Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS INDONESIA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS SPRAIN ANKLE


DENGAN MODALITAS TERAPI LATIHAN PADA ATLET SEPAK BOLA

TUGAS REMEDIAL
MATA KULIAH PENULISAN ILMIAH
DOSEN PENGAMPU : Triana Karnadipa, S.Ft., Physio., MSc

MUHAMAD NABIEL
1906401365

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


BIDANG STUDI KESEHATAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
DEPOK
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sprain ankle adalah cidera pada kompleks lateral tungkai yang disebabkan oleh
tarikan secara berlebihan pada kondisi inversi dan plantar fleksi yang terjadi secara tiba-tiba
dan cepat. Tungkai yang cidera terletak pada aspek lateral pada pergelangan kaki dan
termasuk talofibular anterior, talofibular posterior, calcaneofibular.

Sepak bola adalah olahraga yang memiliki kemungkinan body contactsangat


besar yang memungkinkan terjadi cedera baik saat latihan maupun pertandingan, sehingga
membutuhkan kondisi fisik yang prima. Angga (2011: 1) mengatakan sepak bola
memperoleh persentase tertinggi dalam cedera olahraga berjenis body contact yakni 23%.

Cedera seperti sprain dan strain merupakan sebuah hal yang masih mampu
ditangani dan disembuhkan dengan berbagai metode penyembuhan yang ada, seperti
massase,terapi, dan operasi. Setelah penanganan cedera ini, diharapkan atlet bisa segera
menunjukkan penampilan terbaiknya tanpa terganggu masalah cedera yang sama.
Namun pada kenyataannya, masih banyak atlet yang setelah diterapi kembali mengalami
cedera yang sama di kemudian harinya, khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan
kebanyakan pemain sepak bola terutama di Indonesiamenjalani proses rehabilitasi dan
terapi latihan pasca cedera dengan kurang baik, sehingga sering terjadi cedera
kambuhan.

Peran fisioterapi sebagai pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak serta fungsi
secara manual, peralatan, pelatihan fungsi maupun komunikasi (PMK no. 65 tahun
2015). Apabila tidak diberi penanganan fisioterapi maka akan menurunkan fungsional
sendi, menambah kekakuan otot-otot sekitar ankledan memperlambat proses penyembuhan.

Modalitas atau intervensi fisioterapi yang dapat digunakan dalam penanganan sprain
ankle yaitu terapi latihan. Terapi latihan merupakan suatu teknik fisioterapi untuk
memulihkan dan meningkatkan kondisi otot dan tulang agar menjadi lebih baik, faktor
penting yang berpengaruh pada terapi latihan adalah edukasi dan keterlibatan pasien secara
aktif dalam rencana pengobatan yang telah terprogram. Pemberian terapi latihan
baik secara aktif maupun pasif, baik menggunakan alat maupun tanpa menggunakan
alat, dapat memberikan efek naiknya adaptasi pemulihan kekuatan tendon,
ligament, serta dapat menambah kekuatan otot, sehingga dapat mempertahankan stabilitas
sendi dan menambah luas gerak sendi, manfaat terapi latihan yang lain adalah untuk
membantu pemulihan cidera seperti kontraksi otot, kesleo, pergeseran sendi, putus tendon
dan patah tulang, supaya dapat beraktifitas kembali tanpa mengalami kesakitan dan
kekakuan otot (Nugroho et al., 2009)(1).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian modalitas terapi latihan ankle theraband exercise dapat


mengurangi nyeri pemain sepak bola pada kondisi sprain ankle?
2. Apakah pemberian terapi latihan ankle exercise thera-band dapat meningkatkan
kekuatan otot pemain sepak bola?
3. Apakah pemberian terapi latihan ankle exercise thera-band dapat meningkatkan LGS
pemain sepak bola pada kondisi sprain ankle?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah pemberian terapi latihan Ankle Exercise Thera-band


dapat membantu mengurangi nyeri pemain sepak bola pada kondisi sprain ankle.
2. Untuk mengetahui apakah pemberian terapi latihan Ankle Exercise Thera-band
dapat membantu meningkatkan kekuatan otot ankle pemain sepak bola pada
kondisi sprain ankle.
3. Untuk mengetahui apakah pemberian ultrasounddan terapi latihan Ankle Exercise
Thera-band dapat meningkatkan LGS ankle pemain sepak bola pada kondisi sprain
ankle.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penanganan kondisi


sprain ankle dengan modalitas terapi latihan dengan metode Ankle Exercise
Thera-band.
2. Memberikan informasi tentang apa itu kondisi sprain ankle serta bagaimana
cara menanganinya dengan modalitas fisioterapi.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sprain Ankle

1. Definisi Sprain Ankle

Sprain ankle biasanya diartikan sebagai cidera olahraga tapi dapat juga
terjadi pada aktifitas sehari-hari. Sprain ankle adalah terulurnya ligamen penyusun
sendi ankle karena gerakan yang mendadak pada posisi kaki terpuntir kesalah satu sisi
yang menyebabkan ligamen tertarik melebihi batas normal elastisitasnya (Jonh,
2011). Cedera sprain adalah cedera yang biasa terkena pada ligamen lateral ankle di
sekitar persendian tulang yang dibentuk oleh permukaan tulang rawan sendi
yang membungkus tulang-tulang yang berdampingan. Kerusakan serat ligamen
sering dibarengi oleh perdarahan yang menyebar di sekeliling jaringan dan
terlihat sebagaimemar(Aronen, 2009).

2. Anatomi fungsional sendi pergelangan kaki (2)(ankle joint)


a. Tulang
Sendi pergelangan kaki terbentuk dari deretan tulang-tulang. Pedis (ossa
tarsi) tersusun atas: os tarsus, os metatarsus dan os phalanges. Tarsus tersusun
atas: os talus, os calcaneus, os naviculare, ossa cuneiforme lateral-
intermadium-mediale dan os cuboideum. Os metatarsus tersusun atas
metatarsale I-V, yang terbagi atas basis,corpus dan caput. Basis metatarsal I
terdiri atas phalanx proximalis dan phalanx distal, sedangkan phalange II-
V,terdiri atas phalanx media dan phalanx distal. Phalange tersusunatas phalanx I-
V. Untuk os phalange I terdiri atas phalanx proximalis dan distalis, sedangkan
phalange II-V, terdiri atas phalanx proximalis, phalanx media dan phalanx distalis.

b. Ligamen
Ligamen di kedua sisi ankle berfungsi untuk menopang tulang-tulang yang ada
di persendian ankle. Ligamen pada ankle terbagi menjadi dua kelompok yaitu
ligamencolateral lateral dan ligamen colateral medial. Ligamen colateral lateral
terdiri dari ligamen talofibula anterior, ligamen calcaneofibular,
ligamentalocalcaneal, dan ligamentalofibular posterior. Ligamentalofibular
anterior melewati maleolus lateralis menuju talus bagian anterior dan berfungsi
untuk membatasi gerakan plantar fleksi. Ligamen calcaneofibular dan
ligamen talocalcaneal berjalan melewati maleolus lateral menuju calcaneus dan
berfungsi untuk membatasi gerak dorsi fleksi ankle. Ligamen colateral medialatau
ligamen deltoid terdiri atas ligamen tibionavicular, ligamen calcaneotibial,
ligamen talotibial anteriordan ligamen talotibial posterior. Ligamen
tibionavicular berjalan melewati bagian depan maleolus dan berfungsi untuk
menghambat gerakan abduksi.

c. Otot
Otot penggerak gerakan ankle joint yaitu gerakan dorsi fleksi dilakukan oleh
m. tibialis anterior dan gerakan plantar fleksi oleh m. gastrocnemiusdan m.
soleus. Otot-otot penggerak utama inversi m. tibialis posterior, sedangkan
otot-otot penggerak utama eversi adalah m. peroneus longusdan m. peroneus
brevis.

B. Problematika Fisioterapi

Problematika yang muncul dari sprain ankle antara lain:

1. Impairment
Pada tingkat impairment, problematika yang muncul adalahadanya nyeri pada sendi
pergelangan kaki dan adanya keterbatasan LGS kaki (Taylor,1997).

2. Functional limitation
Dilihat dari impairmentnya maka penderita merasakan ketidaknyamanan dan
mengalami gangguan dalam aktivitas fungsional kaki seperti keterbatasan
kemampuan jari-jari untuk bergerak , menendang bola, berjalan, berlari, dan lain-lain
(Taylor, 1997).

3. Participation restriction
Merupakan permasalahan yang dihadapi seseorang dalam berinteraksi dengan
masyarakat, pada atlet sepak bola mengalami kesulitan saat bermain dilapangan,
kegiatan gotong-royong, dan lain-lain.

