*
E-mail: arif.pristianto@ums.ac.id
PENDAHULUAN
Cedera olahraga adalah cedera yang (Musahl & Karlsson, 2019). Sebanyak 38
disebabkan oleh kegiatan olahraga sampai 78 orang dari 100.000 orang setiap
berkaitan dengan sistem integument, otot tahun berkaitan dengan kasus cedera ACL
dan rangka. Cedera saat olahraga dapat dan 61% hingga 89% atlet berhasil kembali
dibagi menjadi dua penyebab yang pertama berolahraga pasca rekonstruksi ACL (Gans
cedera akut (trauma) kedua cedera yang et al., 2018).
disebabkan karena overuse (pemakaian Anterior Cruciate Ligament (ACL)
berlebih) (Maralisa & Lesmana, 2020). 60 merupakan bagian ligamen pada lutut yang
% cedera olahraga sering terjadi pada mempunyai fungsi utama yaitu sebagai
bagian ekstremitas bawah antara lain stabilisasi lutut dalam mencegah
adalah kerobekan ligament pada area lutut pergerakan tulang tibia bergeser ke depan
bagian depan dengan tingkat kejadian dan mengontrol gerakan saat rotasi lutut
sebesar 16%, Anterior Cruciate Ligament (Filbay & Grindem, 2019). Ruptur adalah
(ACL) menjadi ligamen yang sering robeknya jaringan yang diakibatkan oleh
mengalami cedera pada lutut terutama pada trauma. Robekan pada Anterior Cruciate
olahraga sepak bola, futsal, basket dan gym Ligament disebabkan oleh trauma langsung
maupun trauma tidak langsung pada lutut. sebelum lanjut ke fase berikutnya (Paschos
Trauma langsung terjadi karena benturan & Howell, 2016).
langsung pada lutut saat pergerakan lutut ke Menurut Wright et al. (2015),
lateral atau ke anterior sehingga rehabilitasi fase 1 paska rekonstruksi
menyebabkan robeknya ligamen. Trauma Anterior Cruciate Ligament adalah dengan
tidak langsung disebabkan karena modalitas fisioterapi dan terapi latihan yang
pendaratan dalam keadaan hiperektensi bertujuan untuk mencegah komplikasi,
setelah melakukan lompatan bersamaan mengurangi nyeri, penurunan bengkak,
gerakan rotasi pada tekanan valgus meningkatkan kekuatan otot,
(Domnick et al., 2016). meningkatkan lingkup gerak sendi pasca
Rupture Anterior Cruciate Ligament rekonstruksi ACL. Modalitas dan
dapat dibagi menjadi tiga derajad yaitu intervensi dalam mencapai target
derajad I (mild sprain, 1%-10% fibers penanganan kasus pasca rekonstruksi ACL
rusak) serat ligamen meregang tanpa fase 1 dapat diberikan berupa:
adanya robekan dan terjadi sedikit 1.1. Cryotherapy (kompres es)
pembengkakan. Derajad II (moderate Cryotherapy merupakan terapi yang
sprain, 11%-50% fibers rusak) terjadi digunakan untuk cedera akut yang berguna
robekan sebagian disertai pembengkakan untuk mengurangi nyeri dan bengkak
dan ketidakstabilan sendi. Derajad III sehingga akan membantu peningkatan
(severed sprai,n 51-100% fibers rusak) ROM. Metode cryothreapy dilakukan
ligament telah robek total dan lutut terasa setelah pasien melakukan latihan dengan
tidak stabil (Kiapour & Murray, 2014). tujuan melarutkan asam lemak yang timbul
Penanganan kasus cedera Anterior sesudah latihan (Waterman et al., 2012).
