Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
otonom, sel normal, sehingga sel ini berbeda dengan sel normal dalam bentuk dan
strukturnya.
Tumor uterus adalah kumpulan sel abnormal yang terbetnuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas tidak terkoordinasi pada uterus
dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.
B. Bentuk Tumor Uterus
1. Tumor jinak (benigna)
a. Mioma
1. Pengertian
Mioma uterus yang juga disebut fibromioma uterus, leiomioma
uterus, atau uterina fibroid, adalah neoplasma jinak yang berasal dari
otot polos dinding uterus. Mioma merupakan tumor uterus yang
ditemukan pada 20 25 % wanita diatas 35 tahun.
2. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui tetapi diduga estrogen berperan
penting. Tetapi, tidak didapat bukti bahwa hormon esterogen
berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui esterogen
berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor
esterogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari
miomentrium

sekitarnya

namu

konsentrasinya

lebih

rencah
3

dibandingIendomentrium.

Hormon

progesteron

meningkatkan

aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme


dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.
Progesteron memungkinakan pembesaran tumor dengan cara downregulation apoptosis dari
pembesaran

tumor

tumor. Esterogen berperan dalam

dengan

meningkatkan

produksi

matriks

ekstraseluler.
3. Klasifikasi mioma uterus menurut letaknya
Terdiri atas 3 jenis :
a. Mioma

intramural:

bila

tumor

itu

dalam

pertumbuhannya tetap tinggal dalam dinding uterus.


b. Mioma submukosa : Bila tumor itu tumbuh dan
menonjol kearah kavum uteri
c. Mioma subserosa : bila tumor tumbuh kearah luar
dan permukaan uterus
4. Patologi
Mioma uteri umumnya bersifat multiple, berlobus yang tidak
teratur maupun berbentuk sferis.
Mioma uteru biasanya berbatas jelas dengan miomentrium
sekitarjnta, sehingga pada tindakan enukleasi mioma dapat dilepaskan
dengan mudah dari jaringan miomentrium disekitarnya. Pada
pemeriksaan makroskopis dari potongan trasversal berwarna lebih
pucar dibandingka miomentrium disekitarnya, halus, berbentuk
lingkaran dan biasanya lebih keras dari jaringan sekitar, dan terdapat
pseudocapsule.

5. Gejala dan Tanda


Sebagian besar penderita mioma uterus tanpa gejala. Umumnya
gejala yang ditemukan dari lokasi ukurannya, dan perubahan
didalam mioma tersebut :
a. Gangguan haid berupa benoragi dan dismenoroe
b. Perdarahan tidak normal. Merupakan gejala klinis yang paling
sering terjadi dan paling penting. Wanita dengan mioma uteru
mungkin akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur
dan tidak teratur. Menorrhagia dan atau metrorrhagia terjadi
pada penderita mioma uteri. Perdarahan abnormal ini dapat
menyebabkan anemia defisiensi besi.
Perdarahan abnormal pada mioma uteru terjadi akibat
peningkatan ukuran permukaan endomentrium, peningkaran
vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus, gangguan kontraktilitas
uterus, Ulserasi endomentrium pada mioma submukosum, dan
kompresi pada pleksus venosus di dalam miomentrium.3
c. Adanya keluhan miksi atau konstipasi
d. Keluhan umum seperti rasa lelah, lemas, lesu
e. Keadaan sindrom perut akut karena degenerasi akibat oklusi
vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai maupun
akibat

kontraksi

miomentrium

yang

disebabkan

mioma

subserisum. Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik dan


menekan bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf
sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebab ke bagian
punggung dan ekstremitas posterior.3
5

f. Pada inspeksi dan palpasi perut apalagi pemeriksaan vagina


abdominar, uterus ditemukan membesar, keras dan berbenjolbenjol
6. Pemeriksaan diagnostik
a) USG
b) Histopatologik
c) Plano Test
7. Penatalaksanaan
Terdiri dari :
i. Pengobatan konservatif
Tidak semua mioma uteri memerlukan tindfakan bedah. Dalam
dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan
GnRH Agonis (GnRHA). Hal ini didasarkan atas pemikiran
leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan
dipengaruhi oleh estrogen
gonadotropin

dihipofisis

GnRHA mengatur reseptor


akan

mengurangi

sekresi

gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.


ii. Pengobatan operatif
a. Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja
tanpa pengangkatan uterus
b. Histerektomi hanya dilakukan pada mioma yang nekrotik
atau gangren dan untuk mencegah timbulnya karsinoma
servisis uteri.