C. Teknologi Intervesi

1. Terapi Latihan
Terapi latihan (3) adalah upaya penyembuhan yang dalam pelaksanaanya
menggunakan latihan gerak tubuh baik aktif maupun pasif (Priatna, 1985). Secara
umum tujuan terapi latihan adalah untuk pencegahan disfungsi dengan
pengembangan, peningkatan, perbaikan atau pemeliharaan dari kekuatan dan daya
tahan otot dan kemampuan fungsional (Kisner dan Colby, 1996). Jenis terapi
latihan antara lain :

a. Active movement
Active movment adalah gerakan yang timbul dari kekuatan kontraksi otot
pasien itu sendiri secara sadar (Kisner, 1996). Teknik active
movementyang digunakan adalah :

a) Free Active Movement


Free active movement merupakan suatu gerakan aktif yang dilakukan
oleh adanya kekuatan otot dan anggota tubuh itu sendiri tanpa
adanya bantuan dan tahanan kekuatan otot dari luar. Free
active movement berfungsi untuk memperlancar sirkulasi darah
sehingga bisa mengurangi oedema, dengan mengurangi oedema
sekitar ankle maka akan mengurangi nyeri dan apabila latihan ini
dilakukan secara berulang-ulang dapat memelihara kekuatan
otot.Tujuan latihan ini adalah untuk menambah lingkup gerak
sendi (LGS), menjaga elastisitas jaringan, mencegah pemendekan
otot dan mengurangi nyeri (Kisner, 1996)

b) Resisted active movement merupakan salah satu gerakan aktif


dengan diberikan kekuatan dari luar berupa tahanan terhadap otot
–otot yang sedang berkontraksi. Tahanan ini bisa berasal tahanan
terapis yang menggunakan alat bantu seperti karet elastis dan
berat badan pasien sendiri. Salah satu cara untuk meningkatkan
kekekuatan otot adalah dengan meningkatkan tahanan secara
bertahap. Active movement dengan tahanan merupakan latihan
stabilisasi ankle yang bertujuan untuk membantu melindungi serta
memperbaiki problem yang muncul akibat instabilitas atau nyeri
yang di akibatkan oleh kelemahan otot. Latihan stabilisasi juga
memperbaiki sistem peredaran darah oleh adanya pumping action
sehingga mengatasi terjadinya pembengkakan yang dapat
mengganggu gerak dan fungsi sendi dan mampu mengurangi nyeri
pada level sensorik. Dengan berkurangnya nyeri,lingkup gerak sendi
(LGS) bertambahakan menimbulkan peningkatan kemampuan
menyangga beban tubuh sehingga meningkatkan kemampuan
(Raymond, 1998).

b. Fase Penanganan Cidera Olahraga


Penanganan terhadap cidera tersebut terjadi dalam beberapa
fase, dimana pada setiap fase , baik fisioterapi, pelatih fisik dan
pelatih memiliki peran masing masing.

a) Fase 1 (0 – 2 minggu)
Fase akut atau inflamasi pada fase ini terapi latihan ditujukan untuk
mengurangi nyeri dan begkak, menambah gerak sendi,
meningkatkan kembali kemampuan otot untuk berkontraksi,
memperbaiki rangsang sendi dan perawatan luka. Pada fase ini
latihan yang diberikan betul betul terkontrol hanya untuk
mendidik kembali otot untuk berkontraksi. Pada fase ini peran
fisioterapis yang tahu tentang proses penyembuhan jaringan
sangat vital dalam memberikan program pelatihan pada fase satu
ini.

b) Fase 2 (2 minggu s/d 16 minggu)


Pada fase ini mulai dilatih kembali kemampuan melompat dan
penguatan otot otot core untuk stabilisasi. Juga mulai
dilatih kemampuan kontraksi konsentrik dan eksentrik
dari atlet untuk meningkatkan kontrol gerakan gerakan pada
cabang olahraga masing masing. Pada fase ini fisioterapis
mulai berkolaborasi dengan personal trainer, terutama
dalam menentukan beban latihan bagi latihan beban di
gym serta menentukan circuit training yang akan dilakukan.
c) Fase 3 (10 – 16 minggu)
Pada fase ini diharapkan seorang atlet sudah memiliki kemampuan
otot yang mumpuni dimana besar otot kedua bagian baik yang
cidera maupun tidak sudah baik, tingkat stabilisasi sudah baik
ditandai dengan mampu berdiri satu kaki sambil lempar
tangkap bola pada permukaan yang tidak rata. Atlet juga mampu
brideging satu kaki selama 45 detik dan mampu naik sepeda
statik selama 20 menit tanpa keluhan. Jika kemampuan itu sudah
dipenuhi maka latihan dapat ditingkatkan dari kemampuan
melompat ke berlari.

d) Fase 4 (14 sd 24 minggu)


Fase persiapan kembali keolahraga. Untuk memasuki fase ini
seorang atlet sudah tidak memiliki rasa nyeri, mampu lompat
dan mendarat satu kaki, mampu jogging 20 menit, pola gerak
dan lari baik. Pada fase ini latihan yang diberikan adalah latihan
dalam bentuk peningkatan agility, aktivasi neural, peningkatan
kecepatan, dan juga daya tahan. Selain itu hal terpenting yang
tidak boleh dilupakan adalah latihan khusus untuk cabang olahraga
masing masing. Fisioterapis dan Pelatih harus pandai pandai
menentukan latihan yang sesuai dengan aktifitas pada cabang
olahraga masing masing. Pelatih pada fase ini memegang
peranan penting dalam menentukan desain katihannya.

D. Kerangka Berfikir

Cedera Saat Olahraga / Terkena cidera Sprain


bermain sepak bola Ankle

Atlet tidak bisa bergerak


Aktivitas terganggu
optimal

Pemberian Terapi Latihan


Konsultasi ke Fisioterapi
dan penjadwalan
Atlet kembali beraktivitas
Proses pemulihan
normal/optimal

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

3.2 Tempat dan Waktu


Tempat : Pemusatan latihan Tim Sepak Bola
Waktu : 9 April 2020

3.3 Sumber Data


Membaca literatur yang ada (sekunder)

3.4 Populasi dan Sampel


Populasi : Penderita cedera sprain ankle
Sampel : Atlet sepak bola

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.5.1 Kriteria Inklusi
1. Atlet sepak bola Aktif
2. Sedang mengalami cedera Sprain ankle

3.5.2 Kriteria Ekslusi


1. Atlet olahraga lain
2. Pernah mengalami cedera Ankle sprain
3.6 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel
Sampel : Atlet sepak bola
Cara pemilihan sampel : Simple Random Sampling

3.7 Prosedur Kerja (Pemberian Intervensi, Pengukuran, dan pengolahan data)


1) Membaca literatur yang berhubungan dengan cedera Sprain ankle pada
pemain sepak bola
2) Memilih dan menentukan literatur yang akan digunakan
3) Menganalisa data yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang mendukung
judul proposal.

3.8 Identifikasi Variabel


1) Variabel terikat : Pemberian terapi latihan
2) Variabel bebas : Melakukan latihan keseimbangan sendiri
3) Variabel kontrol : Alat bantu seperti Thera band dll

3.9 Rencana Manajemen, Pengolahan dan Penyajian Data


Menggunakan tabel dan diagram

3.10 Definisi Operasional


Tujuan terapi latihan adalah untuk pencegahan disfungsi dengan
pengembangan, peningkatan, perbaikan atau pemeliharaan dari kekuatan dan daya tahan otot
dan kemampuan fungsional.

3. 11 Etika Penelitian
Etika penelitian tercantum dalam UU no.39 tahun 1995
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari jurnal ini yaitu cedera sprain ankle pada
umumnya dialami atau diderita oleh pemain sepak bola dan juga atlet di cabang olahraga
lainnya. Sprain ankle dapat menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri pada bagian
pergelangan kaki. Cara penanganan sprain ankle ini dapat dilakukan dengan terapi latihan.
Terapi latihan yang digunakan yaitu dengan theraband exercise. Fase pemulihan pada cedera
ini berbeda beda, tergantung dari kondisi yang dialami pasien.

Saran untuk pada atlet atau masyarakat yang mengalami sprain ankle sebaiknya
melakukan intervensi ke dokter atau fisioterapi yang menangani kasus cedera ini. Ada
baiknya, jangan melakukan penanganan atau melakukan terapi latihan sendiri tanpa anjuran
dan pengawasan dari dokter maupun fisioterapis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Alifiah, Yunika Putri and -, Wahyuni, S.Fis., Ftr. MK. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus
Sprain Ankle Dextra Dengan Modalitas US (Ultrasound) dan Terapi Latihan di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Karanganyar [Internet]. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2019.
Available from: http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/75557
2. Ambardini BSN dan RL. Tingkat Pengetahuan Atlet Tentang Cedera Ankle Dan. J Med.
2016;15(1):23–38.
3. Lesmana SI. Hubungan Antara Karakteristik Atlet Dengan Masa. 2015;15(April):45–51.
Lampiran: Rancangan Informed Consent

Surat Persetujuan/Penolakan Medis Khusus

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :
Jenis Kelamin : (L/P)
Umur/Tanggal Lahir :
Alamat :
Telepon :

Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/* sebagai orangtua/* suami/* istri/*
anak/* wali, dari:

Nama :
Jenis Kelamin : (L/P)
Umur/ Tangga Lahir :
Alamat :
Telepon :

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan tindakan medis


berupa………………………………………………………………………………
Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mngerti segala hal yang berhubungan dengan
penyakit tersebut serta tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinan pasca
tindakan yang dapat terjadi sesuai pernjanjain yang diberikan.

…………………., …………………. 2020

Pelaksana Yang Membuat Pernyataan


(………………………) (…………………………..)

 Coret yang tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai