Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam

peningkatan kualitas SDM adalah gizi yang baik, terutama untuk

peningkatan gizi remaja. Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan

perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi

dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Salah satu masalah gizi pada

remaja adalah obesitas yaitu ditandai dengan berat badan yang relatif

berlebih bila dibandingkan dengan usia atau tinggi badan remaja sebaya,

sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam

jaringan lemak tubuh (Sulistyoningsih, 2011).

Menurut WHO (2017) setiap tahunnya sebesar 2,8 juta jiwa

meninggal karena obesitas, dan menjadi penyebab kematian nomer lima di

dunia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan

bahwa proporsi obesitas sentral usia >15 tahun mengalami kenaikan

sebesar 4,4% menjadi 31,0% dari tahun 2013. Dinas Kesehatan Jawa

Tengah (2017) menyebutkan bahwa prevalensi penyakit obesitas di

Kabupaten Semarang sebesar 6,68%. Di Puskesmas Tengaran (Kabupaten

Semarang) sendiri obesitas telah menjadi sepuluh besar penyakit dengan

1
2

jumlah penderita sebanyak 615 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten

Semarang , 2016).

Faktor-faktor yang menyebabkan remaja mengalami obesitas

antara lain asupan energi, lemak, dan karbohidrat berlebih, frekuensi

konsumsi fast food, aktivitas fisik tidak aktif, memiliki ibu dan ayah

dengan status obesitas, serta tidak sarapan. Remaja yang mempunyai

asupan energi, lemak, dan karbohidrat yang berlebih mempunyai

kemungkinan untuk obesitas 6,9 kali lebih tinggi daripada remaja yang

mempunyai asupan energi baik. Remaja yang sering mengkonsumsi fast

food minimal 3 kali/minggu mempunyai faktor risiko sebesar 3,28 kali

menjadi obesitas (Kurdanti, 2015).

Berdasarkan beberapa penelitian mengungkapkan apabila

beraktivitas fisik dengan intensitas yang cukup selama 60 menit dapat

menurunkan berat badan dan mencegah untuk peningkatan berat badan

kembali. Faktor genetik berhubungan dengan pertambahan berat badan,

IMT, lingkar pinggang, dan aktivitas fisik. Jika ayah dan atau ibu

menderita kelebihan berat badan maka kemungkinan anaknya memiliki

kelebihan berat badan sebesar 40-50%. Apabila kedua orang tua menderita

obesitas kemungkinan anaknya menjadi obesitas sebesar 70-80%

(Kurdanti, 2015).

Remaja termasuk golongan yang berrisiko terhadap masalah gizi

karena sering melupakan sarapan. Sehingga seseorang baru mulai makan

pada siang hari. Hal tersebut banyak terjadi dikarenakan berangkat sekolah
3

yang cukup pagi, terlambat bangun tidur (kesiangan), dan malas untuk

sarapan. Mereka lebih memilih makanan cepat saji karena penyajian cepat

sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapanpun dan dimana saja,

tempat saji dan penyajian yang higienis, dianggap makanan bergengsi,

makanan modern, juga makanan gaul bagi anak muda. Makanan cepat saji

yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan,

praktis, atau diolah dengan cara sederhana (Rakhmawati, 2011).

Dampak dari meningkatnya masalah obesitas juga akan

meyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh seperti jantung koroner,

hipertensi dan diabetes mellitus (Khasanah, 2012). Dampak lainnya adalah

masalah psikologis remaja seperti kurang percaya diri karena berat

badannya diatas rata-rata (Pandu, 2014). Kesalahan dalam memilih

makanan dan kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan

timbulnya masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status gizi. Status

gizi yang baik hanya dapat tercapai dengan pola makan yang baik, yaitu

pola makan yang didasarkan atas prinsip menu seimbang, alami dan sehat.

Salah satu peran perawat adalah sebagai health educator, melalui

peran ini diharapkan pasien tidak lagi mengalami gangguan yang sama dan

dapat mengubah perilaku yang tidak sehat. Peran perawat sangat

dibutuhkan untuk mengubah perilaku remaja dalam mencegah obesitas.

Menurut Notoatmdodjo (2012) salah satu upaya untuk mengubah perilaku

seseorang adalah dengan diadakannya pendidikan kesehatan.


4

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMK N 1 Tengaran

Jurusan Tata Boga diperoleh data bahwa sekitar 6 % siswa mengalami

obesitas. Hasil wawancara dan observasi dari 7 siswa menunjukkan bahwa

5 siswa sering mengkonsumsi fast food ataupun makanan berkalori tinggi

lainnya dan hanya berolahraga ketika pelajaran olahraga saja. Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak remaja yang tidak tahu

bahwa makanan berkalori tinggi dan jarang olahraga merupakan salah satu

penyebab obesitas. Salah satu guru mengatakan bahwa di sekolah tersebut

belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan

obesitas dan berharap bahwa di SMK N 1 Tengaran segera dilakukan

pendidikan kesehatan mengenai obesitas.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Metode Audiovisual terhadap Perilaku Remaja dalam Pencegahan

Obesitas”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah adakah “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode

Audiovisual terhadap Perilaku Remaja dalam Pencegahan Obesitas?”


5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan

dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan metode audiovisual

terhadap perilaku remaja dalam pencegahan obesitas.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah mendeskripsikan:

a. Karakteristik responden (jenis kelamin dan usia).

b. Perilaku remaja sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan

kesehatan.

c. Perbedaan perilaku remaja sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka

penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam peningkatan

kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat

penelitian ini adalah:

1. Bagi Remaja

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

perilaku remaja dalam mencegah obesitas.


6

2. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan

bagi institusi pendidikan dalam keperawatan komunitas.

3. Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keikutsertaan

perawat dalam hal pendidikan kesehatan pencegahan obesitas terutama

di sekolah dengan rutin melakukan screening.

4. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk

melakukan penelitian serupa dengan tema yang sama dan responden

lebih banyak.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran dengan kata kunci obesitas, pencegahan,

remaja didapatkan hasil penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian

yang dilakukan. Penelitian tersebut adalah:

1. Wijayanti (2013) yang meneliti “Analisis Faktor Penyebab dan Cara

Mengatasi Obesitas Pada Remaja Putri”. Penelitian ini bersifat

kuantitatif dan survei test dengan metode “Pre Test Post Tes Group

Desain”. Populasi dari penelitian ini adalah remaja putri penderita

obesitas di SMA Negeri Temanggung yang berjumlah 28 orang.

Sampel penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling

berjumlah 12 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini


7

adalah : a) Tes untuk mengetahui berat badan dengan timbangan, b)

Pengisian angket guna mengetahui faktor penyebab obesitas, c)

Latihan senam aerobik dan pengaturan pola makan. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan obesitas pada

remaja putri di SMA Negeri 3 Temanggung antara lain : sebagian

besar mengalami obesitas sejak balita, mengalami obesitas karena

terlalu banyak makan (ngemil) dan mengalami obesitas karena

kurangnya aktivitas fisik. Adapun pencegahan yang dilakukan remaja

putri di SMA Negeri 3 Temanggung yaitu dengan mengatur pola

makan dan latihan senam aerobik jenis low impact, minimal 3 kali per

minggu karena senam aeroik jenis low impact paling tepat untuk

program penurunan berat badan dan paling efektif membakar lemak .

2. Dewi (2015) yang meneliti “Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas

Fisik dan Asupan Energi, Asupan Lemak dengan Kejadian Obesitas

Pada Remaja Sekolah Menengah Pertama”. Jenis penelitian ini

merupakan studi observasional dengan rancangan penelitian case

control. Populasi dari penelitian ini adalah remaja SMP N 11

Semarang kelas VII dan kelas VIII yang berjumlah 504 siswa. Sampel

penelitian ini sebanyak 30 orang tiap kelompok. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Timbangan, b) Kuesioner, c)

Form Dairy Aktivitas fisik harian, d) FFQ. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan gizi dengan


8

kejadian obesitas. Asupan energi, asupan lemak dan aktivitas fisik

berhubungan dengan kejadian Obesitas.

3. Loliana dan Nadhiroh (2015) yang meneliti “Asupan dan Kecukupan

Gizi Antara Remaja Obesitas dengan Non Obesitas”. Penelitian ini

merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian

cross sectional. Besar sampel adalah 46 remaja sekolah menengah atas

yang terdiri dari 23 remaja obesitas dan 23 remaja non obesitas, yang

dipilih secara acak dengan simple random sampling. Data obesitas

diperoleh melalui pengukuran antropometri, sedangkan asupan dan

kecukupan gizi diperoleh melalui food recall 2x24 jam. Analisis

statistik untuk mengetahui adanya perbedaan dilakukan dengan

menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan pada asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak

dengan nilai p masing-masing 0,01, 0,00, 0,038 dan 0,018, serta

kecukupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak dengan nilai p

masing-masing 0,02, 0,00, 0,017 dan 0,018 antara remaja obesitas

dengan non obesitas. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa rata

rata asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak harian pada remaja

obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan remaja non obesitas.

Sebagian besar remaja pada kelompok obesitas memiliki kecukupan

energi, karbohidrat, protein dan lemak lebih tinggi dibandingkan

dengan remaja non obesitas. Hasil analisis statistik menunjukkan

bahwa ada perbedaan yang bermakna antara asupan dan kecukupan


9

gizi pada remaja obesitas dengan non obesitas. Oleh karena itu perlu

adanya deteksi dini obesitas dalam rangka upaya pencegahan obesitas

pada remaja.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan dengan judul “Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Metode Audiovisual terhadap Perilaku Remaja

dalam Pencegahan Obesitas”, dengan variabel dalam penelitian ini

meliputi variabel dependen: perilaku remaja dalam pencegahan obesitas,

dan variabel independen: pendidikan kesehatan metode audiovisual,

berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.

Desain dalam penelitian ini adalah Quasi Experiment dengan one group

pre-post test design. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.

Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dan akan diujikan

menggunakan uji wilcoxon.

Anda mungkin juga menyukai