalah serabut otot betis (calf)
yang melekat pada tulang tumit (calcaneus) yang berfungsi sebagai penggerak sendi
pergelangan kaki. Tendon Achilles berasal gabungan dari tiga otot yaitu
gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal
dan terkuat pada tubuh manusia. Tendon ini terdapat di sepanjang proximal sampai ke
insersi calcaneus posterior. Tendon ini memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Pasokan
darah untuk tendon Achilles berasal dari arteri tibialis posterior. Kelompok superfisial
otot betis meliputi M. gastrocnemius, M. soleus, dan M. plantaris.M. gastrocnemius
berkepala dua dan M. soleus sama-sama memiliki tendo communis, tendo calcaneus,
yang menempel pada calcaneus.Secara bersama-sama, dua otot tersebut membentuk
M. triceps surae.
1.2 secara mikroskopik

Jaringan ikat regular padat terdapat di ligament dan tendo. Di sini diperlihatkan
suatu potongan tendo pada bidang longitudinal yang sebagian serat kolagennya
terenggang, dan sebagian lagi relaksasi.
Serat kolagen tersusun dalam berkas kompak yang sejajar. Di antara berkas-
berkas kolagen, terdapat sekat tipis jaringan ikat longgar yang mengandung fibroblast
sejajar. Fibroblast memiliki processus pendek yang tidak terlihat disini dan nucleus
yang tampak ovoid jika di lihat dari pandangan permukaan atau gepeng dan mirip
batang pada pandangan lateral. Jika tendo diregangkan, berkas serat kolagen menjadi
lurus. Keika tendo relaksasi, berkas serat kolagen menjadi bergelombang.
Jaringan ikat ireguler padat dengan susunan serat yang kurang teratur
dibandingkan ditendo juga mengelilingi dan meisahkan berkas-berkas kolagen
sebagai jaringan ikat antar-fasikulus. Di sini juga ditemukan fibroblast dan banyak
pembuluh darah, misalnya arteriol yang mendarahi sel-sel jaringan ikat.
Jaringan ikat regular padat suatu tendon memperlihatkan susunan kolagennya
kompak, teratur, dan sejajar. Di antara serat-serat kolagen yang padat, tampak nucleus
fibroblast yang pipih. Sebuah pembuluh darah kecil dan sel darah berjalan di antara
berkas-berkas padat serat kolagen untuk mendarahi sel jaringan ikat tendo.

Pada potongan transversal sebuah tendo. Masing-masing berkas serat kolagen


terdapat fibroblast (nucleus) yang terpotong secara transversal. Fibroblast terletak di
antara berkas-berkas kolagen. Pada pembesaran kuat fibroblast dapat dibedakan
karena bentuk fibroblast yang bercabang pada potongan transversal.
Di antara berkas-berkas kolagen terdapat penyekat jaringan ikat antarfasikulus.
Penyekat ini mengandung pembuluh darah, arteriol, venula, saraf, dan terkadang
reseptor tekanan yang sensitive korpuskel Pacini.
Serat kolagen terdapat pada semua jenis jaringan ikat yang terdiri atas protein
protein kolagen. Dalam keadaan segar, kolagen berwarna putih. Diameternya berkisar
antara 1-12 mikron. Beberapa serabut bergabung menjadi berkas serabut yang lebih
besar. Dalam keadaan segar bersifat lunak, dan sangat kuat. Susunan serabut kolagen
bergelombang, karenannya bersifat lentur.
Terdapat 6 tipe kolagen yang paling utama dan secara genetik berbeda. Keenam
tipe kolagen tersebut adalah :
1) Tipe I

Tipe kolagen yang paling banyak ditenukan. Terdapat pada jaringan ikat dewasa,
tulang, gigi dan sementum.

2) Tipe II

Tipe kolagen ini dibentuk oleh kondroblas dan merupakan unsur utama penyusun
matriks tulang rawan. Kolagen ini ditemukan pada kartilago hyaline dan elastik

3) Tipe III

Kolagen ini ditemukan pada awal perkembangan beberapa jenis jaringan ikat.
Pada keadaan dewasa kolagen ini terdapat pada jaringan retikuler.

4) Tipe IV

Terdapat pada lamina densa pada lamina basalis dan diperkirakan merupakan
hasil sel-sel yang langsung berhubungan engan lamina tersebut.

5) Tipe V

Terdapat pada plasenta, dan berhubungan dengan kolagen tipe I

6) Tipe VI
Terdapat pada basal lamina

Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipe - I,
tendon Achilles yang putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe - III.
Fibroblast dari tendon Achilles yang putus menghasilkan baik kolagen tipe - I dan
tipe - III pada kultur. Kolagen tipe - III kurang tahan terhadap kekuatan tarikan dan
area itu dapat mempengaruhi putusnya tendon secara spontan. Tendon Achilles
normal menunjukkan pengaturan selular yang terorganisir dengan baik, sangat
berbeda dengan tendon yang putus. Tenosit, yang merupakan fibroblast khusus,
muncul pada potongan longitudinal. Pengaturan yang baik ini disebabkan oleh sekresi
kolagen secara sentrifugal yang seragam disekitar kolom tenosit, yang menghasilkan
baik komponen fibriler dan nonfibriler dari matriks eksraseluler dan juga dapat
menyerap kembali serat-serat kolagen.

Struktur terbesar dalam skema di atas adalah tendon atau ligamentum kemudian
dipecah menjadi entitas yang lebih kecil disebut fasciles (lembaran). Lembaran berisi
fibril dasar ligamentum atau tendon, fibroblas, dan merupakan sel-sel biologis yang
menghasilkan ligamen atau tendon. Ada karakterisitik struktural pada tingkat ini yang
memainkan peran penting dalam mekanisme ligamen atau tendon, yaitu crimp dari
fibril. Crimp merupakan struktur bergelombang dari fibril, dan ia akan memberikan
kontribusi signifikan terhadap hubungan stress regangan nonlinear untuk ligamen dan
tendon.
Tendon :
1. Tendon mengandung kolagen tipe I
2. Tendon mengandung matriks proteoglycan
3. Tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara parallel
Struktur :
1. Kolagen (70% dari berat kering tendon)
2. Glycine (±33%)
3. Proline (±15%)
4. Hydroxyproline (±15%)
1.3 Kinesiologi
a. Articulatio tibiofibularis
1) Tulang
Fascies articularis fibularis tibiae dengan Fascies articularis capitis fibulae
2) Jenis sendi
diarthrosis untuk proksimalis dan distalis syndesmosis untuk batang tibia dan
fibula
3) Penguat sendi
ligamentum capitis fibulae anterius, ligamentum capitis fibulae posterius dan
Membrana interossea cruris
4) Gerak sendi
Gerakan ke atas dan ke bawah
b. Articulatio talocruralis
1) Tulang
antara trochlea tali dan lengkung yang dibentuk oleh malleoli ossa cruris
2) Jenis sendi
Gynglimus (hing)
3) Penguat sendi
ligamentum mediale pars tibionavicularis, pars tibiocalcanea pars
tibioantalaris anterior, pars tibiotalaris posterior, ligamentum talofibulare
anterius, ligamentum talofibulare posterius, dan ligamentum calcaneofibulare.
4) Sumbu gerak
sumbu frontal yang berjalan mulai dari kraniomedialis ujung bawah malleolus
medialis sampai kaudolateralis ujung bawah malleolus lateralis. Sumbu ini
membentuk sudut terhadap bidang transversa sebesar 7o. Bila dilihat dari atas
anteromedial ke posterolateral dan membentuk sudut 13o dari bidang frontal
5) Gerak sendi

Memungkinkan gerakan:
a. Fleksi dorsalis
M.tibialis anterior, M.extensordigitorum longus, M.peroneus tertius,
M.extensor hallucis longus
b. Plantarfleksi
M.gastrocnemius, M.soleus, M.plantaris, M.flexor hallucis longus,
M.peroneus longus & brevis, M.tibialis posterior
2. Memahami dan menjelaskan rupture tendo achilles
2.1 Definisi
Rupture tendon Achilles adalah roben atau putusnya hubungan tendon (jaringan
penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba
atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal.
2.2 Etiologi
Cedera tendon akut maupun kronis dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik atau
intrinsik, baik tunggal maupun kombinasi. Pada trauma akut, faktor ekstrinsik lebih
dominan.
Arner dan Lindholms mengklasifikasikan trauma penyebab rupture tendon Achilles
menjadi 3 kategori, sebagai berikut
1) Kategori pertama, ketika berat badan bertumpu pada kaki depan saat lutut dalam
keadaan ekstensi. Gerakan ini dapat dilihat saat posisi start sprinter dan saat
melompat pada olahraga basket. Mekanisme seperti ini merupakan penyebab
ruptur tendon Achilles sebanyak 53%.
2) Kategori kedua terjadi secara mendadak, yakni ketika dorsofleksi ankle, misalnya
ketika kaki terpeleset ke dalam lubang atau ketika seseorang jatuh dari tangga.
Mekanisme kedua menyebabkan ruptur Achilles sebanyak 17%.
3) Kategori ketiga merupakan dorsofleksi paksa saat kaki dalam keadaan plantar
fleksi, misalnya ketika jatuh dari ketinggian. Mekanisme ini merupakan penyebab
ruptur Achilles sebanyak 10%
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ruptur pada tendo achilles adalah sebagai
berikut:
 Meningkatnya aktivitas (jarak, kecepatan, tinggi/curam tanjakan)
 Berkurangnya waktu relaksasi di antara sesi latihan
 Perubahan permukaan.
 Perubahan/pergantian alas kaki (alas kaki bertumit rendah/ tumit tinggi)
 Kondisi alas kaki yang buruk (ukuran tumit yang tidak sesuai, pelebaran sisi
sepatu, berkurangnya fleksibilitas kaki)
 Terlalu banyak tiarap (meningkatnya beban pada kompleks
gastrocnemius/soleus untuk menelentangkan kaki dan jemari kaki dengan
bebas)
 Fleksibilitas otot yang rendah (gastrocnemius yang rapat)
 Berkurangnya ruang gerak sendi (dorsifleksi yang terbatas)
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko ruptur tendon Achilles meliputi:
1. Umur. Usia puncak untuk ruptur tendon Achilles 30 sampai 40. Dalam
kebanyakan kasus, pecah dari Achilles tendon terjadi di pada tendon yang
menerima aliran darah kurang. Hal ini yang dapat melemahkan bagian dari
tendon.
2. Jenis kelamin. Pada pria ruptur tendon Achilles lima kali lebih mungkin
terjadi dibandingkan pada wanita.
3. Obesitas. Beratnya beban yang harus di tahan dapat meningkatkan
stres/kelelahan pada tendon achilles.
4. Melakukan olahraga berat tanpa pendinginan.
5. Riwayat penggunaan terakhir fluoroquinolones, kortikosteroid, atau suntikan
kortikosteroid, yang keduanya (kortikosteroid, steroid anabolik dan
fluoroquinolones) berperan dalam pecah tendo achilles.
6. Injeksi kortikosteroid ke dalam tendon tikus telah terbukti menyebabkan
nekrosis tendon. Kortikosteroid dapat menutupi gejala yang menyakitkan,
dan menyebabkan individu untuk overexert tendon melemah.
7. Steroid anabolik dan fluoroquinolones menyebabkan displasia fibril kolagen,
sehingga menurunkan kekuatan tarik-menarik tendon.Sebuah penelitian
terbaru menunjukkan bahwa hewan yang diberikan fluoroquinolones
dengan dosis yang sebanding dengan yang diberikan pada manusia, hewan
tersebut akan mengalami gangguan matriks ekstraseluler tulang rawan
dan penipisan kolagen.
8. Penyakit gout, hipertiroid, insufisiensi ginjal, dan arteriosklerosis. Fraktur
Pergelangan kaki, Keseleo Ankle, Cedera ligamen Calcaneofibular, Cedera
ligamen Talofibular.
2.3 Mekanisme
Ruptur traumatik tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif
maksimal sehingga terjadi kontraksi mendadak pada otot betis dengan kaki terfiksasi
kuat kebawah dan diluar kemampuan tendon Achilles untuk menerima suatu beban.
Ruptur tendon Achilles sering terjadi pada atlet atletik saat melakukan lari atau
melompat.Kondisi klinik ruptur tendon Achilles menimbulkan berbagai keluhan,
meliputi nyeri tajam yang hebat, penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan
ketidakmampuan melakukan plantarfleksi, dan respons ansietas pada klien.
(Muttaqin, A. 2011)
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di
fibrilkolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal
ini yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat
serat kolagen rusak, tendon merespon secara linear untuk meningkatkan beban
tendon.Jika renggangan yang ditempatkan pada tendon tetap kurang dari 4% yaitu
batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi asli mereka pada
penghapusan beban. Pada tingkat keteganganantara 4-8%, serat kolagen mulai
meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat
tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena
kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.
Penyebab pasti pecah tendon Achilles dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan,
atau akibat tendinitis Achilles .Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan
masalah.Jika otot-otot menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan
mempersingkat kontraksi.Kontraksi berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan
mengarah pada kelelahan otot. Semakin lelah otot betis, maka semakin pendek dan
akan menjadi lebih ketat. Keadaan sesak seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada
tendon Achilles dan mengakibatkan kerobekan.Selain itu, ketidakseimbangan
kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang yang lebih rendah
juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Tendon Achilles robek lebih
mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki yang
dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak otot,
kerobekan dapat terjadi.Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat dari
tendon sementara otot betis berkontraksi.
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang
salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum
siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstring (otot paha
bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan
daerah sekitar cedera memar dan membengkak.(Price, Sylvia Anderson. 1995.)
Robekan tendo calcaneus terjadi pada saat berlari, melompat atau berolahraga
seperti main tenis, bola voli, bola basket, badminton.Tendo mulai mengalami
perubahan degenerasi pada umur 25-30 tahun.Robekan tendo calcaneus biasanya
terjadi 5cm diatas insersionya atau tepat pada perlekatannya di calcaneus, bisa
bersifat total atau parsial.Robekan dapat pula tejadi hanya pada M. Plantaris pada
batas anatara otot dan tendo.
2.4 Manfestasi klinis
1. Biasanya, snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki
2. Pasien mungkin menggambarkan sensasi ditendang di bagian belakang kaki
3. Nyeri bisa berat
4. Nyeri lokal, bengkak dengan gamblang sepanjang tendon Achilles dekat
lokasipenyisipan, dan kekuatan plantarfleksi lemah aktif semua bisa
menegakkandiagnosis
5. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan
kakiatau betis
6. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan di dekat tumit
7. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas
tulangtumit
8. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik atau “push off” kaki terluka ketika
berjalan.
9. Pasien merasa seolah-olah ia telah dipukul tepat pada tumitnya dan tidak
bisaberjinjit.
10. Apabila ada robekan,suatu celah dapat dilihat dan terasa 5 cm diatas insersio
tendon.
11. Plantar fleksi kaki akan lemah dan tidak disertai dengan tendon

