Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma pada otot merupakan keluhan terbanyak dalam kehidupan seharihari, terdapat tiga jenis trauma pada otot yaitu sprain, strain dan tears. Dari
ketiga jenis trauma ini sangat perlu dibedakan dikarenakan penatalaksanaannya
yang berbeda. Sering sekali pasien datang ke rumah sakit dengan mengeluhkan
bengkak dan sakit, lalu difoto rontgen. Akan tetapi tidak ditemukan kelainan
tulang sama sekali, saat itulah perlu diberi tindakan jika baru terjadi.
Ketiga cedera pada otot ini bisa dibedakan dari keluhan dan pemeriksaan
fisik, selain itu untuk menegakan diagnosis dapat diperiksa dengan MRI. Dalam
makalah ini terdapat penjelasan khusus tentang tears atau rupture tendon yang
penyebabnya banyak, bukan hanya karena cedera ataupun trauma, tetapi banyak
penyebab sistemik lainnya yang dapat mencetuskan keluhan ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tendon


Tendon [L. Tendo; Yun. tenn] adalah tali fibrosa jaringan ikat tempat
melekatnya otot. Tendon biasanya dinamakan berdasarkan nama otot yang
melekat padanya. Tendon juga adalah sebuah struktur dalam tubuh yang
menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab
untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan, melompat,
mengangkat, dan bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, tendon
menarik tulang dan menyebabkan terjadinya gerakan.1

Gambar 2.1 Tendon


2.2 Anatomi Tendon
Tendon terdiri dari jaringan ikat padat dan jaringan ikat fibrosa yang
tersusun secara pararel. Endotendon mengelilingi jaringan tendon dan epitendon

mengelilingi unit tendon keseluruhan. Kedua jaringan ikat membawa suplai darah
instrinsik ke struktur internal tendon. Selubung tendon terdapat diatas tempat
tendon melintasi sendi. Selubung tendon terdiri dari dua lapisan, lapisan parietal
di luar dan lapisan visceral di dalam. Selubung ini mensekresikan cairan sinovial
untuk membantu tendon bergerak. Tendon, yang berselubung, mesotendonnya
membawa suplai darah ekstrinsik ke tendon. Tendon yang tidak berselubung
ditutupi oleh paratendon, yang memungkinkan tendon untuk bergerak dan
memasok suplai darah ekstrinsik.2
Gambar 2.2 Anatomi Tendon

2.3 Fungsi Tendon


Setiap otot biasanya memiliki dua tendon untuk mengikat dua tulang yang
berbeda dengan otot yang melintasi sendi. Hal ini memungkinkan tendon untuk
bertindak sebagai katrol.
Tendon berfungsi sebagai kekuatan untuk tarikan otot ke tulang. Kontraksi
otot menarik tendon, kemudian tulang, sehingga terjadi gerakan. Tulang-tulang
berhubungan pada sendi oleh ligamen dan jaringan ikat lainnya, sehingga

kontraksi tendon menghasilkan gerakan-gerakan tertentu, tergantung pada otot


dan sendi yang terlibat.1
2.4 Proses Penyembuhan Tendon
Penyembuhan

tendon

terjadi

secara

intrinsik

maupun

ekstrinsik.

Penyembuhan intrinsik didukung oleh suplai intrinsik yang memasok kira-kira


seperempat dari volume tendon.2
Penyembuhan ekstrinsik adalah hasil dari stimulasi jaringan peritendinous
untuk berproliferasi dan memasok kebutuhan sel dan kapiler yang dibutuhkan
untuk proses penyembuhan. Proses ini bertanggung jawab untuk pembentukan
adhesi tendon untuk semua struktur yang berdekatan dari luka menjadi satu dan
terbentuk scar. Telah terbukti secara eksperimental bahwa suplai darah intrinsik
tidak cukup untuk mendukung penyembuhan utama tendon dalam banyak kasus.
Penyembuhan tendon di dalam selubung lebih lama dibandingkan dengan
penyembuhan bagian tendon diluar selubung. Urutan penyembuhan tendon
adalah sebagai berikut:2

2.4.1

Fase Inflamasi (0-10 hari)


Urutan biologis ini sama dengan penyembuhan luka pada
umumnya, kecuali dalam kasus ini, penyembuhan berlangsung lebih
lambat. Bahkan, pada lima sampai tujuh hari setelah terluka, tendon
menjadi lebih lemah.
4

2.4.2

Fase proliferasi (4-21 hari)


Sebuah kalus fibrovascular terbentuk di sekitar tendon dan
menyatukan semua struktur luka menjadi satu bagian.

2.4.3

Fase Maturasi/Pematangan (28-120 hari)


Orientasi longitudinal dari fibroblas dan fiber dimulai. Pada 45
hari, kolagen lisis dan pembentukan kolagen mencapai kesetimbangan.
Pada 90 hari, pembentukan awal bundel kolagen mulai terlihat dan pada
120 hari bundel ini tampak seperti yang terlihat pada tendon normal.
2.5 Ruptur Tendon
2.5.1 Definisi Ruptur Tendon
Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa. 3 Ruptur tendon

adalah robek, pecah atau terputusnya tendon yang diakibatkan karena tarikan
yang melebihi kekuatan tendon.1
2.5.2 Etiologi1
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan resiko ruptur
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul
2.5.3 Faktor Resiko4
1. Umur
: 30-40 tahun
2. Jenis kelamin
: >= 5:1
3. Obesitas
4. Olahraga
5. Riwayat ruptur tendon sebelumnya
6. Penyakit tertentu artritis, DM
5

2.5.4 Manifestasi Klinis5


1. Seperti merasa atau mendengar bunyi pop
2. Nyeri yang hebat
3. Memar
4. Terdapat kelemahan
5. Ketidakmampuan untuk menggunakan lengan atau kaki yang terkena
6. Ketidakmampuan untuk memindahkan bidang yang terlibat
7. Ketidakmampuan untuk menanggung beban
8. Terdapat deformitas
2.5.5 Lokasi Ruptur Tendon
Empat daerah yang paling umum tempat terjadinya ruptur tendon adalah
sebagai berikut :
2.5.5.1
Quadriceps
Ruptur tendon quadriceps relatif jarang terjadi dan biasanya terjadi
pada pasien yang lebih tua dari 40 tahun. Terdapat hubungan yang kuat
dengan adanya penyakit sistemik dan perubahan degeneratif sebelumnya
dalam mekanisme ekstensor lutut. Ruptur paling sering terjadi secara
unilateral. Ruptur tendon bilateral sangat berkorelasi dengan penyakit
sistemik, tetapi telah dilaporkan terjadi juga pada pasien sehat yang tidak
memiliki faktor predisposisi.6

Gambar 2.5.5.1 Ruptur Tendon Quadriceps


Ruptur tendon patela lebih jarang daripada ruptur quardiceps dan
cenderung terjadi pada pasien yang berumur kurang dari 40 tahun. Dalam
kasus yang jarang terjadi, ruptur tendon quardiceps parsial terjadi pada
atlet muda bersamaan dengan jumpers knee. Jumpers knee ini biasanya
melibatkan tendon patela. Meskipun dalam 25% kasus, tendon quardiceps
terlibat . Untuk mendapatkan hasil terbaik, diagnosis dini dan complete
repair quadriceps sangat penting. Jika intervensi tertunda, perbaikan lebih
sulit dan hasilnya akan kurang memuaskan. Sebuah gambar yang
menggambarkan ruptur tendon :6

Gambar 2.5.5.1b MRI Ruptur Tendon Quadriceps Lengkap dan Tidak Lengkap

a. Etiologi
Ruptur tendon quardiceps biasanya terjadi selama kontraksi, cepat
eksentrik dari otot quardiceps, dengan kaki tertanam dan lutut fleksi
sebagian. Cedera ini biasanya terjadi selama jatuh. Mekanisme lain cedera
termasuk pukulan langsung, luka, dan penyebab iatrogenik.6 Banyak
kondisi telah dilaporkan untuk berkontribusi terhadap terjadinya degenerasi
tendon quardiceps, antara lain:6
Hiperparatiroidisme
Gagal ginjal kronis
Gout
Obesitas
Leukemia
Rheumatoid arthritis
Diabetes mellitus
Lupus eritematosus sistemik (SLE)
Infeksi
Penyakit metabolik
Penyalahgunaan steroid
Tumor
Imobilisasi
Gerakan berulang

b. Patofisiologi
Ruptur tendon quardiceps biasanya terjadi pada 0-2 cm distal dari
kutub patela, melalui jaringan patologis. Berbagai kondisi sistemik dapat
menyebabkan gangguan suplai vaskular tendon dan dapat mengganggu
struktur tendon. Diabetes dapat menyebabkan perubahan arteriosclerotic
dalam pembuluh tendon. Nekrosis fibrinoid tendon terlihat dengan sinovitis
kronis. Hiperparatiroidisme menyebabkan kalsifikasi dystrophic dan
resorpsi tulang subperiosteal pada tempat insersi tendon. Obesitas
menyebabkan perubahan degeneratif lemak pada tendon dan meningkatkan
kekuatan pada tendon. Degenerasi lemak, degenerasi fibrinoid, dan kolagen
menurun terlihat pada penuaan normal.6
Kannus dan Jozsa meneliti perubahan histopatologi pada 891 kasus
ruptur tendon, sekitar 97% dari perubahan patologis yang degeneratif.
Perubahan degeneratif termasuk tendinopathy hipoksia degeneratif,
degenerasi mukoid, tendolipomatosis, dan tendinopathy calcification.
Dalam 82 tendon quardiceps, tendolipomatosis adalah jenis yang paling
umum dari degenerasi, terlihat di hampir setengah dari tendon (lihat
gambar di bawah). Tidak ada tanda-tanda sel inflamasi yang terihat pada
sediaan. Pada 62% dari ruptur tendon, terlihat perubahan patologis dari
suplai darah tendon, termasuk penyempitan pembuluh darah dan trombosis.
Temuan ini menunjukan penurunan aliran darah yang menyebabkan
hipoksia lokal dan gangguan aktivitas metabolik, merupakan faktor kunci
dalam degenerasi tendon.7

Gambar 2.5.5.1c Tendolipomatosis. Perubahan Histopatologi sebelum


Ruptur Tendon Spontan

c. Manifestasi Klinis6
Pasien biasanya datang dengan nyeri lutut akut, pembengkakan, dan
kehilangan fungsi setelah tersandung atau jatuh Mungkin tidak ada riwayat
nyeri lutut sebelumnya. Namun, pasien yang lebih muda dengan jumpers
knee biasanya memiliki riwayat nyeri kronis, aktivitas yang berhubungan
patela yang diperburuk dengan melompat atau berlutut. Anamnesis pasien
tentang riwayat penyakit sistemik, penggunaan steroid, infeksi, tumor, atau
operasi sebelumnya. Mungkin ada riwayat terdengar suara pop pada saat
cedera.
Pada pemeriksaan fisik harus dicatat adanya obesitas. Pasien dengan
ruptur yang baru mengalami kesulitan berjalan. Biasanya, terlihat

10

pembengkakan yang jelas di suprapatellar ecchymosis, dan lembek. Hatihati dalam mengevaluasi luka. Mungkin ada cacat teraba di daerah
suprapatellar dan di dasar patela , namun pembengkakan pada awalnya
mungkin mengaburkan temuan ini.
Dilakukan tes secara menyeluruh, ekstensi aktif melawan gravitasi
adalah aspek yang paling penting dari pemeriksaan. Hal ini dapat membuat
cacat lebih jelas. Ruptur tidak lengkap, pasien mungkin dapat melakukan
ekstensi lutut sepenuhnya pada posisi terlentang tetapi bukan dari posisi
tertekuk. Periksa lutut kontralateral untuk menyingkirkan adanya ruptur
bilateral.
Jika pasien tidak terlihat dalam fase akut, mendiagnosis ruptur
menjadi lebih sulit, dan dapat tida terlihat. Pasien dengan adanya kerusakan
pada tendo quardiceps, terutama pasien lanjut usia, dan yang diidentifikasi
memiliki riwayat dan yang telah dirawat karena stroke, radiculopathy, dan
myelopathy.
Nyeri dan pembengkakan menurun dari waktu ke waktu, dan fungsi
motorik quardiceps dapat meningkat. Pasien mungkin kesulitan berjalan,
sering menekuk lutut dan kesulitan untuk menaiki tangga.
Hasil pemeriksaan neurologis normal kecuali terdapat penurunan
fungsi motorik quardiceps dan refleks patela negatif. Lutut ekstensi aktif
melawan gravitasi merupakan komponen kunci dari pemeriksaan fisik.

11

d. Penatalaksanaan6
Konservatif
Pengobatan konservatif

diindikasikan

untuk

ruptur

parsial.

Immobilisasi lutut dalam ekstensi penuh selama 3-6 minggu. Kaki diangkat
lurus mulai di akhir fase imobilisasi. Jika tidak ada rasa ketidaknyamanan,
hal ini dapat dilakukan selama 10 hari, setelah itu imobilisasi dapat
dihentikan. Kemudian latihan Range-of-motion (ROM) dimulai untuk
meningkatkan kekuatan quardiceps, yang dilakukan sampai kekuatan kaki
yang terluka sama dengan kaki kontralateral.

Pembedahan
Gambar 2.5.5.1d Surgical Repair of Traumatic Quadriceps Tendon

Perbaikan bedah pada awal terjadinya ruptur tendo quardiceps

memberikan hasil yang terbaik. Banyak teknik telah dijelaskan untuk


perbaikan ruptur tendo quardiceps.

