Oleh:
PENDAHULUAN
Bronkitis kronik merupakan salah satu komponen dari Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK). Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit yang
dikarakterisir oleh adanya peningkatan resistensi aliran udara (obstruksi) pada saluran
pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Sumbatan aliran udara ini umumnya bersifat
progresif dan berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru-paru terhadap partikel atau
Selain bronkitis kronis, emfisema juga termasuk kedalam komponen PPOK, emfisema
merupakan pelebaran asinus yang abnormal, permanen dan disertai destruksi alveoli paru.
Obstruksi pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan jaringan daripada produksi mukus.
Karakteristik emfisema yang membedakannya dari keadaan lain adalah keterbatasan aliran
udara napas disebabkan oleh penuunan pengembangan paru secara elastis (elastic recoil of the
Bronkitis kronik merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan produksi sputum
berlebihan setiap hari selama tiga bulan dalam setahun atau dalam dua tahun berturut-turut.
Ditandai oleh produksi mucus yang berlebihan dalam saluran pernapasan, hal ini terjadi
karena poliferasi dan hyperplasi kelenjar mukosa pada saluran napas besar, yang meluas
secara abnormal ke saluran yang lebih kecil. Terjadinya kelainan ini dipengaruhi oleh faktor
eksogen dan faktor endogen. Termasuk faktor eksogen ialah; inhalasi bahan iritatif, polusi
udara, pajanan bahan toksik, asap rokok. Termasuk faktor endogen ialah asma, fibrosis kistik,
gangguan mekanisme pertahanan saluran nafas, aspirasi berulang. Gabungan faktor-faktor ini
menyebabkan hyperplasia kelenjar mukus, hipersekresi mukus, terganggunya pembersihan
mukus oleh gerakan silia yang berkurang, obstruksi bronkiolus karena peradangan (Nasar,
2010). Penyakit bronkitis kronik biasanya menimpa laki-laki berumur diatas 50 tahun dan
memiliki kebiasaan merokok berat. Penyakit ini biasanya disertai dengan keluhan batuk yang
Penyebab utama dari bronkitis kronik adalah merokok, dan hampir semua pasien
dengan bronkitis kronik memiliki riwayat merokok. Debu, bau-bauan dan polusi lingkungan
juga berkontribusi terhadap terjadinya bronkitis kronik. Dikenal istilah industrial bronchitis ,
yaitu bronkitis kronik yang disebabkan oleh paparan polutan yang berasal dari lingkungan
atau tempat kerja (pabrik, asbes, tambang, dll). Infeksi virus berperan dalam 7% sampai 64%
kejadian eksaserbasi akut bronkitis kronik. Virus yang paling sering dijumpai pada
eksaserbasi akut bronkitis kronik adalah virus influenza A atau parainfluenzae, coronavirus,
Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam
diharapkan membantu dalam proses rehabilitasi pada masalah yang dialami pasien dalam
kondisi bronkitis kronis. modalitas yang digunakan penulis untuk kasus bronkitis kronis yaitu
oksigen ke dalam paru, dan untuk mengembalikan kinerja dari otot-otot pernapasan.
Penggunaan Chest Physiotherapy dan Thoracic Expansion Exercise bertujuan untuk relaksasi
dari otot-otot bantu pernapasan. Dengan pemberian modalitas tersebut, penulis mengharapkan
adanya dampak pada kesembuhan pasien. sebagaimana disebutkan didalam sebuah hadist
yang berbunyi : “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula
Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah
berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu „anhu)
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dirumuskan
yaitu Apakah Chest Physiotherapy dan Thoracic Expansion Exercise Dapat Meningkatkan
KAJIAN PUSTAKA
berbagai sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus,
Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan Coxsackie
virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai
macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Ada 2 jenis bronchitis yaitu
Bronchitis adalah peradangan dari satu atau lebih bronchus. Bronchitis akut adalah
serangan bronchitis dengan perjalanan penyakit yang singkat dan berat, disebabkan oleh
karena terkena dingin, penghirupan bahan-bahan iritan, atau oleh infeksi akut, dan ditandai
dengan demam, nyeri dada (terutama disaat batuk), dyspnea, dan batuk. Bronchitis kronik
adalah bentuk peradangan yang lama dan berkesinambungan akibat serangan berulang
bronchitis akut atau penyakitpenyakit umum kronis, dan ditandai dengan batuk,
3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam
terhadap polusi adalah penyebab utama bronchitis kronik. Pasien dengan bronchitis kronik
lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus,
dapat menyebabkan bronchospasme bagi mereka yang rentan (Smeltzer & Bare, 2001).
Bronchitis kronis adalah kelainan yang ditandai oleh hipersekresi bronchus secara terus
menerus. Bronchitis Kronis merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh
pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronchus dan bermanifestasi sebagai batuk
kronis dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun sekurang-
merupakan suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Bronchitis dibagi menjadi dua fase
pernapasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu rongga
hidung, pharynx, larynx, trachea, dan bagian paru-paru yang berfungsi melakukan
1) Nares anterior yaitu saluran-saluran didalam lubang hidung. Saluran itu bermuara ke
dalam vestibulum (rongga) hidung. Vestibulum ini dilapisi dengan epithelium bergaris
2) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara paranalis yang masuk
kedalam rongga-rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan
persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikid maka letaknya
di belakang hidung (naso farynx), dibelakang mulut (oro larynx), dan dibelakang farinx
(farinx laryngeal).
1) Larynx (tenggorokan) terletak di depan bagian terendah pharynx yang memisahkan dari
kolumna vertebra, berjalan dari farine-farine sampai ketinggian vertebra servikalis dan
2) Trachea (batang tenggorokan) yang kurang lebih 9 cm panjangnya trachea berjalan dari
larynx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke lima dan ditempat ini bercabang
3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebralis
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea yang dilapisi oleh jenis sel
yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih
pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut lancip. Keanehan
anatomis ini mempunyai makna klinis yang penting. Tabung endotrachea terletak
sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran udara paten yang mudah masuk kedalam
cabang bronchus kanan. Kalau udara salah jalan, maka tidak dapat masuk dalam paruparu
kiri sehingga paru-paru akan kolaps (atelektasis). Tetapi arah bronchus kanan yang hampir
vertical maka lebih mudah memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan yang
dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan
lobus, kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang
terkecil yang dinamakan bronchioles terminalis yang merupakan cabang saluran udara
terkecil yang tidak mengandung alveolus. Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris
tengah 1 mm. bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh
otot polos sehingga ukurannya dapat berubah, semua saluran udara di bawah bronchiolus
terminalis disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
pengantar udara ketempat pertukaran gas paru-paru. Di luar bronchiolus terminalis terdapat
asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri
dari bronchiolus respiratorius, yang kadang-kadang memiliki kantung udara kecil atau
alveoli yang berasal dari dinding mereka. Duktus alveolaris, yang seluruhnya dibatasi oleh
4) Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga toraks atau
dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum central yang mengandung jantung
dan pembuluh-pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) dan
dasar. Pembuluh darah paru dan bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuki
tiap paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru. Paru kanan lebih besar daripada
paru kiri, paru kanan dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi menjadi dua lobus.
Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya. Paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru kiri dibagi menjadi 10
segmen. Paru kanan mempunyai 3 buah segmen pada lobus inferior, 2 buah segmen pada
lobus medialis, dan 5 buah segmen pada lobus superior. Paru kiri mempunyai 5 buah
segmen pada lobus inferior dan 5 buah segmen pada lobus superior. Tiap-tiap segmen
masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobules. Didalam lobulus,
bronkhiolus ini bercabangcabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap
duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm. letak paru
dirongga dada di bungkus oleh selaput tipis yang bernama selaput pleura.
Pleura dibagi menjadi dua pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput
paru yang langsung membungkus paru. Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga
dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (cavum) yang disebut cavum
pleura. Pada keadaan normal, cavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru dan dinding dada
sewaktu ada gerakan bernafas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfir, sehingga mencegah kolaps paru kalau terserang penyakit, pleura mengalami
peradangan, atau udara atau cairan masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan paru
dan mulut, pada waktu bernafas oksigen masuk melalui trachea dan pipa bronchial
ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
oksigen dari darah, darah menembus darah ini dan di pungut oleh hemoglobin sel
darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini di pompa di dalam arteri kesemua
bagian tubuh. Darah meninggalkan paru pada tekanan oksigen mmHg dan pada
buangan metabolisme menembus membran kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan
setelah melalui pipa bronchial dan trachea di lepaskan keluar melalui hidung dan
mulut.
eksterna:
2) Arus darah melalui paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh tubuh,
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlahnya yang bisa
4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler, karbondioksida lebih
bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk
Nitrogen : 79 %
Oksigen : 20 %
Karbondioksida : 0-0,4 %
Nitrogen : 79 %
Oksigen : 16 %
Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama
dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara yang
dikeluarkan).
Besarnya daya muat udara dalam paru 4500 ml - 5000 ml (4,5 - 5 liter). Udara
diproses dalam paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10 % ± 500 ml disebut juga
udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada
pernafasan biasa. Pada seorang laki-laki normal (4 - 5 liter) dan pada seorang
penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan pada kelemahan otot
pernapasan.
d. Pengendalian pernapasan
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama yaitu
mengeluarkan inpuls yang di salurkan melalui saraf spiralis ke otot pernapasan (otot
1) Pengendalian oleh saraf Pusat pernapasan adalah suatu pusat otomatik dalam
karbondioksida adalah preduksi asam dan metabolisme dan bahan kimia yang asam
ini merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja
e. Kecepatan pernapasan
disebut juga pernafasan terbalik. Kecepatan normal setiap menit berdasarkan umur
: Bayi baru lahir : 30-40 x/menit 12 bulan : 30 x/menit 2-5 tahun : 24 x/menit Orang
dewasa : 10-20 x/menit Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang
diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari
atas sampai bawah, yaitu vertikal. Kenaikan igaiga dan sternum, yang ditimbulkan
oleh kontraksi otot interkostalis, meluaskan rongga dada ke kedua sisi dari belakang
ke depan. Paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang
membesar itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara, otot interkostal
eksterna diberi peran sebagai otot tambahan hanya bila inspirasi menjadi gerak
sadar. Pada ekspirasi, udara dipaksa oleh pengendoran otot dan karena paru kempes
kembali, disebabkan sifat elastis paru itu gerakan ini adalah proses pasif. Ketika
pernafasan sangat kuat, gerakan dada bertambah, otot leher dan bahu membantu
menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga
dibawa bergerak dan alas nasi (cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.
Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut oksigen dapat diatur
menurut keperluan orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya, kalau tidak
pada otak yang tidak dapat di perbaiki dan biasanya pasien meninggal. Keadaan
genting timbul bila misalnya seorang anak menutupi kepala dan mukanya dengan
kantong plastik menjadi lemas. Tetapi hanya penyediaan oksigen berkurang, maka
pasien menjadi kacau pikiran, ia menderita anoxia serebralis. Hal ini terjadi pada
orang yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang kapal, di
dalam tank atau ruang ketel uap, oksigen yang ada mereka habiskan dan kalau
mereka tidak diberi oksigen untuk bernapas atau tidak dipindahkan ke udara yang
normal, maka mereka akan meninggal karena anoxemia atau disingkat anoxia.
Istilah lain adalah hipoxemia atau hipoxia. Bila oksigen di dalam darah tidak
mencukupi maka warna merahnya hilang dan berubah menjadi kebiru-biruan, bibir,
telinga, lengan dan kaki pasien menjadi kebiru-biruan dan ia disebut menderita
Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus par influenza, dan Coxsackie
virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai
macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Sedangkan pada bronchitis
1. spesifik
a. Asma
e. Sindrom aspirasi.
g. Benda asing
j. Defisiensi imunologis
k. Kekurangan anfa-1-antitripsin
l. Fibrosis kistik
m. Psikis
2. Non spesifik
a. Asap rokok
b. Polusi udara
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena
iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel globet meningkat
jumlahnya, fungsi sillia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan dan akibatnya
bronchioles menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronchioles
dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag
alveolar, yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien
kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronchial lebih
lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotic yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya,
Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin adalah tanda dini dari
bronchitis kronis. Batuk mungkin dapat diperburuk oleh cuaca yang dingin, lembab, dan iritan
paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat merokok dan sering mengalami infeksi pernapasan
antara lain :
Yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala
infeksi dan dapat disebabkan berbagai patogen termasuk Sterptococcus pneumoniae dan
masuk ke dalam saluran telinga tengah dan menimbulkan peradangan sehingga terjadi
infeksi.
2. Sinusitis maksilaris
Yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang disebabkan oleh komplikasi
peradangan jalan nafas bagian atas dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Infeksi pada
mengakibatkan bronchitis.
3. Pneumonia
seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Jika bronchitis tidak ditangani dengan baik
secara tuntas atau jika daya tahan tubuh jelek, maka proses peradangan akan terus berlanjut
disebut bronchopneumoniae. Gejala yang muncul umumnya berupa nafas yang memburu
atau cepat dan sesak nafas karena paru-paru mengalami peradangan. Pneumonia berat
ditandai adanya batuk atau kesukaran bernafas, sesak nafas ataupun penarik dinding dada
Osteoarthritis Genu
Guarding Blockage
Spasme Chronic
Gangguan Inflamation
Inflamation
Inflamation Vaskularisasi
Ischemic Hiperensitivita
s Nocisensorik
Instabilit
Stretched Ischemic
Tightness
Pain
kontraktur Ambang
Muscle Rasa
Weakness Hypomobility
Muscle
Imbalance
Nyeri
Stifness
Spasme Otot
Keterbatasan
gerak
2.7 Active Cycle of Breathing Technique(ACBT)
Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) merupakan salah satu teknik chest
fisioterapi yang terdiri dari 3 subteknik yaitu Breathing Control (BC), Thoracic
Expansion Exercise (TEE) dan Forced Expiration Technique (FET) atau huffing
akumulasi mukosa karena proses patologi sehingga saluran napas akan bersih dan
pada pasien post operasi CABG dengan standar penatalaksanaan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan NHS (2009), meliputi tiga subteknik.yaitu Breathing exercise akan
huffing meningkatkan tidal volume dan membuka sistem colateral saluran napas
kembali pola pernapasan tenang dan ritmis sehingga penderita dapat menghemat energi
untuk bernapas serta penderita akan terbiasa melakukan pernapasan yang teratur ketika
serangan sesak napas. Sedangkan perpaduan dari kedua subteknik dapat dilakukan
bersama – sama dengan latihan mobilisasi sangkar torakal atau Thoracic Expansion
Breathing Technique (ACBT) juga diperoleh informasi dari penderita bahwa selain lebih
mudah mengeluarkan sputum, sesak napas menurun dan mobilisasi sangkar torak lebih
baik.
1. Breathing control
Breathing control adalah suatu teknik bernafas dengan menggunakan paru sisi
bawah dan menghindari atau meminimalkan penggunaan otot-otot bantu nafas (otot
dada atas dan otot-otot bahu) sehingga diperoleh suatu kondisi yang santai (rileks).
Breathing control cocok dan banyak diberikan pada pasien asma atau PPOK yang
sedang mengalami serangan sesak nafas. Kedua kondisi tersebut seandanya malah
diberi breathing exercise justru akan menambah derjat sesak nafasnya. Hal ini
terjadi karena breathing exercise akan meningkatkan kerja otot pernafasan atas dan
membuatnya lelah.
Posisi pasien santai dan nyaman, boleh duduk, half lying atau tidur miring.
Postural Drainage (PD) adalah teknik pengaturan posisi tertentu untuk mengalirkan
sekresi pulmonari pada area tertentu dari lobus paru dengan pengaruh gravitasi. Pembersihan
dengan cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 10 posisi yang berbeda.
Setiap posisi mengalirkan bagian khusus dari pohon trakeabronkial – bidang paru atas,
tengah, atau bawah ke dalam trakhea. Batuk atau penghisapan kemudian mendapat
dengan positioning sesuai dengan letak sputum, mengeluarkan secret yang terampung, dan
mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelectasis. Indikasi postural drainage (PD)
yaitu kondisi pasien tirah baring lama dengan banyak sputum yang sulit dikeluarkan. Kontra
Indikasi postural drainage (PD) yaitu Tension pneumotoraks, Hemoptisis, Gangguan sistem
kardiovaskuler seperti hipotensi, infark miokard, Edema paru, Efusi pleura yang luas.
Untuk mengurngi lendir dengan nyaman dikursi atau sisi tempat tidur dengan
menggetarkan dengan kedua tangan di atas punggung diatas area otot antar tulang
selangka dan sangat bagian atas tulang belikat (daerah di arsir dari diagram) dikedua
sisi selama 3 sampai 5 menit. Dorong pasien untuk mengambill nafas dalam–dalam
Posisi pasien duduk dengan nyaman dikursi atau di sisi tempat tidur dan
kiri.
Pasien berbaring datar di tempat tidur atau meja dengan bantal dibawah
kepala dan kakinya untuk kenyamanan. Terapis menepuk dan menggetarkan sisi
kanan dan kiri bagian depan dada, antar tulang selangka dan putting.
