Program Fisioterapi pada Kondisi Drop Foot Pasca Total Hip Arthroplasty: A Case
Report
*
E-mail: danursetiawan70@gmail.com
namun pada studi tersebut tidak mengganti sebagian sendi saja yang
menyebut Indonesia sebagai salah disebut Partial Joint Replacement.
satu sumber data. Hal ini berarti Namun bila kerusakan telah terjadi
bahwa pendataan untuk tindakan pada seluruh bagian dari sendi maka
arthroplasty di Indonesia sangat yang dapat dilakukan adalah Total
kurang sehingga tidak tersedia data Joint Replacement. Pada Partial Hip
yang menyatakan kuantitas maupun Replacement, yang diganti hanya
kualitas tindakan arthroplasty di caput dari tulang femur saja tanpa
Indonesia. mengganti acetabulum. Prosedur ini
Hip Arthroplasty atau yang biasanya dilakukan pada pasien
sering disebut dengan Total Hip dengan fraktur leher femur. Total Hip
Replacement (THR) merupakan Replacement dilakukan dengan
penggantian total pada sendi panggul mengganti caput dari tulang femur
yang telah mengalami destruksi. Total dengan prosthesis berbentuk bola dan
Hip Replacement merupakan tindakan mengganti acetabulum dengan
pilihan pada penderita artritis sendi prosthesis berbentuk seperti mangkuk.
panggul. Osteoartritis merupakan 90% Kontraindikasi untuk dilakukannya
indikasi dilakukannya arthroplasty, hip arthroplasty bila masih terdapat
insidennya meningkat pada populasi infeksi yang aktif (Willmott, 2016).
lansia dan obesitas (Pivec et al., Komplikasi yang terjadi pada
2012). Artritis pada sendi panggul total hip replacement adalah infeksi,
banyak diderita oleh orang dengan kerusakan saraf dan pembuluh darah,
usia lanjut (>50 tahun). Tulang rawan dislokasi, instabil, dan pelonggaran.
yang sehat dapat memfasilitasi Infeksi bisa terjadi saat operasi dan
pergerakan sehingga dapat bergerak membentuk luka setelah operasi, atau
secara mulus dengan koefisien bisa bertahun-tahun setelah operasi
gesekan antar tulang yang rendah. yang dikarenakan bacteremia dari
Namun saat tulang rawan tersebut lokasi lain. Menurut o’Brien et al.
mengalami kerusakan yang dapat (2020) kerusakan syaraf yang terjadi
disebabkan oleh penyakit maupun dapat menimbulkan kondisi lain yaitu
cedera, jaringan disekitar persendian Drop Foot. Drop Foot merupakan
ini akan mengalami inflamasi yang kondisi dimana pasien tidak mampu
memicu timbulnya nyeri. Seiring mengangkat kaki depan karena
berjalannya waktu, tulang rawan akan kelemahan otot dorsofleksor kaki. Hal
mengalami degenerasi. Karena ini dapat menyebabkan gaya berjalan
vaskularisasi tulang rawan sendiri yang tidak aman yang berpotensi
sangat buruk sehingga akan meningkatkan risiko jatuh. Prevalensi
menambah rasa nyeri tersebut. Hal kejadian ini dilaporkan 19 per
inilah yang menjadi dasar dilakukan 100.000 orang (Carolus et al., 2019).
arthroplasty/joint replacement. Saat Fisioterapi berperan dalam
hanya sebagian sendi saja yang rusak, mengatasi masalah yang terjadi pada
ahli bedah dapat memperbaiki atau kondisi Drop Foot Pasca Total Hip
yang dilakukan pada kondisi ini kursi. Perubahan pola jalan karena
diberikan secara aktif dan pasif adanya nyeri pada pinggul/hip pasca
dengan memperhatikan kondisi serta incisi serta adanya kelemahan otot
keluhan dari pasien khususnya pada pada tungkai khususnya ankle.
area hip karena pasca dilakukannya Kondisi drop foot pasca total hip
hip arthroplasty. Pemberian latihan Arthroplasty membuat aktifitas
secara pasif perlu memperhatikan berjalan akan semakin sulit. Padahal
handling dan positioning. Sedangkan berjalan adalah kemampuan dasar
secara aktif berupa kombinasi dari yang dibutuhkan manusia untuk
assisted active movement dan free mobilitas atau berpindah tempat. Pada
active movement sesuai kemampuan pasien yang diangkat dalam artikel
gerak dari regio (Pristianto et al., ini, selain latihan berjalan juga
2018). diajarkan penggunaan alat bantu dan
Strengthening Exercise modifikasi kebiasaan dalam
Strengthening exercise beraktifitas.
merupakan latihan penguatan yang
dilakukan pada otot atau grup otot SIMPULAN DAN SARAN
yang mengalami penurunan kekuatan Pemberian program fisioterapi
otot (Kisner & Colby, 2012). bagi pasien dengan kondisi drop foot
Strengthening Exercise yang pasca total hip Arthroplasty berupa
dilakukan pada kondisi ini adalah Neuromuscular Electrical Stimulation
resistance secara isometric. Bentuk (NMES) dan bentuk exercise therapy
tahanan yang diberikan menggunakan antara lain Stretching, ROM Exercise,
tahanan manual dari fisioterapis. Strengtheniung Exercise, dan Mobility
Peningkatan kerja otot akibat Training terbukti efektif mengatasi
diberikan tahanan dalam gerakan akan keluhan. Tentunya pemilihan tindakan
memicu terjadinya peningkatan kerja sesuai hasil pemeriksaan dan masalah
serabut otot. Hal ini yang dilakukan yang ditemukan pada pasien.
secara kontinyu, rutin, dan terprogram Pelaksanaan tindakan juga perlu rutin
akan meningkatkan massa dan dan terprogram.
kekuatan otot. Tentunya
mempertimbangkan prinsip DAFTAR PUSTAKA
progresifitas dan spesifitas yang
dirancang sesuai kondisi individu Astrand, P. O., Rodahl, K., Dahl, H.
(Pristianto et al., 2018). A., & Stromme, S. B. (2003).
Mobility Training Textbook of Work Physiology:
Mobilisasi dini pasca operasi Physiological Bases of Exercise,
merupakan proses aktivitas yang 4th ed. United States: Human
dilakukan setelah operasi, dimulai dari Kinetic.
latihan ringan di atas tempat tidur Bodombossou-Djobo, M. M., Zheng,
sampai dengan bisa turun dari tempat C., Chen, S., & Yang, D. (2011).
tidur, berjalan ke kamar mandi, dan Neuromuscular Electrical
berjalan ke luar kamar (Smeltzer & Stimulation and Biofeedback
Bare, 2002). Mobility Training yang Therapy may Improve
dilakukan pada kondisi ini adalah gait Endometrial Growth for Patients
training untuk menormalkan pola with Ehin Endometrium during
jalan pasien, latihan jalan menaiki Frozen-thawed Embryo
tangga, dan duduk dan berdiri dari Transfer: a preliminary report.