Oleh :
dr. Muhammad Hadyan Syahputra
04122782327001
Pembimbing :
dr. Ismail Bastomi, SpOT (K) Hip and Knee, AIFO-K
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Pelvis2.2..............................................Anatomi Sendi Sakroiliaka
2.3 Biomekanik Sendi Sakroiliaka
2.4 Cedera Pelvic Ring2.5.............................Klasifikasi Cedera Pelvic Ring2.6
Epidemiologi2.7.............................................Disrupsi Sendi Sakroiliaka2.8
Biomekanikal Fiksasi Sendi Sakroiliak2.9..............Pemeriksaan Penunjang
2.10 Metode Fiksasi Sendi Sakroilliaka
2.11 Penilaian Uji Biomedik dengan Press Test Machine
2.10 Sawbones
2.11 Kerangka Konsep
2.12 Hipotesis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.3 Definisi Operasional
3.4 Bahan Penelitian
3.5 Populasi
3.6 Besar Sampel
3.7 Cara Pengambilan Sample
3.8 Variabel Penelitian
3.9 Cara Kerja
3.10 Parameter Keberhasilan
3.11 Analisis Data
3.12 Alur Penelitian
BAB IV HASIL
4.1 Distribusi Data
4.2 Disrupsi sendi Sakroiliak
4.3 Perbandingan Stabilitas Teknik Fiksasi pada Disrupsi Sendi Sakroiliaka
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Anatomi
Sendi lutut adalah salah satu sendi yang paling kompleks dalam tubuh
manusia. Tulang femur, tibia, fibula, dan patela disatukan oleh sekelompok
ligamen yang kompleks. Ligamen ini bekerja bersama untuk memberikan
stabilitas pada sendi lutut.1 Sendi lutut terdiri dari femorotibial dan patellofemoral.
Sendi femorotibial melibatkan antara dua kondilus femur dan kondilus tibia,
sedangkan sendi patellofemoral merupakan bagian dari sendi lutut dimana pada
patella mengartikulasikan dengan permukaan anterior femur distal.1 Sendi lutut
tersusun dari bagian-bagian yang sangat kompleks yaitu tulang rawan, ligamen,
tendon, dan kartilago sebagai penyokong dari gerakan lutut.2
Gambar 6. Anatomi mekanisme ekstensor. A. Jaringan ikat dari aponeurosis ini terdiri dari 3
lapisan: lapisan arciform superfisial, lapisan retinacular media, dan lapisan dalam. B. Traktus
illiotibia menerima input dinamis dari tensor facia lata dan otot gluteus maximus, yang secara
fungsional terdiri dari ligament iliopatellar, mekanisme ekstensor, traktus iliotibial, dan sendi
tibiofemoral. C. Ligamen dari lapisan retinacular. Ligamen patellofemoral medial dan patellotibial
lateral merupakan fokus dalam prosedur stabilisasi patella.
1.4. Quadriceps
Kelompok otot quadriceps terdiri dari 7 kepala diskret, membentuk unit
motor primer dari mekanisme ekstensor. Bagian terdalam dari kepala ini,
artikulasi genu (Gambar 7A), merupakan otot yang satu-satunya tidak berinsersio
langsung dengan patella dan berakhir di plika sinovial superior, bertugas
melindungi dari impingement patella dan sulkus femoralis. Vastus intermedius
berorigo pada permukaan anterior dan parallel dengan femoral shaft. Tendon
bagian distal terpisah dari tendon rektus superfisial, terdiri dari aponeurosis dan
berinsersio langsung dengan pole superior patella. Rectus femoris berparalel
dengan vastus intermedius tapi berada di lapisan retinacular, berorigo pada
anteroinferior spina iliaca dari pelvis dan menyatu dengan tendon tengah dari
quadriceps. Sebagai catatan, tendon rectus femoris terpisah secara diskret dari
tendon vastus intermedius profunda oleh bursa mencapai bagian paling distal.
Rectus femoris, bersama dengan vastus medialis obliquus, vastus medialis, vastus
lateralis, dan vastus lateralis obliquus, berakhir dengan aponeurosis yang
bergabung dengan sepertiga anterior kapsular sendi. Lapisan ini berada diatas dan
melekat pada permukaan superfisial dari patella dan berlanjut ke bagian distal dan
terdiri dari bagian tendon patella sehingga berdekatan dengan tibialis periosteum.
Otot quadriceps yang lain berinserio pada sudut axis dari femur (Gambar
7B). Vastus lateralis membentuk sekitar 50% dari sebagian besar dari kelompok
otot quadriceps. Otot ini berorigo dari anterolateral femur dan septum
intermuscular yang dimulai dari trochanter mayor proximal. Insersion kira-kira
30-40 derajat dari lateral axis femur. Vastus lateralis berjalan dengan ligamen
patellofemoral lateral seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Vastus medialis
berorigo dari anteromedial dari femur dan septum intermuscular medial sekitar 50
derajat dari medial axis femur. Vastus medialis obliquus berorigo dari turbukel
abductor dan septum intermuscular distal media pada sudut kira-kira 65 derajat
dari medial axis femur.
Gambar 7. A. Hubungan dari sendi lutut ke plika sinovial dan infrapatellar fat pad. Bursa tendon
infrapatellar dan fat pad mengisolasi tendon dari tepi articular tibia bagian bawah hingga masuk
tuberculum tibialis. B. Major head fari kelompok otot quadriceps. Massa otot yang seimbang dan
insersi dari sudut geometri memberikan pengaruh pada kestabilan patella.
Gambar 8. Topografi tulang dari: A. tibial plateau, B. kondilus femur yang memberikan
kestabilan pada artikulasi tibiofemoral, C. Tekanan beban terjadi pada tibial eminences dan central
plateaus.