12

2.5.5.2

Rotator Cuff
Rotator cuff adalah sekelompok tendon yang menghubungkan

empat otot bahu atas ke tulang. Kekuatan cuff memungkinkan otot untuk
mengangkat dan memutar tulang humerus. Tendon berjalan di bawah
akromion yang sangat rentan untuk mengalami kerusakan. Hal ini dapat
menyebabkan robekan yang mengakibatkan bahu terasa nyeri dan lemah.
Robekan dapat terjadi tiba-tiba oleh karena trauma tunggal atau
berkembang secara bertahap. Ketika tendon atau otot-otot rotator cuff
robek, pasien tidak lagi mampu mengangkat atau memutar lengan nya
dengan kekuatan yang sama seperti sebelum cedera dan / atau merasakan
rasa sakit yang signifikan bila bahu digerakkan. Rasa sakit ini juga sangat
umum di malam hari dan sering menjalar ke lengan. 9Tendo rotator cuff
terdiri dari:1
Tendo Supraspinatus
Tendo Infraspinatus
Tendo Teres minor
Tendo Subskapularis
Keempat otot biasanya bertindak untuk mengangkat tangan ke atas dan
menjauh dari tubuh yang disebut abduksi.

13

Gambar 2.5.5.2a Rotator Cuff Repair


a. Patofisiologi9
Patogenesis dari ruptur tendo rotator cuff berdasarkan studi histologis
bedah dan spesimen otopsi ditemukan adanya perubahan degeneratif pada
tendo. Simmonds menyatakan bahwa kematian sel adalah penyebab dasar
dari perubahan degeneratif. Adanya respon inflamasi dan adanya bagian
dari tendon yang mati mungkin mengalami degenerasi lemak, diikuti
dengan pengapuran atau kerusakan. Pada awal perubahan terjadinya
degeneratf terdapat pemisahan dan pelurusan dari bundel kolagen, dengan
perpindahan dari sel ke dalam ruang intrafascicular. Hal ini mengurangi
kekuatan tarikan tendon. Dengan meningkatnya degenerasi kolagen
fasikula yang terpisah menjadi disorientasi, acellular dan terfragmentasi.

14

Gambar 2.5.5.2b Tendon Rotator Cuff


Robek sebagian biasanya terjadi sebagai akibat erosi dangkal
dibawah permukaan tendon supraspinatus di dekat insersi. Ini dapat
menyebabkan tendon melengkung selama abduksi lengan. Robekan parsial
kemudian menjadi komplit karena stres. Robekan lengkap dapat kecil atau
besar, dengan penampilan yang bervariasi: ruptur baru memiliki tepi yang
tidak teratur, namun ruptur yang lama terkesan lebih lembut, dengan tepi
teratur.
b. Etiologi
Codman dan Akerson berpendapat bahwa perubahan degeneratif dan
robek mungkin terjadi karena trauma, meskipun mereka tidak yakin apakah
penuaan pada tendon sebelum ruptur berkontribusi terhadap terjadinya
degenerasi tersebut. Pendapat lain menyimpulkan bahwa ruptur cuff
biasanya terjadi karena trauma pada tendon yang sudah mengalami
degenerasi.10
Meyer mengatakan bahwa ruptur cuff terjadi akibat gesekan. 11 Keyes,
DePalma, Galeri dan Bennett'dan Moseley mengatakan bahwa adanya

15

jaringan granulasi vaskular yang merupakan reaksi terhadap trauma dapat


melemahkan tendon, sehingga kerusakan terjadi karena adanya stres.12,13
Lindblom, pada tahun 1939, mengatakan bahwa terdapat hubungan
antara degenerasi rotator cuff dan iskemia. Pada mayat yang diautopsi,
supraspinatus dan tendo bisep dekat pusat insersi relatif avaskular.
Kemudian investigasi melaporkan temuan serupa, terdapat daerah avaskular
di di daerah supraspinatus sesuai dengan Codman ini disebut "zona kritis".
Iskemia di zona ini dapat mengakibatkan perubahan selular dan
memunculkan sel-sel inflamasi, yang mengakiatkan pelepasan lisosim dan
kerusakan dari jaringan ikat. 9
Rathburn dan Macnab mencatat bahwa iskemia meningkat ketika
caput humeri menekan pembuluh darah supraspinatus selama adduksi
lengan.

Saat

degenerasi

berlangsung,

sedikit

trauma

saja

dapat

menyebabkan ruptur tendon.9

Gambar 2.5.5.2c Rotator Cuff Tear


c. Gejala Klinis9

16

Dalam kasus, biasanya pria lebih dari 40 melakukan aktifitas dan


terluka bahunya ketika mengangkat ataumenarik benda berat atau pada
jatuh dengan lengan terulur. Pasien merasakan sensasi seperti robek disertai
oleh rasa nyeri yang berat. Gerakan bahu menjadi terbatas. Rasa sakit
secara bertahap berkurang namun berulang antara 8 dan 12 jam kemudian
secara progresif biasanya di atas deltoid, yang diperburuk oleh pergerakan
lengan. Pasien sulit untuk tidur menghadap sisi yang terkena. Beberapa
pasien mengatakan adanya sensasi seperti bunyi klik pada bahunya. Pada
kasus lain, dilaporkan terjadi kelemahan bukan nyeri. Dalam beberapa
kasus tidak ada riwayat cedera. Trauma kecil pada pasien yang lebih tua
dapat mengganggu tendon yang sudah parah kerusakannya, sehingga
menyebabkan sedikitnya gejala yang terlihat.
Gejala-gejala dapat berlangsung dalam hitungan hari atau tahun, dapt
terjadi resmisi dan kambuh. Ketika pasien diminta untuk mengabduksikan
lengan, pasien hanya mampu mengangkat bahu, dan bahu terasa nyeri.
Dengan bantuan pasin mungkin dapat mengangkat lengan horisontal dan
menahannya, tapi dengan sedikit tekanan oleh pemeriksa lengan akan turun
ke samping. Jika rasa sakit mengganggu tes ini dapat dihilangkan dengan
infiltrasi bius lokal.
d. Pemeriksaan Khusus9
Pemeriksaan khusus ini berguna untuk menemukan diagnosis yang akurat.

Pain Ablasion Test

17

Kelemahan yang persisten saat abduksi lengan setelah anestesi lokal yang
disuntikkan ke dalam ruang subacromial untuk menghilangkan rasa sakit
dan mencegah spasme otot, menunjukkan adanya ruptur supraspinatus.
Namun, ini bukan tes definitif karena kadang-kadang seorang pasien
dengan ruptur rotator cuff dapat mempertahankan kekuatan abduksi.

Gambar 2.5.5.2d Pain Ablation Test

Roentgenografi
Codman20 tahun 1934 menulis bahwa Roentgenograms polos

biasanya menunjukan gambaran normal dengan ruptur tidak melibatkan


insersi tendon pada tulang. Hal ini memang benar untuk ruptur akut, dan
roentgenografi saat ini digunakan dalam kasus-kasus terutama untuk
menyingkirkan lesi lain dan akibat trauma. Sebagian besar roentgenographi
yang abnormal didapatkan pada kasus ruptur yang lama dengan gambaran :

18

Kista dengan diameter hingga 1 cm di dua pertiga bagian atas leher


humerus, dibawah insersi tendo rotator cuff atau di sendi, tanpa bukti

adanya osteoarthritis.
Depresi antara permukaan artikular di caput humeri dan tuberositas

mayor humeri.
Sclerosis atau atrofi tuberositas mayor
Pembentukan tulang tidak teratur pada margin lateral atau dibawah

permukaan akromion.
Perubahan konveksitas yang normal di permukaan bawah akromion.
Sclerosis dibawah permukaan akromion.
Kista subcortical di akromion.
Penyempitan interval antara caput humeri dan bagian bawah
akromion, yang biasanya 7 sampai 14 mm dalam standar pandangan
anteroposterior.

