Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN NY. D FRAKTUR


CLAVICULA DI RUANG PERAWATAN UMUM RUMAH SAKIT SAMARINDA MEDIKA CITRA

Di Susun Oleh :

RIMA WULANDARI

P2003028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan

bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang
yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta
memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf.
Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban
berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan
terputusnta kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang.2012).

Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung lebih
besar dan menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih kecildan menghadap ke

posterior. Ujung medial clavicula disebut ekstremitas sternalis, membentuk persendian


dengan sternum, dan ujung lateral disebut ekstremitas acromalis, membentuk persendian
dengan akromion. Shoulder komplek merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh
manusia, karena memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Shoulder komplek terdiri dari 3 sendi

synovial dan 2 sendi non synovial. Tiga sendi synovial adalah sternoclavicular joint,
acromioclavicular joint, dan glenohu-meral joint. 2 sendi non-sinovial adalah suprahumeral

joint dan scapulothoracic joint (Sulhaerdi, 2012).

Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi.
Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri,
menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung.
Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang lain,
karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus

dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau tertutup,
tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokterbujang, 2012).
B. ETIOLOGI
Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran
bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung/tidak langsung (kontraksi otot,
fleksi berlebihan).

Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik
berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula

sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi. Yang komplit, walaupun
tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula kemungkinan

akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau benjolan pada daerah bahu atau
dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa
terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa
susah. Anda mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain
untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011).

D. PATOFISIOLOGI
Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau
trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur
terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat

menyebabkan patah tulang selangka / fraktur klavikula.

Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan
otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh
darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP (Cardiac Out

Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi
plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral

vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu
fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan

kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah
patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi

itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf
yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang

sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas
fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada
pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.

(Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatansite, 2013).

E. KLASIFIKASI
1. Fraktur Tertutup (Simple Fracture).
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga
tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan
dunia luar.

2. Fraktur Terbuka (Compound Fracture).


Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui

luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from
without (dari luar).
3. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture).

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-
union, delayed union, non-union, dan infeksi tulang.
F. PATHWAY

Benturan Bahu Kiri

Trauma akibat diselerasi/ akselerasi

Jaringan tertekan

Fraktur

Perubahan Jaringan Pergeseran Fragmen Nyeri Akut


Sekitar Tulang

Operasi /
Laserasi Spasme otot
Pembedahan
kulit

Tekanan kapiler
Post Operasi
Kerusakan
integritas Edema
kulit

Perfusi jaringan

Gg perfusi jaringan

Adanya Gangguan Istirahat dan tidur Adanya Luka

Keruskan Motorik
Gangguan Rasa Nyaman

Penurunan Kerusakan dan ketahanan Otot

Gangguan Mobilitas Fisik


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan.

Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari
klavikula Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil. Pewarna

biasanya diberikan dalam pembuluh darah Anda (Intra Vena). Pewarna ini dapat
membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap yodium

atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa
pewarna. Beritahu petugas jika Anda alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau

kondisi medis lainnya.

2. Magnetic resonance imaging scan:

Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar
tulang selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar

diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu berbaring diam
selama MRI.

3. X-ray

x-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua
klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan bedah
atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.

Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa


reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,apalagi pada anak
karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkangangguan pada bahu, baik fungsi
maupun keuatannya. Kalus yang menonjolkadang secara kosmetik mengganggu meskipun
lama-kelamaan akan hilangdengan proses pemugaran. Yang penting pada penggunaan
mitela ialah letak tangan lebih tinggi daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari
dantangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.

Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :

1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.

3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).

I. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien fraktur menurut Doengoes, (2000) diperoleh data sebagai

berikut :

a) Aktivitas (istirahat)
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera
fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan nyeri)

b) Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri) atau
hipotensi ( kehilangan darah), takikardia ( respon stress, hipovolemia), penurunan / tidak
ada nadi pada bagian distal yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian
yang terkena pembengkakan jaringan atau massa hepatoma pada sisi cedera.

c) Neurosensori
Gejala : Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis)

Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot,
terlihat kelemahan / hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau
trauma)
d) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan /

kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi ; tidak ada nyeri akibat kerusakan
saraf, spasme / kram otot (setelah imobilisasi)

e) Keamanan

Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna, pendarahan, pembengkakan


local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

f) Penyuluhan
Gejala : Lingkungan cedera

1. Pengkajian
a. Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat psikososial spiritual, pola hubungan dan peran, pola persepsi dan konsep
diri, pola sensori dan kognitif

2. Pemeriksaan Fisik
1) Gambaran Umum
 Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung
pada keadaan klien.
 Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada
kasus fraktur biasanya akut.
 Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun
bentuk.
2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
 Sistem Integumen: Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, nyeri tekan.

 Kepala: Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

 Leher: Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan
ada.
 Muka: Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.

 Mata: Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan)

 Telinga: Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.

 Hidung: Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.


 Mulut dan Faring: Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,

mukosa mulut tidak pucat.


 Thoraks: Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
 Paru
Inspeksi: Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.

Palpasi: Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.


Perkusi: Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi: Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi.

 Jantung
Inspeksi: Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi: Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi: Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
 Abdomen
Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi: Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

Perkusi: Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.


Auskultasi: Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
 Inguinal-Genetalia-Anus: Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada
kesulitan BAB.
3. Diagnosa Keperwatan
1. Nyeri akut b/d agens cedera fisik ( trauma )

2. Hambatan mobilitas fisik b/d Nyeri


3. Ansietas b/d Stressor (tindakan OP)

4. Intervensi Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Nyeri Akut b/d agens- Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
agens penyebab cedera Definisi : Definisi :
Definisi : Tindakan pribadi untuk Pengurangan atau reduksi
Pengalaman sensorik dan mengontrol nyeri nyeri sampai pada tingkat
emosional tidak kenyamanan yang dapat
menyenangkan dengan diterima oleh pasien.
kerusakan jaringan actual Setelah dilakukan Aktivitas-Aktivitas :
atau potensial, atau keperawatan selama 2x24  Lakukan pengkajian
digambarkan sebagai suatu jam diharapkan terjadi nyeri komprehensif yang
kerusakan; awitan yang perubahan dari kondisi meliputi lokasi,
tiba-tiba atau lambat dengan penyimpangan yang sangat karakteristik, durasi,
intensitas dari ringan hingga besar (1) sampai dengan frekuensi dan faktor
berat, terjadi konstan atau tidak ada nya penyimpangan pencetus
berulang tanpa akhir yang (5). Dengan indicator  Gunakan strategi
daoat diantisipasi atau sebagai berikut : komunikasi teraupetik
diprediksi dan berlangsung  Mengenali kapan nyeri untuk mengetahui
lebih dari (>3 bulan) terjadi (3) pengalaman nyeri dan
Batasan Karakteristik :  Menggambarkan faktor sampaikan penerimaan
 Nyeri penyebab (3) pasien terhadap nyeri
 Ekspresi wajah nyeri  Menggunakan tindakan  Bantu keluarga dalam
 Fokus pada diri sendiri pengurangan nyeri tanpa mencari dan
 Hambatan kemampuan analgesic (3) menyediakan dukungan
meneruskan aktivitas  Menggunakan analgesic  Ajarkan prinsip-prinsip
sebelumnya yang dianjurkan (3) menajamen nyeri
 Keluhan tentang  Melaporkan perubahan  Ajarkan pasien tekniknik
intensitas menggunakan terhadap gejala nyeri relaksas, terapi music
standar skala nyeri pada professional  Libatkan keluarga dalam
 Keluhan tentang kesehatan (3) modalitas penurun nyeri,
karakteristik nyeri  Melaporkan gejala yang jika memungkinkan
dengan menggunakan tidak terkontrol pada
standar instrument nyeri professional kesehatan
 Laporan tentang perilaku (3)
nyeri/perubahan aktivitas  Melaporkan nyeri yang
 Perubahan pola tidur terkontrol (3)
Faktor yang Berhubungan
:
 Agens cedera
Hambatan mobilitas fisik Pergerakan Terapi latihan : mobilitas
b/d Nyeri Definisi : sendi
Definisi : Kemampuan untuk bisa Definisi :
Keterbatasan dalam gerakan bergerak bebas di tempat Penggunaan gerakan tubuh
fisik atau satu atau lebih dengan atau tanpa alat bantu baik aktif maupun pasif
ekstremitas secara mandiri untuk meningkatkan atau
dan terarah Setelah dilakukan memelihara kelenturan sendi
Batasan Karakteristik : keperawatan selama 2x24
 Gangguan sikap berjalan jam diharapkan terjadi Aktifitas-Aktivitas :
 Kesulitan membolak perubahan dari kondisi  Dukung ROM aktif :
balik posisi penyimpangan yang sangat 2xsehari
 Keterbatasan rentang besar (1) sampai dengan  Lakukan ROM pasif :
gerak tidak ada nya penyimpangan 2xsehari
 Ketidaknyamanan (5). Dengan indicator  Lindungi pasien dari
Faktor yang Berhubungan sebagai berikut : trauma selama latihan
:  Keseimbangan (3)  Dukung pasien untuk
 Gangguan Nyeri  Cara berjalan (3) melihat gerakan tubuh
 Gerakan otot (3) sebelum memulai latihan
 Berjalan (3)  Sediakan dukungan
 Bergerak dengan mudah positif dalam melakukan
(3) latihan sendi

Ansietas b/d Stressor Tingkat Kecemasan Terapi Rileksasi


Definisi : Definisi : Definisi :
Perasaan tidak nyaman atau Keseluruhan rasa nyaman Penggunaan teknik-teknik
kekhawatiran yang samar dan keamanan individu untuk mendorong dan
disertai respons otonom. secara fisik, psikospiritual, memperoleh relaksasi demi
Perasaan takut yang sosial budaya dan tujuan mengurangi tanda
disebabkan oleh antisipasi lingkungan. dan gejala yang tidak
terhadap bahaya. Hal ini diinginkan seperti nyeri,
merupakan isyarat Setelah dilakukan kaku otot dan ansietas.
kewaspadaan yang keperawatan selama 2x24 Aktivitas-aktivitas :
memperingatkan individu jam diharapkan terjadi  Pertahankan sikap
akan adanya bahaya dan perubahan dari kondisi tenang dan aman kepada
memampukan individu penyimpangan yang sangat pasien
untuk bertindak menghadapi besar (1) sampai dengan  Yakinkan keselamatan
ancaman. tidak ada nya penyimpangan pasien
Batasan Karakteristik : (5). Dengan indicator  Identifikasi orang-orang
 Gelisah sebagai berikut : terdekat pasien yang bisa
 Insomnia  Tidak dapat beristirahat membantu menenangkan
 Sangat khawatir (3) pasien
 Wajah tegang  Perasaan gelisah (3)  Instruksikan metode
 Ketakutan  Wajah tegang (3) mengurangi kecemasan
 Peningkatan tekanan  Serangan panik (3) kepada pasien
darah  Rasa takut disampaikan
lewat lisan (3)
Faktor yang Berhubungan  Peningkatan tekanan
: darah (3)
 Stressor
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35970721/LAPORAN_PENDAHULUAN

Wahyuni, S. (2012). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dengan Close Fraktur Clavicula 1/3
Tengah Dekstra di IBS RS.ORTOPEDI .Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/21989/1/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Nanda International Inc. Nursing Diagnoses; Definitions & Classification 2015-2017, Ed. 10

Terjemahan Nursing Outcome Classification (NOC), edisi ke-5

Terjemahan Nursing Interventions Classification (NIC), edisi ke-6

Anda mungkin juga menyukai