Anda di halaman 1dari 23

Hallo Every one

1
ANGGOTA KELOMPOK 2

NI LUH PUTU WINA DEWA AYU TIRTA AYU GINAWI


DARMAYANTI KRISNIKA

20121001024 20121001031 20121001033

Next
2
Proses
Penyembuhan
Jaringan Ligamen
dan Modalitasnya
Sistem Musculoskeletal

Sistem Musculoskeletal

Sistem musculoskeletal merupakan sistem yang paling sering mengalami cedera dalam
melakukan aktivitas fisik. . Cedera yang terjadi diakibatkan oleh trauma secara langsung
maupun cedera kronis yang diakibatkan oleh overuse, dimana menyebabkan kerusakan pada
otot, tendon, dan ligament. Jaringan lunak pada jaringan musculoskeletal yang mengalami
cedera akan mengalami serangkaian proses dalam penyembuhannya, yang dikenal dengan
healing process, dimana healing process dimulai dari inflamasi, regenerasi, dan fase maturasi.

4
Ligament

Ligamen
✘Ligamen adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang atau menyokong organ
dalam. Beberapa ligamen berbeda struktur fibrosanya, beberapa menjadi lipatan fascia
atau peritoneum berindurasi, yang lain merupakan milik pembuluh atau organ-organ
fetus. Ligamen disusun oleh jaringan ikat berupa pita-pita berkas kolagen kuat yang
berfungsi melekatkan tulang pada tulang dan untuk membatasi derajat gerak pada sendi.
Ligamen bisa merupakan struktur tersendiri atau tersisip di dalam simpai. Biasanya
terdapat beberapa serat elastin di antara berkas kolagen ligamen (Fawcett, 2002).
Ligamen termasuk ke dalam jaringan ikat padat teratur (textus connectivus typus
regularis) yang memiliki daya regang yang besar. Ligamentum melekat pada tulang dan
mengalami daya tarikan yang kuat secara terus menerus. Serat kolagen yang tersusun
padat dan sejajar memberikan tahanan yang kuat terhadap daya tarikan pada satu arah
atau sumbu. Karena susunan serat kolagen padat maka terdapat substantia fundamentalis
yang sedikit, dan jenis sel yang dominan adalah fibroblast, yang terletak diantara
deretan serat kolagen. Serat kolagen merupakan protein fibrosa tebal kuat yang tidak
bercabang. Serat kolagen penyusun ligamen merupakan serat kolagen tipe I
(Eroschenko, 2010).

5
Contoh Cidera Ligament

✘ Salah satu contoh cedera pada ligamen yang dapat berakibat fatal jika tidak ditangani
adalah cedera pada Anterior Cruciate Ligament atau sering disebut dengan ACL.
Dimana Anterior Cruciate Ligament adalah robeknya ligament pada sendi lutut yang
dapat diakibatkan oleh adanya trauma langsung seperti adanya benturan langsung pada
lutut maupun trauma tidak langsung seperti mendarat pada posisi yang salah karena
adanya gerakan yang berlebihan kearah ekstensi. Oleh karena itu dapat menyebabkan
kestabilan sendi lutut berkurang yang dapat mengakibatkan fungsional dari lutut juga
menurun. Rupture dapat menyebabkan kelemahan otot, cidera meniscus, nyeri, dan rasa
tidak nyaman pada sendi lutut dalam jangka waktu yang panjang. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Australia selama tahun 2000 sampai 2015, terdapat kasus
pembedahan ACL sebanyak 68,2% terjadi pada lakilaki dan 31,8% pada wanita.
Kejadian pembedahan ACL meningkat 43% dalam periode ini. (Zbrojkiewicz, Vertullo,
& Grayson, 2018). Pada kasus ACL yang menjadi problem fisioterapi antara lain adalah
adanya rasa nyeri yang menyebabkan pasien untuk enggan menggerakkan lututnya.
Karena hal tersebut maka linggup gerak sendi lutut akan mengalami keterbatasan
pergerakan dan menyebabkan otot-otot penggerak lutut fleksor dan ekstensor akan
mengalami kelemahan. diperlukan dalam mengurangi nyeri dan meningkatkan
kekuatan otot pada cidera ACL.

6
Anterior Cruciate Ligament ACL

Anterior Cruciate Ligament adalah robeknya ligament pada sendi lutut yang dapat
diakibatkan oleh adanya trauma langsung seperti adanya benturan langsung pada
lutut maupun trauma tidak langsung seperti mendarat pada posisi yang salah karena
adanya gerakan yang berlebihan kearah ekstensi. Ligamen krusiatum anterior
(ACL) merupakan salah satu ligamen pada lutut yang paling sering cedera. Cedera
dapat terjadi akibat kontak ataupun non-kontak. Mekanisme kontak yang paling
sering adalah hentakan pada bagian lateral lutut, sehingga memberikan gaya valgus
pada lutut, yang dapat berakibat bukan hanya cedera pada ACL, namun juga pada
struktur lutut yang lain, yang disebut sebagi triad O’Donoghue. Mekanisme non-
kontak adalah akibat gerakan rotasional dimana tibia berputar secara eksternal pada
kaki yang menapak, seperti pada pemain ski, saat jatuh dimana bagian pinggir
dalam papan ski tertancap pada es, sehingga lutut dalam keadaan rotasi eksterna dan
valgus. Cedera tunggal terjadi saat kaki bawah berputar sementara telapak kaki
menapak.

7
Lanjutan…

Mekanisme non-kontak yang lain misalnya akibat deselerasi


cepat atau tiba-tiba yang memberikan gaya pada bagian
anterior tibia sehingga otot kuadriseps berkontraksi secara
maksimal dan mendadak, seperti pada pemain basket atau
sepak bola yang berhenti secara mendadak dan merubah
arah tubuhnya. Hiperekstensi dari anterior lutut dengan lutut
yang menapak dapat merobek ACL (gambar 3), bila cukup
berat dapat pula merobek ligamen kolateral medial (MCL).
Sedangkan gaya dorong varus dengan tibia dalam keadaan
rotasi interna dapat merobek ligamen kolateral lateral
(LCL); pada beberapa kasus dapat pula merobek ligamen
krusiatum dan perlekatan iliotibial band dan otot biseps pada
paha.
8
Anatomi Anterior Cruciate Ligament

9
Letak Anatomi Cidera Anterior Cruciate
Ligament

10
Klasifikasi Cedera & Tanda Gejala Klinik

Klasifikasi cedera secara umum :


✘ Ringan
✘ Sedang
✘ Berat
Tanda dan gejala :
✘ Kekuatan sendi
✘ Nyeri
✘ Penurunan kekuatan otot
✘ Keterbatasan lingkup gerak sendi

11
Komplikasi & Proses Penyembuhan
Ligamen
Komplikasi :
 Kontraktur Otot
 Atrofi Otot Proses Penyembuhan
 Rupture Ligamen :
 Osteoathiritis  Fase Inflamasi Akut
 Fase Proliferasi
 Fase Remodeling

12
Prognosis dari Pasien Penderita ACL

Pasien yang dilakukan operasi rekonstruksi


memiliki tingkat kesembuhan jangka panjang
yang baik mencapai 82-95%. Namun, pasien
dengan ruptur ACL meskipun telah melalui
operasi rekonstruksi yang sukses memiliki
resiko terkena osteoarthritis.

13
Pathway Dari Modalitas Elektroterapi
Cidera Ligament
Cold therapy /
cryotherapy
Suhu
Thermotherapy

Air hydrotehrapy
Modalitas
Terapi Listrik
Electrotherapy

Ultrasound
Suara
Therapy

Tekanan Manual Therapy

14
Lanjutan…

✘ Electrotherapy
✘ Electrotherapy (terapi listrik) adalah modalitas terapi yang popular
dan dapat diterapkan pada otot yang cedera atau tidak bergerak
selama tahap awal program latihan terapi, ketika otot berada pada
posisi terlemah. Berbagai bentuk elektroterapi digunakan untuk
mengurangi rasa sakit; meningkatkan aliran darah, ROM, dan
kekuatan otot; melatih kembali otot; memfasilitasi penyerapan obat
antiinflamasi, analgesic, atau anestesi ke daerah yang cedera; dan
mempromosikan penyembuhan cedera (Anderson, et al. 2009:179).