iii. Radioterapi
Radioteraphy ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat
kontraindikasi pada tindakan operatif
8. Komplikasi
Komplikasi mendadak memerlukan tindakan segera. Torsi mioma
subserosum menunjukkan gawat abdomen akibat gangguan sirkulasi dan
nekrosis jaringan. Walaupun jarang terjadi, mioma dapat berubah
menjadi ganas. Kecurigaan terhadap sarkoma timbul apabila

suatu

mioma uterus yang selama beberapa tahun tidak membesar sekonyongkonyong menjadi besar.
B. Endometriosis
Endometriosis merupakan kelainan ginekologi jinak
yang sering di derita oleh perempuan usia reproduksi yang
ditandai dengan adanya glandula dan stroma endomentrium di
luar letaknya yang normal.
A. Patofisiologi
Pertumbuhan

endomentrium

menemus

membrana

basalis. Pada pemeriksaan histologis sebagian menunjukkan


pertumbuhan endomentrium menyambung ke dalam fokus
adenomiosis, sebagian ada di dalam miomentrium dan
sebagian lagi ada yang tidak tampak adanya hubungan antara
permukaan endomentrium dengan fokus adenomiosis. Hal ini
mungkin disebabkan oleh hubungan ini terputus oleh adanya
fibrosis. Seiring dengan berkembangnya adenomiosis, uterus
membesar secara difus dan terjadi hipertrofiotot polos.
Kadang- kadang elemen kelenjar berada dalam lingkup tumor
7

otot polos yang menyerupai mioma. Kondisi ini disebut


adenomioma. Fundus uteri merupakan tempat paling umum
dari adenomiosis. Pola mikriskopik dijumpai adanya pullaupulau endomentrium yang tersebar di dalam miomentrium.
Endomentrium

ektopik

dapat

memperlihatkan

adanya

perubahan seiring dengan adanya siklus haid, umumnya


jaringan ini bereaksi dengan esterogen taoi tidak dengan
progesteron. Penyebab adenomiosis sampai sekarang tidak
dikatahui pasti. Kemungkinn disebabkan adanya erupsi dari
membrana basalis dan disebabkan oleh trauma berulang,
operasi sesar ataupun kuretase.4
B. Diagnnosis/Gejala klinis
Seiring bertambah beratnya adenomioais, gejala yang
timbul adalah :

Menorragia, kemungkinan disebabkan oleh gangguan


kontraksi miomentrium akibat adanya fokus-fokus
adenomiosis

ataupun

makin

bertambahnya

vaskularisasi di dalam rahim.

Dismenorhae, ini semakin lama semakin erat, hal ini


akibat

gangguan

disebabkan

oleh

kontraksi

mopmentrium

pembengkakakam

prahaid

yang
dan

perdarahan haid di dalam kelenjar endomentrium.

Subfertilitas. Dengan makin beratnya adenomiosis


biasanya

pasien

semakin

sulit

untuk

mendapat

keturunan

Pada pemenriksaan dalam ditemukan rahim yang


membesar secara merara. Rahim biasanya nyeri tekan

dan sedikit lunak bila dilakukan pemeriksaan bimanual


sebelum prahaid (tanda Halban).
C. Pemeriksaaan

Ultrasonografi (USG), untukk melihat adanya


uterus yang membesar secara difus dan
gamaran penebalam dinding rahim terutama
pada bagian posterior dengan fokus-fokus
ekogenik, rongga endometriosis

eksentrik,

adanya

gambaran

penyebaran

dengan

hiperkoik, kantung-kantung kistik 5-7 mm yang


menyebar menyerupai gambaran sarang lebah.

MRI, akan terlihat adanya penebalan dinding


miomentrium yang difus

Pemeriksaan patologi anatomi, bahan spesimen


histerektomi

dibereikan

ke

laboratorium.

Ditemukan adanya pulau-pulau endomentrium


yang tersebar dalam miomentrium.4
D. Penanganan
Penanganan secara medik sehubungan dengan keluhan
perdaran ataupun nyeri dapat dilakukan dengan :

Pengobatan hormonal GnRH Agonis, diberikan


selama 6 bulan, tapi inni bersifat sementara yag
dalam beberapa waktu jemudian akan kambuh
kembali.

Pengobatan dengan suntikan progesteron, untuk


membant gejala nyeri dan perdarahan

Penggunaan IUD yang mengandung hormon


progesteron,

untuk

mengurangi

gejala

dismenore dan menoraggia.

