Anda di halaman 1dari 6

Physio Journal.

Program Fisioterapi pada Kondisi Drop Foot Pasca Total Hip Arthroplasty: A Case
Report

Danur Setiawan*1, Arif Pristianto2


1
Fisioterapi RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, Indonesia
2
Program Studi Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia

*
E-mail: danursetiawan70@gmail.com

ARTIK EL INF O AB STRAK


Kata Kunci: drop foot; Total Hip Total Hip Arthroplasty (THA) merupakan salah satu bentuk
Arthroplasty; Neuromuscular Electrical intervensi operatif yang secara konsisten berhasil dan hemat
Stimulation; exercise therapy biaya. Total Hip Arthroplasty menunjukkan hasil yang baik
pada pasien yang mengalami osteoarthritis stadium akhir.
Drop Foot adalah kondisi dimana pasien tidak mampu
mengangkat kaki depan karena kelemahan pada otot
dorsoflexor kaki. Hal ini dapat menyebabkan perubahan gaya
berjalan yang tidak aman dan berpotensi meningkatkan resiko
jatuh. Pemeriksaan Fisioterapi meliputi pengkajian nyeri
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), kekuatan otot
menggunakan Manual Muscle Testing (MMT), panjang
tungkai menggunakan metline, kemampuan sensoris
menggunakan tes tajam tumpul, serta refleks pada tendon
patella menggunakan hammer reflex. Pada kondisi ini
intervensi fisioterapi yang dipilih adalah Neuromuscular
Electrical Stimulation (NMES) dan exercise therapy. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Tindakan
fisioterapi pada kondisi Drop Foot pasca Total Hip
Arthroplasty. Hasil dari tindakan fisioterapi berupa
pemberian NMES dan exercise therapy terbukti dapat
mengurangi nyeri, parastesia, meningkatkan kekuatan otot,
meminimalisir terjadinya kontraktur sendi, memperbaiki gaya
berjalan, serta peningkatan kemampuan aktivitas fungsional
secara mandiri.

PENDAHULUAN Berdasarkan Siddiqui et al. (2012)


Arthroplasty merupakan suatu dalam Lenza et al. (2013), THR dapat
prosedur pembedahan untuk dilakukan untuk mengatasi nyeri sendi
mengganti sendi (joint replacement) pinggul yang berlangsung kronis
guna mengembalikan fungsi sendi maupun fraktur pada tulang femur
yang telah menurun. Arthroplasty bagian proksimal. Osteoarthritis
yang sering dilakukan adalah pada merupakan penyebab terbanyak
ekstremitas bawah karena sendi pada penyakit sendi sehingga sering
ekstremitas ini memiliki kerja yang dilakukan THR dan TKR.
berat. Fungsi sebagai penopang berat Menurut studi Pina et al. (2011),
tubuh saat berdiri maupun saat angka kejadian arthroplasty pada
berjalan menyebabkan sering terjadi tahun 2007 yang diambil dari 31
penurunan fungsi pada sendi akibat negara, memiliki incidence rate
tidak kuatnya dalam menopang berat sebesar 118.8 dari 100.000
tubuh. Arthroplasty pada ekstremitas penduduk/tahun untuk THR dan 104.3
bawah yang sering dilakukan adalah dari 100.000 penduduk/tahun untuk
Total Hip Replacement (THR) dan TKR. Meskipun di Indonesia
Total Knee Replacement (TKR). arthroplasty sudah sering dilakukan,

Volume 1, Nomor 2, September 2021.


Physio Journal.

namun pada studi tersebut tidak mengganti sebagian sendi saja yang
menyebut Indonesia sebagai salah disebut Partial Joint Replacement.
satu sumber data. Hal ini berarti Namun bila kerusakan telah terjadi
bahwa pendataan untuk tindakan pada seluruh bagian dari sendi maka
arthroplasty di Indonesia sangat yang dapat dilakukan adalah Total
kurang sehingga tidak tersedia data Joint Replacement. Pada Partial Hip
yang menyatakan kuantitas maupun Replacement, yang diganti hanya
kualitas tindakan arthroplasty di caput dari tulang femur saja tanpa
Indonesia. mengganti acetabulum. Prosedur ini
Hip Arthroplasty atau yang biasanya dilakukan pada pasien
sering disebut dengan Total Hip dengan fraktur leher femur. Total Hip
Replacement (THR) merupakan Replacement dilakukan dengan
penggantian total pada sendi panggul mengganti caput dari tulang femur
yang telah mengalami destruksi. Total dengan prosthesis berbentuk bola dan
Hip Replacement merupakan tindakan mengganti acetabulum dengan
pilihan pada penderita artritis sendi prosthesis berbentuk seperti mangkuk.
panggul. Osteoartritis merupakan 90% Kontraindikasi untuk dilakukannya
indikasi dilakukannya arthroplasty, hip arthroplasty bila masih terdapat
insidennya meningkat pada populasi infeksi yang aktif (Willmott, 2016).
lansia dan obesitas (Pivec et al., Komplikasi yang terjadi pada
2012). Artritis pada sendi panggul total hip replacement adalah infeksi,
banyak diderita oleh orang dengan kerusakan saraf dan pembuluh darah,
usia lanjut (>50 tahun). Tulang rawan dislokasi, instabil, dan pelonggaran.
yang sehat dapat memfasilitasi Infeksi bisa terjadi saat operasi dan
pergerakan sehingga dapat bergerak membentuk luka setelah operasi, atau
secara mulus dengan koefisien bisa bertahun-tahun setelah operasi
gesekan antar tulang yang rendah. yang dikarenakan bacteremia dari
Namun saat tulang rawan tersebut lokasi lain. Menurut o’Brien et al.
mengalami kerusakan yang dapat (2020) kerusakan syaraf yang terjadi
disebabkan oleh penyakit maupun dapat menimbulkan kondisi lain yaitu
cedera, jaringan disekitar persendian Drop Foot. Drop Foot merupakan
ini akan mengalami inflamasi yang kondisi dimana pasien tidak mampu
memicu timbulnya nyeri. Seiring mengangkat kaki depan karena
berjalannya waktu, tulang rawan akan kelemahan otot dorsofleksor kaki. Hal
mengalami degenerasi. Karena ini dapat menyebabkan gaya berjalan
vaskularisasi tulang rawan sendiri yang tidak aman yang berpotensi
sangat buruk sehingga akan meningkatkan risiko jatuh. Prevalensi
menambah rasa nyeri tersebut. Hal kejadian ini dilaporkan 19 per
inilah yang menjadi dasar dilakukan 100.000 orang (Carolus et al., 2019).
arthroplasty/joint replacement. Saat Fisioterapi berperan dalam
hanya sebagian sendi saja yang rusak, mengatasi masalah yang terjadi pada
ahli bedah dapat memperbaiki atau kondisi Drop Foot Pasca Total Hip

Volume 1, Nomor 2, September 2021.


Physio Journal.

Arthroplasty. Fisioterapi sebagaimana Nyeri


menurut Peraturan Menteri Kesehatan Pemeriksaan nyeri pada kondisi
Republik Indonesia nomor 65 tahun Drop Foot pasca Total Hip
2015 merupakan bentuk pelayanan Arthroplasty menggunakan skala
kesehatan yang ditujukan kepada Numeric Rating Scale (NRS). Dari
individu dan/atau kelompok untuk hasil pemeriksaan nyeri didapatkan
mengembangkan, memelihara, dan hasil nyeri diam = 2 (nyeri ringan)
memulihkan gerak dan fungsi tubuh dan nyeri gerak = 4 (nyeri sedang)
sepanjang rentang kehidupan dengan dengan sifat nyeri deep pain.
menggunakan penanganan secara Kekuatan Otot
manual, peningkatan gerak, peralatan Pemeriksaan kekuatan otot pada
(fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), kondisi Drop Foot pasca Total Hip
pelatihan fungsi, dan komunikasi. Arthroplasty menggunakan Manual
Modalitas fisioterapi yang digunakan Muscle Testing (MMT) yang meliputi
pada kondisi Drop Foot pasca Total grup otot penggerak Hip, Knee, dan
Hip Arthroplasty ini diantaranya Ankle. Dari hasil pemeriksaan
Neuromuscular Electrical Stimulation kekuatan otot dengan menggunakan
(NMES) dan bentuk exercise therapy Manual Muscle Testing (MMT)
seperti Stretching, ROM Exercise, didapatkan hasil nilai otot pada area
Strengtheniung Exercise, dan Mobility Hip = 4, area Knee = 4, dan area
Training. Penggunaan modalitas Ankle = 2. Area ankle mengalami
fisioterapi dalam lingkup ini bertujuan kelemahan yang signifikan khususnya
untuk mengatasi beberapa masalah bagian depan. Hal ini juga dapat
yang muncul. Target program berupa dilihat dari ketidakmampuan
mengurangi nyeri, mengurangi rasa melakukan gerakan dorsifleksi ankle.
kesemutan, meningkatkan kekuatan Kondisi ini menyebabkan pola jalan
otot, dan mencegah kontraktur sendi. (gait) pasien berubah. Perubahan pola
Tentunya jika masalah tersebut diatasi jalan tentunya mengganggu mobilitas
maka akan memperbaiki pola jalan dan aktifitas.
dan meningkatkan pola jalan normal Panjang Tungkai
tanpa alat bantu serta dapat Pemeriksaan panjang tungkai
melakukan aktivitas fungsional secara pada kondisi Drop Foot pasca Total
mandiri pada pasien dengan kondisi Hip Arthroplasty menggunakan
Drop Foot pasca Total Hip midline dengan pengukuran pada true
Arthroplasty. length, apperence length, dan bone
length. Dari hasil pemeriksaan
METODE DAN BAHAN panjang tungkai dengan menggunakan
metline didapatkan hasil:
Penelitian ini berupa case report
yang dilakukan di RS Ortopedi Prof. Tabel 1. Pengukuran Panjang
Dr. R. Soeharso Surakarta. Pasien Tungkai
yang diangkat dalam artikel ini Pengukuran Dekstra Sinistra Selisih
dilakukan serangkaian pemeriksaan
True
dan pemilihan tindakan untuk 85 cm 83 cm 2 cm
Lenght
mengatasi problematik yang
Apperence
ditemukan sesuai kondisi. Adapun 88 cm 87 cm 1 cm
Length
pemeriksaan yang dilakukan antara
Bone
lain: 80 cm 82 cm 2 cm
Length

Volume 1, Nomor 2, September 2021.


Physio Journal.