Arthrography
Injeksi udara atau media opaque ke sendi glenohumeral sebelum

roentgenografi, direkomendasikan oleh Codman tetap tidak diperoleh hasil


yang memuaskan. Beberapa tahun kemudian Oberholzer, berhasil
menggunakan udara sebagai media kontras dalam mempelajari dislokasi
kronis pada sendi.
Arthrogram dapat menunjukan diagnosis ruptur rotator cuff lengkap
dengan menunjukkan hubungan langsung antara rongga glenohumeral dan
bursa subacromial. Bahkan mungkin menunjukan ukuran ruptur oleh
seberapa cepat kontras mengisi rongga atau dengan membaca tekanan intraartikular.

19

Diagnosis ruptur rotator cuff sebagian sulit dengan arthrography.


Hasil negatif palsu dapat terjadi jika prosedur ini dilakukan oleh seseorang
yang belum terbiasa dengan teknik ini.

Artroskopi
Penggunaan Artroskopi relatif baru. Media dimasukkan baik ke
posterio sendi glenohumeral atau ke dalam ruang subacromial. Adanya
ruptur rotator cuff dan ukurannya baik parsial maupun lengkap dapat
terlihat. Arthroscopy dapat membantu dalam perencanaan operasi dan
memilih pendekatan bedah.
Gambar 2.5.5.2e Arthroskopi

e. Penatalaksanaan14
Ruptur tendo rotator cuff unik karena pengobatan tanpa operasi
adalah pengobatan pilihan utama dalam cedera tendon kebanyakan. Lebih
dari 90% dari cedera tendon yang terjadi secara kronis dan alami, dan 33%
-90% dari gejala cedera kronis hilang tanpa operasi.

20

Sebaliknya, pada ruptur akut, seperti yang terjadi pada trauma, tidak
atau mungkin diperbaiki dengan operasi tergantung pada beratnya robekan.
Jika robekan adalah kurang dari 50% dari ketebalan cuff atau kurang
dari 1 cm, jaringan mati dapat dibuang dengan athroskopi. Sebuah sayatan
kecil dibuat dan alat yang disebut arthroscope di masukkan ke dalam sendi.
Melalui itu, ahli bedah dapat melihat dan membuang jaringan mati tanpa
melakukan bedah terbuka.
2.5.5.3

Biceps

Tendo biseps merupakan struktur yang menghubungkan otot bisep ke


tulang. Terdapat tendon biseps proksimal pada sendi bahu, dan tendon biseps
distal di siku.15
Gambar 2.5.5.3a Otot Bisep

21

Ruptur tendo biseps adalah trauma yang terjadi pada tendon biseps
menyebabkan terpisahnya tendo dari tulang. Tendo biseps normalnya
terhubung kuat ke tulang. Ketika terjadi ruptur tendo biseps, tendo ini
terlepas, otot tidak dapat menarik tulang, dan gerakan tertentu dapat
melemah atau terasa nyeri. Terdapat dua jenis ruptur tendo biseps:

Ruptur Tendo Biseps Proksimal15


Ruptur tendo biseps proksimal adalah trauma yang terjadi pada tendon
biseps di sendi bahu. Jenis cedera adalah jenis yang paling umum dari
cedera tendo biseps. Umumnya sering terjadi pada pasien usia lebih dari
60 tahun, dan biasaya meunjukkan gejala minimal.
Ruptur tendo biseps melibatkan salah satu dari dua ujung tendon
biseps. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang tua dan disebabkan oleh
perubahan degeneratif dalam tendo biseps yang menyebabkan kegagalan
struktur. Kebanyakan pasien terlebih dahulu merasakan nyeri bahu
menetap dengan impingement syndrome atau rotator cuff tear. Ruptur
tendon biseps proksimal juga dapat terjadi selama kegiatan ringan, dan
beberapa pasien mungkin mengalami beberapa nyeri setelah terjadi ruptur
tendon.
Tendo biseps proksimal dapat ruptur pada pasien muda dengan
kegiatan seperti angkat berat atau olahraga melempar, tapi kejadian ini
cukup jarang terjadi.

22

Ruptur Tendo Biseps Distal15


Tendon biseps distal terdapat di sekitar sendi siku. Trauma yang
terjadi biasanya disebabkan oleh angkat berat atau olahraga yang dilakukan
oleh pria paruh baya. Kebanyakan pasien dengan ruptur tendo bisep distal
perlu menjalani operasi untuk memperbaiki tendo yang robek.
Ruptur tendo biseps distal pada sendi siku lebih jarang terjadi.
Presentasenya kurang dari 5% dari ruptur tendo biseps. Trauma ini juga
biasanya ditemukan di pasien usia paruh baya, meskipun tidak selalu.
Biasanya terdapat tendinosus, atau perubahan degeneratif dalam tendo,
yang merupakan prodisposis terjadinya ruptur tendo.
Pada ruptur tendo biseps distal penting diketahui bahwa tanpa
perbaikan dengan bedah, pasien yang mengalami ruptur tendo biseps distal
lengkap akan mengalami kehilangan kekuatan pada siku. Kekuatan akan
mempengaruhi kemampuan untuk menekuk siku, melawan tahanan, dan
kemampuan untuk memutar lengan (misalnya, memutar gagang pintu atau
obeng).
Gambar 2.5.5.3b Ruptur Tendon Proximal dan Distal Biceps

23

a. Penatalaksanaan15
Penatalaksanaan saat ini menekankan pada keputusan pasien
mengenai pilihan pengobatan, dengan mempertimbangkan usia, tingkat
aktivitas, kebutuhan pribadi, dan kondisi komorbid. Ruptur parsial dapat
diobati secara konservatif atau dengan pembedahan.
Konservatif. Pengobatan nonsurgical pada ruptur tendo biseps terdiri
dari istirahat, penguatan dan latihan gerak, dan penggunaan obat antiinflammatory drugs (NSAIDs). Es diberikan untuk beberapa hari pertama
pengobatan, kemudian diikuti oleh terapi panas.
Pembedahan. Melibatkan reattaching bagian tendon yang robek ke
tulang (tenodesis) atau memotong tendon untuk menghasilkan robekan
yang lengkap dan dilakukan terapi seperti pada ruptur lengkap. Robekan
pada tendo m.biseps caput longum biasanya dirawat secara konservatif

24

karena cedera menyebabkan perubahan fungsional yang minimal. Namun,


atlet atau individu yang sangat aktif lainnya tidak dapat mentolerir setiap
hilangnya fungsi dan akan meminta untuk dilakukan tenodesis. Ruptur
tendon biseps distal ditatalaksana dengan tenodesis menggunakan logam
stitch (jahitan) jangkar.
Ruptur pada musculotendinous junction atau ruptur dalam corpus
tendon

dilakukan

pembedahan

(tendinoplasty)

dengan

perangkat

augmentation ligament atau dengan metode lipat sederhana/menyelipkan.


Setelah operasi, lengan dipertahankan dalam posisi membungkuk selama
4 sampai 5 hari.

Gambar 2.5.5.3d Direct Repair Distal Biceps Rupture

25

2.5.5.4

Achilles

Gambar 2.5.5.4a Tendon Achilles


Struktur Anatomi
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu m.
gastrocnemius, m. soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat
di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan
terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari
pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan
melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus.2
Robek, pecah atau terputusnya tendon. Tendon merupakan jaringan
fibrosa di bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot
betis dengan tulang tumit.

Gambar.2.5.5.4b Gambaran Ruptur Pada Tendon Achilles2

26

a. Epidemiologi
Ruptur tendon terjadi antara tahun 1997 dan 2002 dengan angka
cidera yang tinggi. Peringkat daya untuk setiap pemain yang dihitung untuk
tiga musim sebelum dan sesudah Achilles tendon cedera. Analisis statistik
adalah dilakukan. Tiga puluh satu tendon pecah Achilles pada Pemain NFL
antara tahun 1997 dan 2002 adalah diidentifikasi. Dua puluh lima persen
dari semua cedera atletik, terlepas dari olahraga tertentu atau tingkat
bermain, melibatkan kaki dan pergelangan kaki. Tendon Achilles tendon
kuat dan tebal di dalam tubuh dan melayani beberapa fungsi utama dalam
tubuh. Ini kira-kira sekitar 15 cm (5,9 inci) panjang dan mulai dekat bagian
tengah betis. Hal ini memainkan peran penting dalam biomekanik dari
ekstremitas bawah. kontraktor otot betis yang mengangkat tumit oleh
tendon yang menghasilkan tindakan kaki yang merupakan dasar untuk
berjalan, berlari, melompat, dll dapat menahan kekuatan besar, khususnya
selama latihan olahraga dan lebih khusus lagi gerakan yang melibatkan
gerakan berputar. Robek, pecah atau terputusnya tendon. Tendon

27

merupakan jaringan fibrosa di bagian belakang pergelangan kaki yang


menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.
b. Etiologi dan Faktor Resiko
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau
tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada
arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi
,otot belum siap, terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),
hamstring(otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps. Fleksibilitas otot
yang baik bias menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan
membengkak.
Orang-orang yang biasa jatuh korban pecah Achilles atau robek
termasuk atlet rekreasi, orang-orang usia tua, air mata Achilles tendon
sebelumnya atau pecah, suntikan tendon sebelumnya atau penggunaan
kuinolon, perubahan ekstrim dalam intensitas pelatihan atau tingkat
aktivitas, dan partisipasi dalam aktivitas baru.3
Sebagian besar kasus Achilles tendon rupture yang traumatis olahraga
cedera. Umur rata-rata pasien adalah 30-40 tahun dengan rasio lakiperempuan hampir 20:1. Antibiotik fluorokuinolon, seperti ciprofloxacin,
dan glukokortikoid telah dikaitkan dengan peningkatan risiko pecah
Achilles tendon. Suntikan steroid langsung ke tendon juga telah dikaitkan
dengan ruptur. Kuinolon telah dikaitkan dengan Achilles tendinitis dan
ruptur tendon Achilles untuk beberapa waktu sekarang. Kuinolon adalah

28

agen-agen antibakteri yang bertindak pada tingkat DNA dengan


menghambat DNA girase. DNA girase merupakan enzim yang digunakan
untuk DNA beruntai ganda yang penting untuk Replikasi DNA. Kuinolon
adalah khusus dalam fakta bahwa ia dapat menyerang DNA bakteri dan
mencegah mereka dari replikasi dengan proses ini, dan sering diresepkan
untuk lansia. Sekitar 2% sampai 6% dari semua orang tua di atas usia 60
yang telah memiliki Achilles pecah dapat dikaitkan dengan penggunaan
kuinolon. Obat-obat ini diduga kuat sebagai faktor pemicu.4
c. Patofisiologi
Ruptur tendon Achilles merupakan suatu kondisi di mana tendon
Achilles, tendon tertebal terkuat pada badan manusia dan memiliki panjang
sekitar 15 cm, mengalami cedera atau robekan karena suatu hal. Tendon
sendiri adalah bagian tubuh yang menyatukan tulang dengan otot. Dan
tendon Achilles merupakan tendon yang melekatkan otot gastrocnemius
dan otot soleus kesalah satu tulang penyusun pergelangan kaki yaitu
calcaneus. Tendon ini dinamakan Achilles karena diambil dari mitologi
kuno di mana orang yang bernama Achilles sangat tangguh dan dia
meninggal karena tusukan di daerah tendon ini. Gejala yang akan timbul
adalah rasa sakit pada bagian bawah kaki sampai tidak bias menggerakkan
kakinya. Adanya pembengkakan dan kemerahan pada tendon juga menjadi
cirri dari cedera tendon Achilles. Rasa sakit mendadak dan berat dapat
dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki atau betis. Pemeriksaan

29

lebih lanjut oleh dokter sangat dianjurkan karena ada beberapa tes yang
dapat dilakukan oleh dokter, seperti Tes Thompson, Tes O Brien Needle,
dan juga Tes hyperdorsiflexion. Pemeriksaan penunjang dapat membantu
menegakkan diagnosis dari cedera tendon ini, seperti pemeriksaan
radiologi, ultrasonografi, danjuga MRI (Magnetic Resonance Imaging).
Cedera

tendon Achilles termasuk cedera terbanyak yang terjadi

secara spontan, baik pada waktu berolahraga, melompat atau jatuh dari
ketinggian. Cedera pada bagian ini juga memiliki risiko pada pasien yang
lebih tua (umur 40-50 tahun), riwayat terluka tendon sebelumnya,
berolahraga berlebihan, danjuga perubahan aktivitas fisik pada olahraga
yang di luar kebiasaan tanpa pemanasan terlebih dahulu. Achilles
tendinopathy adalah cedera stres (yang disebabkan oleh, misalnya, lari
jarak jauh, jogging atau orienteering). Insiden Achilles tendon ruptur telah
mengalami peningkatan selama beberapa dekade terakhir 5. Ruptur tendon
terjadi biasanya pada pria berusia 30-50 tahun selama latihan, terutama
selama melakukan aktivitas fisik yang mengakibatkan penekanan
berlebihan pada bagian tungkai bawah.1
Ruptur tendon hampir selalu menunjukkan perubahan degeneratif,
meskipun sebagian besar pasien tidak memiliki gejala sebelumnya.
Penggunaan antibiotik fluorokuinolon meningkatkan risiko ruptur tendon
achilles, terutama pada pasien berusia di atas 60 tahun dan selama
penggunaan bersamaan dengan steroid C.

30

Jika anda curiga mengalami ruptur tendon Achilles, maka sebaiknya


anda segera menghentikan apa yang anda lakukan, karena aktivitas fisik
yang menggunakan kaki dapat memperparah penyakit ini. Penyakit
tertentu, seperti arthritis dan diabetes juga meningkatkan faktor resiko.
Segera cari pertolongan sekitar untuk membawa anda ke dokter terdekat
bila anda terindikasi mengalami cedera ruptur tendon achilles. Dalam
penangan ruptur yang baru saja terjadi, maka penanganan secara operasi
merupakan salah satu pilihan yang terbaik, karena akan meminimalisir
kemungkinan terjadi lagi rupture untuk yang berikutnya. Penanganan
secara non operasi biasanya juga menjadi pilihan pada pasien - pasien yang
telah memasuki usia tua, karena akan menimbulkan risiko jika operasi di
jalankan. Tetapi patut diingat, penanganan operasi dibandingkan nonoperasi lebih besar dalam mencegah kemungkinan terjadi ruptur tendon
Achilles yang bersifat akut.
Rupture traumatic tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung
tendo akibat perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam
keadaan dorsifleksi pasif maksimal sehingga terjadi kontraksi mendadak
otot betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan diluar kemampuan
tendon Achilles untuk menerima suatu beban.
Rupture tendon Achilles sering terjadi pada atlet atletik saat
melakukan lari atau melompat. Kondisi klinik rupture tendon Achilles
menimbulkan berbagai keluhan, meliputi nyeri tajam yang hebat,

31

penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan ketidakmampuan


melakukan plantarfleksi, dan respons ansietas pada klien.
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat
batasan di fibrilkolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi
bergelombang ini, hal ini yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya
kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen rusak, tendon merespons
secara linear untuk meningkatkan beban tendon. Jika renggangan yang
ditempatkan pada tendon tetap kurang dari 4 persen- yaitu batas beban
fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi asli mereka pada
penghapusan beban. Pada tingkat keteganganantara 4-8 persen, serat
kolagen mulai meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul
rusak. Pada tingkat tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara
makroskopik karena kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran
fibriller dan interfibriller.
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa
peringatan, atau akibat tendinitis Achilles . Tampaknya otot betis yang
lemah dapat menyebabkan masalah. Jika otot-otot menjadi lemah dan lelah,
mereka dapat mengencangkan dan mempersingkat kontraksi. Kontraksi
berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan
otot. Semakin lelah otot betis, maka semakin pendek dan akan menjadi
lebih ketat. Keadaan sesak seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada
tendon

Achilles

dan

mengakibatkan

kerobekan.

Selain

itu,

32

ketidakseimbangan kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot


kaki belakang yang lebih rendah juga dapat mengakibatkan cedera pada
tendon Achilles. Achilles tendon robek lebih mungkin ketika gaya pada
tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki yang dorsofleksi
sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak otot,
kerobekan dapat terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat
dari tendon sementara otot betis berkontraksi.
d. Gejala
Rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang
pergelangan kaki atau betis seperti adanya rasa sakit pada tendon achilles
sekitar 1-3 inci di atas tulang tumit. daerah ini paling sedikit menerima
supplai darah dan mudah sekali mengalami cedera meskipun oleh sebab
yang sederhana, meskipun oleh sepatu yang menyebabkan iritasi. Terlihat
bengkak dan kaku serta tampak memar dan merasakan adanya kelemahan
yang luas pada serat-serat protein kolagen, yang mengakibatkan robeknya
sebagian serat atau seluruh serat tendon. Terlihat depresi di tendon 3-5 cm
diatas tulang tumit. Tumit tidak bisa digerakan turun naik. Sebuah
kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang
tumit. Biasanya, snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang
pergelangan kaki. Pasien mungkin menggambarkan sensasi ditendang di
bagian belakang kaki. Nyeri bisa berat. nyeri yang datang secara tiba-tiba
selama melakukan kegiatan, khususnya saat mengubah arah lari atau pada

33

saat lari mendaki. Atlet mungkin merasakan adanya bagian yang lembek
bila meraba daerah sekitar tendon, hal ini dikarenakan adanya cairan
peradangan yang berkumpul dibawah selaput peritenon. Nyeri lokal,
bengkak dengan gamblang kesenjangan sepanjang Achilles tendon dekat
lokasi penyisipan, dan kekuatan plantarflexion lemah aktif semua sangat
menggambarkan keadaan pasien yang didiagnosis.5
e. Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis adalah langkah awal pemeriksaan untuk mengetahui onset
dan gejala, serta gambaran klinis yang dialami pasien. Anamnesis pasien
harus mencakup umur, pekerjaan, kejadian terkini, mekanisme terjadinya
cedera, sifat nyeri dan gangguan fungsional. Selain itu, minta pasien
menggambarkan bagaimana timbulnya cedera dan persaan nyeri saat
terjadinya cedera. Hal yang perlu dipahami bahwa menentukan apakah
kakinya tertusuk, dislokasi, mengalami benturan, mengalami luka robek,
mengalami stress berulang atau menerima gaya langsung atau tak langsung
sehingga kemungkinan diagnosis dapat dipersempit. Selain itu, gangguan
medis sitemik seperti penyakit vaskuler perifer atau diabetes melitus perlu
ditelaah lebih dalam lagi. Status neurovaskuler penting untuk diketahui.
Pasien dengan nyeri yang bertambah dan gangguan sensorik beresiko tinggi
mengalami gangguan dan membutuhkan perawatan medis segera.

34

Pemeriksaan fisik
Awali pemeriksaan fisik dengan melihat keadaan umum pasien,
kesadaran pasien, dan keadaan fisiknya. Setelah itu lakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital pada pasien.Selalu buka alas kaki termasuk sepatu dan
kaus kaki. Gunakan kaki yang tidak cedera sebagai perbandingan. Inspeksi
untuk melihat keberadaan edema, ekimosis, luka, deformitas, kepucatan,
sianosis, perdarahan, titik-titik yang lain yang dicurigai mengalami cederas
yang sama. Lakukan pemeriksaan palpasi pada bagian yang mengalami
cedera dengan hati-hati. Pastikan adanya kelainan pada daerah yang
dipalpasi dan ada nyeri tekan atau tidak. Perlu diperhatikan jika pasien
mengalami fraktur sebaiknya dilakukan dengan hati-hati. Selalu pastikan
pasiennya nyaman saat melakukan pemeriksaan. Lakukan pulsasi juga
dibagian medioposterior kaki untuk meraba denyut arteri tibialis posterior
dan arteri maleolus medial. Jika denyut nadi tidak teraba dengan palpasi,
USG Doopler harus digunakan. Lakukan pergerakan untuk menilai
kemampuan gerak pasien dan catat hasilnya dan tentuka apakah gaya
berjalannya normal atau tidak. Pasien masih mungkin dapat plantarflex
pergelangan kaki dengan kompensasi dengan otot lain, tetapi kekuatan akan
lemah. Single-ekstremitas meningkat tumit tidak akan mungkin.
Gambar 2.5.5.4c Pemeriksaan Fisik Pada Cedera Tendon Achilles6

35

Lutut fleksi test:


Periksa posisi istirahat pergelangan kaki dengan lutut tertekuk rawan
dan pasien

90 .

Kehilangan

tegangan

normal

soleus

istirahat

gastrocnemius akan memungkinkan pergelangan kaki untuk menganggap


posisi yang lebih dorsiflexed dari itu di sisi terluka.6

Thompson test:
Posisi pasien rawan dengan jelas kaki meja. Meremas betis biasanya
menghasilkan plantarflexion pasif pergelangan kaki. Jika Achilles tendon
tidak dalam kontinuitas, pergelangan kaki tidak akan pasif flex dengan
kompresi otot betis. Uji Simmonds ' (alias uji Thompson ) akan positif,
meremas otot betis dari sisi yang terkena sementara pasien berbaring
rawan, menghadap ke bawah, dengan nya kaki menggantung hasil longgar
tidak ada gerakan (tidak ada plantarflexion pasif) kaki, sementara gerakan
diharapkan dengan tendon Achilles utuh dan harus diamati pada manipulasi

36

betis terlibat. Berjalan biasanya akan sangat terganggu, karena pasien akan
mampu melangkah dari tanah menggunakan kaki terluka. Pasien juga akan
dapat berdiri di ujung kaki itu, dan menunjuk kaki ke bawah
(plantarflexion)

akan

terganggu.

Nyeri

bisa

menjadi

berat

dan

pembengkakan adalah hal umum yang terlihat pada pasien.

Obrien test:
Tes Obrien juga dapat dilakukan yang memerlukan menempatkan
jarum steril melalui kulit dan masuk ke tendon. Jika hub jarum bergerak
dalam arah yang berlawanan tendon dan arah yang sama dengan jari-jari
kaki ketika kaki bergerak naik dan turun maka tendon setidaknya sebagian
utuh.

f. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi polos untuk mengevaluasi struktur tulang. Jika bukti hadir
dari patah tuberositas calcaneal dan avulsion Achilles tendon, CT dapat
membantu untuk menilai pola fraktur kalkaneus. Akut achilles tendon
pecah biasanya adalah diagnosis yang dibuat secara klinis. Jika diagnosis
dipertanyakan, MRI atau, kadang-kadang, USG dapat membantu untuk
membuat diagnosis. Ada tiga arah pengambilan foto polos dasar
diindikasikan untuk cedera kaki yaitu arah anteroposterior, lateral, dan
oblik. Pemeriksaan MRI telah dianjurkan untuk kerusakan jaringan lunak
termasuk ruptur tendon, tetapi pemeriksaan tersebut jarang digunakan
dalam kasus darurat di UGD.

37

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI dapat digunakan untuk membedakan pecah lengkap dari
degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara
paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan
magnet yang kuat untuk menyelaraskan seragam jutaan proton berjalan
melalui tubuh. proton ini kemudian dibombardir dengan gelombang radio
yang mengetuk beberapa dari mereka keluar dari keselarasan. Ketika proton
ini kembali mereka memancarkan gelombang radio sendiri yang unik yang
dapat dianalisis oleh komputer 3D untuk membuat gambar penampang
tajam dari area of interest. MRI dapat memberikan kontras yang tak
tertandingi dalam jaringan lunak untuk foto kualitas yang sangat tinggi
sehingga mudah bagi teknisi untuk melihat air mata dan cedera lainnya.7
Gambar.2.5.5.4d Hasil MRI Pada Ruptur Tendon Achilles7

38

Musculoskeletal Ultrasonografi
Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan
ketebalan tendon, karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan
mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi dari suara melalui tubuh Anda.
Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang antara cairan
interstitial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar tercermin dapat
dianalisis dan dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar diambil secara
real time dan dapat sangat membantu dalam mendeteksi gerakan tendon
dan memvisualisasikan kemungkinan cedera atau air mata. Perangkat ini
membuatnya sangat mudah untuk melihat kerusakan struktural pada
jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera.
39

Pencitraan ini modalitas murah, tidak melibatkan radiasi pengion dan, di


tangan ultrasonographers terampil, mungkin sangat handal.8

Foto Rntgen
Foto rontgen digunakan untuk melihat tendon yang rusak pada bagian
otot tubuh. Biasanya terdapat gap/celah dibagian tendon achilles dan
kadang-kadang terdapat cairan.

Gambar.2.5.5.4e

Hasil

Foto

Rontgen

Regio

Cruris

Posisi

Anteroposterior Lateral Pada Ruptur Tendon Achilles


Diagnosis dapat ditegakan pada kasus ini jika gejala yang
ditemukan pada pasien sesuai dan juga dapat kita lihat hasil pemeriksaan
penunjangnya yaitu foto rontgen atau MRI. Muskuloskeletal USG dapat
digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter, dan kehadiran air
mata.Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi suara

40

melalui tubuh anda. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang
antara cairan interstisial dan jaringan lunak atau tulang.Gambar-gambar ini
tercermin dapat dianalisis dan dihitung ke dalam gambar.Gambar-gambar
ini diambil secara real time dan dapat sangat membantu dalam mendeteksi
pergerakan tendon dan memvisualisasikan luka atau mungkin air
mata.Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk menemukan
kerusakan struktural untuk jaringan lunak, dan metode yang konsisten
untuk mendeteksi jenis cedera ini.9
WD: Ruptur Tendon Achilles
DD: Kalkaneus fraktur, dislokasi kalkaneus, dan ruptur pada bagian tendon
yang lain.
g. Penatalaksanaan
Ada tiga hal yang perlu diingat saat merehabilitasi sebuah Achilles pecah:

Rentang gerak
Kekuatan fungsional,
Dukungan orthotic.
Rentang gerak ini penting karena dibutuhkan ke dalam pikiran
ketatnya tendon diperbaiki.Ketika awal rehabilitasi pasien harus melakukan
peregangan ringan dan meningkatkan intensitas sebagai waktu mengizinkan
dan nyeri.Puting stres linier pada tendon ini penting karena merangsang
perbaikan jaringan ikat, yang dapat dicapai saat melakukan "peregangan
pelari," (menempatkan jari-jari kaki beberapa inci sampai dinding

41

sementara tumit Anda ada di tanah). Melakukan peregangan untuk


mendapatkan kekuatan fungsional juga penting karena meningkatkan
penyembuhan pada tendon, yang pada gilirannya akan menyebabkan
kembali cepat untuk kegiatan. Peregangan ini harus lebih intens dan harus
melibatkan beberapa jenis berat bantalan, yang membantu reorientasi dan
memperkuat serat kolagen di pergelangan kaki terluka.Sebuah hamparan
populer digunakan untuk tahap rehabilitasi adalah menaikkan kaki pada
permukaan yang tinggi.Pasien adalah untuk mendorong ke jari kaki dan
lebih rendah nya diri sejauh mungkin ke bawah dan ulangi beberapa kali.
Bagian lain dari proses rehabilitasi adalah dukungan orthotic. Ini tidak ada
hubungannya dengan peregangan atau memperkuat tendon, melainkan di
tempat untuk menjaga pasien nyaman.Ini adalah menyisipkan dibuat
custom yang sesuai ke dalam sepatu pasien dan membantu dengan pronasi
tepat kaki, yang merupakan yang dapat menyebabkan masalah dengan
Achilles. Tindakan dan jenis pilihan terapi adalah sebagai berikut.10

Stabilisasi Awal
Setelah diagnosis dibuat, pergelangan kaki harus splinted dalam equinus
dengan

baik

empuk

untuk

membantu

elevasi

mengendalikan

pembengkakan.

Non Operatif
Indikasi treatment harus individual kepada pasien selama 10 minggu
berikutnya, pergelangan kaki secara bertahap dibawa ke posisi plantigrade

42

dengan perubahan cor kira-kira setiap 2 minggu. Berat tubuh diperbolehkan


setelah 6 minggu. Setelah casting, angkat tumit biasanya dipakai selama
beberapa bulan.

Terapi Fisik
Banyak rehabilitasi tersedia. Umumnya, terapi awalnya melibatkan
progresif, gerakan kaki aktif dan berkembang menjadi berat tubuh dan
memperkuat. Ada tiga hal yang perlu diingat saat merehabilitasi sebuah
Achilles pecah:

Rentang Gerak. Rentang gerak ini penting karena dibutuhkan ke dalam


pikiran ketatnya tendon diperbaiki. Ketika awal rehabilitasi pasien harus
melakukan peregangan ringan dan meningkatkan intensitas sebagai waktu

mengizinkan dan nyeri.


Kekuatan Fungsional, tendon ini penting karena merangsang perbaikan
jaringan ikat, yang dapat dicapai saat melakukan "peregangan pelari,"
(menempatkan jari-jari kaki beberapa inci sampai dinding sementara tumit
Anda ada di tanah). Melakukan peregangan untuk mendapatkan kekuatan
fungsional juga penting karena meningkatkan penyembuhan pada tendon,
yang pada gilirannya akan menyebabkan kembali cepat untuk kegiatan.
Peregangan ini harus lebih intens dan harus melibatkan beberapa jenis berat
bantalan, yang membantu reorientasi dan memperkuat serat kolagen di
pergelangan kaki terluka. Sebuah hamparan populer digunakan untuk tahap
rehabilitasi adalah menaikkan kaki pada permukaan yang tinggi.

43

Kadang-kadang Dukungan Orthotic. Ini tidak ada hubungannya dengan


peregangan atau memperkuat tendon, melainkan di tempat untuk menjaga
pasien nyaman. Ini adalah menyisipkan dibuat custom yang sesuai ke
dalam sepatu pasien dan membantu dengan pronasi tepat kaki, yang

merupakan yang dapat menyebabkan masalah dengan Achilles.


Operatif
Perbaikan langsung, indikasi lebih sering terjadi pada cedera akut (<6
minggu) atau Rekonstruksi dengan interposisi EDL atau plantaris.
Tindakan operasi dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang
terputus disambungkan kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan
pembedahan dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang
terputus.
Tindakan non operasi dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan
tersebut biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama
atau pasienya menolak untuk dilakukan tindakan operasi. Ada dua jenis

operasi, operasi terbuka dan operasi perkutan.


Operasi terbuka sayatan dibuat di bagian belakang kaki dan tendon Achilles
dijahit bersama-sama. Dalam pecah lengkap atau serius tendon plantaris
atau otot vestigial lain dipanen dan melilit tendon Achilles, meningkatkan
kekuatan tendon diperbaiki. Jika kualitas jaringan buruk, misalnya cedera
telah diabaikan, ahli bedah mungkin menggunakan mesh penguatan
( kolagen , Artelon atau bahan lainnya degradable).11

44

Gambar.2.5.5.4f. Operasi Terbuka Pada Ruptur Tendon Achilles11

Perkutan Operasi, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil, bukan satu
sayatan besar, dan menjahit tendon kembali bersama-sama melalui sayatan.
Pembedahan mungkin tertunda selama sekitar satu minggu setelah pecah
untuk membiarkan pembengkakan turun. Untuk pasien menetap dan
mereka yang memiliki vasculopathy atau risiko untuk penyembuhan
miskin, perkutan bedah perbaikan mungkin pilihan pengobatan yang lebih

baik daripada perbaikan bedah terbuka.


h. Komplikasi
Komplikasi rupture tendon Achilles yaitu infeksi. Infeksi adalah
adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
dengan gejala klinis, masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau
parasit, mikroorganisme kedalam tubuh manusia. Penyakit yang disebabkan
oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur dan lain-lainnya.

45

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ruptur tendon achilles adalah cedera atau kelaianan yang terjadi pada
kelompok usia paruh baya dengan aktifitas fisik yang tinggi seperti atlet.
Cedera ini disebabkan oleh terputusnya tendon achilles yang memfiksasi
otot fleksor bagian plantar pedis dengan os calcaneus. Biasanya cedera ini
disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Dari hasil analisis skenario 9 dan
46

pembelajarannya, terindikasi pasien mengalami ruptur tendon achilles


sesuai dengan keluhan yang terlihat baik dari hasil pemeriksaan fisik
maupun pemerksaan penunjang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Syaifuddin, H. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Edisi 3.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta. 2008. P. 652- 67
2. Anderson, Prince S.(2006). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta. P. 1382-97
3. Maffulli N, Ajis A (2008). Management of chronic ruptures of the Achilles
tendon. Journal of Bone and Joint Surgery, 90(6): 13481360.
4. Reddy SS, et al. (2009).Surgical treatment for chronic disease and disorders
of the Achilles tendon. Journal of the American Academy of Orthopaedic
Surgeons, 17(1): 314.

47

5. Srinivasan RC, et al. Orthopedic surgery. In Current Diagnosis and


Treatment: Surgery, 13th ed. New York: McGraw-Hill. 2010. P. 1006 - 91
6. Stretanski MF. Achilles tendinitis.In WR Frontera et al., eds., Essentials of
Physical Medicine and Rehabilitation, Philadelphia: Saunders Elsevier. 2nd
ed.2008, pp. 40710.
7. Myerson MS, McGarvey W. Disorders of the Achilles tendon and Achilles
tendinitis. Instr Course Lect 2005; 48:211-218
8. Salmons S. Muscles. In: Bannister LH, Berry MM, Collins P, eds. Gray's
anatomy: the anatomical basis of medicine and surgery, 38th ed. New
York: Churchill Livingstone, 2005: p. 884
9. Hastad K, Larsson L, Lindholm A. Clearance of radiosodium after local
deposit in the achilles tendon. ActaChirScand 2006; 116:251-255
10. Gould N, Korson R. Stenosing tenosynovitis of the pseudosheath of the
tendoachilles. Foot Ankle 2007; p.1:179-187
11. Carr A, Norris S. 2009. The blood supply of the calcaneal tendon. J Bone
Joint Surg Br ; 71-B:100-101.

48

Anda mungkin juga menyukai