2. Tumor ganas uterus( maligna)


a. Karsinoma serviks uterus
1) Epidemiologi
Karsinoma ini ditemukan terbanyak pada usia muda antara 30 dan 60
tahun. Penyebaran karsinoma serviks lokal perkontinuitatum adalah ke
vagina, parametrium, buli-buli dan rektum. Penyebaran

limfogen

menuju ke kelenjar limfe.


2) Etiologi
a) Perkawinan usia muda
b) Multivarietas
c) Multipartner sex
d) Infeksi HPV
e) Higyene, hubungan seksual kurang sehat
f) Sosial ekonomi rendah

3) Gejala klinis
a) Keputihan
b) Perdarahan : kontak dan spontan
c) Anemia
d) Berat badan menurun
e) Nafsu makan menurun

10

f) Bengkak pada tungkai bagian bawah


g) Perut bagian bawah terasa membesar dan disertai nyeri
4)

Klasifikasi tingkat keganasan


Tingkat keganasan menurut

FIGO (Federation International of

Ginecologi and Obstetrics 1978) adalah sebagai berikut :


Stadium

Keterangan

Karsinoma Prainvasif 0

Karsinoma in situ, karsinoma

intraepitelial
Karsinoma Invasif
I
Karsinoma terbatas pada
serviks
II
Karsinoma

meluas

kebawah serviks
tetapi

tidak

sampai

kedinding panggul;
Melibatkan 2/3 atas vagina
III
Karsinoma

meluas

ke

dinding panggul;

11

Melibatkan

1/3

bawah

vagina
IV
Karsinoma

meluas

ke

mukosa kandung
kemih dan rektum
5) Diagnostik test
1. Pemeriksaan sitologi eksploratif
2. Papsmear berkala
3. Mikrokuretase intraservikal
4. Pemeriksaan dengan kolposkopi
6) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan

karsinoma

serviks

invasif

dapat

berupa

radioteraphy atau histerektomi radikal dengan mengangkat uterus,


tuba, ovarium, sepertiga atas dari vagina, dan kelenjar limfe panggul,
jika kelenjar limfe aorta terkena maka juga diperlukan kemoterapi.
Pada tingkat klinik (KIS) tidak dibenarkan dilakukan elektro
koagulasi, bedah krio (cryo surgery) atau dengan sinar laser kecuali
bila yang menangani

seorang ahli dalam kolposkopi dan

penderitanya masih muda dan belum mempunyai anak. Bila


pe4nderita cukup tua atau sudah mempunyai cukup anak uterus tidak
perlu di tinggalkan agar penyakit tidak kambuh dapat dilakukan
histerektomi sederhana pada tingkat klinik Ia umumnya dianggap
dan ditangani sebagai kanker yang infasif. Bila mana kedalaman
infasif kurang dari atau hanya 1 mm dan tidak meliputi area yang

12

luas serta tidak melibatkan pembuluh limfa atau pembuluh darah


atau penanganannya dilakukan seperti KIS diatas. Pada klinik I b,
occ dan II a dilakukan histerektomi radikal dengan limfadenoktomi
panggul. Pasca bedah biasanya dilakukan dengan penyinaran
tergantung ada/tidak adanya sel tumor dalam kelenjar limfa regional
yang di angkat.
Pada tingkat II b, III, IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah
untuk ini primer adalah radioterapi.
Pada tingkat klinik Iva dan IV b penyinaran hanya bersifat paliatif.
Pemberian kemoterapi dapat di pertimbangkan.
Pada penyakit yang kambuh 1 tahun sesudah penanganan lengkap
dapat dilakukan operasi jika terapi terdahulu adalah radiasi dan
prosesnya masih terbatas pada panggul.
b. Karsinoma korpus uterus
Karsinoma ini paling banyak ditemukan pada wanita yang berusia
65 tahun keatas. Sedangkan dibawah umur 40 tahun jarang terlihat.
Gejala yang paling sering ditemukan adalah perdarahan abnormal pada
uterus.
Penyebaran karsinoma korpus uterus umumnya lambat dan melalui
permukaan mukosa uterus kejaringan sekitarnya. Diagnosa pasti
ditegakkan

berdasarkan

pemeriksaan

histopatologik.

Jaringan

endometrium yang diperoleh dengan kuret atau biopsi terarah dengan


bantuan histeroskopi.
Pengobatan karsinoma korpus uterus tergantung dari tingkat klinis
apakah diusulkan pembedahan, radioterapi atau terapi hormonal. Pada
kekambuhan penyakit setelah pengobatan diberikan hormol yaitu
progesteron.

13

14

Anda mungkin juga menyukai