Sensoris NMES lalu disampaikan melalui


Pemeriksaan sensoris pada elektroda-elektroda yang ditempatkan
kondisi Drop Foot pasca Total Hip pada kulit kemudian dilanjutkan
Arthroplasty menggunakan tes rasa kepada kelompok otot tersebut untuk
raba dan tajam tumpul pada area yang dirangsang. Impuls dari NMES
dikeluhkan. Dari hasil pemeriksaan tersebut meniru potensial aksi yang
sensoris dengan menggunakan tes rasa dihasilkan oleh sistem saraf
raba dan tajam tumpul didapatkan pusat/central nervous system (CNS)
hasil terdapat penurunan sensasi pada yang menyebabkan otot berkontraksi
kaki kanan tepatnya pada area (Bodombossou-Djobo et al., 2011).
dermatom L4-L5. Pada pasien ini NMES yang dilakukan
Knee Jerk Reflex diatur pada frequency 60 Hz, on-off
Pemeriksaan knee jerk reflex ratio 5 s – 15 s, dan number
pada kondisi Drop Foot pasca Total contraction sebanyak 30-45.
Hip Arthroplasty menggunakan Stretching
hammer reflex yang dilakukan pada Stretching merupakan
lutut kanan dan kiri. Dari hasil penguluran pada otot yang akan
pemeriksaan knee jerk reflex. membantu meningkatkan fleksibilitas
didapatkan hasil refleks pada lutut dan mobilitas otot serta
yang kanan lebih lemah dari yang kiri. memaksimalkan range of motion dari
persendian. Stretching exercise adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN suatu teknik yang bertujuan untuk
meningkatkan ekstensibilitas dari
Dalam hal ini setelah jaringan lunak yang mengalami
dilaksanakan tindakan fisioterapi pada pemendekan (Kisner & Colby, 2012).
kondisi tersebut didapatkan hasil Stretching Exercise pada kondisi ini
bahwa terdapat penurunan nyeri, dilakukan untuk mencegah kontraktur
Peningkatan LGS serta peningkatan sendi dan muscle tightness. Terdapat
kekuatan otot dan kemampuan peningkatan lingkup gerak sendi
fungsional. Modalitas fisioterapi yang setelah rutin diberikan program
digunakan pada kondisi Drop Foot stretching pada masing-masing grup
pasca Total Hip Arthroplasty berupa otot penggerak tungkai bawah. Efek
Neuromuscular Electrical Stimulation dari stretching maupun bentuk release
(NMES) dan serangkaian program lainnya bukan efek permanen, hanya
exercise therapy seperti stretching, sebatas efek akut sehingga perlu rutin
ROM exercise, Strengthening dan serangkaian pengulangan
Exercise, dan mobility training. (Pristianto & Sudawan, 2021).
Neuromuscular Electrical ROM Exercise
Stimulation (NMES) ROM Exercise adalah latihan
Neuromuscular Electrical yang menggerakkan persendian
Stimulation (NMES) merupakan seoptimal dan seluas mungkin sesuai
teknik aplikasi dari stimulasi listrik dengan kemampuan seseorang yang
kepada kelompok otot yang dituju tidak menimbulkan rasa nyeri pada
melalui elektroda-elektroda yang sendi yang digerakkan. Adanya
ditempatkan pada kulit. Teknik pergerakan pada persendian akan
aplikasi ini menghasilkan elisitasi menyebabkan terjadinya peningkatan
kontraksi otot menggunakan impuls aliran darah ke dalam kapsul sendi
listrik. Impuls ini dihasilkan oleh (Astrand et al., 2003). ROM Exercise

Volume 1, Nomor 2, September 2021.


Physio Journal.

yang dilakukan pada kondisi ini kursi. Perubahan pola jalan karena
diberikan secara aktif dan pasif adanya nyeri pada pinggul/hip pasca
dengan memperhatikan kondisi serta incisi serta adanya kelemahan otot
keluhan dari pasien khususnya pada pada tungkai khususnya ankle.
area hip karena pasca dilakukannya Kondisi drop foot pasca total hip
hip arthroplasty. Pemberian latihan Arthroplasty membuat aktifitas
secara pasif perlu memperhatikan berjalan akan semakin sulit. Padahal
handling dan positioning. Sedangkan berjalan adalah kemampuan dasar
secara aktif berupa kombinasi dari yang dibutuhkan manusia untuk
assisted active movement dan free mobilitas atau berpindah tempat. Pada
active movement sesuai kemampuan pasien yang diangkat dalam artikel
gerak dari regio (Pristianto et al., ini, selain latihan berjalan juga
2018). diajarkan penggunaan alat bantu dan
Strengthening Exercise modifikasi kebiasaan dalam
Strengthening exercise beraktifitas.
merupakan latihan penguatan yang
dilakukan pada otot atau grup otot SIMPULAN DAN SARAN
yang mengalami penurunan kekuatan Pemberian program fisioterapi
otot (Kisner & Colby, 2012). bagi pasien dengan kondisi drop foot
Strengthening Exercise yang pasca total hip Arthroplasty berupa
dilakukan pada kondisi ini adalah Neuromuscular Electrical Stimulation
resistance secara isometric. Bentuk (NMES) dan bentuk exercise therapy
tahanan yang diberikan menggunakan antara lain Stretching, ROM Exercise,
tahanan manual dari fisioterapis. Strengtheniung Exercise, dan Mobility
Peningkatan kerja otot akibat Training terbukti efektif mengatasi
diberikan tahanan dalam gerakan akan keluhan. Tentunya pemilihan tindakan
memicu terjadinya peningkatan kerja sesuai hasil pemeriksaan dan masalah
serabut otot. Hal ini yang dilakukan yang ditemukan pada pasien.
secara kontinyu, rutin, dan terprogram Pelaksanaan tindakan juga perlu rutin
akan meningkatkan massa dan dan terprogram.
kekuatan otot. Tentunya
mempertimbangkan prinsip DAFTAR PUSTAKA
progresifitas dan spesifitas yang
dirancang sesuai kondisi individu Astrand, P. O., Rodahl, K., Dahl, H.
(Pristianto et al., 2018). A., & Stromme, S. B. (2003).
Mobility Training Textbook of Work Physiology:
Mobilisasi dini pasca operasi Physiological Bases of Exercise,
merupakan proses aktivitas yang 4th ed. United States: Human
dilakukan setelah operasi, dimulai dari Kinetic.
latihan ringan di atas tempat tidur Bodombossou-Djobo, M. M., Zheng,
sampai dengan bisa turun dari tempat C., Chen, S., & Yang, D. (2011).
tidur, berjalan ke kamar mandi, dan Neuromuscular Electrical
berjalan ke luar kamar (Smeltzer & Stimulation and Biofeedback
Bare, 2002). Mobility Training yang Therapy may Improve
dilakukan pada kondisi ini adalah gait Endometrial Growth for Patients
training untuk menormalkan pola with Ehin Endometrium during
jalan pasien, latihan jalan menaiki Frozen-thawed Embryo
tangga, dan duduk dan berdiri dari Transfer: a preliminary report.

Volume 1, Nomor 2, September 2021.


Physio Journal.

Reprod Biol Endocrinol, 9(122). international : the journal of


DOI: clinical and experimental
https://doi.org/10.1186/1477- research on hip pathology and
7827-9-122 therapy, 30(2), 135-140. DOI:
Carolus, A. E., Becker, M., Cuny, J., 10.1177/1120700019835454
Smektala, R., Schmieder, K., & Pina, M. F., Ribeiro, A. I., & Santos,
Brenke, C. (2019). The C. (2011). Epidemology and
Interdisciplinary Management Variability of Orthopaedic
of Foot Drop. Deutsches Procedures Worldwide.
Arzteblatt international, European Instructional
116(20), 347–354. DOI: Lectures, 11(1), 9-19. DOI:
https://doi.org/10.3238/arztebl.2 10.1007/978-3-642-18321-8_2
019.0347 Pivec R., Johnson A. J., Mears S. C.,
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002). & Mont, M. A. (2012). Hip
Buku Ajar Keperawatan Arthroplasty. Lancet,
Medikal Bedah Brunner & 380(9855), 1768-77. DOI:
Suddarth. Jakarta: EGC. 10.1016/S0140-6736(12)60607-
Kisner, C. & Colby, L. A. (2012). 2
Therapeutic Exercise: Pristianto, A., Wijianto, & Rahman,
Foundations and Techniques. F. (2018). Terapi Latihan
Philadelphia: F. A. Davis Dasar. Surakarta:
Company. Muhammadiyah University
Lenza, M., Ferraz, S., Viola, D. C., Press.
Garcia-Filho, R. J., Cendoroglo- Pristianto, A. & Sudawan, E. A.
Neto, M., & Ferretti, M. (2013). (2021). Efektivitas Dosis
Epidemiology of Total Hip and Pemberian Myofascial Release
Knee Replacement: a cross- terhadap Fleksibilitas Otot.
sectional study. Einstein (Sao Jurnal Kesehatan, 14(2), 126-
Paulo, Brazil), 11(2), 197–202. 131.
DOI: DOI:
https://doi.org/10.1590/s1679- https://doi.org/10.23917/jk.v14i
45082013000200011 2.12716
O'Brien, S., Gallagher, N., Spence, D., Willmott, H. (2016). Trauma and
Bennett, D., Dennison, J., & Orthopaedics at a Glance 1st
Beverland, D. E. (2020). Foot ed. Pondicherry: John Wiley &
Drop Following Primary Total Sons Ltd.
Hip Arthroplasty. Hip

Volume 1, Nomor 2, September 2021.

Anda mungkin juga menyukai