Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR KLAVIKULA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
Okta Imanila
24.21.1499

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGATAN XXVII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXVII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

HALAMAN PENGESAHAN
Telah Disahkan “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Klien Tn. S Diagnosa Medis Close
Fraktur Klavikula Sinistra Di Ruang Bougenvile RSUD Panembahan Senopati ” Guna
Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah Program Pendidikan Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta Tahun 2021.

Yogyakarta, Desember 2020


Diajukan Oleh:

( Okta Imanila )
24.19.1415

Menyetujui,

Pembimbing Klinik Preceptor

(,S.Kep.,Ns) (Warsiyah, S.Kep.,Ns.,MPH)

Pembimbing Akademik

(Suib, S.Kep.,Ns.,M.Kep)

LAPORAN PENDAHULUAN
CLOSE FRAKTUR KLAVIKULA

A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, baik bersifat total maupun sebagian
yang ditentukan berdasarkan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2002). Fraktur
ekstremitas atas yaitu fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi
ektremitas atas baik pada tangan, pergelangan tangan, lengan, siku, lengan atas dan
gelang bahu (UT Southwestern Medical Center, 2016). Berdasarkan anatomisnya,
gelang bahu terdiri atas klavikula dan skapula (Nurachmah dan Angriani, 2011).
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika

terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu. Radiografi

(sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan

otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah yang pecah

sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien ( Black dan Hawks, 2014).

Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi.
Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri,
menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung.
Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang
lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula
harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau
tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokter bujang, 2012).

Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan
bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang
yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta
memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf.

B. Etiologi

Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu

retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot dan

jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin

hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak

terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna sedangkan

fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal sebagai fraktur lengkap

(Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).

Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat dibedakan


menjadi:

a. Cedera traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga

tulang patah secara spontan

2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi

benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan

fraktur klavikula

3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak

b. Fraktur patologik

Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor

mengakibatkan :

a) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali

b) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut

atau dapat timbul salah satu proses yang progresif

c) Rakhitis

d) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus

C. Manifestasi Klinis
Mendiagnosis fraktur harus berdasarkan manifestasi klinis klien, riwayat,
pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis. Tanda dan gejala terjadinya fraktur menurut
Black dan Hawks (2014), antara lain:

c. Deformitas

Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada

lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai,

deformitas rotasional, atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi

fraktur dapat memiliki deformitas yang nyata.

d. Pembengkakan

Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa
pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.

e. Memar

Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.

f. Spasme otot

Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi

gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.

g. Nyeri

Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur,

intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien.

Nyeri biasanya terus-menerus , meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini

terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera

pada struktur sekitarnya.

h. Ketegangan
Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.

i. Kehilangan fungsi

Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena

hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena. Kelumpuhan

juga dapat terjadi dari cedera saraf.

j. Gerakan abnormal dan krepitasi

Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan

antar fragmen fraktur.

k. Perubahan neurovaskular

Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur

vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas atau kesemutan

atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur

l. Syok
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau

tersembunyi dapat menyebabkan syok.

D. Patofisiologi Fraktur
Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh
cedera atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi
tangan ketika terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan
langsung ke bahu juga dapat menyebabkan patah tulang selangka/ fraktur
klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama perkelahian, kecelakaan mobil, atau
dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang
dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan
lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah
tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang
terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman
nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler
yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu,
disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada
umumnya pada pasien

fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan


untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatan site,
2013
E. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah:
1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang
luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya
menyeberang dari satu sisi ke sisi lain.
2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang
dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai
korteks (masih ada korteks yang utuh).

Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan


hubungan dengan dunia luar, meliputi:

1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih


utuh, tulang tidak menonjol malalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena
adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka
potensial terjadi infeksi

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL


Allman tahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang
membagi patah tulang klavikula menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula


(insidensi kejadian 75 - 80%).
 Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
 Umumnya terjadi pada pasien yang muda.

2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 - 25%).


Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular
(conoid dan trapezoid).

 Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
 Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan
ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.

 Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak


ataupun kedua - duanya.
 Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang
melibatkan AC joint.
 Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan
fragmen proksimal berpindah keatas.
 Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.

3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%)


Pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

F. Pemeriksaan Penunjang
3. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P
meningkat di dalam darah.
4. CT scan
Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk mengambil
gambar dari klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi pewarna
sebelum gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh
darah Pasien (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat
foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang
(lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna.
Beritahu petugas jika Pasien alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi
atau kondisi medis lainnya.
5. Magnetic resonance imaging scan/ MRI
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang
selangka/ klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar
diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu
berbaring diam selama MRI.
6. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray
dari kedua klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil.
G. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu
dengantindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
konsevatif.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion)

Melakukan dengan cara terapi :


 Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga
mungkin perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka
robek di kulit.
 Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah
klavikula patah dari kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan
dan digantungkan ke leher untuk kenyamanan dan keamanan.
 Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan
jangkauan gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini
membantu untuk membawa kembali kekuatan dan kekuatan bahu dan
lengan.
B. Komplikasi
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus
brakhialis, cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan mal
union (penyimpangan penyatuan). Mal union merupakan masalah kosmetik
bila pasienmemakai baju dengan leher rendah. Komplikasi akut meliputi
cedera pembuluh darah, pneumouthorax, haemothorax. Komplikasi lambat
dapat meliputi, mal union adalah proses penyembuhan tulang berjalan normal
terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau
abnormal. Sedangkan Non union adalah kegagalan penyambungan tulang
setelah 4 sampai 6 bulan.
ASKEP FRAKTUR KLAVIKULA

BERDASARKAN TEORI

1. Pengkajian :

a. Anamnesis

1) Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,

golongan darah, nomer register, tanggal masuk rumah sakit,

diagnosis medis (Padila, 2012).

2) Keluhan utama

Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu

klien juga akan kesulitan beraktivitas. Untuk memperoleh

pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan

menurut Padila (2012) :

a) Provoking incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi

faktor presipitasi nyeri

b) Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

menusuk

c) Region : Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah

rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit

terjadi.

d) Severity (scale) of pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang

dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien

menerangkan seberapa jauh rasa sakit memepengaruhi

kemampuan fungsinya.

e) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah


bertambah buruk pada malam hari atau siang hari

1) Riwayat penyakit sekarang

2) Riwayat penyakit dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur

dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan

menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang

menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk

menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka sangat

beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga

diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Padila, 2012).

3) Riwayat penyakit keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan

2. Diagnosa Keperawatan

menurut Boedihartono dalam Jitowiyono dan Kristiyanasari

(2010) antara lain :

a. Nyeri berhubungan dengan jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,

edema, dan cedera jaringan, alat traksi atau imobilisasi, stress,

ansietas.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan atau keletihan,

ketidakadekuatan oksigen, ansietas, dan gangguan pola tidur.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan

status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi

dibuktikan dengan terdapat luka atau ulserasi, kelemahan, turgor kulit

buruk, terdapat jaringan nekrosis.


d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ,

ketidaknyamanan, kerusakan muskuloskeletal , pembatasan aktivitas,

dan dan penurunan kekuatan ketahanan.

e. Resiko infeksi berhubungan statis cairan tubuh, respon inflamasi

tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukan, luka atau kerusakan

kulit, insisi pembedahan.

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang

terpajan informasi.
3. Perencanaan keperawatan

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Kolaborasi Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, Pain Control, secara komprehensif termasuk
fisik, psikologis), kerusakan Comfort Level lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan Setelah dilakukan frekuensi, kualitas dan faktor
DS: tindakan presipitasi
Laporan secara verbal keperawatan selama …. 2. Observasi reaksi nonverbal
DO: Pasien tidak mengalami dari ketidaknyamanan
Posisi untuk menahan nyeri nyeri, dengan kriteria 3. Bantu pasien dan keluarga
Tingkah laku berhati-hati hasil: untuk mencari dan menemukan
Gangguan tidur 1. Mampu mengontrol dukungan
Terfokus pada diri sendiri nyeri (tahu penyebab 4. Kontrol lingkungan yang
Fokus menyempit nyeri, mampu dapat mempengaruhi nyeri
Tingkah laku distraksi, menggunakan tehnik seperti suhu ruangan,
Respon autonom nonfarmakologi untuk pencahayaan dan kebisingan
Perubahan autonomic mengurangi nyeri, 5. Kurangi faktor presipitasi
dalam tonus otot mencari bantuan) nyeri
Tingkah laku ekspresif 2. Melaporkan bahwa 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
Perubahan dalam nafsu nyeri berkurang dengan untuk menentukan intervensi
makan dan minum menggunakan 7. Ajarkan tentang teknik non
manajemen nyeri farmakologi: napas dala,
3. Mampu mengenali relaksasi, distraksi, kompres
nyeri (skala, intensitas, hangat/ dingin
frekuensi dan tanda 8. Berikan analgetik untuk
nyeri) mengurangi nyeri: ……...
4. Menyatakan rasa 9. Tingkatkan istirahat
nyaman setelah nyeri
berkurang Tanda vital . Berikan informasi tentang nyeri
dalam rentang normal seperti penyebab nyeri, berapa
5. Tidak mengalami lama nyeri akan berkurang dan
gangguan tidur antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
. 10. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
Berhubungan dengan: Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
Gangguan metabolisme sel Mobility Level 1. Monitoring vital sign
Keterlembatan Self Care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
perkembangan Transfer Performance respon pasien saat latihan
Pengobatan Setelah dilakukan 2. Konsultasikan dengan terapi
Keterbatasan ketahan tindakan fisik tentang rencana ambulasi
kardiovaskuler Keperawatan selama…. sesuai dengan kebutuhan
Kehilangan integritas Gangguan mobilitas 3. Bantu klien untuk
struktur tulang fisik teratasi dengan menggunakan tongkat saat
Kurang pengetahuan tentang kriteria hasil: berjalan dan cegah
kegunaan 1. Klien meningkat terhadap cedera
pergerakan fisik dalam aktivitas fisik 4. Ajarkan pasien atau tenaga
Kerusakan persepsi sensori 2. Mengerti tujuan dari kesehatan lain tentang teknik
Tidak nyaman, nyeri peningkatan mobilitas ambulasi
Kerusakan muskuloskeletal 3. Memverbalisasika 5. Kaji kemampuan pasien
dan neuromuskuler perasaan dalam dalam mobilisasi
Intoleransi aktivitas/ meningkatkan kekuatan 6. Latih pasien
penurunan kekuatan dan dan kemampuan dalam pemenuhan
stamina berpindah kebutuhan ADLs secara mandiri
Depresi mood atau cemas 4. Memperagakan sesuai kemampuan
Penurunan kekuatan otot, penggunaan alat Bantu
kontrol dan atau masa
DO: untuk mobilisasi 7. Dampingi dan Bantu pasien
Kesulitan merubah posisi (walker) saat mobilisasi dan bantu penuhi
Perubahan gerakan kebutuhan ADLs ps.
(penurunan untuk berjalan, 8. Berikan alat Bantu jika klien
kecepatan, kesulitan memerlukan.
memulai langkah pendek) 9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
Keterbatasan motorik kasar bantuan jika diperlukan
dan halus
Keterbatasan ROM
Gerakan disertai nafas
pendek atau tremor
Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
Gerakan sangat lambat dan
tidak terkoordinasi
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. B., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume I,


EGC: Jakarta.

Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius:


Jakarta

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki.


Volume 2. Edisi 6. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi
8. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai