ET CAUSA INJURY
DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan kasus ini yang
Ligament”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu dari tugas praktek klinik di Rumah
Sakit TK.II Pelamonia. Selain itu juga laporan kasus ini bertujuan memberikan
Edukator
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Dan semoga dengan
selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman yang
membutuhkan.
2
Khaerani Kamil
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah cedera pada knee tersering
yang dialami oleh atlet. Cedera ini umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan
mendadak (akselerasi-deselerasi) seperti sepak bola, basket, bola voli, dan futsal.
Mayoritas cedera yang terjadi adalah non-kontak dengan mekanisme knee valgus
dan twisting (puntiran). Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring bola atau
salah posisi lutut ketika mendarat. Trauma juga dapat menyebabkan robeknya ACL,
terutama trauma langsung pada knee dengan arah gaya dari samping (Palleta,
2013).
ACL adalah ligament yang paling sering mengalami cedera pada knee.
Penyebab utama terjadinya ACL adalah aktifitas olah raga berat. Olahraga yang
sering menyebabkan cedera adalah olahraga dengan badan berubah arah dengan
cepat, misalnya pada pemain sepak bola atau basket (Muttaqin, 2011). Anterior
cruciate ligament (ACL) adalah ligament yang menjaga kestabilan sendi lutut.
Cedera ACL sering terjadi pada olahraga highimpact, seperti sepak bola, futsal,
tenis, badminton, bola basket dan olahraga bela diri (Shaharuddin, 2009).
dibandingkan dengan laki-laki. Sekitar 5% pasien dengan cedera ACL juga didapati
3
ruptur pada meniskus. Pada cedera ACL akut, meniskus lateralis lebih sering robek,
pada ACL kronis, meniskus medial lebih sering robek. Pada penelitian prevalensi
mengenai cedera ACL pada populasi umum, didapati bahwa 1 kasus dijumpai
dalam 3500 orang, memperkirakan 95.000 ruptur ACL per tahun (Quinn, E: 2016).
Sekitar 200.000 ACL terkait cedera terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, dengan
sekitar 95.000 ruptur ACL. Sekitar 100.000 ACL rekonstruksi dilakukan setiap
tahun. Insiden cedera ACL lebih tinggi seperti basket, sepak bola. Pada tanggapan
frekuensi partisipasi, prevalensi cedera ACL yang lebih tinggi diamati pada wanita
dari laki-laki, pada tingkat 2,4-9,7 kali lebih besar pada wanita (Quinn, E: 2016).
Penanganan pada cedera ACL yang robek dapat berbeda tergantung pada
kebutuhan pasien. Contohnya, TNI yang masih berusia muda dan ingin terlibat
untuk dapat kembali ke tingkat aktivitas sebelumnya secara aman. Dimana ACL
yang telah rusak diganti dengan tendon graft atau tendon transfer. Salah satu
komplikasi yang paling umum paska rekonstruksi ACL adalah nyeri lutut dan
Dalam penanganan pesien diperlukan adanya satu tim yang terdiri dari berbagai
disiplin keahlian, agar tercapai hasil yang sebaik-baiknya. Salah satunya adalah
pasien yaitu, pemberian Ultrasound pada kasus ruptur anterior carciatum ligament
ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dan pemberian terapi Latihan pada kasus
4
anterior craciatum ligament yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan menambah
kekuatan otot.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tulang Pembentuk
Sendi lutut dibentuk oleh empat tulang yaitu femur,tibia, fibulla, dan patella.
Pergerakan utama dari sendi lutut terjadi antara tulang- tulang tersebut. Setiap
tulang yang berhubungan tersebut dibungkus oleh kartilago articular yang keras,
namun halus dan didesain untuk mengurangi resiko terjadinya cedera antar
tulang. Bagian- bagian dari tulang-tulang pembentuk sendi lutut antara lain:
1) Femur
Femur atau tulang paha adalah tulang yang terberat dan terpanjang.
tibia.Femur terdiri dari sebuah batang tulang dan dua ujung, atas, dan
bawah. Pada ujung atas terdapat kepala, leher dan dua trokanter, mayor
dan minor. Pada ujung bawah terdapat dua kondilus yang melengkung
5
Gambar 2.1
ujung atas Femur dilihat dari depan dan belakang
Sumber: Gibson John.1990
2) Patela
m.quadriceps femoris. Bila otot ini lemas, patela dapat digerakan kekiri
dan kanan dan sedikit keatas dan kebawah. Patela mempunyai dua
dan lateral.
Gambar 2.2
6
Tulang Patela tampak dari depan
Sumber: Gibson John.1990
1) Tibia
Pada sikap berdiri tulang ini menyalurkan beban dari femur ke tumit
ligamen patella.
Gambar 2.3
Tulang Tibia
Sumber: Zunilda S Butami. 1995
2) Fibula
7
ini tidak menanggung berat badan, karena bagian tengahnya terbungkus
b. Sendi
Knee joint dapat di bagi atas 2 sendi yaitu tibiofemoral joint dan
patellofemoral joint:
1) Tibiofemoral Joint
joint yang memiliki 2 axis gerak. Condylus medial femur lebih panjang
medial melekat kuat pada kapsul sendi dan juga melekat pada ligamen
Dibagian dorsal knee terdapat fossa poplitea yang dibentuk oleh tendon
caput gastrocnemius.
8
Gambar 2.2
Tibiofemoral joint
Sumber : Joseph Hamill et al, 2015
2) Patellofemoral Joint
halus. Patella melekat pada bagian anterior kapsul sendi dan dihubungkan
9
Gambar 2.3
Patellofemoral joint
Sumber : Joseph Hamill et al, 2015
c. Ligamen
condylus medial tibia serta melekat kuat pada meniskus medialis, ligamen
fibula.
3) Ligamen Cruciatum
10
Terdapat 2 ligamen yang sangat kuat, seperti tali yang melekat di
dan lebar rata-rata 10 mm, dan dapat menahan tekanan seberat 500
11
bundel posterolateral, yang lebih cembung dan ketat dalam
ekstensi.
serta dari difusi melalui sheath sinovial nya . persarafan dari ACL
4) Ligamen Transversal
12
anterior meniskus lateral yang konveks dengan ujung anterior meniskus
medial.
joint. Ligamen ini melekat di atas margo superior fossa intercondyloid dan
permukaan dorsal femur serta di bawah tepi dorsal caput tibia kearah
6) Ligamen Patellaris
7) Tractus Illiotibialis
d. Otot
lateralis dan vastus intermedius. Otot ini terletak pada bagian anterior yang
13
Gambar 2.4
Otot quadriceps femoris
Sumber : Manester et al, 2016
2) Otot Hamstring
3) Otot Popliteus
Otot ini menopang kapsul sendi bagian posterior dan bekerja untuk
14
Gambar 2.5
Otot popliteus
Sumber : Wikipedia 2014
4) Otot Gastrocnemius
Otot ini juga berfungsi sebagai fleksor knee, tetapi fungsi utamanya
Gambar 2.6
Otot gastrocnemius
Sumber : Freber et al, 2015
5) Group otot pes anserinus yaitu otot sartorius, gracilis dan semitendinosus.
15
Gambar 2.7
Otot sartorius
Sumber : Wikipedia 2018
biomekanik, beban yang diterima sendi lutut dalam keadaan normal akan
melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian
1) Osteokinematika
dan ekstensi pada bidang sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara
120-130 derajat, bila posisi hip fleksi penuh, dan dapat mencapai 140
derajat, bila hip ekstensi penuh, untuk gerakan ekstensi, lingkup gerak
untuk eksorotasi antara 40-45 derajat dari posisi awal mid posision.
Gerakan rotasi ini terjadi pada posisi lutut fleksi 90 derajat (Kapandji,
gerakan rolling dan sliding. Saat tulang femur yang bergerak maka,
gerakan rolling ke arah belakang dan sliding ke arah depan (berlawanan
arah). Saat fleksi, femur rolling ke arah belakang dan sliding ke belakang,
untuk gerakan ekstensi, rolling ke depan dan sliding ke belakang. Saat
16
tibia yang bergerak fleksi adapun ekstensi maka rolling maupun sliding
bergerak searah, saat fleksi maka rolling maupun sliding bergerak searah,
saat fleksi rolling dan sliding ke arah belakang, sedangkan saat ekstensi
2) Artrokinematika
sliding berlawanan arah, disaat terjadi gerak fleksi femur rolling ke arah
ataupun ekstensi maka rolling maupun sliding terjadi searah, saat fleksi
Ligament merupakan bagian dari empat ligamen utama yang menstabilisasi sendi
lutut. Anterior Cruciate Ligament (ACL) dan Posterior Cruciate Ligament (PCL)
terentang dari tulang disekitar fosa interkondiler femur sampai ke tibia masing-
ligamen ini saling menyilang seperti huruf X. ACL melonggar ketika knee fleksi
dan tegang ketika ekstensi penuh. Mencegah tulang tibia dari pergeseran yang
17
Cruciate Ligament tegang ketika knee joint fleksi dan berguna untuk membatasi
pergerakan femur ke anterior dan tibia ke posterior terutama ketika knee fleksi.
Ruptur adalah robek atau putusnya jaringan lunak yang disebabkan karena
trauma dimana dapat terjadi secara parsial maupun komplit. Ruptur Anterior
a. Derajat I Serat dari ligamen yang meregang tetapi tidak robek ada
b. Derajat II Serat ligamen yang robek sebagian atau robek lengkap dengan
fungsi. Sendi mungkin merasa tidak stabil selama aktivitas. Nyeri dan sakit
robek sepenuhnya menjadi dua bagian. Ada kelembutan tetapi tidak banyak
2. Etiologi ACL
Cidera ligament paling sering terjadi pada individu berusia 20-40 tahun
akibat cedera olahraga (misalnya ski, sepakbola, rugbi), tetapi juga dapat terjadi
pada semua usia. ACL adalah ligament yang paling sering cedera. Cedera ACL
a. Mekanisme kontak
Mekanisme yang paling umum adalah benturan sisi lateral lutut yang
18
menyebabkan bukan hanya cedera ACL, tetapi juga pada ligamen kolateral
b. Mekanisme non-kontak
ketika tibia mengalami eksirotasi pada kaki yang menapak dan hiperekstensi
3. Patofisiologi
untuk meminimalisir terjadinya rotasi tibia. Fungsi sekunder dari ACL adalah
2012)
19
c. Faktor resiko struktural termasuk ukuran taktik femoral, ukuran ACL,
menstruasi perempuan.
Reconstruction. Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007.
Tehnik operasi ini sangat populer di USA, Eropa, dan Jepang karena dengan
tehnik ini, hasilnya sangat memuaskan pasien. Saat ini tehnik operasi ini dipakai
sebagai standard untuk operasi cedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia
lutut. Hal ini akan mengakibatkan gangguan stabilitas lutut, maka rekonstruksi
D. :1985) Dalam melakukan tindakan rekontruksi pada ACL, dokter bedah dan
dimulai dari pemeriksaan lutut pasien apakah sudah dalam keadaan rileks dan
dilakukan pemilihan tendon untuk menjadi graft. Setelah cangkok disiapkan, ahli
20
bedah menempatkan arthroscopy ke dalam sendi. Dilakukan sayatan kecil yang
lengkap dari ligamen tersebut. Hal ini biasanya merupakan prosedur 1 hari.
Autograf, yaitu dari jaringan pasien sendiri. Alternatif yang sering dipilih adalah
4. Gambaran Klinis
ditemuiberbagai tanda dan gejala yaitu pasien merasakan nyeri pada bagian lutut
“POP”dari lutut. Lutut akan terasa longgar atau tidak stabil. Terjadi
a. Derajat I Serat dari ligamen yang meregang tetapi tidak robek ada
b. Derajat II Serat ligamen yang robek sebagian atau robek lengkap dengan
fungsi. Sendi mungkin merasa tidak stabil selama aktivitas. Nyeri dan sakit
21
c. Derajat III Serat-serat ligamen benar-benar robek (ruptured). Ligamen
telah robek sepenuhnya menjadi dua bagian. Ada kelembutan tetapi tidak
22
C. Tinjauan Tentang Pengukuran Knee Joint
1. Intensitas Nyeri
(VAS). Skala ini digambarkan dengan garis lurus, biasanya panjangnya mencapai
10 cm. Salah satu ujungnya ditandai “tidak ada nyeri”, dan ujung lainnya
ditandai “nyeri hebat”. Skala ini digunakan secara vertikal atau horizontal,
sambil meminta pasien untuk menandai garis dengan titik yang menggambarkan
Keterangan :
Skala 0-2 : Tidak nyeri (tidak ada rasa sakit, merasa normal).
terganggu).
mandiri).
23
dan Numeric Pain Rating Scale (NPRS) lebih unggul VAS dikarenakan
kepraktisan dalam penggunaan serta hasil yang didapatkan cukup valid untuk
pengujian otot manual: tinjauan literatur. Terapi Manusia Chiropr 15, 4 (2007),
Lebih dari 100 studi yang berkaitan dengan MMT dan teknik chiropraktik
dan validitas yang baik dalam penggunaan MMT untuk pasien dengan
validitas eksternal dan internal yang baik, dan 12 uji coba terkontrol secara
acak (RCT) yang ditinjau menunjukkan bahwa temuan MMT tidak bergantung
MMT yang dipekerjakan oleh ahli tulang, ahli terapi fisik, dan ahli saraf
terbukti menjadi alat yang berguna secara klinis, tetapi validasi dan penerapan
menegakkan diagnosa fisioterapi dan jenis latihan yang akan diberikan, serta
untuk mengetahui nilai kekuatan otot adalah pemeriksaan kekuatan otot secara
24
manual atau sering disebut Manual Muscle Testing (MMT) dengan ketentuan
sebagai berikut :
Kriteria Keterangan
pemeriksaan LGS untuk mengetahui ada tidaknya keterbatasan baik pada gerak
LGS lutut normal pada gerak aktif adalah S : 0-0-135. Pengukuran LGS lutut
sejajar pada lateral paha dan lengan dinamis sejajar pada lateral betis pasien.
Gerak fleksi diukur pada posisi tidur tengkurap dan pada gerak ekstensi diukur
25
4. Pemeriksaan kemampuan fungsional dengan skala jette.
Gerakan di sendi lutut saat berjalan telah diukur pada semua bidang,
elektrogoniometer. Full extensi atau hampir full extensi dicatat pada awal fase
gerakan (0% dari siklus) pada saat gerakan heel strike. karena beban
diterapkan, sudut fleksi meningkat menjadi sekitar 15º, diikuti oleh ekstensi
kembali ke hampir 0º. fleksi kemudian meningkat cepat untuk memulai fase
ayunan, Fleksi maksimum, sekitar 60º, diamati selama bagian pertama fase
ayunan.
lingkup gerak sebesar 67º kearah fleksi, menaiki tangga terjadi lingkup gerak
sebesar 83º kearah fleksi, menuruni tangga terjadi lingkup gerak sebesar 90º
kearah fleksi, duduk di bawah (melantai) terjadi lingkup gerak sebesar 93º
kearah fleksi, mengikat sepatu terjadi lingkup gerak sebesar 106º kearah fleksi,
dan mengangkat suatu obyek menghasilkan lingkup gerak sebesar 117º kearah
fleksi.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
26
8)
9)
10)
11)
Gambar 2.10
ROM pada tibiofemoral joint pada bidang sagital pada saat
berjalan.
Sumber : Margareta et al, 2012
Gaya reaksi sendi akan mencapai 2–3 kali berat badan pada saat heel
strike, yang dihasilkan oleh kontraksi otot hamstring. Selama fleksi knee
pada awal stance phase (foot flat–awal trunk glide), gaya reaksi sendi
mencapai sekitar 2 kali berat badan yang dihasilkan oleh kontraksi otot
quadriceps femoris. Gaya reaksi sendi yang maksimal terjadi selama akhir
stance phase tepatnya sebelum toe-off (sekitar 2–4 kali beratbadan), yang
gaya reaksi sendi yang sama dengan berat badan, Pada laki-laki dan
reaksi sendi.
Pada knee normal, gaya reaksi sendi disanggah oleh meniskus dan
meniskus telah robek akan mencapai 3 kali lebih besar daripada meniskus
27
Gaya yang ditopang oleh ligamen-ligamen lebih rendah daripada gaya
yang bekerja pada dataran tibia. Gaya yang bekerja pada ligamen-ligamen
badan, dimana terjadi pada saat heel strike dan pada akhir stance phase.
meningkat pada gerakan fleksi lutut, Selama berdiri tegak, kekuatan otot
sendi karena pusat gravitasi tubuh berada di atas lutut. Ketika fleksi lutut
sehingga kekuatan otot paha lebih keras untuk mengimbangi gerakan fleksi
yang meningkat.
meliputi (1) berdiri dari posisi duduk, (2) berjalan 15 meter, (3) naik tangga
3 trap.
28
2. Berjalan 15 meter Sama dengan atas Sama dengan atas
1. Ultrasound
Terdapat bukti yang jelas dari beberapa penelitian terhadap hewan yang
intensitas.
c. Intensitas : Watts/Cm2
29
Kontraindikasi dan Indikasi Ultrasound. Dengan pemilihan parameter
jaringan yang sementara atau aliran darah di area pengobatan yang kecil.
adalah :
3) Luka terbuka
pada jaringan ikat (kapsul sendi). Terdapat bukti yang jelas dari beberapa
beberapa efek positif terhadap karakteristik jaringan ikat, nyeri dan inflamasi
30
a) Ketika jaringan mengabsorbsi energi ultrasound maka energi
2. Strengthening Exercise
1. Pengertian
menggunakan tahanan baik dari luar maupun dari beban tubuh sendiri.
kontraksi otot secara dinamik maupun statik yang ditahan oleh gaya eksternal.
Dekker 2014)
31
Dalam teknik open chain kinetik segmen distal dari sistem atau
chain kinetik akan melakukan gerakan kaki selama fase ayunan dalam
gaya berjalan, teknik open chain kinetik ini juga merupakan kombinasi
antara sendi lutut yang dapat bergerak bebas. Latihan ekstensi pada lutut
gerakan dari close chain kinetik ketika tidak ada gerakan proksimal
dengan teknik closed chain kinetik. Sebuah contoh umum dari latihan
a. Meningkatkan Kekuatan
Strength adalah gaya output dari kontraksi otot dan secara langsung
32
tersebut. Untuk meningkatkan kekuatan otot, kontraksi otot harus diberi
lowering pada suatu otot atau group otot, atau mengontrol beban yang
dengan intensitas rendah dalam jangka waktu yang lama. Endurance otot
dengan repetisi yang tinggi, hal ini telah dibuktikan bahwa sebagian besar
mingkatan daya tahan otot. Totally body endurance juga dapat diperbaiki
c. Meningkatkan Power
kerja per unit waktu (gaya x jarak waktu), gaya x kecepatan gerak adala
meningkatkan kerja otot yang dilatih pada jangka waktu tertentu atau
33
mengurangi jumlah waktu yang diinginkan untuk menghasilkan gaya yang
diharapkan.
program training power. intensitas latihan yang lebih besar dan jangka
4. Kontraindikasi
1) Inflamasi
nyeri.
2) Nyeri
Jika pasien mengalami nyeri sendi atau otot yang berat selama
latihan atau lebih dari 24 jam setelah latihan, maka secara keseluruhan
1) Kelelahan
exercise.
