Anda di halaman 1dari 22

PRESENTASI KASUS 

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


DROP FOOT ET CAUSA POST OPERASI TIBIA
PLATEAU SINISTRA DI RSUD SUKOHARJO
FISIOTERAPI

 Physiotherapy adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan


oleh fisioterapis untuk mengoptimalkan kualitas hidup
dengan cara mengembangkan, memelihara, dan
memulihkan gerak dan fungsi yang berpotensi terganggu
oleh faktor penuaan, cedera, penyakit, gangguan fisik,
dan faktor lingkungan sepanjang daur kehidupan, melalui
metode manual, peningkatan kemampuan gerak,
penggunaan peralatan, pelatihan fungsi, dan komunikasi
(Standar kompetensi fisioterapi Indonesia, 2020).
FRAKTUR

 Fraktur adalah suatu perpatahan kontinuitas struktur tulang.


Patah tulang atau fraktur disebabkan oleh trauma, benturan
keras, atau kondisi medis tertentu yang melemahkan tulang
(Muchtar et all, 2018). Salah satu cara penanganan fraktur
adalah dengan melakukan Tindakan operasi oleh tim medis.
Komplikasi yang terjadi pada post operasi adalah infeksi,
kerusakan saraf dan pembuluh darah. Menurut o’Brien et
al. (2020) kerusakan syaraf yang terjadi dapat
menimbulkan kondisi lain yaitu Drop Foot
DROP FOOT

 Drop foot merupakan kelainan gaya berjalan yang


menjatuhkan kaki bagian depan sulit atau tidak dapat
diangkat karena kelemahan, iritasi atau kerusakan pada
saraf fibula umum termasuk saraf sciatic, atau
kelumpuhan otot-otot di bagian anterior dari kaki bagian
bawah. Hal ini menyebabkan orang dengan foot drop
nampak sering menyeret kaki bagian depan ketika sedang
berjalan. Drop foot ditandai dengan ketidakmampuan atau
kelemahan untuk menaikkan jari kaki atau mengangkat
kaki dari pergelangan kaki (dorsofleksi) (Oktaviani, 2015).
OTOT PERSENDIAN LUTUT

Otot yang terdapat di lutut merupakan dua grup besar otot


yaitu grup ekstensor dan grup fleksor. Otot quadricep
merupakan otot yang kuat mampu menerima beban sampai
4450 Newton atau 2200 kg. Otot quadricep merupakan
grup otot ekstensor utama yang berfungsi menjaga
stabilitas, fungsi sendi lutut dan meneruskan beban yang
melintas pada sendi lutut. Grup otot quadricep memiliki
empat komponen otot yaitu m. rektus femoris, m. vastus
medialis, m. vastus lateralis, dan m. vastus intermedialis.
FUNGSI OTOT LUTUT

Beberapa otot memiliki fungsi pada sendi lutut antara lain, (1)
Otot yang mempunyai fungsi gerakan fleksi adalah m. bicep
femoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus, dibantu oleh
m. gracilis, m. sartorius dan m. popliteus. Saat gerakan fleksi
dibatasin oleh kontak bagian belakang tungkai bawah dengan
tungkai atas. (2) Penggerak gerakan ekstensi yaitu otot
quadriceps femoris. Pada gerakan ekstensi terjadi hambatan oleh
kekuatan seluruh ligamentum– ligamentum utama sendi. (3)
Gerakan rotasi medial lutut, dilakukan oleh m. semitendinosus.
(4) Gerakan rotasi lateral lutut dilakukan oleh m. biceps femoris
(Fitria, 2015).
ETIOLOGI

Drop foot disebabkan oleh proses dari otot dorsifleksor (otot


tibialis anterior). Kondisi ini menyebabkan kesulitan pasien untuk
melakukan ground clearance saat fase swing dan dapat menimbulkan
kompensasi gait yang tidak efisien seperti sirkumduksi atau hip hiking.
Pola jalan yang tidak normal ini akan meningkatkan energy
ekspenditur, penurunan endurance, dan peningkatan risiko jatuh
(Wulansari, 2015).
PATOFISIOLGI

Pada fraktur tibia plateau yang ditangani


dengan tindakan operasi menggunakan internal
fiksasi, maka akan terdapat luka akibat dari
prosedur bedah yaitu disseksi yang artinya
melakukan sayatan dengan pisau atau gunting.
Akibatnya terjadi kerusakan pada jaringan tubuh
dan saraf sensoris antara lain menyebabkan drop
foot. (Kisner dan Colby, 2017).
ELECTRICAL STIMULATION (ES)

Electrical Stimulation (stimulasi listrik) merupakan salah


satu modalitas fisioterapi yang cara kerjanya dengan
masuknya arus listrik yang melintasi kulit untuk meng-
eksitasi syaraf dan atau jaringan otot. Pad dari Electrical
Stimulation tersedia dalam beberapa ukuran besar maupun
kecil dan dapat ditempelkan ke bagian tubuh dengan
mudah, Electrical Stimulation juga dapat memperbaiki
gangguan motorik melalui sistem saraf tepi, dengan
menggunakan arus denyut bifasik asimetris, durasi 100
milidetik dan frekuensi 5Hz (Amin dkk, 2018).
LATIHAN STRENGHTENING

 Mekanisme strengthening exercise sebagai berikut: adanya kontraksi yang


terus menerus tanpa adanya istirahat akan memberikan relaksasi
maksimal yang dapat membantu dalam penguluran dan peningkatan
lingkup gerak sendi. Pemberian intervensi strengthening exrcise dilakukan
dengan memberikan tahanan kontraksi pada otot yang lebih kuat
kemudian setelah mencapai lingkup gerak sendi yang diinginkan, terapis
memberikan instruksi untuk bergerak ke arah sebaliknya (reverse) tanpa
adanya elaksasi otot sambil diberikan tahanan.Kontraksi otot yang lebih
kuat mampu melepaskan perlengketan miofasia. Pelepasan myofacial
adhesion dan relaksasi dari miofibril, yang dilakukan dengan ritmis
menimbulkan reaksi pumping action yang ritmis pula sehingga membantu
memindahkan produk sampah (Waste Product) penyebab nyeri otot
kembali ke jantung dan meningkatkan fleksibilitas otot (Nugraha, 2010).
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. Y
 Umur : 29 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki - laki
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pegawai pabrik
 Alamat : Klaten
 No. RM : 00447884
Deskripsi Pasien Dan Keluhan Utama :
Pasien mengalami kecelakaan, kemudian tanggal 21 April 2022 dilakukan
operasi pemasangan ORIF. Post ORIF fraktur tibia plateu sinistra. Pasien
mengalami penurunan kekuatan otot tungkai kiri

 Diagnosis Medis :
 Post ORIF fraktur tibia plateu sinistra
 Catatan Klinis :
 Drop foot et causa post ORIF tibia plateu sinistra
 Medika Mentosa :
 Ibu Profen 500 Mg 1x3 sehari
 Asam Mefenamat 500 Mg 1x3 sehari
 Deksametasone 0,5 Mg 1x3 sehari
 Radiologi :
 Fraktur complete tibia sinistra
VITAL SIGN

 Tekanan Darah : 120/90 mmHg


 Denyut Nadi : 96x/ Menit
 Pernapasan : 20x/ Menit
 Temperature/ Suhu : 36 0C
 Tinggi Badan : 170 Cm
 Berat Badan : 70 Kg
MMT OTOT TUNGKAI

Dextra Sinistra
Group otot
5 5
Fleksor knee
5 5
Ekstensor knee
5 1
Dorsal fleksi ankle
5 1
Plantar fleksi ankle
5 1
Inversi
5 1
Eversi
KEMAMPUAN FUNGSIONAL

 kemampuan fungsional dasar


 pasien tidak dapat menggerakkan ankle untuk dorsofleksi
 aktivitas fungsional
 pasien mampu berjalan dibantu 2 kruk
 lingkungan aktivitas
 lingkungan tempat tinggal mendukung untuk kesembuhan pasien seperti
lantai yang tidak licin dan tidak terdapat banyak anak tangga
ALGORITMA

FRAKTUR

OPERASI PEMASANGAN ORIF

PERUBAHAN FRAGMEN TULANG & CEDERA JARINGAN LUNAK

KELEMAHAN OTOT/ DROP FOOT

ELECTRICAL STIMULATION (ES) + LATIHAN STRENGHTENING

PENINGKATAN KEKUATAN OTOT


Kode dan Pemeriksaan ICF

 1. Body Function
 S750 structure of lower extremity
 2. Activities and participation
 B730 musce power functions
 3. Environmental Factors
 D469 walking and moving, other specified and unspecified
 4. Body Structures
 E310 immediate family
Program & Intervensi FT

1. Tujuan Jangka Panjang


 Berjalan tanpa alat bantu
2. Tujuan Jangka Pendek
 Meningkatkan kemandirian pasien
 Meningkatkan kekuatan otot dorsofleksi
 Meningkatkan kekuatan otot – otot tungkai bawah kiri
 Berjalan dengan 1 kruk
3. Teknologi Intervensi Fisioterapi
 Elektrical Stimulasi/ ES
 Latihan Strenghtening
Evaluasi dengan MMT
Group otot T1 T2 T3

Fleksor knee 5 5 5
sinistra

Ekstensor knee 5 5 5
sinistra

Dorsal fleksi 1 3 5
ankle sinistra

Plantar fleksi 1 3 5
ankle sinistra

Inversi sinistra 1 3 5

Eversi sinistra 1 3 5
Evaluasi dengan penggunaan alat bantu
berjalan
T1 T2 T3
pasien berjalan dengan pasien berjalan dengan pasien berjalan dengan
menggunakan ke 2 kruk menggunakan ke 2 kruk menggunakan 1 kruk
dengan pola jalan PWB dengan pola jalan PWB dengan pola jalan parcial
10% 10% weight bearing 20% dari
berat badan.
Hasil Terapi Akhir

 Pasien atas nama TN. Y usia 29 th dengan diagnose drop foot ec post orif tibia
plateu sinistra, setelah diberikan terapi selama 3x pertemuan mendapatkan
hasil evaluasi sebagai berikut:
 1. Peningkatan kekuatan otot-otot tungkai bawah
 2. Peningkatan kemandirian dengan pengurangan alat bantu gerak

Anda mungkin juga menyukai