Cruciate Ligament (ACL) dapat dilakukan Posisikan pasien supine lying, letakkan
dengan prosedur konservatif dan kompres es di atas lutut pasien kemudian
rekonstruksi. Penanganan pada cedera ACL balut dengan handuk. Kompres es
konservatif dilakukan ketika robekan ACL dilakukan selama 15 menit.
termasuk dalam grade II yang tidak 1.2. Transcutaneous Electrical Nerve
menimbulkan gejala ketidakstabilan. Kasus Stimulation (TENS)
robekan di atas 50% dengan adanya Transcutaneous Electrical Nerve
keluhan ketidakstabilan maka dapat Stimulation adalah intervensi fisioterapi
dilakukan tindakan rekonstruksi. yang bekerja dengan memblok nyeri di
Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament sekitar bagian cedera menggunakan tenaga
merupakan prosedur pembedahan dengan listrik kekuatan rendah yang dialirkan
mengganti ligament ACL menggunakan melalui elektroda yang ditempelkan pada
jaringan tendon (graft) untuk area nyeri. Arus listrik pada TENS dapat
mengembalikan stabilitas lutut dan fiksasi menstimulus sel neuron sensory dengan
pada sendi dengan menggunakan diameter luas agar masuk ke dalam gerbang
rekonstruksi arthroscopy ACL (Maralisa & disubtansia gelatinosa untuk mencegah sel
Lesmana, 2020). nociceptor yang berdiameter lebih kecil
Kondisi pasca rekonstruksi Anterior untuk menyampaikan informasi ke otak
Cruciate Ligament (ACL) menyebabkan sehingga rangsangan nyeri tidak disalurkan
adanya masalah komplikatif sehingga ke otak dan nyeri dapat berkurang (Santoso
terjadi nyeri, oedema, penurunanan LGS, & Lesmana, 2018). Pengaplikasian TENS
penurunan kekuatan otot (atrofi otot) dapat dilakukan dengan menempelkan
(Thomas et al., 2017). Pasca rekonstruksi panel yang bermuatan positif (+) dan
ACL rehabilitasi sangat penting untuk negative (-) pada arah horizontal dan
mengembalikan performa atlet sebelum vertikal dari titik nyeri pada area lutut
kembali berolahraga, biasanya dibutuhkan sehingga kedua elektroda yang
waktu sekitar 6 bulan yang terbagi menjadi dihubungkan pada bagian nyeri akan dialiri
4 fase untuk kembali ke aktivitas normal. implus listrik yang akan menjalar pada
Kasus pasca rekonstruksi ACL fase 1 serabut saraf sehingga rangsangan nyeri
dimulai setelah rekonstruksi hari pertama berkurang (Arovah, 2010).
berlangsung hingga dua sampai empat 1.3. Range Of Motion (ROM) exercise
minggu pertama pasca rekonstruksi
pasien supine lying dengan kaki lurus tanggal 11 Desember 2021 sampai 24
kemudian minta pasien untuk menggerakan Desember 2021. Keluhan yang muncul
fleksi hip, ekstensi hip posisi prone lying, pada pasien pasca rekonstruksi ACL antara
abduksi hip posisi slide lying dan adduksi lain oedema, nyeri, penurunan ROM dan
hip posisi supine lying. penurunan kekuatan otot. Pemberian
d. Ankle Theraband exercise intervensi fisioterapi berupa Cryotherapy,
Latihan ankle theraband merupakan Transelectrical Nerve Stimalation (TENS),
latihan dengan menggunakan theraband Range of Motion exercise (mobilisasi
resistance dilakukan secara aktif dan pasif. patella dan heel slide), strengthening
Latihan ini berfungsi untuk pemulihan exercise (quaridriset exercise, hamstringset
pasca operasi dengan tujuan meningkatkan exercise, ankle theraband exercise, for way
kekuatan otot ankle (m. tibialis anterior, m. hip exercise, clamshell). Pengukuran pada
gastrocnemius, m. peroneus). oedema menggunakan pengukuran secara
e. Calm Shell exercise antropometri dengan metline. Pengukuran
Latihan calm shell adalah latihan volumentric test and girth adalah
yang dilakukan untuk penguatan otot pengukuran dengan membandingkan antara
gluteus dengan posisi pasien slide lying sisi yang bengkak dengan sisi yang sehat.
kemudian fleksi knee 90, tempatkan Nyeri dapat diukur dengan menggunakan
resistance band melingkar pada paha skala Numeric Rating Scale (NRS) yang
mintalah pasien untuk meregangkan lutut berdasarkan pada intensitas nyeri dari
kearah luar dan turunankan perlahaan. angka 0 sampai 10. Angka 0 yang berarti
tidak ada nyeri. Angka 1 sampai 3 nyeri
METODE DAN BAHAN ringan sedangkan angka 4 sampai 6 nyeri
Metode penelitian ini menggunakan sedang dan angka 7 sampai 10 nyeri berat
studi case report yang dilaksanakan di (Dhuairi et al., 2021). Pengukuran Lingkup
Bintang Physio Klinik Bandung pada Gerak Sendi (LGS) dengan goniometer
pasien Sdr. A usia 21 tahun dengan untuk mengukur gerakan pada knee.
diagnosa medis pasca rekontruksi Anterior Kekuatan otot dapat menggunakan
Cruciate Ligamen. Pasien telah menjalani pengukuran Manual Muscle Testing
program fisioterapi sebanyak tiga kali pada (MMT). Pengukuran ini dapat dilakukan
setiap sesi terapi.
Keluhan yang muncul pada pasien terbentuknya cairan oedema dan produksi
pasca rekonstruksi Anteror Cruciate cairan limfe yang dapat melepasankan
Ligament antara lain oedema yang mediator inflamasi melalui penurunan
disebabkan akibat luka pada incisi setelah permeabilitas dinding pembuluh darah
operasi athroscopy. Sebelum dilakukan sehingga terjadi penurunan oedema.
kompres es didapatkan hasil T0 dari Hal ini sesuai hasil pemeriksaan
tuberositas tibia pada titik 0 cm dengan antropometri pada lingkar segmen knee
selisih 3,2 cm dari titik 10 cm selisih 1,6 sinistra pada T3 dimulai dari 30 cm
dari titik 20 cm selisih 3,7 kemudian dari proksimal os tuberositas tibia pada titik 0
titik 30 cm selisih 3,6. Terapis memberikan cm selisih dari 3 cm menurun menjadi 2,6
kompres es yang efektif menurunkan cm, dari titik 10 cm selisih dari 1,8 cm
oedema pasca rekonstruksi ACL. Menurut menurun menjadi 1,1 cm, dari titik 20 cm
Waterman et al. (2012), penanganan selisih dari 3,7 cm menjadi 3,2 cm dan
fisioterapi untuk mengurangi bengkak kembali menurun dari titik 30 cm selisih
dengan cryotherapy menggunakan kompres dari 3,4 cm menjadi 2,9 cm. Hasil
es selama 15 menit pada bagian lutut yang pengukuran oedema setelah pemberian
mengalami oedema disebabkan karena intervensi cryotherapy menjukkan adanya
masih terdapat peradangan pada bagian penurunan oedema. Penurunan oedema
lutut pasca rekonstruksi ACL. Pemberian dipengaruhi oleh edukasi terapis kepada
kompres es dapat menimbulkan rangsangan pasien untuk melakukan kompres es setiap
dingin pada jaringan kulit bersamaan dua kali sehari untuk mempercepat
dengan penurunanan metabolisme jaringan penurunan oedema.
yang dapat menimbulkan vasokontriksi
lokal sehingga menyebabkan penurunan
10
Nyeri pada Knee Sinistra 8
8 7
6 5 5
4
4 3 3 3 3
Nilai NRS
2 2 2
2
0
Hasil pemeriksaan pada pasien ini dapat menurunkan nyeri pasca rekonstruksi
terdapat nyeri pada lutut sebelah kiri ACL.