2.5 Pemeriksaan
2.5.1 Fisik
Dari inspeksi didapatkan vulnus, ekskoriasi, maupun bengkak pada sisi
posterior dari ankle. Apabila didapatkan vulnus, tidak tampaknya tendon
Achiles merupakan prediktor kuat terhadap ruptur yang terjadi karena stump
tertarik ke proksimal. Dapat pula hanya terlihat stum distal yang sudah
mengalami rupture.
Dari pemeriksaan feel, didapatkan adanya gap pada tendon achilles.
Lokasi tersering terjadinya ruptur, yaitu 2-6 cm di proksimal dari insersinya
pada posterosuperior dari tulang kalkaneus. Pemeriksaan spesifik untuk ruptur
tendon achilles dinamakan dengan tes Thompson. Tes ini dilakukan dengan
cara squeeze pada otot gastroknemius, diharapkan terjadi gerakan plantar
fleksi dari sendi ankle. Bila gerakan plantar fleksi tidak terjadi, dapat
dipastikan terjadi ruptur tendon achilles. Namun apabila gerakan plantar fleksi
masih terjadi, dapat juga tendon achilles mengalami ruptur parsial, sehingga
gerakan tersebut masih ada namun disertai rasa nyeri saat tes Thompson
dilakukan.
Tes lain yang sering dilakukan dalam penegakan diagnosis rupture tendon
Achilles, yaitu tes Matles. Namun tes ini harus dilakukan dalam keadaan
pasien terbius. Sebelum pasien dibius, pasien diminta untuk melakukan
gerakan fleksi sendi lutut secara aktif hingga 90°. Setelah dibius, pemeriksa
melakukan gerakan fleksi pasif pada kedua sendi lutut hingga 90°. Kemudian
dievaluasi posisi sendi ankle pada kedua kaki. Apabila posisi ankle pada satu
sisi dalam keadaan dorsofleksi atau netral, sedangkan sisi yang lain dalam
posisi plantar fleksi, maka posisi kaki yang dorsofleksi atau netral ini
dikatakan mengalami ruptur tendon achilles.

