Anda di halaman 1dari 6

Volume 4, Nomor 1 (Juni 2022)

Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128

Penatalaksanaan Fisioterapi Post Operative Anterior


Cruciate Ligament: Studi Kasus
Muhammad Herman, Dwi Rosella Komalasari*

Program Studi Fisioterapi, Universitas Muhammadiah Surakarta, Indonesia

*Korespondensi: drks133@ums.ac.id

ABSTRAK
Cidera anterior cruciate ligament (ACL) merupakan rusaknya pada cruciate ligament yang
merupakan jaringan yang menghubungkan tulang femur dan tulang tibia. Cidera ACL sering terjadi
pada saat berolahraga atau bahkan saat melakukan kegiatan sehari-hari. Penelitian ini
menggunakan pendekatan studi kasus untuk mengetahui efektifitas penatalaksanaan fisioterapi pada
kasus ACL. Problematika pasien yaitu mengalami nyeri gerak dan tekan, keterbatasan Range of
motion (ROM) lutut dan penurunan kekuatan otot. Penatalaksaan fisioterapi yang diberikan yaitu
electrical stimulation, active mobilization, active resisted exercise. Setelah dilakukan program
fisioterapi sebanyak 3 kali pertemuan diperoleh hasil adanya penurunan nyeri, peningkatan ROM
pada lutut. Pemberian electrical stimulation, active mobilization, active resisted exercise dapat
membantu menurunkan permasalahan pada post operative anterior cruciate ligament (ACL).

Kata kunci: Anterior cruciate ligament, active mobilization, active resisted exercise, electrical
stimulation, post operative

PENDAHULUAN Cidera ACL dapat diberikan intervensi


Anterior cruciate ligament (ACL) menggunakan dua metode pengobatan seperti
adalah salah satu ligamen yang terdapat pada operatif dan non-operatif dengan syarat
lutut. Ligamen ACL memiliki fungsi yang stabilisasi pada lutut masih sangat baik dalam
sangat penting untuk menjaga stabilitas pada melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya
lutut dan mencegah terjadinya translasi tulang keterbatasan dan nyeri. Intervensi non-
tibia kearah anterior atau mencegah tulang operatif dilakukan dengan menggunakan
femur translasi kearah posterior. Cidera ACL modalitas terapi seperti transcutaneous
akan menyebabkan ketidakstabilan pada lutut electrical nerve stimulations (TENS),
(Zein, 2013). Cidera pada ACL dapat terjadi diathermi serta penggunakan terapi latihan
dikarenakan adanya trauma pada posisi lutut untuk meningkatkan kekuatan otot. Sedangkan
rotasi, hyperekstensi atau bahkan dikarenakan penanganan dengan metode operatif dapat
adanya kontraksi otot quadriceps yang terjadi dilakukan ketika lutut pasien dalam keadaan
secara spontan (Priono et al., 2019). yang tidak stabil atau mengalami rupture.
Cidera ACL sering terjadi pada saat Metode operatif dilakukan dengan melakukan
berolahraga atau bahkan saat melakukan rekontruksi pada ACL (Saka, 2014).
kegiatan sehari-hari (Von Aesch et al., 2016). Rekontruksi ACL merupakan
Insiden cidera ACL non-kontak lebih sering penggantian pada ligament yang umum
terjadi pada seorang dengan usia 15 hingga 40 dilakukan untuk mengembalikan stabilitas
tahun yang berpartisipasi pada olahraga fungsional dari lutut. Pengambilan graft
seperti sepakbola, bola voli dan basket (Van dilakukan untuk mengganti ligament yang
Melick et al., 2016). putus dengan bagian tubuh yang lain seperti
Cidera ACL pada umumnya terjadi tendon patella, tendon hamstring dan tendon
saat olahraga. Terdapat 120.000 insiden peroneus (Zein, 2013). Beberapa penelitian
robekan pada ACL pertahun yang terjadi di sebelumnya menyatakan pengguaan peroneus
Amerika Serikat. Pada sebagian besar atlet, longus sebagai graft dari ACL memiliki
robekan ini ditangani dengan metode morbiditas seperti nyeri dan berkurangnya
rekontruksi ACL (Saka, 2014). lingkup gerak sendi lebih sedikit dibandingan

31
Volume 4, Nomor 1 (Juni 2022)
Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128

dengan pengambilan graft dari tendon patella penurunan nyeri, peningkatan ROM, aktivasi
(Rhatomy et al., 2020). otot dan peningkatan proprioception.
Rekontruksi ACL apabila Intervensi yang diberikan antara lain
dikombinasikan dengan rehabilitasi pasca Transcutaneus electrical nerve stimulation
operasi dapat mengembalikan aktivitas pasien (TENS) dan exercise. TENS yang bertujuan
sama seperti sebelum terjadinya cidera (Saka, untuk membantu menurunkan nyeri dan
2014). Rekontruksi ACL dapat memperbaiki menurunkan bengkak dengan menggunakan
struktur ligamen sedangkan rehabilitasi pasca durasi 10 menit dengan intensitas 80-120 Hz
operasi sangat penting untuk memulihkan (Leemans et al., 2021). Sedangkan untuk
kembali fungsi dan dapat membantu exercise yang diberikan adalah hamstring
mengembalikan activity daily living (ADL) setting dengan 10 repetisi selama 2 set,
dan berolahraga dengan aman (Zarro et al., quadriceps setting 10 repetisi selama 2 set,
2021). gluteus setting menahan 3 menit selama 2 set,
heal slide 10 repetisi selama 2 set) slight right
METODE raise (SLR) 10 repetisi selama 3 set, dan
Penelitian ini menggunakan studi case mobilisasi patella. Latihan tersebut bertujuan
report dengan mengambil sampel secara mengaktivasi otot dan meningkatkan ROM
individu (Williams, 2011). Program dilakukan (Van Melick et al., 2016).
langsung kepada responden dengan kondisi Pada minggu kedua, tujuan dari
post operative ACL di klinik Sport Injury Life. latihan untuk meningkatkan ROM, aktivasi
Analisis dilakukan dengan pemberian program otot dan menurunkan nyeri. Intervensi yang
fisioterapi berupa latihan dan elektroterapi diberikan berupa kompres es dengan prosedur
(Keklicek & Uygur, 2018). aplikasi 10 menit sebeum dan sesudah latihan,
Keluhan yang muncul pada pasien TENS selama 10 menit intensitas 80-120 Hz,
menyebabkan penurunan kemampuan hamstring setting 10 repetisi selama 3 set,
fungsional antara lain seperti nyeri, penurunan quadriceps setting 10 repetisi selama 3 set,
Range of motion (ROM) dan penurunan gluteus setting dengan menahan 3 menit
kekuatan otot. Pemeriksaan nyeri selama 2 set, heal slide 10 repetisi selama 2
menggunakan skala Visual Analog Scale set, SLR dengan beban 2 kg 10 repetisi selama
(VAS). Skala ini menggambarkan secara 3 set dan calf raise 10 repetisi selama 3 set
visual tingkat nyeri yang dirasakan oleh (Dailey et al., 2020).
pasien dengan tampilan garis sepanjang 10 Pada minggu ketiga bertujuan untuk
cm. Tingkatan nilai VAS adalah 0 -<4 = nyeri meningkatkan kekuatan otot dan
ringan, 4 -<7 = nyeri sedang dan 7 –10 = proprioception. Intervensi yang diberikan
nyeri berat. Pengukuran ROM menggunakan berupa kompres es dengan prosedur aplikasi
goniometer dengan mengukur gerakan pada selama 10 menit sebeum dan sesudah latihan,
knee kanannya. Kekuatan otot dilakukan gait training 10 repetisi, wall squad 30 detik
pengukuran menggunakan manual muscle selama 10 repetisi, single leg balance selama 1
testing (MMT) pengukuran dilakukan setiap menit, step up and step down 10 repetisi
pasien melakukan terapi (Van Melick et al., selama 3 set, lunges 10 repetisi selama 2 set
2016). dan Romanian dead lift (RDL) 1 menit
Intervensi dilakukan selama 3 minggu. sebanyak 2 set (Van Melick et al., 2016).
Pada minggu pertama terapi bertujuan untuk
Berdasarkann hasil pemeriksaan
HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan VAS mendapatkan hasil yaitu
Derajat Nyeri pemeriksaan pada T1 didapatkan nilai nyeri
Pemeriksaan nyeri pada lutut sebelah diam dengan nilai 2, T2 dengan nilai nyeri
kanan yang disebabkan bekas incisi. Nyeri tekan 1 dan T3 dengan nilai nyeri tekan 0.
yang terjadi pasca recontruksi ACL terjadi Nyeri tekan T1 hingga T3 terdapat penurunan
dikarenakan adanyanya serabut saraf sensorik nyeri setiap sesinya sedangkan untuk nyeri
yang mengirimka implus pada otak sehingga gerak dari T1 nilai 3 berubah menjadi nilai 2
otak mempersepsikan adanya nyeri. Pemberian pada T2 dan pada T3 kembali turun dengan
modalitas seperti TENS dapat menurunkan nilai 0 yang ditunjukkan oleh gambar 1.
nyeri pasca rekontruksi ACL.

32
Volume 4, Nomor 1 (Juni 2022)
Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128

selanjutnya mangalami peningkatan MMT T3


nilai 5 ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 1. Evaluasi Derajat Nyeri

Penurunan nyeri dipengaruhi


pemberian TENS, pemberian TENS dengan Gambar 3. Evaluasi Kekuatan Otot
frekuensi 80 hingga 120 Hz untuk tujuan
mereduksi nyeri (Leemans et al., 2021). Penelitian yang dilakukan selama 3
minggu ditemukan adanya peningkatan pada
Range of Motion lingkar segmen pada masa otot quadriceps
Penurunan ROM pada lutut kanan dextra, peningkatan LGS pada bidang sagital,
yang disebabkan oleh adanya nyeri pada area penurunan nyeri pada bagian tendon patella
incisi. Latihan yang diberikan berupa dan medial lutut dextra.
mobilisasi patela dan heel slide. Hasil Penggunaan TENS yang bersifat
pemeriksaan ROM menggunakan gonimeter nosiseptif dapat memacu pada algogenic
pada lutut kanan diperoleh T1 S: 0-0-110 chemical pain (histamine, bradykinin dan
mengalami kenaikan pada terapi berikutnya T2 prostaglandin) yang memiliki peran untuk
S: 0-0-115 dan T3 S: 0-0-120. Hasil menstimulus nosiseptif dengan merangsang
pemeriksaan ROM didapatkan peningkatan reseptor enkapalin. Rangsangan yang terjadi
ROM pada setiap sesi latihan. Peningkatan pada reseptor enkapalin merupakan stimulus
ROM dipengaruhi oleh menurunnya myeri yang akan disertai dengan pelepasan
pada area lutut sehingga pasien dapat endorphin sehingga persepsi nyeri berkurang
melakukan latihan secara maksimal (Haryatno et al., 2016). Penelitian Hopkins et
ditunjukkan oleh gambar 2. al menyatakan bahwa pengunaan TENS
selama 30 menit akan membantu proses
penurunan nyeri serta menghambat terjadinya
proses efusi pada lutut (Buckthorpe et al.,
2019).
Praktik klinis yang dilakukan oleh
American Pain Society 2016
merekomendasikan penggunaan TENS pasca
operasi. Penggunaan TENS bertujuan untuk
mengurangi nyeri pasca operasi (Hsu et al.,
Gambar 2. Evaluasi ROM Knee Dextra 2019). Selain penggunaan TENS, pemberian
Cryotherapy selama 10-15 menit dapat
Peningkaan Kekuatan Otot menurunkan suhu pada permukaan kulit dan
Pasca rekontruksi ACL dapat jaringan dibawah kulit dan dapat membantu
menyebabkan penurunan kekuatan otot. menurunkan nyeri pada area yang diberikan
Pemberian terapi latihan berupa quadricepset Cryotherapy (Widodo et al., 2020).
untuk meningkatkan kekuatan otot. Hamstring Pemberian TENS yang
setting untuk meningkatkan kekuatan otot dikombinasikan dengan exercise dapat
hamstring, gluteus setting untuk meningkatkan membantu meningkatkan kekuatan otot
kekuatan otot gluteus dan SLR untuk dengan lebih cepat (Saka, 2014). Penggunaan
meningkatkan otot abduktor, adduktor, gluteus TENS dapat mengaktivasi otot melalui
dan hamstring. Hasil pemeriksaan kekuatan pemberian stimulus dan mengaktifkan motor
otot menggunakan MMT pada gerakan fleksi unit yang mungkin terhambat akibat adanya
dan ekstensi knee dextra. Pada T1 nilai 4 nyeri. Pemberian TENS dengan kontraksi
untuk fleksi dan ekstensi knee dextra, pada isometric dapat membantu memfasilitasi
terapi berikutnya T2 MMT nilai 4 untuk fleksi kontraksi otot dan penguatan otot pada fase
dan ekstensi knee dextra dan pada terapi awal (Buckthorpe et al., 2019).

