Anda di halaman 1dari 15

TOTAL KNEE REPLACEMENT

I.

Definisi
Operasi penggantian sendi lutut yang disebut Total Knee Replacement

(TKR) adalah operasi ortopedik yang cukup rumit, tetapi semakin banyak
dilakukan. Penderita yang mengalami kerusakan pada tulang sendi (misalnya
osteoarthtritis) kini dapat diatasi dengan Total Knee Replacement (Pusphyta,
2010).
Artroplasti adalah prosedur rekonstruksi sendi sehingga pergerakannya
lebih baik. Arthroplasty biasanya diartikan penggantian lutut. Istilah penggantian
lutut total kurang tepat karena lutut tidak sepenuhnya diganti namun hanya
dilapisi kembali. Jika lutut rusak berat oleh arthritis atau cedera, mungkin akan
sulit untuk melakukan kegiatan sederhana seperti berjalan atau naik tangga.
Bahkan akan mulai terasa sakit saat duduk atau berbaring. Jika obat, mengubah
tingkat aktivitas dan menggunakan dukungan berjalan tidak lagi membantu, maka
operasi penggantian lutut total boleh dipertimbangkan. (Sjamsuhidajat, 2010).
II.

Anatomi sendi lutut


Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis

proxsimal tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang
terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella
disebut articulatio patella femoral, antara tulang tibia dengan tulang femur disebut
articulatio tibio femoral dan antara tulang tibia dengan tulang fibula proximal
disebut articulatio tibio fibular proxsimal (De Wolf, 1996).
Tulang pembentuk sendi lutut antara lain:
a. Tulang Femur
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam
tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan

acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris. Di


sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat taju yang
disebut trochantor mayor dan trochantor minor. Di bagian ujung
membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut
condylus medialis dan condylus lateralis, di antara kedua condylus ini
terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang
disebut dengan fosa condylus (Syaifuddin, 1997).
b. Tulang
Tibia Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat
pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan
tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus
medialis (Syaifuddin, 1997).
c. Tulang Fibula
Tulang fibula merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang
femur yang membentuk persendian lutut dengan os femur pada bagian
ujungnya terdapat tonjolan yang disebut os maleolus lateralis atau
mata kaki luar (Syaifuddin, 1997).
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang
femur. Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan
yang berubah hanya jarak patella dengan femur. Fungsi patella di
samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai
pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut 90 derajat kedudukan
patella di antara kedua condylus femur dan saat extensi maka patella
terletak pada permukaan anterior femur (Syaifuddin, 1997).

III.

Patologi
Sendi lutut adalah sendi engsel yang terutama terdiri dari penyatuan dua

tulang: tulang panjang paha (femur) dan tulang kering (tibia). Antara ujung tulang
2 putaran cakram yang terbuat dari tulang rawan yang disebut medial (dalam) dan
lateral (luar) meniskus. Tulang rawan artikular juga melapisi permukaan sendi
(Irawan, 2012). Menurut De Wolf (1994), selama hidup kaki kita diberi beban
yang sangat berat. Sering kali kelainan-kelainan dapat menyulitkan berjalan
apalagi berlari. Dibandingkan dengan pergelangan tangan, maka pergelangan kaki
dan kaki mempunyai banyak kesamaan, akan tetapi perbedaan yang penting
adalah masalah pembebanan pada pergelangan kaki dan kaki.
Penghancuran osteoarthritis lutut adalah alasan umum untuk total knee
replacement. Hal ini terutama berkaitan dengan penuaan. Gejala osteoarthritis
biasanya muncul pada usia tua. Kartilago yang terkena menjadi kasar dan rata.
Spur pada tulang biasanya tumbuh di sekitar sendi (Medshisof, 2012).

Osteoarthrtitis diklasifikasikan menjadi Primer dan Sekunder. Osteoarthitis


primer terjadi tanpa cedera yang dapat diidentifikasi. Osteoarthritis sekunder
terjadi karena penyakit lain. Penyebab paling umum dari osteoarthritis sekunder
yaitu kondisi metabolisme, cedera atau pun karena gangguan peradangan seperti
arthritis septik (Medshisof, 2012).
Operasi dilakukan dengan anastesi umum. Dokter ortopedi akan membuat
luka di sendi lutut yang terkena. Patellanya dipindah (diambil dari tempatnya)
kemudian ujung femur dan tibia dipotong agar sesuai dengan protesa. Demikian
pula permukaan bawah patella dipotong untuk memungkinkan penempatan
protesa tersebut (Medshisof, 2012).
IV.

Manifestasi Klinis
Menurut Aplay (1997), gejala-gelaja yang sering muncul pada penderita

total knee replacemant antara lain:

1. Nyeri
Nyeri adalah gejala lutut yang paling sering ditemukan. Pada penyakit
radang atau kelainan degeneratif nyeri biasanya tersebar, tetapi pada
kelainan mekanis dan terutama setelah cedera, nyeri sering bersifat
lokal. Pada pasien seperti ini pasien dapat dan harus menunjukkan
tempat nyerinya.
2. Kekakuan
Kekakuan juga sering ditemukan. Seperti halnya nyeri, kekakuan dapat
mengakibatkan pincang.
3. Demormitas (kaki pengkar atau kaki bengkok)
Demormitas (kaki pengkar atau kaki bengkok) sering ditemukan tetapi,
demormitas itu sendiri jarang mengganggu. Demormitas unilateral,
terutama kalau progresif, lebih bermakna.
4. Pembengkaan
Pembengkaan dapat bersifat lokal atau tersebar. Kalau ada suatu
cedera, penting untuk ditanyakan apakah pembengkaan muncul dengan

segera yang menunjukkan hemartrosis atau setelah beberapa jam yang


merupakan ciri khas suatu meniscus yang robek.
5. Penguncian
Penguncian adalah suatu istilah yang berarti ganda: pasien sering
menggunakannya untuk menjelaskan kekakuannya. Tetapi, dalam
istilah klinik berarti bahwa lutut secara mendadak tidak dapat
diluruskan sepenuhnya, meskipun fleksi masih dapat dilakukan. Hal ini
terjadi bila maniskus yang robek terperangkap di antara permukaan
articular. Dengan memutar-mutarkan lutut, pasien dapat membuka
kuncinya. Pembukaan kunci yang mendadak merupakan bukti bahwa
sebelumnya sesuatu yang dapat bergerak telah menghalangi eksistensi
penuh.
6. Pemberian jalan
Pemberian jalan juga menunjukkan suatu kelainan mekanis, meskipun
kelainan ini dapat terjadi akibat kelemahan otot; bila kelainan ini
terjadi terutama saat naik tangga, sendi patelofemoral harus dikurangi.
Ketidakstabilan yang cukup menyebabkan pasien jatuh adalah
V.

petunjuk untuk dislokasi patela.


Indikasi dan kontraindikasi operasi
A. Indikasi
Indikasi utama untuk total knee arthroplasty adalah untuk mengurangi rasa

nyeri yang berhubungan dengan arthritits di lutut pada pasien yang gagal dengan
terapi non operatif. Sebagai contoh terapi non operatif untuk pasien dengan
osteoarthritis

meliputi:

modifikasi

aktivitas,

mengurangi

berat

badan,

menggunakan tongkat, analgesik dan/atau obat-obatan nonsteroid anti inflamasi.


Intervensi non operatif pantas dipertimbangkan sebelum arthroplasty pada
pasien

dengan

inflammatory

arthritis

(misalnya

rheumatoid

arthritis,

spondyloarthropathi). Total knee arthroplasty bisa diperlukan pada beberapa


pasien dengan osteonekrosis. Meskipun hasil pada beberapa pasien bisa lebih
jelek dari pasien yang mengalami osteo- atau inflammatory arthritis.

Pasien sebaiknya mempunyai radiografi yang mendokumentasi mengenai


kemajuan perubahan reumatik. Jika rasa sakit di lutut tidak sesuai dengan
tampilan radiografi, penyebab lain harus dicari sebelum arthroplasty dilakukan.
Pasien harus memiliki radiografi mendokumentasikan perubahan rematik
maju. Jika rasa sakit lutut tampaknya tidak sesuai dengan tampilan radiografi
penyebab lain harus dikeluarkan sebelum dilakukan arthroplasty.
Koreksi dari deformitas dan memperbaiki fungsi sebaiknya merupakan
pertimbangan hasil operasi yang sekunder dan bukan merupakan indikasi primer.
Total knee arthroplasty bisa dilakukan pada pasien dari segala umur (kecuali
secara skeletal belum matang).
Sendi palsu memiliki keterbatasan seumur hidup dan daya tahan dari alat
tersebut tergantung dari faktor yang berhubungan dengan pasien dan arthroplasty.
Pertimbangan tersebut antara lain:
1. Umur. Angka daya tahan 10 tahun prosthesis dari 11.606 total knee
arthroplasty primer yang dilakukan antara tahun 1978 dan 2000 untuk
pasien yang berumur kurang dari 55 tahun dengan pasien yang
berumur lebih dari 70 tahun sangat signifikan (83% banding 90%,
masing-masing).
2. Penyakit penyebab. Ketahanan prosthesis menjadi lebih pendek pada
pasien dengan osteoarthritis daripada pada pasien dengan rheumatoid
arthritis ( angka daya tahan 10 tahun prosthesis 90% banding 95%,
masing-masing)
3. Faktor prosthesis dan bedah. Tipe prosthesis, teknik fiksasi (semen
banding bukan semen) dan faktor lain seperti sparing dari cruciate
ligament posterior juga mempengaruhi daya tahan prosthesis.
Dengan demikian, dari sudut pandang ketahanan prosthesis kandidat yang
ideal dari total knee arthroplasty adalah pasien dengan umur lebih dari 70 tahun
dengan rheumatoid arthritis. Namun, dari pertimbangan ketahanan prosthesis

harus seimbang dengan menghilangkan nyeri dan perbaikkan fungsional yang


dapat diharapkan dari prosedur pada orang muda.
B. Kontraindikasi
Total knee replacement sebaiknya tidak digunakan pada keadaan klinis
seperti dibawah ini:
1.
2.
3.
4.
VI.

Infeksi yang aktif pada lutut atau diseluruh tubuh


Mekanisme ekstensor yang tidak berfungsi
Sirkulasi atau vaskularisasi ekstremitas yang jelek
Penyakit neurologis yang berpengaruh pada ekstremitas
Pemeriksaan fisik
Pasien yang direncanakan mendapatkan total knee replacement perlu

dilakukan pemeriksaan muskuloskeletal. Pemeriksaan yang tepat mengenai lutut


ini meliputi observasi, palpasi dan penilaian dengan menggunakan test manual
tertentu.
1. Observasi: Mengobservasi gaya berjalan pasien dan bagaimana kulit
pasien merupakan bagian yang penting dari pemeriksaan fisik.
Gaya berjalan (Antalgic gait)
Pasien dengan artritis lutut sering berjalan dengan gaya ini,
dimana pasien menjadi pincang karena menghindari nyeri
karena menahan beban. Di tandai dengan fase berdiri yang

sangat singkat.
Knee thrust
Gerakan abnormal dari lutut ke arah medial atau lateral ketika
berjalan

dapat

mengindikasikan

ketidakstabilan

dari

ligamentum.
Trendelenburg gait
Gaya berjalan pasien menjadi miring ke arah pinggul yang
menderita sehingga mengurangi beban pada pinggul dan
mengurangi nyeri. Hal ini dapat menunjukkan adanya kelainan
pada sendi pinggul dan/atau kelemanahan pada m. Gluteus

medius.
Kulit

Kulit pada kedua extremitas bawah diperhatikan apakah adanya


abrasi, ulserasi, bengkak, merah, perubahan vaskular atau
infeksi. Adanya infeki yang aktif merupakan kontraindikasi
dilakukan bedah implant. Adanya luka lama atau sikatrik pada
lutut perlu diperhatikan. Adanya deformitas yang kelihatan
(contohnya: varus, valgus, rekurvatum, kontraktur fleksi) perlu
diperhatikan. Adanya deformitas ini perlu dilakukan penilaian
secara radiografi.
2. Palpasi: Apabila terdapat efusi pada lutut maka dilakukan palpasi.
Krepitus patellofemoral dapat dideteksi dengan menaruh tangan pada
lutut dan secara pasif menggerakkan kaki. Adanya nyeri pada sendi
bagian medial dan lateral sering didapati pada artritis tetapi juga dapat
mengindikasi adanya kelainan meniskus. Pulsasi distal, termasuk a.
Dorsalis pedis dan a. Posterior tibialis, harus dinilai.
3. Penilaian dengan menggunakan test manual tertentu, ada berbagai
manuver yang dilakukan untuk penilaian preoperative, yaitu:
Range of motion: Menilai fleksi dan ekstensi maksimal lutut

secara aktif maupun pasif.


Pemeriksaan otot: Kekuatan motorik diperiksa pada ekstremitas
bawah secara menyeluruh dengan perhatian khusus pada

mekanisme ekstensor / quadriceps.


Pemeriksaan saraf: Dilakukan pemeriksaan pada sensoris dan

refleks deep tendon (patella dan ankle)


Pemeriksaan ligamen: Lateral collateral ligament (LCL) dan
Medial collateral ligament (MCL) merupakan struktur yang
sangat penting pada total knee replacement. Penting untuk
melakukan penilaian preoperatif mengenai stabilitas atau

derajat kontraktur dari ligamen-ligamen ini.


Collateral ligaments: Pemeriksaan LCL dan MCL dilakukan
dengan memfleksikan lutut 30o pada posisi varus dan valgus
masing-masing. Pada posisi varus, LCL

menjadi lemah

sedangkan MCL kontraksi. Pada posisi valgus, LCL kontraksi

dan MCl yang lemah. Adanya MCL yang inkompeten

menandakan bahwa diperlukannya koreksi yang lebih.


Cruciate ligaments: Anterior cruciate ligament

(ACL)

dikorbankan pada kebanyakan total knee replacement sehingga


penilaiannya tidak krusial. Posterior cruciate ligament (PCL)
dapat juga dikorbankan pada saat operasi. Penilaiannya dapat
dilakukan dengan test posterior drawer dengan memfleksikan

lutut 90o dan penekanan pada tibia posterior.


Pemeriksaan meniskus: Apabila pasien mempunyai gejala
mekanik yang jelas seperti locking atau catching pada lutut
dimungkinkan

adanya

arthroscopy yang

robekan

sedikit

invasif

meniskus.
dapat

Penggunaan

menjadi

suatu

keuntungan pada pasien ini. Pemeriksaan meniskus dapat


dilakukan dengan tes Mcmurray dan the Apley Compression

test.
Pemeriksaan panggul dan tulang belakang: Penting untuk
mengeksklusi nyeri menjalar dengan nyeri lutut yang berasal
dari panggul dan tulang belakang. Perangsangan nyeri pada
lutut dengan mengangkat tungkai yang diluruskan atau dengan
menggerakkan panggul (terutama rotasi internal), dapat
meningkatkan kecurigaan adanya kerterlibatan tulang belakang
lumbar, panggul

VII.

atau

keduanya,

sehingga memerlukan

pemeriksaan imaging lebih lanjut.


Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Berbagai model imaging dapat digunakan

untuk

membantu

penatalaksanaan lutut yang sakit, yaitu:


a. Rontgen polos: Rontgen polos ini merupakan kunci diagnosa,
perencanaan pre operatif dan penialaian post operatif dari artritis
dan total knee arthropalsty. Pemeriksaan minimum 3 posisi (foto
anteroposterior, foto lateral dan patella sudut tangensial) lebih baik
dilakukan.

10

Foto posisi Anteroposterior: Pasien berdiri dengan posisi yang


paling nyaman agar tidak terbeban di sendi. Dilakukan penilaian
pada ruang sendi medial dan lateral, apakah ada penyempitan atau
tidak.
Posisi Lateral: Posisi ini dilakukan untuk menilai sendi
paletofemoral dan posisi dari patella (contohnya patella baja,
patella alta)
Posisi patella sudut tangensial: Ruang sendi paletofemoral dapat
dinilai pada posisi ini (sunrise, skyline, atau merchant view)
Posisi lainnya juga kadang berguna. Posisi posteroanterior sudut
45o dilakukan agar pemeriksaan menjadi lebih akurat untuk melihat
adanya penyempitan pada ruang sendi baik pada sisi lateral
maupun medial. Film yang memotong 3 sendi dilakukan untuk
dapat melihat kesinambungan dari tungkai secara struktur dan
anatomis (contohnya varus, valgus) dan hal ini dapat membantu
dalam perencanaan pre operatif.
b. MRI: Pada penilaian arthritis pemeriksaan MRI kurang begitu
peka. Walau lebih sensitif dibandingakan dengan rontgen polos
dalam menilai cartilago, seringkali hal itu disalahartikan dengan
adanya kerusakan. MRI ini membantu dalam mengevaluasi
meniskus dan kelainan ligamen yang dikarenakan proses
degeneratif lanjut yang tidak dapat dilihat dalam rontgen polos.
c. Model yang lain: CT dan bone scan dapat membantu dalam
mengevaluasi post operatif implant tetapi tidak menunjukan peran
dalam evaluasi pre operatif arthritis.
2. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium pre operatif dapat berbeda-beda tergantung dari keadaan
pasien dan keperluannya, tetapi biasanya meliputi pemeriksaan darah
rutin, kimia dasar dan koagulasi tes (protombine time, INR dan partial
thromboplastine time). Pemeriksaan EKG dan rontgen toraks
dilakukan tergantung pada umur pasien dan kebijakan anestesi.
Urinalisis dan kultur urin juga dilakukan.
VIII. Resiko dan keuntungan operasi
A. Resiko

11

1. Anestesi dan kejadian intra operatif: Seperti pada umumnya operasi


mayor, ada risiko yang berhubungan dengan penggunaan anestesi dan
kesalahan intraoperatif.
2. Tromboemboli:
Deep

venous

thrombosis

dan

venous

thromboembolism adalah komplikasi yang poten dan kadang-kadang


mematikan. Risiko trombosis vena proksimal akibat operasi lutut dapat
dikurangi dengan penggunaan antikoagulan, tetapi dapat juga timbul
pada penggunaan dosis profilaxis warfarin, berat molekul rendah atau
unfractioned heparin. Adanya clot pada vena proksimal didapati pada 7
10% pasien operasi lutut yang menggunakan obat-obatan profilaxis.
3. Infeksi: Komplikasi infeksi jarang tetapi serius. Infeksi sendi prostetik
dapat disebabkan karena tinggal di rumah sakit yang lama, sehingga
dibutuhkan pemindahan infeksi tersebut, pemberian antibiotik yang
lebih lama dan diikuti dengan reimplantasi.
4. Kelainan paletofemoral: Berbagai kelainan pada sendi sekitar
patelofemoral dan mekanisme ekstensor dapat terjadi, termasuk:
subluksasi patella dan dislokasi, adanya komponen yang renggang,
fracture, clunk phenomenon dan ruptur dari mekanisme ekstensor
(quadriceps atau ruptur tendon patella).
5. Kerusakan saraf: Kerusakan intra operatif atau pasca operatif pada
saraf peroneal dapat terjadi dan mengakibatkan kelemahan muskulus
tibialis anterios (drop foot) dan kehilangan sensorik.
6. Kerusakan arterial: Kerusakan pada a. Poplitea atau yang lain dapat
menimbulkan peningkatan perdarahan dan membutuhkan perbaikan
arteri. Arterial thrombosis dan / atau embolisasi perifer dapat timbul.
7. Fracture sekitar prostetik: Fracture proksimal sampai pada komponen
femoral (fracture suprakondilar) atau distal sampai implant tibial dapat
terjadi.
8. Masalah pada proses penyembuhan luka: Proses penyembuhan yang
meningkat dapat meningkatkan risiko infeksi sendi sekitar dan
membutuhkan bedah plastik untuk mencapai penyembuhan yang
adekuat dari insisi dan fungsi dari pergerakan lutut tersebut.
9. Pemakaian prostetik dan kegagalannya: Pemakaian polyethylene dapat
memprovokasi respon inflamasi dan kadang dapat menimbulkan
12

kerenggangan prostetik. Apabila hal ini menyebabkan kegagalan lutut


prostetik, revisi arthroplasty mungkin dibutuhkan.
B. Keuntungan
1. Rasa sakit yang berkurang: Rasa sakit yang berkurang yang mengikuti
penyembuhan dari total knee arthroplasty ini sangat bagus. Sebagai
contohnya, dalam salah satu studi retrospektif dari 233 pasien dengan
osteoarthritis posterior cruciate ligament, 91 % dari pasien tersebut
dilaporkan hasil klinis yang baik. Keuntungan maksimal membutuhkan
waktu untuk didapat. Hal ini diilustrasikan pada studi pasien yang
mengalami total hip atau knee replacement. Kebanyakan pasien
dengan total hip atau knee artheroplasty yang dikarenakan menderita
osteoarhtristis yang parah mengalami perbaikan dalam nyeri dimana
diperlukan satu tahun atau lebih untuk mencapai efek maksimal.
Perbaikan dapat dicapai rata-rata berkisar sekitar tiga tahun.
2. Perbaikan fungsional: Ketika menjalankan aktivitas sehari-hari secara
umum menjadi lebih mudah yang dikarenakan berkurangnya rasa sakit
pada lutut setelah total knee arthroplasty, pemeriksaan fungsi lutut
secara objektif (contohnya range of motion) sedikit mengalami
perbaikan. Pada studi yang sudah disebutkan di atas, hanya 23 % lutut
yang didapati memiliki fungsi lutut yang bagus ketika di follow up
sekitar 17 tahun setelah operasi pertama. Hasil dari pascaoperasi yang
diharapkan sangat tergantung dengan pre operatif.
3. Koreksi deformitas: Teknik bedah dapat membuat normal atau
mendekati normal lutut posisi valgus. Knee flexion contractures dapat
dikurangi pada sebagian besar kasus dengan seleksi komponen yang
paling pas dan pelepasan jaringan lunak. Sebagai contohnya, pada satu
studi retrospektif 542 arthroplasty lutut pada lutut yang mengalami
flexion contractures, 95 % mengalami residual flexion deformities
derajat 3 atau kurang, deformitas yang parah dapat kurang responsif
dengan total knee arthroplasty.

13

IX.

Management post operatif


Management postoperatif ini meliputi profilaxis melawan infeksi, vena

tromboemboli dan terapi fisik yang paling cocok agar mendapatkan pergerakan
lutut yang paling baik dan rehabilitasi yang aman yang dapat dipraktekkan.

Sekurangnya 24 jam setelah post opertative diberikan antibiotik profilaxis.


Profilaxis primer untuk trombosis vena dimulai. Penggunaan antikoagulasi
sistemik heparin berat molekur rendah atau warfarin dengan dosis yang
disesuaikan dapat digunakan kecuali pada keadaan kontraindikasi. Dosis
warfarin disesuaikan dengan target INR 1,8 2,2. Penanganan secara
farmakologis dapat diikuti dengan compression stockings, alat / benda

yang gunanya mengkompresi secara mekanik, dan mobilisasi awal.


Penanganan nyeri postoperatif yang pertama adalah dengan mendapatkan
indwelling epidural catheter atau pasien mendapatkan analgesik yang

terkontrol. Analgesik opioid oral dapat digunakan.


Tindakan pasien yang kooperatif saat mengikuti program rehabilitasi post
operative juga berperan dalam hasil yang sukses setelah total knee
arthroplasty. Intervensi yang diusahakan dalam menjaga pergerakan dari
lutut dengan menggunakan immobilizer lutut dan bantal di bawah kaki
yang mengalami operasi dapat menghindarkan dari flexion contracture.
Latihan range of motion yang disupervisi oleh terapi fisik harus dimulai
sesegera mungkin. Pada studi meta analisis 2007 mengenai lima trial
secara random menyimpulkan pasien yang keluar dari rumah sakit dengan
mengikuti program pelatihan fungsional yang disupervisi oleh terapis fisik
mengalami kemajuan fungsi lutut dan pergerakan dalam jangka waktu
yang pendek dibandingkan dengan routin care.
Penggunaan alat Continuous Passive Motion (CPM) cukup sering di

berbagai institusi. CPM ini dipercaya dapat membantu penyembuhan lutut setelah
operasi dengan cepat. Program dari terapis fisik yang terstruktur dengan baik
termasuk range of motion, training gaya berjalan, membuat kuat m. Quadriceps
14

dan training aktifitas sehari-hari merupakan komponen yang penting dalam proses
rehabilitasi. Pada tahun 2004 studi meta analisis meliputi 14 studi yang
membandingkan CPM ditambahkan terapis fisik dengan program terapis fisik
saja, menyimpulkan bahwa pada kombinasi CPM dengan terapis memberikan
hasil yang bagus dimana lutut aktif, mengurangi penggunaan analgesik,
pengurangan lama tinggal di rumah sakit dan mengurangi kebutuhan untuk
manipulasi lutut (Subagyo, 2013).

15

Anda mungkin juga menyukai