15
Modalitas Electrotherapy

✘ TENS
✘ TENS adalah Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation, merupakan sebuah
modalitas yang bertenaga listrik rendah yang dialirikan ke kulit melewati elektrodra
yang di letakkan di atas area yang mengalami nyeri. Arus listrik yang dapat diberikan
TENS dapat merangsang sel neuron sensory yang berdiameter besar untuk masuk lebih
dahulu ke gate di substansia gelatinosa dan menghambat sel nosiceptor yang
berdiameter kecil untuk memberikan informasi ke otak, sehingga rangsang nyeri tidak
sampai ke otak dan membuat nyeri berkurang. Modalitas fisioterapi berupa
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dimana menggunakan energi listrik
untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dalam hubungannya dengan
modulasi nyeri. Pemberian TENS pada kasus post ruptur anterior carciatum ligament
ini bertujuan untuk mengurangi nyeri melalui mekanisme segmental. TENS akan
menghasilkan efek analgesia dengan jalan mengaktivasi serabut A beta yang akan
menginhibisi neuron nosiseptif di cornu dorsalis medula spinalis. Teori ini mengacu
pada teori gerbang control (Gate Control Theory) bahwa gerbang terdiri dari sel
internunsia yang bersifat inhibisi yang dikenal sebagai substansia gelatinosa dan yang
terletak di cornu posterior dan sel T yang merelai informasi dari pusat yang lebih tinggi.
Impuls dari serabut aferen berdiameter besar akan menutup gerbang dan membloking
transmisi impuls dari serabut aferen nosiseptor sehingga nyeri berkurang (Parjoto,
2006).
16
Modalitas Terapi

✘ Cryotherapy
✘ Cryotherapy merupakan beberapa jenis aplikasi dingin yang menggunakan jenis energi
elektromagnetik yang diklasifikasikan sebagai radiasi infrared. Ketika dingin
diterapkan pada kulit, yang merupakan objek yang lebih hangat, panas akan hilang, hal
ini disebut abstraksi panas, atau pendinginan. Mode transfer panas yang paling umum
dengan aplikasi dingin adalah konduksi dan penguapan. Aplikasi dingin kurang dari 15
menit menyebabkan pendinginan kulit langsung, pendinginan jaringan subkutan setelah
sedikit keterlambatan, dan pendinginan pada jaringan otot setelah penundaan lebih
lama. Hal ini menyebabkan penurunan metabolism sel, peradangan, sirkulasi, presepsi
nyeri, kejang otot, produksi kekuatan otot, dan peningkatan kekakuan jaringan (2).
Kedalaman penetrasi dingin bisa mencapai 4 hingga 5 cm dan tergantung pada durasi
perawatan: Semakin lama perawatan, semakin besar kedalaman pendinginan, dan
semakin besar penurunan suhu (Anderson, et al. 2009:165).

17
✘ Infra Merah
✘ Sinar infra merah adalah sinar dengan pancaran
gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 7.700 A - 4 juta0 ( Sujatno, Ig.1993 ).
Efek fisiologis meningkatkan proses metabolism,
vasodilatasi pembuluh darah, mempengaruhi saraf
sensorik, pengaruh jaringan otot, mengaktifkan
kelenjar keringat. Efek terapeutik yang dapat
dihasilkan adalah mengurangi atau menghilangkan
nyeri, relaksasi otot, meningkatkan suplay darah,
menghilangkan sisa – sisa hasil metabolism.

18
Latihan Terapi Squat Excercise

Dengan latihan squat maka dapat mengaktifkan kerja dari


otot quadriceps. Jika otot quadriceps teraktivasi maka
akan terjadi kontrasi otot yang menyebabkan myofibril
pada serabut otot mengalami peningkatan sehingga
densitas (kepadatan) kapiler pada serabut otot dan juga
jumlah protein juga akan bertambah. Karena latihan yang
dilakukan tersebut maka akan mengakibatkan otot menjadi
lebih terlatih dan menyebabkan otot mengalami
pembesaran (hypertropi) sehingga dengan terjadinya
hypertopi maka kekuataon otot pun juga akan meningkat.

19
Latihan Hamstring Setting Excercise

Latihan hamstring setting exercise akan menyebabkan


motor unit rekruitmen meningkat. Karena motor unit
recruitmen meningkat maka komponen-komponen
serabut otot yang teraktivasi juga akan semakin
bertambah sehingga kontraksi otot akan meningkat
yang menyebabkan terjadinya peningkatan kekuatan
otot dalam hal ini ialah otot hamstring. Jadi semakin
banyak jumlah motor unit yang diaktifkan maka akan
menimbulkan kontraksi otot hamstring yang kuat dan
dapat meningkatkan kekuatan otot hamstring
(Lesmana, 2010).
 
  20
Penatalaksanaan Terapi dan Modalitasnya

✘ RICE
✘ Penatalaksanaan awal yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan metode
RICE. RICE merupakan singkatan dari Rest, Ice, Compression, dan Elevation,
Rest yaitu dengan tidak membebani ektremitas yang mengalami cedera selama
24-48 jam setelah cedera untuk mencegah luka yang semakin parah. Ice yaitu
memberi kompres es di area yang mengalami cedera selama kurang lebih 10
menit sekali kompres. Dan bisa dilakukan berulang di 3 hari pertama setelah
cedera. Namun jangan sampai pemberian es bersentuhan langsung dengan kulit
karena dapat membuat pembuluh darah berkonstriksi dan memperlambat proses
inflamasi dan menimbulkan rasa nyeri. Compression yaitu membalut bagian
yang cedera dengan elastic bandage untuk menekan pembengkakan yang terjadi.
Kompresi dilakukan dengan kekuatan yang cukup, tidak terlalu longgar dan tidak
terlalu ketat. Elevation yaitu menempatkan area yang mengalami cedera lebih
tinggi dari posisi jantung dengan cara memberikan sandaran di area yang cedera
dengan guling atau penahan lain. Hal ini dapat mengurangi pembengkakan yang
terjadi di sekitar area cedera (Ratini, 2015).

21
Reference
American Academy of Pediatrics. “ACL Injuries”. Care of the Young Athlete Patient Education Handout.
2010:1-2 Aminoto. 2015. “Pengaruh Massage Frirage terhadap Peningkatan Range Of Motion (ROM)
Gangguan Cedera Lutut pada Atlet Basket UKM UNNES dan PPLP Jateng”. Skripsi. Program Sarjana
Universitas Negeri Semarang Anderson, M.K., Parr, G.P., and Hall, S.J. 2009. Foundations of Athletic
Training: Prevention, Assessement, and Management (4 th Ed). USA: Wolters Kluwer business
Appley G.A & Salomon L.1995. Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur Sistem Appley. Terjemahan edisi
ketujuh. Jakrta : Widya Medika.
Beaupre, LA., Jones, A., & Saunders, LD. 2005. Best Practices for Elderly Hip Fracture Patients A
Systematic Overview of the Evidence. J Gen Intern Med; 20:1019–1025. Bjordal, JM.,
De Wolf and Mens JMA. 1994. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh. Cetakan Kedua. Houten: Bohn
Stafleu Van Loghum.
Hudaya, 1996. Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi. Surakarta: Jurusan Fisioterapi
Politeknik Kesehatan.
Interventions In Osteoarthritic Knee Pain: A Meta-Analysis Of Randomised Plasebo-Controlled Trials.
Eur J Pain. Buschbacher. 2002. Practical Guide to Musculoskeletal Disorders : Diagnosis and
Rehabilitation. Second edition. USA. Pp:76-84
Klovning,A,. Ljunggren,AE., & Slordal L. 2007. Short-Term Effi Cacy Of Pharmacotherapeutic
Prentice WE. 2011. Rehabilitation techniques for sports medicine and athletic training. 5th ed. Ney York:
McGraw Hill.

22
Thank You!!

Anda mungkin juga menyukai