33
Volume 4, Nomor 1 (Juni 2022)
Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128

Setelah terjadi penurunan nyeri dan produksi kekuatan yang lebih besar (Lepley et
pembengkakan, penting untuk melakukan al., 2015).
program strengthening exercise untuk Latihan keseimbangan atau
mengembalikan fungsi neuromuscular dari proprioception juga memiliki efek yang positif
ekstensor lutut dan otot-otot sekitar untuk merasakan sensasi sendi dan kekuatan
(Buckthorpe et al., 2019). Strengthening otot. Latihan keseimbangan dapat dimulai
exercise salah satu metode yang digunakan diatas papan keseimbangan dimulai pada awal
untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasca operasi. Keseimbangan dapat dilakukan
pasien. Program latihan isometric (quadriceps sesuai dengan toleransi dari pasien (Saka,
setting, hamstring setiting dan gluteus setting) 2014).
selama program rehabilitasi ACL dimulai
dengan beban sedang hingga dengan intensitas KESIMPULAN
tinggi. Strengthening exercise dengan Penelitian pasca rekonstruksi ACL di
intensitas tinggi dapat meningkatkan masa otot Klinik Sport Injury Life terdapat hasil
dari pada exercise dengan intensitas rendah, intervensi yang signifikan. Pemberian program
namum harus di sesuaikan terkait dengan Cryotherapy, Transcutaneous Electrical Nerve
kondisi pasien (Buckthorpe et al., 2019). Stimulation (TENS), Range of Motion (ROM)
Pasca rekonstruksi ACL akan exercise dan strengthening exercise selama 3
menyebabkan penurunana kekuatan otot, kali sesi didapatkan hasil berupa penurunan
pemberian terapi latihan seperti stengthening nyeri, peningkatan pada ROM dan
exercise dengan prinsip mengaktivasi dan meningkatnya kekuatan otot. Kedepannya
mengkontraksikan otot menyebabkan peneliti menyarankan untuk memperhatikan
peningkatkan kekuatan otot di sekitar area alat ukur kekuatan otot agar tidak terjadi hasil
cedera yang sebelumnya melemah pasca yang bias. Alat ukut kekuatan otot seperti
rekonstruksi khususnya pada kelompok otot dynamometeri atau bahkan electromiografi
quadriceps yang menyebabkan ketidakstabilan dapat menjadi solusi yang baik pada penelitian
fungsional dan perubahan fisiologis seperti selanjutnya (Petterson et al., 2009).
hilangnya umpan balik dari mekanoreseptor
ACL, atrofi serat otot dan defisit aktivasi UCAPAN TERIMA KASIH
nerve. Latihan strengthening mengaktifkan Peneliti ingin menyampaikan terima
kerja otot dan memperlancar metabolisme kasih kepada Program Studi Fisioterapi,
sehingga dapat memperlancar aliran darah Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
dengan membawa nutrisi ke seluruh tubuh. Muhammadiyah Surakarta, dan Responden
Tentunya hal ini termasuk ke otot sehingga
yang mendukung dalam penelitian ini.
beregenerasi dengan sempurna. Terpenuhi
kebutuhan energi pada otot mampu
meningkatkan kekuatan otot di sekitar sendi DAFTAR PUSTAKA
lutut. Hal ini dapat melatih kelompok otot Buckthorpe, M., La Rosa, G., & Villa, F.
quadriceps dan otot di sekitar sendi lutut yang Della. (2019). Restoring Knee Extensor
mengalami kelemahan paska rekonstruksi Strength After Anterior Cruciate
ACL (Gokeler et al., 2014). Ligament Reconstruction: a Clinical
Eccentric exercise merupakan metode Commentary. International Journal of
latihan yang lebih efektif dibandingkan dengan Sports Physical Therapy, 14(1), 159–
latihan dengan tipe concentric dalam 172.
meningkatkan kekuatan pada otot quadruceps https://doi.org/10.26603/ijspt20190159
(Gokeler et al., 2014). Eccentric exercise Dailey, D. L., Vance, C. G. T., Rakel, B. A.,
mampu meningkatkan aktivasi otot quadriceps Zimmerman, M. B., Embree, J.,
melalui rekrutmen selektif serat otot Tipe II. Merriwether, E. N., Geasland, K. M.,
Mengingat bahwa serat Tipe II dianggap Chimenti, R., Williams, J. M., Golchha,
secara selektif menghambat pasca rekonstruksi M., Crofford, L. J., & Sluka, K. A.
ACL, tampaknya masuk akal bahwa eksentrik (2020). Transcutaneous Electrical Nerve
dapat meningkatkan kemampuan aktivasi pada Stimulation Reduces Movement-Evoked
bagian otot quadriceps yang dihambat, Pain and Fatigue: A Randomized,
menghasilkan peningkatan aktivasi dan Controlled Trial. In Arthritis and
Rheumatology (Vol. 72, Issue 5).