34
2) Recovery
3) Gerakan substitusi
substitusi maka berikan tahanan yang tepat dan terukur serta aplikasikan
4) Nyeri otot
berkembang selama atau setelah latihan yang berat sampai titik kelelahan.
stabilisasi yang tepat baik dengan alat maupun dengan cara manual.
35
e. Tinjau kembali letak aplikasi tahanan atau turunkan besarnya tahanan jika
hebat pada lokasi palikasi tahanan, berkembangnya tremor otot, dan terjadi
gerakan substitusi.
a. Isotonik Exercise
tahanan atau beban yang konstan dan bervariasi dengan kontraksi otot
memanjang atau memendek melalui ROM yang ada. Pada latihan tahanan
secara manual, terapis dapat melakukan variasi tahanan yang tepat untuk
al, 2011)
b. Isometrik Exercise
36
Isometrik exercise dapat diberikan oleh fisioterapis dengan
tanpa tahanan. Setting exercise biasa dikenal sebagai statik kontraksi yang
penyembuhan.
tidak dilakukan tahanan yang nampak, maka teknik ini tidak dapat
otot pada tahap awal program ketika anggota gerak diimmobilisasi (Jhon et
al,2011).
37
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Identitas Pasien
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI AL
kecelakaan motor dan semenjak itu mulai merasakan nyeri pada lututnya. Pada
beberapa bulan setelahnya pada saat berolahraga lari, pasien merasakan bunyi
klik pada lutut kiri dan sedikit terputar. Pasien merasakan nyeri yang
38
terlokalisir di area lutut terutama saat melakukan aktivitas yang melibatkan
extensi knee (jongkok ke berdiri, meluruskan kaki untuk posisi tidur) dan
penaanganan lanjut.
Suhu : 36,5 ᵒC
Pernapasan : 20x/menit
D. Inspeksi/Observasi
1. Statis
Posterior view : postur terlihat normal dan cenderung sedikit genu varum
2. Dinamis
Pasien datang dengan pola berjalan yang normal namun cenderung hati
hati dalam melangkah (antalgic gait). Pasien juga agak sedikit merasakan nyeri
39
1. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
1. Gerak Aktif
1) Tujuan
gerakan.
2) Teknik Pelaksanaan
3) Interpretasi
Pasien mampu melakukan semua gerakan ful ROM. Positive test apabila
terjadi keterbatasan pada gerakan dan nyeri yang muncul pada pasien
4) Hasil
Pasien dapat melakukan semua gerakan dengan normal dan ROM full
hanya saja pada saat extensi knee pasien merasakan sedikit nyeri dan
2. Gerak Pasif
1) Tujuan
40
2) Teknik Pelaksanaan
3) Interpretasi
berubah.
4) Hasil
normal hanya saja terindikasi adanya nyeri pada saat gerakan extensi
knee sinistra.
3. TIMT
1) Tujuan
2) Teknik Pelaksanaan
3) Interpretasi
4) Hasil
41
Ketika dilakukan test, pasien mampu melawan tahanan hanya saja ada
F. Pemeriksaan Spesifik
1) Tujuan
2) Prosedur pelaksanaan:
b. Bawalah hip Pasien ke dalam Posisi 45 derajat fleksi dan knee pada posisi
c. Selanjutnya, palpasi joint line atau tibial Plateau dengan kedua thumb
3) Interpretasi
Test positive jika translasi tibia ke anterior lebih dari 6 mm/ jika merasakan
end fell terasa soft dan adanya indikasi tear pada ligament cruciatum anterior.
4) Hasil
2. Lachman's Test
1) Tujuan
42
Untuk mengidentifikasi adanya tear pada ligament Cruciatum anterior. Dengan
2) Prosedur pelaksanaan
dengan salah satu tangan Anda pada sisi lateral upper knee.
3) Interpretasi
Test positif jika translasi tibia ke anterior terasa soft/ jika translasi tibia lebih
besar dari 3 mm serta adanya indikasi tear pada ligament cruciatum anterior.
4) Hasil
1) Tujuan
2) Prosedur pelaksanaan
43
b. Untuk meniscus lateral bagian posterior, awali test dengan memfleksikan
hip dan knee pasien sekitar 90 derajat, kemudian rotasikan tibia ke medial
3) Interpretasi
Test positif jika pasien merasakan clicking, locking atau nyeri dibagian dalam
4) Hasil
4. Varus test
1) Tujuan
2) Prosedur pelaksanaan
b. Abduksikan tungkai pasien dan knee flexi sekitar 20-30 derajat sehingga
c. Tempatkan satu tangan pemeriksa pada sisi medial dari upper knne. Tangan
satunya pada sisi lateral ankle. Dnegan kedua tangan aplikasikan varus force
3) Interpretasi
44
Test positive jika nyeri terprovokasi pada sisi lateral knee joint dengan/tanpa
disertai peningkatan laxity dan adanya indikasi tear pada ligament collateral
lateral.
4) Hasil
5. Valgus Test
1) Tujuan
collateral medial. Dengan sensitivitas 86% dan spesifitas yang belum dapat
ditetapkan.
2) Prosedur pelaksanaan
b. Abduksikan tungkai pasien dan knee flexi sekitar 20-30 derajat sehingga
c. Selanjutnya tempatkan satu tangan pemeriksa pada sisi lateral dari upper
knee. Tangan satuny apada sisi medial ankle. Dengan kedua tangan
3) Interpretasi
Test positive jika nyeri terprovokasi pada sisi medial knee joint dengan/tanpa
disertai peningkatan laxity serta terdapat indikasi tear pada ligament collateral
medial
4) Hasil
45
Pasien dapat melalui tahap test spesifik dengan baik (-)
6. Palpasi
1) Tujuan
a. Ukuran
ukuran umum suatu benda (sebesar kedelai, kelereng, telur puyuh, dan
lainlain).
b. Tektur permukaan
c. Konsistensi massa
d. Lokasi massa
46
e. Suhu
2) Prosedur pelaksanaan
a. Pastikan daerah yang akan diperiksa harus bebas dari pkaian yang
menutupi
dingin
c. Pada fase awal diusahakan supaya terjadi relaksasi otot diatas organ
jari dan lihat expresi pasien untuk mengetahui adanya nyeri tekan.
3) Interpretasi
Jika terdapat oedem, suhu tinggi dibanding area sekitarnya, serta terdapat nyeri
tekan.
4) Hasil
47
Terindikasi adanya nyeri tekan pada daerah yang dipalpasi ( sisi distal patella
G. Pengukuran Fisioterapi
2. Intensitas Nyeri
1) Tujuan
2) Prosedur pelaksanaan
48
f. Posisikan pasien secara terlentang.
3) Hasil
a. Dextra : 90 cm
b. Sinistra : 90 cm
2. Lingkar otot/Circumferentia
a. Dextra : 47 cm
b. Sinistra : 47 cm
1) Tujuan
49
Untuk mengetahui kekuatan otot untuk berkontraksi dan menghasilkan
gaya.
2) Prosedur pelaksanaan
a. Flexi knee
untuk stabilitas.
b. Extensi knee
pasien.
50
3) Interpretasi
4) Hasil
a. Sinistra
a) Flexi knee
b) Extensi knee
b. Dextra
a) Flexi knee
b) Extensi knee
a. Nyeri 1 3
b. Kesulitan 1 2
51
c. Ketergantungan 1 1
2. Berjalan 15 meter
a. Nyeri 1 1
b. Kesulitan 1 1
c. Ketergantungan 1 1
b. Nyeri 1 2
c. Kesulitan 1 1
d. Ketergantungan 1 1
H. Diagnosa
1. Diagnosa Fisioterapi
Yang Membuktikan
1 Impairment :
52
ligament anterior pemeriksaan fungsi gerak
cruciatum dasar,pemeriksaan
spesifik, VAS
dan instability.
2 Activity Limitation
tidur)
3 Participant Restriction
skala jette.
53
BAB IV
aktivitas olahraga lari dan aktivitas lainnya yang melibatkan extensi knee.