1.9. Meniskus
Berdasarkan anatominya yang kompleks, meniscus memiliki fungsi yang
beragam dalam proses biomekanik, seperti menahan beban, membentuk area
kontak, memandu rotasi, dan menstabilkan translasi. Meniskus medial lebih lebar
dan lebih tipis daripada meniskus lateral. Permukaan meniscus semakin lebar pada
intercondular notch dan rekatif datar. Meniskus berlabuh di regio posterior sentral
dari interkondilar tulang belakang dekat fovea centralis dan anterior menuju
ligament intermeniskus anterior lurus melintang hingga menyatu dengan
serpertiga tengah lateral ligamen kapsuler. Di sekeliling pinggirannya, meniskus
berlabuh melalui segmen meniscotibial ligamen kapsuler ke tepi artikular tibialis
kira-kira 5 mm kearah distal dari tepi artikular (Gambar 9A).
Gambar 9. Hubungan antara ligamen kapsular (sisi medial) dan meniscus. A. sepertiga tengah
ligamen kapuslat dibagi menjadi meniscofemoral (MF) proksimal yang lebih panjang dari
epikondilus medial ke meniskus dan segmen meniscotibial (MT) yang lebih pendek. TC = ligamen
kolateral tibialis. Fungsi perluasan meniskokapsular dari sudut posteromedial ditambah dengan
semimembranosus. B. Femur in place. POL=posterior oblique ligament. C. Posisi relaksasi dari
lutu (femur dihilangkan). Kontraksi dari semimembranosus (tanda panah) meretraksi bagian
posterior dari meniskus media dan mengikat kapsul sehingga meningkatkan tekanan pada sendi.
Gambar 10. Anatomi dari kapsul medial dan struktur yang terlibat. A. Anatomi superfisial. B.
bagian dalam struktur kapsula ke sartorial fascia (sepertiga media ligament kapsular bagian dalam
dari tibial collateral ligament, tidak terlihat digambar ini). C. Hubungan antara struktur kapsular
posteromedial dan semimembranosus dari kapsula posterior. D. 5 arms dari insesrti
semimembranosus.
Sepertiga medial ligament kapsular juga berorigin dari epikondilus medial,
tetap di dalam tibialis collateral ligament mempunyai kapsular untuk perlekatan
sepertiga tengah medial dari meniskus medial. Ia berinsersi tepat di pinggir distal
artikular. Segmen meniscofemoral dari ligamen kapsuler meluas dari tulangnya
berorigo ke meniskus dan segmen meniscotibial memanjang dari meniskus hingga
berinsersi di tibia (Gambar 9A). Panjang segmen meniscotibial pada sepertiga
bagian tengah kapsul hanya kira-kira 5mm, atau dalam istilah bedah, terdapat
ruang dari meniskus ke insersio ligament yang cukup untuk mengakomodasi
volume dari ujung hemostat. Jika ada ruang kosong yang lebih besar, diasumsikan
terjadi robekan pada tibial. Penggunaan istilah medial collateral ligament ini tidak
mendeskripsikan secara spesifik ligament dan tidak ada dalam nomina anatomica.
Sayangnya, istilah ini umum digunakan untuk menggambarkan semua lihamen
kapsuler di sudut posteromedial.
Pada sisi medial, sepertiga posterior kapsul terdapat 2 ligamen kapsuler
yang berorigo dari adductor turbercle (Gambar 10C). Oblique popliteal ligament
berjalan miring dan posterior melintasi permukaan poplitea dari kapsul posterior
dan menjadi konfluen dengan medial aponeurotik ekstensi dari posterior arcuate
ligament. Selain itu, origo dari tuberkulum adduktor, yaitu posterior oblique
ligamen berorigo tepat di anterior dari oblique popliteal ligament dan memanjang
ke arah distal sepanjang sepertiga medial ligament kapsular. Posterior oblique
ligament juga mempunya tempat perlengketan untuk posterior horn dari meniskus
medial. Insersio sepertiga medial ligamen kapsuler berada di tibia bagian distal
dari pinggir artikulasi. Hughston dan Eilers mempelajari anatomi dan fungsi dari
posterior oblique ligament dan menetapkan bahwa immobilisasi lutut pada posisi
fleksi dengan sudut 60O merupakan posisi ideal untuk penyembuhan optimal. Pada
pengobatan konservatif cedera ligamen medial, immobilisasi lutut pada posisi
fleksi dengan sudut 60O memungkinkan ligament pulih tanpa memberi tekanan
berlebihan. Tegangan yang berlebihan dapat menyebabkan ligament merenggang
dan menjadi kendur. Hughston dan Eilers juga menjelaskan 3 lengan terpisah dari
posterior oblique ligament: lengan kapsuler, tibialis, dan lengan superfisial.
Semimembranosus merupakan motor dinamis untuk sudut posteromedial
(Gambar 10D). Insersionya terdiri dari 5 lengan: (1) lengan anterior, lengan
tibialis atau pars refleksa, yang berjalan ke distal dan anterior dan berinsersio ke
kondilus tibialis pada ligamen kolateral tibialis; (2) lengan langsung, yang
berinsersio ke tuberkulum tibialis posterior; (3) lengan posterior, yang membentuk
batas inferior dari posterior oblique ligament; (4) lengan kapsuler, yang
berkonfluen dengan posterior obliques ligament dan proksimal dari oblique
poplitea ligament membentuk batas dari medial gastrocnemius bursa; dan (5)
lengan inferior, yang berjalan langsung ke arah distal dan membentuk perlekatan
yang luas sepanjang sudut posterior dari tibia proksimal yang menyatu dengan
fasia poplitea.