34
Volume 4, Nomor 1 (Juni 2022)
Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128

https://doi.org/10.1002/art.41170 3). Elsevier B.V.


Gokeler, A., Bisschop, M., Benjaminse, A., https://doi.org/10.1016/j.knee.2014.11.01
Myer, G. D., Eppinga, P., & Otten, E. 3
(2014). Quadriceps Function Following Petterson, S. C., Mizner, R. L., Stevens, J. E.,
ACL Reconstruction And Rehabilitation: Raisis, L. E. O., Bodenstab, A.,
Implications For Optimisation Of Current Newcomb, W., & Snyder-Mackler, L.
Practices. Knee Surgery, Sports (2009). Improved Function From
Traumatology, Arthroscopy, 22(5), Progressive Strengthening Interventions
1163–1174. After Total Knee Arthroplasty: A
https://doi.org/10.1007/s00167-013- Randomized Clinical Trial With An
2577-x Imbedded Prospective Cohor. Arthritis
Haryatno, P., & Kuntono, H. P. (2016). and Rheumatism, 61(2), 174–183.
Pengaruh Pemberian Tens Dan https://doi.org/10.1002/ART.24167
Myofascial Release Terhadap Penurunan Priono, B. H., Utoyo, G. A., & Ismiarto, Y. D.
Nyeri Leher Mekanik. Interest : Jurnal (2019). Relationship of Acl Injury With
Ilmu Kesehatan, 5(2), 182–188. Posterior Tibial Slope, Intercondylar
https://doi.org/10.37341/interest.v5i2.52 Notch Width Ratio, Age, and Sex.
Hsu, J. R., Mir, H., Wally, M. K., Seymour, R. (JOINTS) Journal Orthopaedi and
B., Archer, K. R., Attum, B., Chad Coles, Traumatology Surabaya, 7(2), 106.
K. Y., Dumpe, J., Harvey, E., Higgins, https://doi.org/10.20473/joints.v7i2.2018.
T., Hoegler, J., Liu, J. Z., Lowe, J., 106-113
Mamczak, C., Lawrence Marsh, J., Rhatomy, S., Hartoko, L., Setyawan, R.,
Miller, A. N., Obremskey, W., Ransone, Soekarno, N. R., Zainal Asikin, A. I.,
M., Ricci, W., … Shafiq, B. (2019). Pridianto, D., & Mustamsir, E. (2020).
Clinical Practice Guidelines For Pain Single Bundle ACL Reconstruction With
Management In Acute Musculoskeletal Peroneus Longus Tendon Graft: 2-Years
Injury. Journal of Orthopaedic Trauma, Follow-Up. Journal of Clinical
33(5), E158–E182. Orthopaedics and Trauma, 11(xxxx),
https://doi.org/10.1097/BOT.0000000000 S332–S336.
001430 https://doi.org/10.1016/j.jcot.2019.09.004
Keklicek, H., & Uygur, F. (2018). A Saka, T. (2014). Principles Of Postoperative
Randomized Controlled Study On The Anterior Cruciate Ligament
Efficiency Of Soft Tissue Mobilization Rehabilitation. 5(4), 450–459.
In Babies With Congenital Muscular https://doi.org/10.5312/wjo.v5.i4.450
Torticollis. Journal of Back and Van Melick, N., Van Cingel, R. E. H.,
Musculoskeletal Rehabilitation, 31(2), Brooijmans, F., Neeter, C., Van Tienen,
315–321. https://doi.org/10.3233/BMR- T., Hullegie, W., & Nijhuis-Van Der
169746 Sanden, M. W. G. (2016). Evidence-
Leemans, L., Elma, Ö., Nijs, J., Wideman, T. Based Clinical Practice Update: Practice
H., Siffain, C., den Bandt, H., Van Laere, Guidelines For Anterior Cruciate
S., & Beckwée, D. (2021). Ligament Rehabilitation Based On A
Transcutaneous Electrical Nerve Systematic Review And
Stimulation And Heat To Reduce Pain In Multidisciplinary Consensus. British
A Chronic Low Back Pain Population: A Journal of Sports Medicine, 50(24),
Randomized Controlled Clinical Trial. 1506–1515.
Brazilian Journal of Physical Therapy, https://doi.org/10.1136/bjsports-2015-
25(1), 86–96. 095898
https://doi.org/10.1016/J.BJPT.2020.04.0 Von Aesch, A. V., Perry, M., & Sole, G.
01 (2016). Physiotherapists’ Experiences Of
Lepley, L. K., Wojtys, E. M., & Palmieri- The Management Of Anterior Cruciate
Smith, R. M. (2015). Combination Of Ligament Injuries. Physical Therapy in
Eccentric Exercise And Neuromuscular Sport, 19, 14–22.
Electrical Stimulation To Improve https://doi.org/10.1016/j.ptsp.2015.08.00
Quadriceps Function Post-ACL 4
Reconstruction. In Knee (Vol. 22, Issue Widodo, A., & Wijaya, D. Z. (2020).

35
Volume 4, Nomor 1 (Juni 2022)
Research Article
E-ISSN: 2746-816X P-ISSN: 2656-8128

Rehabilitation Program Phase


Reconstruction Acl : A Case Study. 133–
143.
Williams, G. (2011). Descriptive and
Predictive Analytics. Data Mining with
Rattle and R, 171–177.
https://doi.org/10.1007/978-1-4419-
9890-3_8
Zarro, M. J., Stitzlein, M. G., Lee, J. S.,
Rowland, R. W., Gray, V. L., Taylor, B.,
Meredith, S. J., Packer, J. D., & Nelson,
C. M. (2021). Single-Leg Vertical Hop
Test Detects Greater Limb Asymmetries
Than Horizontal Hop Tests After
Anterior Cruciate Ligament
Reconstruction in NCAA Division 1
Collegiate Athletes. 16(6), 1405–1414.
https://doi.org/10.26603/001c.29595
Zein, M. I. (2013). Cedera Anterior Cruciate
Ligament (Acl) Pada Atlet Berusia
Muda. Medikora, XI(2), 111–121.

36

Anda mungkin juga menyukai