Dari pemeriksaan move didapatkan pasien tidak dapat melakukan gerakan


plantar fleksi secara aktif merupakan bukti adanya ruptur tendon achilles.
Tendon achilles merupakan tendon yang terdiri dari gabungan tiga otot, yaitu
gastroknemius kaput medial dan lateral, serta soleus. Ketiga otot ini memiliki
fungsi yang sama, yaitu gerakan plantar fleksi dari ankle.
Pasien juga diposisikan tengkurap pada O’Brien needle test. Pada
pemeriksaan ini jarum hipodermik dimasukkan di midline 10 cm proksimal
dari insersi Achilles pada kalkaneus, sehingga ujung jarum akan berada dalam
tendon. Pemeriksa mendorsofleksikan dan memplantarfleksikan engkel. Jika
pemeriksa secara manual mendorsofleksikan kaki pasien dan jarum bergerak
ke arah proksimal, maka area tendon dinyatakan intak, bila tidak, maka
kemungkinan tendon Achilles rupture.
Copeland menjabarkan tes yang dilakukan dengan sphygmomanometer.
Manset sphygmomanometer dilingkarkan di tengah betis dengan pasien
diposisikan pronasi. Manset dikembangkan hingga 100 mmHg dengan kaki
plantar fleksi. Pemeriksa kemudian mendorsofleksikan kaki, bila tekanan
meningkat hingga kurang lebih 140 mmHg, musculotendinous diperkirakan
intak. Bila tekanan tetap sama saat dilakukan dorsofleksi, maka kemungkinan
ada ruptur tendon Achilles. Bila dua dari tes di atas positif, dapat dipastikan
ada ruptur dari tendon Achilles.
2.5.2 Penunjang
a. X-Ray
Rontgen lateral engkel dapat membantu dalam penegakan diagnosis ruptur
tendon Achilles. Contohnya segitiga Kager, ruang kecil berisi lemak di
antara sisi anterior tendon Achilles, sisi posterior tibia, dan sisi superior
kalkaneus dapat berubah bentuknya apabila ada ruptur dari tendon
Achilles.
Selain itu, perubahan kontur distal tendon karena hilangnya tonus juga
dapat terlihat. Rontgen juga dapat membantu dalam menyingkirkan
diagnosis banding lainnya, seperti avulsi kalkaneus atau cedera osseus
lainnya. Kalsifikasi pada stump distal tendon Achilles kadang-kadang
tampak pada pasien dengan ruptur kronik tendon Achilles
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) resolusi tinggi dan real time dapat menjadi pilihan
pemeriksaan penunjang yang murah, cepat, dan dinamis. Namun, USG
memiliki kekurangan untuk interprestasinya sangat bergantung pada
operator yang terlatih dan berpengalaman. Serabut-serabut kolagen
longitudinal tendon Achilles memantulkan energi ultrasonik, dan tampak
paling jelas bila menggunakan probe USG frekuensi tinggi. Tendon
normal akan tampak berupa pita hipoekogenik di antara pita-pita
hiperekogenik. Pita-pita ini terpisah saat tendon dalam kondisi relaks, dan
akan merapat bila tendondalam kondisi tegang. Bila tendon Achilles
ruptur, akan tampak gambaran diskontinuitas pada ultrasonografi, dengan
peningkatan atau penurunan ekogenisitas, bergantung kronisitas ruptur
tersebut.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan modalitas yang dapat
menunjukkan secara detail mengenai kondisi ujung-ujung dari tendon
Achilles yang ruptur. Tendon Achilles yang normal akan nampak berupa
area hipointensitas pada semua irisan, dengan tepi tajam tanpa adanya
defek fokal. Barisan pita gelap dari tendon dapat dibedakan dengan
jaringan lemak pre-Achilles yang tampak berupa gambaran
hiperintensitas. Ruptur kronik Achilles akan nampak berupa area
hipointensitas pada T1, dan pada
T2 berupa gambaran diskontinuitas dan perubahan intensitas. Gambaran
ini
akan nampak paling jelas dengan irisan sagittal.
2.6 Diagnosis
Diagnosis ruptur Achilles akut dapat segera ditegakkan apabila riwayat dan
pemeriksaan fisik jelas. Saat cedera pasien menjadi kronis, nyeri dan bengkak telah
berkurang, dan celah antara ujung-ujung tendon telah terisi jaringan fibrotic. Gerakan
plantar fleksi aktif masih dapat dilakukan, walaupun lemah, melalui gerakan otot-otot
tibialis posterior, Flexor Hallucis longus, flexor digitorum longus, dan peroneus.
Fungsi yang tersisa ini menyulitkan penegakan diagnosis secara klinis. Pasien dapat
pula mengeluh sulit berjalan ataupun pincang. Bila didapatkan kecurigaan ruptur
Achilles kronis, sejumlah pemeriksaan khusus dapat menunjang penegakan diagnosis.
Dalam mendiagnosis ruptur tendo achilles, ahli bedah kaki dan pergelangan kaki
akan mengajukan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan cedera terjadi dan apakah
pasien tersebut sebelumnya cedera tendo atau gejala serupa juga dialami. Rentang
gerak dan kekuatan otot akan dievaluasi dan dibandingkan dengan kaki terluka dan
pergelangan kaki. Jika tendo Achilles pecah, pasien akan memiliki kekuatan yang
kurang dalam mendorong ke bawah (seperti pada pedal gas) dan akan mengalami
kesulitan naik pada jari kaki. Diagnosis ruptur tendo Achilles biasanya langsung dan
dapat dilakukan melalui pemeriksaan jenis ini. Dalam beberapa kasus, ahli bedah
dapat memesan tes pencitraan MRI atau lainnya.

a. Anamnesis, adanya keluhan:


 Nyeri di daerah pergelangan kaki hingga ke betis 
 Kaku di pagi hari
 Tidak dapat atau kurang mampu menggerakan kaki (terutama fleksi) dan nyeri
hebat dalam melakukan plantar fleksi kaki
b. Inspeksi
 Pembengkakan di daerah pergelangan kaki
 Deformitas atau perubahan bentuk
c. Palpasi
 Terdapat lokasi tenderness/ nyeri tekan pada lokasi tendon Achilles
 Temperature pada daerah tendon Achilles sedikit lebih tinggi
 Terjadi spasme otot terutama pada musculus gastrocnemius
2.7 Tata laksana
Terdapat perbedaan pendapat mengenai pilihan tatalaksana pada pasien ruptur tendon
Achilles akut. Klinisi harus memilih antara tatalaksana konservatif atau operatif. Dua
tatalaksana ini dapat dilakukan pada ruptur akut, namun masih terjadi kontroversi
mengenai regimen yang optimal. Tatalaksana konservatif meliputi pemasangan cast,
cast-boot, atau splint dengan kaki pada posisi plantar fleksi dengan atau tanpa
fisioterapi dini. Tatalaksana operatif terdiri dari operasi terbuka, minimal invasif dan
operasi perkutan.
1) Tata laksana konservatif

Tujuan dari tatalaksana konservatif adalah mengembalikan dan mempertahankan


kontak dari ujung tendon yang ruptur untuk memulai proses penyembuhan. Regimen
tatalaksana konservatif berbeda, namun secara umum melibatkan imobilisasi dengan
menggunakan casting rigid atau functional bracing. Posisi kaki pada awalnya
dipertahankan pada posisi equinus penuh (30o plantar fleksi), kemudian diganti
secara perlahan menjadi posisi netral dalam jangka waktu 8-12 minggu. Tidak ada
konsensus antara keunggulan cast di atas lutut ataupun di bawah lutut.
2) Tata laksana operatif

Tujuan dari terapi bedah pada ruptur akut tendon Achilles adalah untuk
mempertahankan kekuatan tendon yang cukup selama proses penyembuhan tendon
dan mempertahankan panjang tendon tanpa meningkatkan terjadinya risiko
komplikasi. Beberapa teknik bedah digunakan untuk memperbaiki ruptur tendon
Achilles antara lain dengan modifikasi teknik penjahitan, augmentasi, dan minimal
invasif.

2.8 Pencegahan
Untuk membantu mencegah cedera tendon achilles, lakukanlah peregangan tendon
achilles dan otot betis dengan perlahan, sebelum melakukan kegiatan fisik lainnya.
Lakukan latihan peregangan perlahan, peregangan ke titik di mana Anda merasa
tertarik, tetapi tidak sakit. Untuk membantu otot dan tendon menyerap tenaga lebih
banyak dan menghindari cedera, cobalah latihan yang memperkuat betis Anda.Untuk
mengurangi terjadinya ruptur tendo achilles, lakukanlah hal-hal ini:
 Hindari kegiatan yang menempatkan beban berlebih pada tendon achilles,
misalnya berlari dan melompat.
 Jika anda melihat rasa sakit selama latihan, istirahatlah.
 Jika salah satu latihan atau kegiatan yang menyebabkan Anda sakit terus-
menerus, coba lakukan latihan atau kegiatan yang lain.
 Gantilah olahraga seperti berlari, melompat menjadi berenang dan bersepeda
 Menjaga berat badan yang sehat.
 Kenakan sepatu yang baik dengan bantalan yang tepat atletik di tumit.
 Kenakan sepatu sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan dan nyaman.
 Menjaga berat badan tubuh
 Lakukan peregangan otot betis
 Lakukan pemanasan dan pendinginan dengan baik dan benar
 Hindari atau kurangi berlari diatas permukaan tidak rata
 Tingkatkan intensitas olahraga berlahan
 Berhati hati dan menurunkan dosis konsumsi obat golongan kortikosteroid
 Berhati-hati mengkonsumsi antibiotic quinolone pada pasien dengan umur
diatas 60 tahun
2.9 Prognosis
Penyembuhan tendon membutuhkan banyak waktu, biasanya sekitar enam sampai
delapan minggu. Lebih banyak lagi waktu akan diperlukan setelahnya untuk
memungkinkan kekuatan otot mampu kembali normal setelah di plester atau brace
(orthosis). Bergantung pada tipe pekerjaan, beberapa orang perlu beberapa minggu
cuti setelah achilles tendon putus, serta waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke
olahraga adalah antara 4 dan 12 bulan kebanyakan orang yang mengalami ruptur
tendo Achilles, tendo akan kembali normal. Jika operasi dilakukan, tendo mungkin
menjadi lebih kuat dan kecil kemungkinannya untuk ruptur lagi.Biasanya, kegiatan
berat seperti berjalan baru bisa dilakukan kembali setelah 6 minggu.Atlet biasanya
kembali berolahraga setelah 4 sampai 6 minggu setelah cedera terjadi.
3. Memahami dan menjelaskan prinsip bioetik yang dilakukan pada pemeriksaan nyeri kaki

Beauchamp dan Childress (2001) menguraikan empat kaidah dasar (basic moral
principle) dan beberapa rules dibawahnya. Keempat kaidah dasar tersebut adalah:
(Afandi, 2017; Suryadi, 2009; Bhanji, 2013)
1. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan ke kebaikan pasien;
2. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere”
atau “above all do no harm”,
3. Prinsip autonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama
hak autonomi pasien (the rights to self determination),
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan
dalam mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).
Beberapa contoh penerapan prinsip beneficence ini adalah: (Suryadi, 2009)
1. Melindungi dan menjaga hak orang lain.
2. Mencegah bahaya yang dapat menimpa orang lain.
3. Meniadakan kondisi yang dapat membahayakan orang lain.
4. Membantu orang dengan berbagai keterbatasan (kecacatan).
5. Menolong orang yang dalam kondisi bahaya.
Ciri-ciri prinsip non-maleficence, adalah : (Saltike)
1. Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang
penting.
2. Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut.
3. Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif.
4. Manfaat bagi pasien lebih besar dari kerugian dokter.
5. Tidak membunuh pasien.
6. Tidak memandang pasien sebagai objek.
7. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian.
8. Tidak melakukan white collar crime.
Justice mempunyai ciri-ciri: (Saltike; Suryadi, 2009)
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal.
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan.
3. Menghargai hak sehat pasien.
4. Menghargai hak hukum pasien.
Prinsip Autonomy
Cara-cara tersebut antara lain: (Suryadi, 2009)
1. Menyampaikan kebenaran atau berita yang sesungguhnya (tell the truth).
2. Menghormati hak pribadi orang lain (respect the privacy of others).
3. Melindungi informasi yang bersifat rahasia (protect confidential information).
4. Mendapat persetujuan untuk melakukan tindakan terhadap pasien (obtain consent
for interventions with patients).
5. Membantu orang lain membuat keputusan yang penting (when ask, help others
make important decision).
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. 2011. Buku Saku Gangguan Musculoskeletal. Jakarta: EGC.


Paulsen Friedrich dan Waschke Jens. 2017. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. 3 Killiney
Road, 08-01 Winsland House 1 239519 Singapore. Elsevier Pte Ltd.
Lippincott Williams & Wilkins. 2020. Atlas Histologi diFiore. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Utomo Dwikora N. 2018. Cedera Tendon Achilles. Kampus C unair, Mulyorejo Surabaya 60115.
Airlangga University Press.
Firmansyah, dkk. 2018. Repair Ruptur Tendon Achiles Neglected Dengan Teknik Lindholm
Modifikasi. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(Supplement 3): 74-77.
Adandi Dedi. 2017. Kaidah Dasar Bioetika Dalam Pengambilan Keputusan Klinis Yang Etis.
Majalah Kedokteran Andalas. 40(2): 111-121.

Anda mungkin juga menyukai