1 Impairment
core stability
54
exercise,
Strengthening
dengan
menggunakan
resistance band,
Latihan open
kinematic chain .
2 Activity Limitation
menggunakan tera
kinematic chain .
3 Participant Restriction
core stability
exercise,
Strengthening
55
dengan
menggunakan tera
kinematic chain .
C. Prosedur Pelaksanaan
1. Ultrasound
a. Tujuan
b. Teknik pelaksanaan
1) Persiapan Alat
2) Persiapan pasien
c. Teknik aplikasi
56
a. Nyalakan alat
anterior.
transduser secara lambat disekitar area knee yang nyeri (sisi medial
b. Penatalaksanaan : Pasien baring, ganjal bagian bawah lutut dengan handuk lalu
F : 2 kali/minggu
I : 4 kali pengulangan
T : 8 detik hitungan
b. Posisi pasien : Pasien berbaring terlentang lalu ke dua kaki di tekuk, minta
pasien untuk mengangkat pinggulnya dan kaki yang sehat di luruskan ke atas.
F : 1-2 kali/minggu
I : 4 kali pengulangan
57
T : 10 detik pengulangan
F : 2 kali seminggu
I : 4 kali pengulangan
T : 10 detik/gerakan
F : 2 kali/minggu
I : 3 kali pengulangan
T : 10 detik pengulangan
1. Edukasi
Pasien disarankan agar tidak melakukan kegiatan yang cukup berat yang dapat
58
2. Home Program
b. Bridging Exercise
E. Evaluasi Fisioterapi
Anatomical / Ultrasound, Quadriceps Nyeri pada lutut kiri Nyeri sudah tidak
Strengthening dengan
chain .
chain .
59
Strengthening dengan tumpu yang besar dan melaksanakan
dikarenakan nyeri
yang terkadang
masih muncul.
60
BAB V
PEMBAHASAN
1. History taking
oleh pasien melalui tanya jawab, yang disusun secara kronologis yang
mendapatkan history taking yang baik dibutuhkan sikap pemeriksa yang sabar
dan penuh perhatian, serta waktu yang cukup. Cara pengambilan history taking
history yang merujuk pada knee ligament joint yaitu apabila mekanisme dari
adanya rotasi maka pemeriksa dapat mencurigai adanya injury pada meniscus
61
dan anterior cruciatum ligament. Dan juga jika tedapat indikasi bunyi klik pada
2. Observasi/inspeksi
kasus pada knee dapat dilihat dari 3 aspek yaitu : anterior,posterior, dan lateral
view. Ketika dilakukan observasi dari sisi anterior akan cenderung sedikit
varum. Hal ini dikarenakan adanya posisi yang cenderung tidak stabil
dengan cara melakukan gerekan fungsional dasar pada region tertentu untuk
4. Pemeriksaan spesifik
a. Palpasi
62
bahwa tehnik palpasi dapat mampu menegakkan diagnose sekalipun
djohan aras dan hasnia ahmad anterior drawer test merupakan salah satu
and Sport Science 2020. Dengan Judul Penelitian Effect Ultrasound Therapy ,
Therapy on Both Anterior Cruciate Ligament Injury ( Sprain) and Bursitis of Knee in
Sports.
Pada penelitian tersebut dilakukan pre dan post test pada pasien kasus acl injruy
selama ditemukan hasil pengurangan nyeri yang signifikan pada kasus ACL.
rekomendasi terapi latihan pada kasus cedera ACL yaitu strengthening quadriceps.
63
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Hasim, Amir Iqbal, Shanawaz Anwer, Ahmad Alghadir. Journal of physical
Barber, Edward L. Strength and Range of Motion Examination Skills for The Clinical
5 Maret 2016.
64
Edward R. Reconstruction rupture Anterior Cruciate Ligament with Arthroscopy.
Hickey BA, Cleves A, Alikhan R, Pugh PN, Nokes L, Perera A, The effterkaitt of active
toe movement (AtoM) on calf pum function and deep vein thrombosis in patients
with acute foot and ankle trauma treated with castndash a prospekttive
65