disebabkan dari bekas incisi artroscopy. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang
Nyeri pasca rekonstruksi ACL terjadi diperoleh pada knee sinistra dengan
karena serabut saraf yang kecil menggunakan Numeric Rating Scale (NRS)
mengirimkan stimulus pada serabut saraf mendapatkan hasil yaitu pemeriksaan pada
sensorik untuk dikirim ke otak sehingga T0 dan T1 nyeri diam nilainya 3 belum
menimbulkan nyeri yang menyebabkan terdapat perubahan karena kulit pasien yang
proses perbaikan area incisi terganggu. masih terdapat luka bekas incisi yang belum
Pemberian modalitas fisioterapi berupa mengering masih terdapat nyeri sesaat saat
Transcutaneous Electrical Nerve gerakan diam. Pada T2 dan T3 nilai 2, belum
Stimuation (TENS) pada setiap sesi terapi terdapat perubahan karena pasien masih
merasakan nyeri ketika diam. Untuk nyeri
tekan dari T0 nilai 5 mengalami penurunan pasca rekontsruksi ACL sesuai dengan
nyeri disetiap sesi terapi dari T1 nilai 4 dan mekanisme segmental yaitu dengan
T2 nilai 3 turun menjadi T3 nilai 2, stimulus melalui kulit yang berkerja dengan
kemudian pada nyeri gerak dari T0 nilai 8, cara penutupan gerbang transmisi nyeri.
berubah mejadi 7 pada T1 kemudian turun Mekanisme TENS pasca rekonstruksi ACL
pada T2 menjadi nilai 5 dan kembali turun dalam mengurangi nyeri dengan
pada T3 menjadi nilai 3. Penurunan nyeri merangsang sel neuron sensory untuk
pada pasien disebabkan karena bekas incisi masuk kedalam di substansia gelatinosa
mulai mengering dan bantuan dari obat anti dan membatasi sel nosiseptor untuk
nyeri yang dikonsumsi pasien seperti menyampaikan informasi ke otak sehingga
meloxicam sehingga terjadi penurunan rangsangan nyeri terhambat masuk ke otak
nyeri. yang membuat tertutupnya jalan pengiriman
Penurunan nyeri dipengaruhi oleh pesan nyeri ke otak sehingga terjadi
pemberian modalitas fisioterapi berupa peningkatan peredaran darah pada lutut
Transcutaneous Electrical Nerve nyeri sehingga menyebabkan penurunan
Stimulation (TENS). Pemberian TENS nyeri pada lutut pasien paska rekonstruksi
menggunakan frekuensi tinggi 90 hingga ACL (Amin et al., 2018).
130 Hz bertujuan untuk mereduksi nyeri
Pasien pasien ini didapatkan adanya pasien untuk melakukan latihan ROM
keterbatasan LGS paska rekonstruksi ACL secara teratur.
disebabkan oleh adanya nyeri dan oedema Pemberian terapi latihan dengan
pada area incisi pada knee sinistra. Latihan mobilisasi patella dan heel slide mampu
yang dilakukan berupa mobilisasi patella meningkatkan LGS karena efek dari latihan
dan heel slide. Hasil pemeriksaan LGS mobilisasi patella dan heel slide yang
dengan goniometer pada knee sinsitra T0 mampu meningkatkan cardiac output yang
nilai S: 0-0-80 terjadi kenaikan LGS pada berperan dalam memperlancar metabolisme
sendi knee sinistra T1 menjadi S: 0-0-90 sehingga dapat menurunkan oedema.
pada T2 naik menjadi S: 0-0-100 Oedema yang mengalami penurunan akan
kemudian pada pemeriksaan T3 menjadi S: membentuk zat nociceptor menjadi
0-0-105, dari hasil pemerikasaan LGS berkurang sehingga menyebabkan nyeri
maka terdapat peningkatan lingkup gerak berkurang. Saat nyeri dan oedema
sendi pasca ACL rekontruksi. Adanya berkurang makan akan menyebabkan
peningkatan LGS disebabkan penurunan peningkatan lingkup gerak sendi (Santoso
nyeri dan oedema sehingga pasien dapat et al., 2018).
melakukan latihan dengan maksimal dan Terapi latihan yang dilakukan pasien
didukung dari edukasi terapis kepada berupa latihan Range of Motion (ROM)
paska rekonstruksi ACL bertujuan untuk