Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KMB 2 DENGAN DIAGNOSA CLOSE FRAKTUR


LATERAL END CLAVICULA DEXTRA DI RUANG BOUGENVILE
KAMAR 3A RSUD MAJENANG

Disusun Oleh :

Nama : Josephira Reynawati Putri Jatmiko


NIM : 106-121-027

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGAM STUDI D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
TAHUN 2022/2023
Nama Mahasiswa : Josephira Reynawati P.J
NIM : 106121027
Diagnosa : Close Fraktur Lateral end Clavicula D

A. Pengertian
Clavicula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan
bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang
yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh, serta
memberikan perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf.

Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat
beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias
menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang, 2012).

Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia. luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial
untuk terjadi infeksi (De Jong, 2010).

Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi.
Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela din,
menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung.
Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang
lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula
harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau
tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokter bujang. 2012).

Jadi close fraktur clavicula adalah gangguan atau terputusnya hubungan tulang
clavicula yang disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan
terputus atau tertarik keluar (outstretched hand) yang tidak ada hubungan patah tulang
dengan dunia luar.

B. Etiologi

Penyebab utama primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran
bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung/ tidak langsung (kontraksi otot,
fleksi berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan
yang tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar
fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi yang
komplit, walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.

Fraktur Klavikula, menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang
senng terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar tertarik keluar (outstreched hand)
dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru baru
ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula
adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh
atau terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh (Nowak et a,l Nordqvist
dan Peterson).

Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched
hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus
patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu
lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering dijumpai. Pada
anak-anak sekitar 10-16% dari semua kejadian patah tulang. sedangkan pada orang
dewasa sekitar 2,0-5%.

C. Manifestasi Klinis
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau benjolan
pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak terlihat
normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu
dan lengan juga akan terasa susah. Pasien mungkin perlu untuk membantu pergerakan
lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin
menggerakan. (Medianers, 2011)

Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan
setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah
fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat
kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan
terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan
sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang.

D. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur clavicula menurut Helmi (2012) adalah tulang pertama yang
mengalami proses pergerasan selama perkembangan embrio pada minggu ke lima dan
enam. Tulang clavicula, tulang humerus bagian proksimal dan tulang scapula bersama-
sama membentuk bahu.

Tulang clavicula ini membantu mengangkat bahu ke atas, keluar, dan kebelakang
thorax. Pada bagian proximal tulang clavicula bergabung dengan sternum disebut sebagai
sambungan sternoclavicular (SC),

Pada bagian distal clavicula (AC), patah tulang pada umumnya mudah untuk dikenali
dikarenakan tulang clavicula adalah tulang yang terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan
tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang terletak dibawah. kulit maka tulang ini
sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang clavicula terjadi akibat tekanan yang kuat
atau hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan
langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur

Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau
trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur
terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat
menyebabkan patah tulang selangka/fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama
perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat.

Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubuhan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh.

Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga
akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya
pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan
untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai
sembuh. (Sylvia, 1995: 1183, dalam keperawatansite, 2013).

E. Pemeriksaan Penunjang
6. Laboratorium

Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di dalam darah.

7. CT scan

Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar


dari klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil.
Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Pasien (Intra Vena). Pewarna ini
dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap
yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa
pewarna. Beritahu petugas jika Pasien alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau
kondisi medis lainnya.

8. Magneticresonance imaging scan (MRI)

MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang selangka


klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI. gambar diambil dari tulang, otot,
sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu berbaring diam selama MRI.

9. X-ray

X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua
klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil.

F. Pathway
G. Komplikasi

Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera
vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan mal union (penyimpangan
penyatuan). Mal union merupakan masalah kosmetik bila pasienmemakai baju dengan
leher rendah. Komplikasi akut meliputi cedera pembuluh darah, pneumouthorax,
haemothorax. Komplikasi lambat dapat meliputi, mal union adalah proses penyembuhan
tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk
aslinya atau abnormal. Sedangkan Non union adalah kegagalan penyambungan tulang
setelah 4 sampai 6 bulan.

Komplikasi pada fraktur clavicula menurut De Jong (2010) dapat berupa:

a) Komplikasi awal :

 Kerusakan arteri
 Sindrom kompartemen
 Fat Embolism Syndrome
 Infeksi
 Syok

b) Komplikasi akut :

 Cedera pembuluh darah


 Pneumouthorax
 Haemothorax

c) Komplikasi lambat:

 Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalamwaktu


semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
 Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan bedah
atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.

Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa


reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan, apalagi pada anak
karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkan gangguan pada bahu, baik fungsi
maupun keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik mengganggu
meskipun lama-kelamaan akan hilang dengan proses pemugaran. yang penting pada
penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi dari pada tingkat siku, analgetik, dan
latihan gerak jari dan tangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa
hari.

Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut:

1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion)

Melakukan dengan cara terapi :

1. Obat-obatan

Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga mungkin
perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.

2. Sling atau selempang

Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula patah dari
kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher untuk
kenyamanan dan keamanan.

3. Terapi pendukung

Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi


pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan gerak
dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk membawa kembali
kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.

I. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas pasien

Resiko luka lecet setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun
mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terkena infeksi.
(Doengoes, 2000)
b. Riwayat kesehatan sekarang

1) Sumber kecelakaan
2) Sumber penyebab yang berbahaya
3) Gambaran yang mendalam bagaimana luka lecet terjadi
4) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan.
5) Keadaan fisik disekitar luka lecet
6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
7) Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka lecet

c. Riwayat kesehatan dahulu

Penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai penyakit yang merubah


kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi
(seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan). (Doengoes, 2000)

d. Pantau patensi jalan napas pasien; evaluasi nadi apical, karotis dan femoral.
e. Mulai lakukan pemantauan jantung.
f. Periksa tanda-tanda vital dengan teratur menggunakan alat ultrasonografi jika
diperlukan
g. Kaji status neurologis: kesadaran; status psikologis, nyeri dan tingkat ansietas serta
perilaku.

h. Kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang cedera dan pengobatan.

1. Aktifitas/istirahat :

Tanda : Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit,
gangguan massa otot, perubahan tonus.

2. Sirkulasi :

Tanda: hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan.

3. Integritas ego :

Gejala masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas,


menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.

4. Eliminasi :
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat, warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

5. Makanan/cairan:

Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia, mual/muntah.

6. Neurosensori:

Gejala: area batas; kesemutan.


Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada
cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik); laserasi komeal; kerusakan retinal;
penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik);
paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

7. Nyeri kenyamanan:

Gejala Berbagai nyen; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk
disentuh; ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada luka lecet ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf, luka bakar derajat tiga tidak nyeri.

8. Pernafasan:

Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).

Tanda serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.

Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada: jalan nafas
atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal),
bunyi nafas: gemericik (oedema paru), stridor (oedema laringealk sekret jalan nafas
dalam (ronkhi).

9. Keamanan:

Tanda : -
Kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.

10. Pemeriksaan Diagnostik: -

J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien fraktur berdasarkan sebagai
berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang
K. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Rencana Keperawatan Rasional

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
agen pencedera fisiologis, Ekspektasi : Menurun Tindakan :
kimiawi dan fisik dibuktikan Kriteria Hasil : Observasi Observasi
dengan : a. Kemampuan menuntaskan a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, a. Untuk mengetahui tindakan apa yang
1. Mengeluh nyeri aktivitas meningkat frekuensi, kualitas, intensitas nyeri selanjutnya akan dilakukan
2. Tampak meringis b. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri b.Untuk mengetahui tingkat nyeri
3. Bersikap protektif (mis. c. Meringis menurun c. Identifikasi respons nyeri non verbal c. Untuk mengetahui tingkat nyeri
waspada, posisi d. Sikap protektif menurun d. Identifikasi faktor yang memperberat dan d.Untuk mencegah nyeri
menghindari nyeri) e. Gelisah menurun memperingan nyeri e.Untuk mengetahui pemahaman
1.
4. Gelisah f. Kesulitan tidur menurun e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan pasien terhadap nyeri
5. Frekuensi nadi meningkat g. Menarik diri menurun tentang nyeri f. Untuk mengetahui tindakan
6. Sulit tidur h. Berfokus pada diri sendiri f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap selanjutnya
7. Tekanan darah meningkat menurun respon nyeri g.Untuk mengetahui kondisi pasien
8. Pola napas berubah i. Diaforesis menurun g. Identifikasi pengaruh nyeri pada terhadap nyeri
9. Nafsu makan berubah j. Perasaan depresi (tertekan) kualitas hidup h.Untuk mengetahui terapi yang
10. Prosesberpikir terganggu menurun h. Monitor keberhasilan terapi komplementer diberikan berhasil atau tidak
11. Menarik diri l. Perasaan takut mengalami yang sudah diberikan i. Untuk mencegah bertambahnya
12. Berfokus pada diri sendiri cedera berulang menurun i. Monitor efek samping penggunaan masalah keperawatan
m. Anoreksia menurun analgetik
n. Perineum terasa tertekan Terapeutik Terapeutik
menurun a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk a. Untuk mengurangi nyeri
o. Uterus teraba membulat mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
menurun hipnosis akupresur, terapi musik,
p. Ketegangan otot menurun biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
q. Pupil dilatasi menurun teknik imajinasi terbimbing, kompres
r. Muntah menurun hangat/dingin, terapi bermain)
b. Untuk meringankan nyeri
s. Mual menurun b. Kontrol lingkungan yang
t. Frekuensi nadi membaik memperberat rasa nyeri (mis. suhu
u. Pola napas membaik ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. Untuk meringankan nyeri
v. Tekanan darah membaik c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Untuk mengetahui terapi yang cocok
w. Proses berpikir membaik d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
untuk meringankan nyeri
x. Fokus membaik dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
y. Fungsi berkemih
membaik Edukasi
Edukasi
z. Perilaku membaik a. Jelaskan penyebab, periode dan
a. Agar pasien dan keluarga mengerti
k. Nafsu makan membaik pemicu nyeri
kapan nyeri muncul
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
b. Agar pasien dan keluarga secara
mandiri dapat meringankan nyeri
yang dirasakan
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
c. Untuk mengetahui hal apa yang bisa
menyebabkan nyeri bertambah
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara
d. Untuk mengurangi nyeri
tepat
e. Untuk meringankan nyeri
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Ansietas berhubungan dengan Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (I.09314) 1. Hubungan saling percaya adalah dasar
2.
kekhawatiran mengalami Ekspetasi : Menurun Observasi hubungan terpadu yang mendukung
kegagalan dibuktikan dengan : Kriteria Hasil : 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah klien dalam mengatasi perasaan cemas
DS: 1. Verbalisasi kebingungan (mis: kondisi, waktu, stresor) 2. Dukungan yang terus menerus
1. Merasa bingung menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil mungkin membantu pasien mengurangi
2. Merasa khawatir dengan akibat 2. Verbalisasi khawatir akibat keputusan ansietas/ rasa takut ke tingkat yang dapat
dari kondisi yang dihadapi kondisi yang dihadapi menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan diatasi.
3. Sulit berkonsentasi 3. Perilaku gelisah menurun nonverbal) 3. Sebagai indikator awal dalam
4. Perilaku tegang menurun menentukan intervensi berikutnya
DO: 5. Konsentrasi membaik Terapeutik 4. Agar pasien merasa diterima
1. Tampak gelisah 6. Pola tidur membaik 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk 5. Dapat mengurangi rasa cemas pasien
2. Tampak tegang menumbuhkan kepercayaan akan penyakitnya
3. Sulit tidur 2. Temani pasien untuk mengurangi 6. Ketidaktahuan dan kurangnya
kecemasan, jika memungkinkan pemahaman dapat menyebabkan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas timbulnya ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian 7. Mengurangi kecemasan pasien
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang

Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu
Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi (I.05173) Memahami tingkat tertentu, memandu
3.
berhubungan dengan kerusakan Ekspetasi : Meningkat Observasi rancangan rencana pengelolaan terbaik.
integritas struktur tulang Kriteria Hasil : 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
DS : 1. Pergerakan ekstremitas lainnya
1. Mengeluh sulit meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
menggerakkan ekstremitas 2. Kekuatan otot meningkat pergerakan
DO : 3. Rentang gerak (ROM) 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
meningkat
1. Kekuatan otot menurun darah sebelum memulai mobilisasi
2. Rentang gerak (ROM) 4. Monitor kondisi umum selama melakukan
menurun mobilisasi

Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.

Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2012, Asuhan Keperawatan Post Operasi Dengan


Pendekatan Nanda, NIC, NOC., Yogyakarta: Nuha Medika.

Wiarto, G. (2017). Nyeri Tulang dan Sendi. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Cetakan II.
Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia Cetakan II.
Jakarta DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai