Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya ilmu dan teknologi saat ini menyebabkan manusia

menginginkan segala sesuatunya dengan praktis. Seperti halnya untuk melakukan

perjalanan, hal ini bersangkutan dengan metode transportasi yang semakin beragam,

sehingga menarik minat masyarakat untuk memiliknya. Oleh sebab itu kepadatan

kendaraan di jalan raya meningkat, sehingga memicu meningkatnya kecelakaan yang

dapat menimbulkan kematian, maupun patah tulang yang di disebut fraktur.

Kejadian fraktur di indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahun dengan jumlah

penduduk 238 juta, merupakan terbesar di Asia Tenggara (Rupyanto at a, 2013). Fraktur

atau patah tulang adalah terputusnya kontinuintas tulang atau tulang rawan umumnya

dikarenakan rudapaksa. Salah satu fraktur yang sering terjadi adalah fraktur femur yang

disebabkan karena trauma. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trayma

langsung dan trauma tidak langsung.

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat

disebabkan oleh trauma langsung (kecelakaan lau lintas, jatuh dari ketinggian), kelelahan

otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang atau osteoporosis. Kondisi tersebut

mengakibatkan suatu masalah yang berhubungan dengan gerak maupun aktifitas

fungsional yang dilakukan. Maka fisioterapis berperan dalam membantu pelayanan

kesehatan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi secara bertahap. Pada kasus ini

metode operasi yang di gunakan yaitu Open Reduction Internal Fixation (ORIF). ORIF

merupakan suatu jenis operasi dengan pemasangan internal fixasi yang dilakukan untuk

1
mencegah pergesaran antar fragmen pada waktu proses penyambungan tulang. Internal

fixasi yang digunakan pada kasus ini berupa plate and screw yang merupakan sebuah

lempengan besi dan berupa sekrup yang dipasang pada tulang yang patah dan berfungsi

sebagai imobilisasi (Apley, 1995).

Pada pasien pasca operasi fraktur femur dapat mengalami gangguan impairment

berupa kemungkinan timbulnya rasa nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi dan

penurunan kekuatan otot, sedangkan functional limitation berupa gangguan aktifitas

fungsional sehari-hari, serta perticipation restricsion yaitu ketidak mampuan melakukan

kegiatan bersosialisasi yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Pada kondisi

tersebut fisioterapi dapat berperan untuk mengatasi gangguan yang ada serta mencegah

terjadinya komplikasi yang mungkin terjadi dengan memberikan Infra Merah dan Terapi

Latihan.

Penggunaan infra merah dan terapi latihan pada kasus post fraktur adalah untuk

menaikan temperatur pada jaringan sehingga menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah

selain itu pemanasan yang ringan pada otot akan menimbulkan pengaruh sedative

terhadap ujung-ujung saraf sensoris. Terapi latihan merupakan upaya pengobatan dalam

fioterapi yang pelaksanaannya menggunakan latihan gerak pasif dan aktif. Terapi latihan

bermanfaat untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan,ketahanan dan kemampuan

kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibiltas, stabilitas, rileksasi, koordinasi, keseimbangan

dan kemampuan fungsional. Terapi latihan yang dapat diberikan pada pasien pasca

operasi ORIF berupa : free aktif movement untuk merangsang propioseptif, pasif

movement exercise untuk menjaga lingkup gerak sendi (LGS), dan latihan isotonik dan

isometrik untuk menambah kekuatan otot (Kisner et al, 2007).

2
B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang muncul pada kasus fraktur femur dengan pemasangan

Open Reduksi Internal Fiksasi (ORIF) ditinjau dari segi fisioterapi karena berhubungan

dengan impairment, functional limitation dan perticipation restection. Maka dengan

adanya permasalahan-permasalahan tersebut rumusan masalah yang dapat penulis

kemukakan adalah :

1. Bagaimana penatalaksanaan IR terhadap nyeri pada kasus frkatur femur dengan

pemasangan ORIF ?

2. Bagaimana penatalaksanaan terapi latihan isotonik dan isometrik terhadap keterbatasan

lingkup gerak sendi (LGS) pada fraktur femur dengan pemasangan ORIF ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penatalaksaan fisioterapi pada fraktur femur post operasi

ORIF dengan terapi latihan dan Infa Red (IR)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui penatalaksaan Infra Red (IR) pada kasus fraktur femur.

b. Untuk mengetahui penatalaksaan terapi latihan isotonik dan isometrik pada kasus

fraktur femur.

3
D. Manfaat

1. Bagi penulis

Menambah pemahaman dalam pelaksanaan fisioterapi pada kasus fraktur femur

dengan Infra Merah (IR) dan terapi latihan isotonik dan isometrik

2. Bagi Institusi

Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi pada kasus

fraktur femur

3. Bagi Fisioterapis

Untuk mendapatkan metode terapi dalam melakukan penanganan pada kasus

fraktur femur

4. Bagi Masyarakat

Sebagai pertimbangan dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai peran dari

fisioterapi pada kasus fraktur femur sehingga masyarkat dapat mengetahui penganan

dengan tepat.

E. BATASAN MASALAH

Mengingat luasnya permasalahan yang muncul pada kasus post fraktur femur,

maka disini penulis membatasi masalah dalam problem nyeri, penurunan lingkup gerak

sendi, dan penurunan kekuatan otot. Untuk mengurangi nyeri yaitu menggunakan

modalitas Infra Red (IR). Sedangkan untuk penurunan lingkup gerak sendi (LGS)

menggunakan metode Terapi Latihan Isotonik dan Isometrik.

Anda mungkin juga menyukai