TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
Hernandez, & Seda, 2010 dikutip oleh Santoso, 2018). ACL juga merupakan
bagian dari empat ligamen utama yang memberikan stabilitas pada sendi lutut.
ACL dan Posterior Cruciatum Ligamen (PCL) terentang dari tulang di sekitar
interkondiler (Prentice, 2016 dikutip oleh Santoso, 2018). ACL memiliki 2 bundle
bergeser ke arah depan dari tulang femur dan untuk mengontrol gerakan rotasi
dari lutut.
digunakan yaitu Arthroscopy ACL Single Bundle Reconstruction dan ACL Double
Bundle Reconstruction. Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun
5
6
2007. Tehnik operasi ini sangat populer di USA, Eropa, dan Jepang karena dengan
tehnik ini, hasilnya sangat memuaskan pasien. Saat ini tehnik operasi ini dipakai
sebagai standar untuk operasi cedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia
ACL Single Bundle Reconstruction standar pun sudah memiliki hasil yang cukup
baik. Beberapa studi menyatakan bahwa tidak terlalu ada perbedaan antara hasil
Sendi lutut adalah sendi besar yang menahan axial loading cukup berat.
Sebagai sendi sinovial, sendi lutut memiliki membran sinovium dengan cairan
sinovial sebagai suatu lubrikan yang mengurangi friksi beban kerja sendi.
Stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan otot dan tendon di sekitar sendi
lutut. Ligamen yang menghubungkan femur dan tibia, serta otot yang berperan
besar dalam menjaga stabilitas sendi lutut adalah otot quadriceps femoris,
khususnya serat inferior dari vastus medial dan lateral (Flandry & Hommel, 2011).
Selain itu juga, lutut merupakan sendi semi engsel yang memungkinkan gerak
a. Tulang pembentuk
Sendi lutut dibentuk oleh empat tulang yaitu femur, tibia, fibula dan patela.
Setiap tulang yang berhubungan tersebut dibungkus oleh kartilago artikular yang
keras, namun halus dan didesain untuk mengurangi resiko terjadinya cidera antar
1) Femur
Femur atau tulang paha adalah tulang pipa terpanjang. Panjangnya kira-
kira seperempat sampai sepertiga panjang badan dan beratnya Femur terdiri dari
badan tulang dan dua ujung, atas, dan bawah. Pada ujung atas terdapat kepala,
leher dan dua trokanter, yaitu mayor dan minor. Pada ujung bawah terdapat dua
kondilus yang melengkung bagai spiral, yaitu kondilus medial dan lateral
(Santoso, 2018).
2) Tibia
melekat pada tulang fibula. Pada bagian ujung membentuk persendian dengan
tulang pergelangan kaki dan terdapat bagian yang menonjol disebut tulang
3) Fibula
tibia. Panjangnya hampir sama dengan tibia, dan sangat ramping. Kedua ujungnya
agak melebar. Fibula membentuk sendi sinovial dengan tibia diatas dan dengan
4) Patela
femoris. Bila otot lemas patela dapat digerakkan ke kiri dan ke kanan dan sedikit
3
4
Figure 1
Gambar 2.1
Tulang pembentuk sendi lutut (Putz and Pabst, 2002)
Keterangan:
1. Femur
2. Patela
3. Tibia
4. Fibula
9
b. Ligamen
Ligamen adalah jaringan ikat yang terbuat dari serabut kolagen yang
persendian. Fungsi utama dari ligamen untuk menjaga stabilitas tulang dan
Ligamen termasuk material keras dan tidak akan putus dengan mudah.
Kerusakan paling umum ligamen terletak pada titik pertemuan dengan tulang.
Ligamen cruciatum terdiri atas dua ligamen intra kapsular yang sangat kuat, saling
menyilang didalam rongga sendi. Ligamen ini terdiri dari dua bagian yaitu
posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibia. Ligamen ini penting
2
1
3 4
Figure 2
Gambar 2.2
Lokasi ligamen dan meniskus pada sendi lutut (Thomson, 2010)
Keterangan:
1. Anterior Cruciatum Ligament
2. Posterior Cruciatum Ligament
3. Lateral meniscus
4. Medial meniscus
11
c. Otot
1) Fleksor lutut
Kelompok otot fleksor lutut adalah hamstring yang terdiri dari biceps
gracilis, sartorius, gastrocnemius, popliteus dan plantaris (Marieb, et. al., 2012
2) Ekstensor lutut
Otot penggerak ekstensor lutut adalah quadriceps yang terdiri dari (1)
rektus femoris, (2) vastus medialis, (3) vastus intermedius, (4) vastus lateralis.
1
5
2
6
3 7
A B
Figure 3
Gambar 2.3
Otot fleksor (A) ekstensor (B) lutut (Elaine dan Katja, 2007)
Keterangan:
1. Semimembranosus
2. Semitendinosus
3. Biceps femoris
4. Rectus femoris
5. Vastus intermedius
6. Vastus lateralis
7. Vastus medialis
8. Patela
13
3. Biomekanika
Secara biomekanik, beban yang diterima sendi lutut dalam keadaan normal
akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian
lateral, sehingga resultannya akan jatuh di bagian sentral sendi lutut. Biomekanika
dengan dua derajat kebebasan gerak. Gerak fleksi ekstensi terjadi pada bidang
menghasilkan gerak rotasi secara otomatis. Gerak rotasi yang secara otomatis ini
terdapat secara primer pada gerak ekstensi yang ekstrem sebagai gerak perhentian
dari kondilus lateral yang lebih panjang. Selama akhir dari LGS gerak ekstensi
aktif, rotasi yang terjadi secara otomatis dihasilkan seperti mekanisme dari
putaran screw (mur) atau penguncian (locking) dari lutut. Untuk memulai gerak
fleksi, penguncian lutut harus terbuka dengan rotasi yang berlawanan (Libriana
sendi pada femur lebih besar daripada tibia menyebabkan saat kondilus femoral
bergerak pada kondilus tibia (saat kondisi weight bearing), kondilus femoral harus
melakukan gerak rolling dan sliding untuk tetap berada di atas tibia. Pada gerak
14
fleksi dan weight bearing, kondilus femoral rolling ke arah posterior sliding ke
posterior saat fleksi. Pada gerak ekstensi, kondilus femoral rolling dan sliding ke
arah posterior. Pada akhir gerak ekstensi, gerakan dihentikan pada kondilus
femoris lateral, tapi sliding pada condilus medial tetap berlanjut untuk
sendi pada tibia melakukan gerak sliding pada kondilus femoral dengan arah
gerakan searah dengan sumbu tulang tibia. Kondilus tibia melakukan gerak sliding
ke arah posterior pada kondilus femoral saat fleksi (Libriana dan Irfan, 2005).
olahraga yang melibatkan gerakan zig zag, perubahan arah gerak, dan perubahan
kecepatan yang mendadak seperti sepak bola, basket, bola voli, dan ski. Cedera ini
dapat terjadi melalui mekanisme mendarat dengan sendi lutut slight fleksi.
Mekanisme trauma mendarat dengan sendi lutut slight fleksi terjadi pada valgus
femur dan internal rotasi pada tibia (phantom foot mechanism) seperti pada
olahraga ski, ketika saat atlet mendarat setelah melompat, beban kontraksi otot
quadriceps meningkat dan strain ACL juga bertambah, menyebabkan ACL ruptur
(Coote, 2004).
15
2
3
Figure 4
Gambar 2.4
Mekanisme terjadinya ruptur ACL (Hewett, 2005)
Keterangan:
1. Abduksi femoral
2. Dinamik valgus
3. Abduksi lutut
4. Eversi ankle
16
Atlet akan mendengar bunyi “pop” pada lutut yang menandakan robeknya
ligamen. Jika mencoba berdiri, lutut terasa tidak stabil. Kemudian diikuti dengan
sendi atau hemartrosis. Atlet akan merasakan nyeri sehingga tidak bisa
melanjutkan pertandingan.
6. Diagnosis
terjadinya cedera ACL yaitu, tes Lachman merupakan tes untuk melihat
pergeseran antara tungkai atas dan tungkai bawah yang menunjukkan adanya
kronis dan merupakan tes sensitif pada saat ligamen cruciatum bagian depan
elevasikan. Lutut juga akan diberikan penyangga agar tidak menekuk. Setelah
segera mungkin diberikan program latihan. Latihan dilakukan mulai dari latihan
ringan lalu bertahap menjadi yang lebih menjadi terapi fisik yang lebih aktif.
Program latihan yang diberikan akan disesuaikan dengan cedera yang dialami,
8. Prognosis
perubahan yang baik pada pasien ruptur ACL. Risiko terjadi ruptur (robek) ulang
sekitar 5 persen dalam waktu 5 tahun. Rekonstruksi ini akan melindungi lutut dari
cedera meniskus lebih lanjut atau cedera tulang rawan. Namun, melakukan
rekonstruksi atau tidak, lutut akan lebih rentan terhadap cedera jangka panjang,
dibandingkan dengan non cedera lutut. Pasien dapat mencapai lingkup gerak sendi
kehidupan sehari-hari tanpa adanya keluhan pada lututnya (Rolf, 2007 dikutip
B. Problematika Fisioterapi
1. Impairment
a. Nyeri
pembuluh darah kapiler. Pendarah tersebut menekan ujung ujung saraf sensorik
b. Pembengkakan (oedem)
merembas keluar dan tertimbun jaringan sehingga tekanan osmotik antar darah
capillary.
sendi lutut dengan kuat. Tetapi jika dibiarkan, maka akan terjadi penurunan
kekuatan otot.
e. Atrofi otot
2. Fungsional limitation
impairment. Seperti kesulitan pada posisi duduk ke berdiri, berjalan, dan jongkok.
Pada atlet berhubungan juga dengan aktifitas fisik yang sesuai dengan olahraga
yang dilakukannya.
3. Participation restriction
Timbul akibat adanya impairment dan fungsional limitation. Dalam hal ini
pasien belum mempu melakukan kegiatan bermasyarakat seperti kerja bakti atau
bekerja. Jika pada atlet, belum mampu untuk latihan dan bertanding.
1. Terapi latihan
Terapi latihan adalah salah satu upaya pemulihan dalam fisioterapi yang
kemampuan fungsional (Kisner, 1996). Terapi latihan pada kasus ini terdirin dari:
20
a. Latihan LGS
pembentuk kontraktrur. Latihan LGS terdiri dari: (1) gerak aktif merupakan
gerakan aktif pada otot itu sendiri, contohnya, fleksi dan ekstensi (2) gerak pasif
b. Strengthening
c. Latihan berjalan
analysis secara bertahap sesuai pada fase-fase berjalan seperti heel strike, loading
response, mid stance, heel rise, toe off, mid swing, kembali ke heel strike.
melewati elektrodra yang di letakkan di atas area yang mengalami nyeri. Arus
listrik yang diberikan TENS dapat merangsang sel neuron sensori yang
berdiameter besar untuk masuk lebih dahulu ke gate disubstansia gelatinosa dan
ke otak, sehingga rangsang nyeri tidak sampai ke otak dan membuat nyeri
beberapa keunggulan karena merupakan non adiktif, berarti non invasif analgesia
yang mudah digunakan dan dapat memberikan analgesia terus menerus untuk
melalui ‘penutupan gerbang’ transmisi nyeri dari serabut saraf kecil dengan
menstimulasi serabut saraf besar, kemudian serabut saraf besar akan menutup
jalur pesan nyeri ke otak dan meningkatkan aliran darah ke area yang nyeri. Selain
itu, TENS juga menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu endorphin
adalah trauma muskuloskeletal baik akut maupun kronis, nyeri pasca operasi,
nyeri myofacial, nyeri visceral, nyeri panthom, Delayed Onset Muscle Soreness
hamil (bila diberikan pada daerah abdomen atau panggul), area arteri karotis ,
jaringan parut dekat sisi fraktur yang baru, luka terbuka yang sangat lebar.