Pasien berbaring miring kiri dan ditinggikan kaki tempat tidur sekitar
STATUS KLINIS
c) Kondisi khusus :
Tidak ada
(1) ISPA
Upper 2-3 cm 1
(di bawah axilla)
Middle 3-5 cm 2
(proc. xyphoid)
Lower 5-7 cm 4
(level T8)
3.4. Algoritma-ICF Model
CABG
Gangguan
Chronic Vaskularisasi Functional Activity Participation
inflammation
Impairment Limitation Restriction
Inflammation
Ischemic
hypertone
Walking Sport
Tautband Hypomobility
Recreation
ADL
Nyeri
Spasme Stifness dan
tekan dan
Otot keterbatasan
nyeri
ROM
gerak
a) Berjalan
b) Naik turun tangga
c) Mengendarai motor dan mobil
3.5.3. Participation Restriction
a) Bekerja di toko
b) Keterbatasan dalam kegiatan di rumah
c) Rekreasi
d) Olahraga Jogging
3.6. ICF
a) Body structure
1) Bronchus (b415: blood vessels functions)
b) Body function
(1) Spasme otot pernafasan (7801 : sensation of muscle spasme)
(2) Kelemahan otot abdominal (b730 : muscle power function)
(3) Retensi sputum (b440: respiration functions)
(4) Penurunan ekpansi thorax
(5) Penurunan aerobic endurance (b455: exercise tolerance functions)
c) Activities limitation
(1) Berjalan (d450 walking)
(2) Naik turun tangga (d4551 climbing)
(3) Mengendarai motor dan mobil (d4751 driving motorized vehicles)
d) Participation restriction
(1) Bekerja (d8500 Self employment)
(2) Keterbatasan dalam kegiatan di rumah (d640 Doing housework)
(3) Rekreasi (d920 Recreation and leisure)
(4) Olahraga (d9201 sport)
e) Environmental Factors
(1) Ruang Perawatan RS (e5800 health services)
f) Personal factors
(!) Mudah lelah
SKALA INTENSITAS
0 Tidak sesak sama sekali
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
4 Sesak kadang berat
5 Sesak berat
6
7 Sesak sangat berat
8
9
10 Sesak sangat berat sekali, hampir maksimal
S : Pasien sulit mengeluarkan lender di tenggorokan, tiap batuk ada sedikit nyeri post operasi
CABG.
O : Pasien merasa lemah dan agak sulit mengeluarkan lendir pasca operasi CABG.
Gangguan aktivitas : berjalan lama, naik turun tangga, mengendarai motor dan mobil,
keterbatasan dalam kegiatan di rumah, rekreasi, olahraga.
A.
Impairment
a. Berjalan
b. Naik turun tangga
c. Mengendarai motor dan mobil
Participation Restriction
a. Bekerja di toko
b. Keterbatasan dalam kegiatan di rumah
c. Rekreasi
d. Olahraga Jogging
A:
Impairment
a. Berjalan
b. Naik turun tangga
c. Mengendarai motor dan mobil
Participation Restriction
a. Bekerja di toko
b. Keterbatasan dalam kegiatan di rumah
c. Rekreasi
d. Olahraga Jogging
PENUTUP
A. Simpulan
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paruparu). Penyakit
ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Penderita yang
memiliki penyakit menahun (misalnya, penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada
usia lanjut, bronkitis dapat bersifat serius. Secara umum, bronkitis dibagi menjadi dua jenis,
yaitu bronkitis akut dan bronkitis kronis (Suryo, 2010). Bronkitis kronis sering terjadi pada
para perokok dan penduduk di kotakota yang dipenuhi kabut asap. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa 20% hingga 25% laki-laki berusia antara 40 hingga 65 tahun mengidap
penyakit ini (Kumar. et al, 2007). Fisioterapi dalam hal ini dapat berperan dalam hal
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan maka saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut :
dan stretching dengan dosis minimal 2 kali sehari dengan 10 kali pengulangan pada 1 kali
latihan. Pasien diberikan edukasi mengenai intervensi yang akan diberikan agar menjadi
2. Pasien dianjurkan melakukan kompres hangat pada bagian leher selama 15 menit
3. Pasien diberitahukan saat mengajar menghindari posisi statis duduk yang terlalu lama 20
menit serta melakukan stretching disela-sela kegiatan mengajar, bisa dilakukan saat
istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
De Wolf and Mens, J.M.A, 1994; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh; Cetakan Kedua, Bohn
Kisner, C and Colby, L. A, 1996; Therapeutik Exercise Foundation and Thecniques; Third Edition,
Parjoto, Slamet, 2002; Assesment Fisioterapi pada Osteoarthritis Sendi Lutut; TITAFI XV,
Semarang.
Putz, R and Pabts, R, 2000; Sobota Atlas Anatomi Manusia; Jilid2, Edisi 21, ECG, Jakarta.
Sujatno dkk, 2002; Sumber Fisis; Jurusan Fisioterapi Politeknik Kesehatan, Surakarta.
Sriwidayat Ismiyati dan Soeparman, 2000; Pengaruh Traksi Elektris OA Lutut; TITAFI XV,
Semarang
Yudhi Suyono, 2000; Terapi Latihan pada OA Sendi Lutut, TITAFI Brandt,
Kenneth, 2000; Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4 in Osteoarthritis; Penerbit Buku
IFI, Kediri.