Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR CLAVIKULA

DISUSUN OLEH:

PUTU ADESTA PURNAMA DEWI

G3A017139

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2018/2019
1. PENGERTIAN
Fraktur clavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah
atau proksimal clavikula (Putra, 2013).
Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni
bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun
tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai
dengan trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap
kejadian fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula
biasa bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya (Dokter
bujang, 2012).
Faktur Klavikula, menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera
yang sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/ tertarik keluar
(outstreched hand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai
klavikula, namun baru - baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme
secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya
tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.

2. ETIOLOGI
Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan
kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung/ tidak langsung
(kontraksi otot, fleksi berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari
jatuh pada tangan yang tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara
langsung. Sebagian besar fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban
digunakan untuk immobilisasi yang komplit, walaupun tidak umum, mungkin
menggunakan ORIF.
Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar
(outstreched hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena
trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma
dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling
sering dijumpai. Pada anak - anak sekitar 10 – 16% dari semua kejadian patah tulang,
sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,6 – 5 %.
3. PATOFISIOLOGI
Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera
atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika
terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga
dapat menyebabkan patah tulang selangka/ fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi
selama perkelahian, kecelakaan mobil, atau dalam olahraga, seperti sepak bola dan
gulat.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume
darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi
jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal
maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik
fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi
neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya
pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang
bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam keperawatan site, 2013.
4. Manifestasi Klinis
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau
benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak
terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan.
Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Pasien mungkin perlu untuk
membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit
atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011).
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan
setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada
daerah fraktur dan kadang - kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat
juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang.
Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai
akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan
menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di
dalam darah.
2. CT scan
Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk mengambil
gambar dari klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi pewarna sebelum
gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Pasien
(Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih
baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau
udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika
Pasien alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
3. Magnetic resonance imaging scan/ MRI
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang
selangka/ klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar
diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu berbaring
diam selama MRI.
4. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari
kedua klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil.

6. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa
reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan, apalagi pada
anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkan gangguan pada bahu, baik
fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik
mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang dengan proses pemugaran. yang
penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi dari pada tingkat siku,
analgetik, dan latihan gerak jari dan tangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu
setelah beberapa hari.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :

1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)

Melakukan dengan cara terapi :

1. Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga
mungkin perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di
kulit.
2. Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula
patah dari kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan
ke leher untuk kenyamanan dan keamanan.
3. Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan
gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk
membawa kembali kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.

7. Komplikasi
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis,
cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan mal union
(penyimpangan penyatuan). Mal union merupakan masalah kosmetik bila
pasienmemakai baju dengan leher rendah. Komplikasi akut meliputi cedera pembuluh
darah, pneumouthorax, haemothorax. Komplikasi lambat dapat meliputi, mal union
adalah proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya,
namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Sedangkan Non union adalah
kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.
8. Patway
Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi,  Pain Control, secara komprehensif
kimia, fisik, psikologis),  Comfort Level termasuk lokasi,
kerusakan jaringan Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
DS: tindakan keperawatan selama frekuensi, kualitas dan
· Laporan secara verbal …. Pasien tidak mengalami faktor presipitasi
DO: nyeri, dengan kriteria hasil: 2. Observasi reaksi
- Posisi untuk nonverbal dari
menahan nyeri 1. Mampu mengontrol ketidaknyamanan
- Tingkah laku nyeri (tahu penyebab 3. Bantu pasien dan keluarga
berhati-hati nyeri, mampu untuk mencari dan
- Gangguan tidur menggunakan tehnik menemukan dukungan
- Terfokus pada diri nonfarmakologi untuk 4. Kontrol lingkungan yang
sendiri mengurangi nyeri, dapat mempengaruhi nyeri
- Fokus menyempit mencari bantuan) seperti suhu ruangan,
- Tingkah laku 2. Melaporkan bahwa pencahayaan dan
distraksi, nyeri berkurang dengan kebisingan
- Respon autonom menggunakan 5. Kurangi faktor presipitasi
- Perubahan manajemen nyeri nyeri
autonomic dalam 3. Mampu mengenali 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
tonus otot nyeri (skala, intensitas, untuk menentukan
- Tingkah laku frekuensi dan tanda intervensi
ekspresif nyeri) 7. Ajarkan tentang teknik
- Perubahan dalam 4. Menyatakan rasa non farmakologi: napas
nafsu makan dan nyaman setelah nyeri dala, relaksasi, distraksi,
minum berkurang Tanda vital kompres hangat/ dingin
dalam rentang normal 8. Berikan analgetik untuk
5. Tidak mengalami mengurangi nyeri: ……...
gangguan tidur 9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Risiko Syok b.d NOC: NIC
Tingkat keparahan syok:
hipovolemik Resusitasi
hipovolemik
Tujuan: 1. Mengevaluasi tidak
Setelah dilakukan tindakan
responsif untuk
keperawatan selama 2x24
jam risiko syok teratasi, menentukan tindakan telah
dengan kriteria hasil:
sesuai
1. Tekanan nadi
menurun 2. Meminta bantuan jika
2. Tekanan arteri
tidak ada pernapasan atau
menurun
3. Penurunan tekanan tidak ada pernapasan
darah sistolik
normal dan tidak ada
4. Penurunan tekanan
darah diastolic respon
5. Pengisian kapiler
3. Memanggil kode sesuai
tertunda
6. Peningkatan denyut dengan standar lembaga
jantung
4. Yakinkan defibrilasi
7. Oksigen arteri
menurun cepat, yang sesuai
8. Peningkatan karbon
5. Napas yakinkan pasien
dioksida arteri
9. Dingin, kulit lembab terbuka
dan dingin
6. Menyediakan peralatan
siaga
7. Menyediakan obat-obatan
yang tepat
8. Menerapkan memantau
jantung atau apnea.
Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
Berhubungan dengan:  Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
Gangguan metabolism sel  Mobility Level 1. Monitoring vital sign
Keterlembatan  Self Care : ADLs sebelm/sesudah latihan
perkembangan  Transfer Performance dan lihat respon pasien
Pengobatan Setelah dilakukan saat latihan
· Keterbatasan ketahan tindakan Keperawatan 2. Konsultasikan dengan
kardiovaskuler selama... Gangguan terapi fisik tentang
· Kehilangan integritas mobilitas fisik teratasi rencana ambulasi sesuai
struktur tulang dengan kriteria hasil: dengan kebutuhan
· Kurang pengetahuan 1. Klien meningkatkan 3. Bantu klien untuk
tentang kegunaan dalam aktivitas fisik menggunakan tongkat saat
pergerakan fisik 2. Mengerti tujuan dari berjalan dan cegah
Kerusakan persepsi peningkatan terhadap cedera
sensori mobilitas 4. Ajarkan pasien atau
· Tidak nyaman, nyeri 3. Memverbalisasika tenaga kesehatan lain
· Kerusakan perasaan dalam tentang teknik ambulasi
muskuloskeletal dan meningkatkan 5. Kaji kemampuan pasien
neuromuskuler kekuatan dan dalam mobilisasi
· Intoleransi aktivitas/ kemampuan 6. Latih pasien dalam
penurunan kekuatan dan berpindah pemenuhan kebutuhan
stamina 4. Memperagakan ADLs secara mandiri
· Depresi mood atau penggunaan alat sesuai kemampuan
cemas Bantu untuk 7. Dampingi dan Bantu
· Penurunan kekuatan otot, mobilisasi (walker) pasien saat mobilisasi dan
kontrol dan atau masa bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
DO: 8. Berikan alat Bantu jika
1. Kesulitan merubah klien memerlukan.
posisi 9. Ajarkan pasien bagaimana
2. Perubahan geraka merubah posisi dan
(penurunan untuk berikan bantuan jika
berjalan, kecepatan, diperlukan
kesulitan memulai
langkah pendek)
3. Keterbatasan
motorik kasar dan
halus
4. Keterbatasan ROM
5. Gerakan disertai
nafas pendek atau
tremor
6. Ketidak stabilan
posisi selama
melakukan ADL
7. Gerakan sangat
lambat dan tidak
terkoordinasi
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. B., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume I, EGC:


Jakarta.
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi
6. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai